Anda di halaman 1dari 26

GIZI BENCANA

RUANG LINGKUP KEGIATAN GIZI


DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA .
• A. Pra Bencana

• B. Situasi Keadaan Darurat Bencana


• 1. Siaga Darurat
• 2. Tanggap Darurat
• 3. Transisi Darurat.

• C. Pasca Bencana
• PELAKSANAAN KEGIATAN PENANGANAN GIZI A.
Penanganan Gizi Kelompok Rentan
• 1. Penanganan Gizi Anak Usia 0-23 bulan
• 2. Penanganan Gizi Anak Balita Usia 24-59 bulan
• 3. Penanganan Gizi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
• 4. Penanganan Gizi Lanjut Usia
• B. Penanganan Gizi Kelompok Dewasa

PELAKSANAAN KEGIATAN
PENANGANAN GIZI
• 1. Pra Bencana
• 2. Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut
• 3. Pasca Bencana

PEMANTAUAN DAN
EVALUASI
• a. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan manusia disebabkan baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
• b. Korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang
menderita atau meninggal dunia
• c. Pengungsi (Internal Displaced People) adalah orang atau kelompok
orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempat tinggal untuk jangka
waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana.
• d. Kelompok rentan adalah sekelompok orang yang membutuhkan
penanganan khusus dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti bayi,
balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia baik dengan fisik normal
maupun cacat.

Definisi Operasional
• E.Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya
yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
• f. Surveilans gizi pada situasi bencana adalah proses pengamatan
keadaan gizi korban bencana khususnya kelompok rentan secara terus
menerus untuk pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan
intervensi.
• g. Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagai tambahan
selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan
gizi.
• h. Makanan tambahan bagi balita adalah makanan tambahan yang
diperuntukan bagi balita usia 24 - 59 bulan dengan kandungan gizi
sekitar 1/3 dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yaitu energi 350-400 kkal
dan 12 - 15 g protein per hari makan.
• i. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan bergizi yang
diberikan disamping ASI bagi anak usia 6 – 24 bulan untuk mencapai kecukupan
gizi, dengan kandungan yaitu energi minimum 400 kkal dan 8 - 12 g protein per hari
makan.
• j. Makanan tambahan bagi ibu hamil adalah makanan tambahan yang
diperuntukan bagi ibu hamil, dengan kandungan gizi sesuai dengan AKG, yaitu
energi 300 kkal dan 17 g protein per hari makan.
• k. Keadaan serius (serious situation) adalah keadaan yang ditandai dengan
prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan 15%, atau 10-14,9% dan
disertai faktor penyulit.
• l. Blanket supplementary Feeding adalah makanan tambahan yang diberikan
kepada seluruh kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil yang diberikan
pada keadaan gawat (serious situation).
• m. Keadaan berisiko (risky situation) adalah keadaan yang ditandai dengan
prevalensi gizi balita kurus lebih besar atau sama dengan 10-14,9%, atau 5-9,9% dan
disertai faktor penyulit.
• n. Targetted supplementary feeding adalah makanan tambahan yang diberikan
kepada kelompok rentan kurang gizi terutama balita kurus dan ibu hamil risiko KEK
dengan LiLA
• Faktor penyulit (aggravating factors) adalah terdapatnya
satu atau lebih dari tanda berikut ini: • Rata-rata asupan
makanan pengungsi kurang dari 2100 kkal/ hari.
• Angka kematian kasar >1 per 10.000/hari.
• Angka kematian balita > 2 per 10.000/hari. • Terdapat
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak atau pertusis.
• Peningkatan kasus ISPA dan diare.
• Jumlah anak berusia 0 – 59 bulan yang berdasarkan
indeks antropometri BB/TB mempunyai nilai z score <–2
SD menurut Kepmenkes Nomor 1995 Tahun 2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak
tahun 2010 di bagi populasi anak usia 0-59 bulan pada
suatu waktu dan tempat tertentu

Prevalensi balita kurus


Jumlah anak berusia 0 – 59 bulan yang berdasarkan indeks
antropometri BB/TB mempunyai nilai z score <–3 SD
menurut Kepmenkes Nomor 1995 Tahun 2010 tentang
Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak dibagi
jumlah populasi anak usia 0-59 bulan pada suatu waktu dan
tempat tertentu.

Prevalensi balita sangat


kurus
• Ibu hamil risiko kurang energi kronik (KEK) adalah ibu
hamil yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas
(LILA) < 23,5 cm.
Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur,
selanjutnya dapat dihitung ransum pengungsi dengan
memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan
2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun
menu yang didasarkan pada jenis bahan makanan yang
tersedia.

Menghitung kebutuhan
gizi
Meliputi:
• Tempat pengolahan
• Sumber bahan makanan
• Petugas pelaksana
• Penyimpanan bahan makanan basah
• Penyimpanan bahan makanan kering
• Cara mengolah
• Cara distribusi
• Peralatan makan dan pengolahan
• Tempat pembuangan sampah sementara
• Pengawasan penyelenggaraan makanan
• Mendistribusikan makanan siap saji

Pengelolaan penyelenggaraan
makanan di dapur umum
• Tempat penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah
antara bahan makanan umum dan bahan makanan khusus untuk
bayi dan anak
• Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan
dalam kemasan, susu formula dan makanan suplemen
• Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus
diteliti nomor registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi
halal, aturan cara penyiapan dan target konsumen
• Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti
nomor registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara
penyiapan dan target konsumen

Pengawasan bantuan
bahan makanan
TANGGAP DARURAT LANJUT
Tahap tanggap darurat lanjut dilaksanakan setelah tahap tanggap
darurat awal, dalam rangka penanganan masalah gizi sesuai
tingkat kedaruratan. Lamanya tahap tanggap darurat lanjut
tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah bencana.
Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan
pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis
kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya.
1. Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health
Assessment (RHA).
2. Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang
badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui (Lingkar
Lengan Atas).
3. Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD)
dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA <23,5 cm).
4. Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare,
campak, demam berdarah dan lain-lain.

Kegiatan Penanganan
Tahap Lanjut
• Situasi Serius, jika prevalensi balita kurus ≥15% tanpa faktor
penyulit : semua korban bencana mendapat ransum dan seluruh
kelompok rentan terutama balita dan ibu hamil diberikan
makanan tambahan.
• Situasi Berisiko (Risky Situation), jika prevalensi balita kurus
10-14,9% tanpa faktor penyulit : pada situasi ini kelompok
rentan kurang gizi terutama balita kurus dan ibu hamil risiko
KEK diberikan makanan tambahan.
• Situasi Normal, jika prevalensi balita kurus <10% tanpa faktor
penyulit maka dilakukan penanganan penderita gizi kurang
melalui pelayanan kesehatan rutin.
Hasil analisis data antropometri
dan faktor penyulit serta tindak lanjut atau respon
yang
direkomendasikan
• Khusus anak yang menderita gizi kurang perludiberikan makanan
tambahan disamping makanan keluarga, seperti kudapan/jajanan,
dengan nilai energi 350 kkal dan protein 15 g per hari.
• Ibu hamil perlu diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90 hari.
• Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU
(1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang
waktu minimal 24 jam)
• Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayi berusia 6-11 bulan;
dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 12-59
bulan, bila kejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari
setelah pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka
balita tersebut tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
• Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan
materi sesuai dengan kondisi saat itu, misalnya konseling menyusui
dan MP-ASI.
• Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans gizi.

Pemberian makanan tambahan dan


suplemen gizi
• Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi
pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi
seperti pada tanggap darurat

Transisi Darurat
• Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya
adalah melaksanakan pemantauan dan evaluasi sebagai
bagian dari surveilans, untuk mengetahui kebutuhan yang
diperlukan (need assessment) dan melaksanakan kegiatan
pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari
informasi yang diperoleh secara terintegrasi dengan
kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
response) untuk meningkatkan dan mempertahankan
status gizi dan kesehatan korban bencana.

Pasca Bencana
• Pedoman Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana,
KemenkesRI.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai