Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

LIKEN SIMPLEKS KRONIK

Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Kulit Dan Kelamin RSUD Pasar Minggu Jakarta
Periode 04 November – 07 Desember 2019

Pembimbing:
dr. Jihan Rosita, SpKK

Disusun oleh :
Nadya Regina Permata - 1765050118

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi Kasus

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Kepanitraan Klinik Bagian Kulit dan Kelamin
RSUD Pasar Minggu Jakarta

Oleh :

Nadya Regina Permata - 1765050118

Jakarta, November 2019


Telah dibimbing dan disahkan oleh,
Pembimbing,

dr. Jihan Rosita, SpKK


BAB I
PENDAHULUAN

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas
ditandai dengan likenifikasi. Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan
minggu sampai bertahun-tahun. Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang
sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa, puncak
insidennya antara 30-50 tahun.1,2,3
Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan seringkali
bersifat paroksismal. Gatal biasanya dikatakan lebih parah pada saat periode
dimana pasien tidak ada aktivitas, seperti pada waktu tidur dan pada saat malam
sehingga mempengaruhi kualitas tidur pasien. Liken simpleks kronik memiliki
gambaran yang khas dibanding penyakit lain. Lesi pada liken simpleks kronis dapat
terinfeksi secara sekunder akibat ekskoriasi yang terjadi akibat garukan.2,3
Liken simpleks kronik merupakan penyakit yang sering berulang.
Patogenesis terjadinya liken simpleks kronik belum dapat dijelaskan secara pasti.
Liken simpleks kronik dapat juga terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain,
namun kebanyakan terjadi akibat adanya faktor pencetus stres.4
Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai bagaimana cara menegakkan
diagnosis liken simpleks kronik. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi
sumber informasi mengenai liken simpleks kronik dan dijadikan bahan
pembelajaran selanjutnya.
BAB II
STATUS PASIEN

I.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. SR
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 54 tahun
Alamat : Mampang
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan Terakhir : S1
Status Pernikahan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 231950
Datang Sendiri/rujukan : Datang sendiri

I.2 Anamnesis
Autonamnesis dilakukan pada tanggal 13 November 2019 di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUD Pasar Minggu pada Pukul 11:00 WIB.
Keluhan Utama: Bercak kehitaman yang menebal disertai rasa gatal di kedua kaki sejak 1
tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan: Tidak ada.
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD
Pasar Minggu tanggal 13 November 2019 dengan keluhan terdapat bercak kehitaman
yang menebal disertai rasa gatal di kedua punggung kaki sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya pasien merasa gatal di kaki kiri terlebih dahulu, lesi semula
berwarna merah dan luas permukaannya kecil. Beberapa minggu kemudian luas
permukaan lesi bertambah dan lesi menyebar ke kaki kanan pasien. Gatal dirasakan sering
kambuh, lebih sering jika pasien sedang beristirahat, jika terasa sangat gatal pasien
menggaruknya. Pasien sebelumnya pernah datang berobat ke Puskesmas dan diberi obat
salep betametason, setelah diberikan obat salep gatal berkurang tetapi gatal muncul
kembali. Lama kelamaan pasien merasakan kulit di kedua kakinya semakin lama semakin
menebal dan kehitaman.

Pasien mengatakan belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Gatal tidak
bertambah pada saat pasien berkeringat. Gatal tidak menyebar ke tempat lain khususnya
di daerah lipatan-lipatan kulit. Tidak ada riwayat gatal setelah mengkonsumsi makanan
tertentu. Tidak ada riwayat digigit serangga. Tidak ada demam, pusing, mual ataupun
muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat keluhan yang sama : pasien belum pernah mengalami hal serupa
Riwayat penyakit kulit sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat pernyakit darah tinggi : pasien memiliki riwayat darah tinggi
Riwayat penyakit kronis lainnya : disangkal
Riwayat konsumsi imunosupresan : disangkal
jangka panjang

Riwayat Penyakit Keluarga dan Pasangan :


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat sakit kulit sebelumnya : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit gula : disangkal
Riwayat pernyakit darah tinggi : ibu pasien memiliki darah tinggi

Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya, pekerjaan karyawan swasta dan cukup
untuk menghidupi keluarganya. Tempat tinggal di rumah dengan luas 150m2. Ventilasi udara
bagus cahaya dapat masuk kekamar, air bersih dan tidak berasa. Tetangga tidak ada yang
mengeluhkan sakit serupa.

I.3 Pemeriksaan Fisik


I.3.1 Status Generalis
Dilakukan pada tanggal 13 November 2019 pada jam 11:15 WIB
 Keadaaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital Sign : Tekanan Darah : 150/100 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36° C
 BB, TB : 63 kg, 157 cm
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : ottorhea (-)
 Hidung : napas cuping hidung (-) secret (-)
 Mulut : sianosis (-)
 Leher : dalam batas normal
 Thorax
a. Paru
− Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada
gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi
− Palpasi : Gerakan dada simetris, vocal fremitus kanan sama dengan
kiri
− Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
− Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler normal, RBK -/- RBH -/-
wheezing -/-
b. Jantung
− Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah
kiri atas.
− Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di ICS IV, 2 jari lateral
LMC sinistra
− Perkusi : Batas jantung kanan atas ICS II LPSD
Batas jantung kanan bawah ICS IV LPSD
Batas jantung kiri atas ICS II LPSS
Batas jantung kiri bawah ICS IV LMCS
− Auskultasi : S1>S2 reguler, murmur (-) gallop (-)
c. Abdomen
− Inspeksi : Datar
− Perkusi : Timpani
− Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-)
− Auskultasi : Bising usus (+) normal

I.3.2 Status Dermatovenerologi


 Lokasi:
Regio dorsum pedis sinistra dan dextra
 Efloresensi:
Plak hiperpigmentasi berukuran plakat, berbatas tegas, bentuk tidak beraturan, ditutupi
oleh skuama berwarna putih, terdapat erosi, krusta berwarna kekuningan dan likenifikasi

I.4 Resume
Pasien, perempuan, 54 tahun dengan keluhan terdapat bercak kehitaman yang menebal
disertai rasa gatal di kedua kaki sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan awalnya
pasien merasa gatal di kaki kiri terlebih dahulu, lesi semula berwarna merah dan luas
permukaannya kecil. Beberapa minggu kemudian luas permukaan lesi bertambah dan lesi
menyebar ke kaki kanan pasien. Lama kelamaan pasien merasakan kulit di kedua
punggung kakinya semakin lama semakin menebal dan kehitaman.
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien sebelumnya pernah
datang berobat ke Puskesmas dan diberi obat salep betametason, setelah diberikan obat salep
gatal berkurang tetapi gatal muncul kembali.

I.5 Diagnosis Banding


Psoriasis
Dermatitis Atopik
I.6 Diagnosis Kerja
Liken Simpleks Kronik

I.7 Penatalaksanaan

Non-medikamentosa :

a. Menghindari faktor pencetus, seperti menghindari faktor stres.

b. Mengurangi menggaruk daerah gatal tersebut karena akan menimbulkan


perlukaan.
c. Makan obat secara teratur.
d. Kontrol ke dokter teratur.
Medikamentosa :
1. Sistemik

Antihistamin : Cetirizine tab 1x10 mg PO

2. Topikal

- Kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat


0,05%

- Antibiotik : Gentamycin S.K 5gr 0,1% tb : 3 x oles untuk yang luka

- Preparat tar : LCD 5%

- Emolien 10%

I.10 Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Liken simpleks kronik (LSK) merupakan peradangan kulit kronis, gatal, dan
sirkumskrip yang ditandai dengan penebalan kulit dan kulit tampak lebih menonjol
(likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Liken simpleks
kronik disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau liken vidal.1

2.2 Etiologi

Faktor penyebab dari liken simpleks kronik (LSK) dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :2,4
2.2.1 Faktor ekterna

1. Lingkungan

Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi
memudahkan seseorang berkeringat sehingga dpat mencetuskan gatal, hal ini
biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta pada daerah anogenital.
2. Gigitan serangga

Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang


mengakibatkan rasa gatal
2.2.1.1 Faktor Interna
1. Dermatitis Atopi

Asosiasi antara liken simpleks kronik dan gangguan atopik telah banyak
dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis atopik terkena
liken simpleks kronik.
2. Psikologi/ Stres

Stres telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan liken


simpleks kronik. Stres sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang
berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi
perasaan, seperti : dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan
persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal.

2.3 Manifestasi Klinis

Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Gatal bias
paroksismal, terus-menerus, atau sporadik. Menggosok dan menggaruk mungkin
disengaja dengan tujuan menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara
tidak sengaja yang terjadi pada waktu tidur. Keparahan gatal dapat diperburuk
dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah
pada saat terjadi stres psikologis.2
Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang
menyebabkan terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit
semakin terlihat) plak yang berbatas tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa dan
eritema atau kelompok papul, lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian
tengah berskuama dan menebal, sekitarya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal
tidak jelas. Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih
dari satu tempat.
Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah kulit kepala, tengkuk
leher (terutama pada wanita) pergelangan kaki, eksremitas ekstensor, dan region
anogenital. Daerah genital yang sering terkena adalah labia mayora pada wanita dan
skrotum pada laki-laki. Pada pasien dengan eczema atopi, intervensi kulit lebih
berlikenifikasi dan serotik.4,8

2.4 Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis adalah menunjukkan


proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup
besar. Juga ditemukan neural hyperplasia. Didapatkan adanya hiperkeratosis
dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang
irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papillo dermis. Spongiosis bisa
ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan. Papilomatosis kadang- kadang
ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi punctata karena adanya
jaringan nekrotik bagian superficial papillary dermis. Fibrin dan neutrofil bisa
ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada penyakit dermatosis yang
lain. Pada papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah fibroblas.4
2.5 Patogenesis

Stimulus untuk perkembangan liken simpleks kronik (LSK) adalah pruritus.


Pruritus sebagai dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan
kulit, proliferasi dari nervus, dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang
peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan
pruritus dengan lesi. Pasien dengan neurodermatitis mempunyai gangguan metabolik
atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada
penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins
lymphoma , polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan
infeksi imunodefisiensi. Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting
adalah dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, dermatitis statis, dan gigitan
serangga.3
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat
menimbulkan penebalan dan likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata
dari garukan, maka disebut neurodermatitis. Adanya garukan yang terus-menerus
diduga karena adanya pelepasan mediator dan aktivitas enzim proteolitik. Sejumlah
peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan timbul karena respon dari adanya
stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP (Calsitonin Gene-
Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis. Sejumlah saraf
menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan
neuropeptida Y, dimana sama pada neurodermatitis, prurigo nodularis dan kulit
normal. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari
trauma mekanik, seperti garukan dan goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin
dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal. Membran sel schwann dan sel
perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor, yang
kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah
dermis alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel
kapiler.3,4,8

2.6 Diagnosis

Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan liken simpleks kronis
(LSK) mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Timbul plak yang tebal
karena mengalami proses likenifikasi. Rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk,
leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada
awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang beristirahat dan hilang saat
melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten. Pemeriksaan fisis
menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, terjadi likenifikasi dan
hiperpigmentasi. Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya
hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete
ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan dari papil dermis.4,7

2.7 Diagnosis Banding


1. Dermatitis Kontak Alergi

Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan
kimia yang secara langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada
kasus . penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada
keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel,
vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan
eksudasi.
2. Plak Psoriasis

Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan


karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan,skuama
yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan
kobner. Lokasi terbanyak ditemukan didaerah ekstensor. Penyebabnya belum
diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan bahwa
penyakit ini bersifat autoimun, dan residif.
3. Dermatitis Atopi

Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak berhubungan dengan peningkatan kadar
IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit
berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat
berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang
gatal.

4. Liken Planus

Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna


kemerahan berbentuk polygonal, dan kadang berbatas tegas ditemukan pada
permukaan fleksor dari ekstremital, genitalia dan membrane mukus. Mirip
dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai dengan papul-papul
yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah
biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.7

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah


menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara
terus-menerus, dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti memotong
kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau
intralesional, atau produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati
pasien dengan cryoterapi, cyproheptadine, atau capsaicin.4,5,6

2.8.1 Steroid topical

Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan


dan gatal serta perlahan-lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena
lesinya kronik. Pentalaksanaannya biasanya lama. Pada lesi yang besar dan
aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi akut.
Steroid potensi kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih
tebal.
1. Clobetasol

Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah


sintesis protein yang mengurangi peradangan dan menyebabakan
vasokonstriksi
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja


mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment

Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja


mengurangi peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear
dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.
4. Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%

Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi


sel. Mempuyai sifat imonusupresif dan sifat anti peradangan.

2.8.2 Obat oral anti anxietas dan sedasi

Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa


pasien. Menurut kebutuhan individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan
setiap hari, pada saat pasien tidur, atau keduanya. Antihistamin seperti
dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan clonazepam
dapat dipertimabangkan pada beberapa kasus.
BAB IV
PEMBAHASAN

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan
khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari
respon kutaneus akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup
lama. Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histology memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan kulit,
dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena sehingga tampak
seperti kulit batang kayu.
Pada kasus ini pasien Ny. SR berusia 54 tahun, dengan keluhan terdapat bercak kehitaman
yang menebal disertai rasa gatal di kedua kaki sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
awalnya pasien merasa gatal di kaki kiri terlebih dahulu, lesi semula berwarna merah dan
luas permukaannya kecil. Beberapa minggu kemudian luas permukaan lesi bertambah dan
lesi menyebar ke kaki kanan pasien. Lama kelamaan pasien merasakan kulit di kedua
punggung kakinya semakin lama semakin menebal dan kehitaman.
. Diagnosis liken simpleks kronik pada pasien ini didasarkan pada anamnesis dan
status dermatologikus.

Anamnesis
2,3
Fakta Teori
- Keluhan bercak kehitaman yang - Keluhan utama yang dirasakan

menebal disertai rasa gatal di kedua pasien dapat berupa gatal dan sering
kaki kali bersifat paroxismal. Lesi kulit
- Gatal dirasakan kumat-kumatan yang mengalami likenifikasi
lebih sering jika pasien sedang umumnya akan dirasakan sangat

beristirahat, sekali kumat akan terasa nyaman bila digaruk sehingga


sangat gatal sehingga pasien terkadang pasien secara reflex
menggaruknya. menggaruk dan menjadi kebiasaan
yang tidak disadari
. - Etiologi pasti neurodermatitis
- Lesi hanya terdapat pada kedua sirkumskripta belum diketahui,
kaki namun diduga pruritus memainkan
peranan karena pruritus berasal dari
pelepasan mediator atau aktivitas
enzim proteolitik. Disebutkan juga
bahwa garukan dan gosokan
mungkin respon terhadap stres
emosional.
- Area predileksi liken simpleks
kronik antara lain berada ditengkuk,
occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi
leher, tungkai bawah, pergelangan
kaki dan punggung kaki, skalp, paha
bagian medial, lengan bagian
ekstensor, skrotum dan vulva, juga
diatas alis atau kelopak mata dan
periauricle

Pada anamnesis pasien ini didapatkan adanya rasa gatal yang dialami besifat
terus-menerus dan dirasakan di daerah kaki. Berdasarkan teori, anamnesis di atas
adalah sesuai untuk mendukung ke arah diagnosis liken simpleks kronik.

Status Dermatologikus
5,6
Fakta Teori
- Pada regio dorsum pedis sinistra - Pada stadium awal kelainan

dan dextra terdapat plak kulit yang terjadi dapat berupa


hiperpigmentasi, berbatas eritem dan edema atau kelompok
tegas, bentuk tidak beraturan, papul, selanjutnya karena garukan
ditutupi oleh skuama, terdapat berulang, bagian tengah menebal,
erosi, krusta dan likenifikasi kering dan berskuama serta
pinggirnya hiperpigmentasi.
Ukuran lesi lentikular sampai
plakat, bentuk umum lonjong atau
tidak beraturan. Kemudian lesi juga
dapat berupa plak solid dengan
likenifikasi, seringkali disertai
papul kecil di tepi lesi, dan
berskuama tipis. Kulit yang
mengalami likenifikasi teraba
menebal, dengan garis-garis kulit
yang tegas dan meninggi, serta dapat
pula disertai ekskoriasis. Warna lesi
biasanya merah tua, kemudian
menjadi coklat atau hiperpigmentasi
hitam. Distribusi
lesi biasanya tunggal.

Pada status dermatologikus terdapat plak hiperpigmentasi berbatas tegas


ditutupi oleh skuama, dan terdapat likenifikasi. Lesi kulit terbatas pada daerah kaki.
Keadaan di atas sesuai dengan teori yang ada.
Pemeriksaan Penunjang
1,2
Fakta Teori
- Tes auspitz sign dan Fenomena - Pemeriksaan Auspitz sign dan
koebner fenomena Koebner. Fenomena
Koebner atau goresan lilin adalah
skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada goresan, seperti lilin
yang digores. Pada fenomena Auspitz,
setelah skuama habis dikerok dilakukan
pengerokan perlahan hingga tampak
serum atau darah berbintik yang
disebabkan oleh papilomatosis. Hal ini
dilakukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding psoriasis.
- Pemeriksaan dermatophatology dapat
memberikan gambaran yang bervariasi
mengenai derajat hiperkeratosis dengan
paraorthokeratosis dan
orthokeratosis, serta psoriasiform
epidermal hiperpelasia
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung pada
kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya, penyakit
penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan.

Diagnosis Banding

1,2 1,4
Liken simplek Psoriasis Dermatitis atopik
1,2,3
kronik
Definisi Peradangan kulit Penyakit autoimun Peradangan kulit
kronis, gatal, bersifat kronik dan kronis residif
sirkumskrip, dan khas residif, ditandai disertai gatal,
ditandai dengan adanya sering
likenifikasi. hiperproliferatif kulit. berhubungan
dengan
peningkatan kadar
IgE dalam serum
dan riwayat atopi
pada penderita
atau
keluarganya.
Anamnesis Keluhan dan gejala Gatal ringan, hampir Gatal- gatal,
dapat mucul dalam di seluruh tubuh, pada gelisah sampai
waktu hitungan lesi yang kronik dapat tidak bisa
minggu sampai menetap tidak berubah tidur,sering
bertahun-tahun. selama berbulan-bulan kambuh, dan
Keluhan utama bahkan bertahun- terdapat riwayat
berupa gatal dan tahun. Pada lesi yang atopic
seringkali bersifat akut dapat timbul lesi-
paroxismal. lesi baru yang
Lesi kulit sangat mendadak dalam
nyaman bila jangka waktu
digaruk beberapa hari.
Etiologi belum diketahui, Autoimun ada warisan genetik
namun diduga dari orang tua
pruritus dan dipicu faktor
memainkan lingkungan, cuaca,
peranan central. makanan, maupun
psikologis (emosi,
stres).
Lesi Pada stadium awal Plak eritema dengan Lesi bersifat kronik
kelainan kulit yang skuama berlapis-lapis, dengan likenifikasi,
terjadi dapat berupa kasar dan berwarna skuama, hipo dan
eritem dan edema putih seperti mika hiperpigmentasi
atau kelompok serta transparan. Akibat garukan
papul, selanjutnya Ukuran lentikular, dapat timbul erosi,
karena garukan nummular, plakat, dan ekskoriasi, krusta,
berulang, bagian berkonfluensi. dan likenifikasi
tengah menebal, Dapat dilakukan
kering dan pemeriksaan goresan
berskuama serta lilin dan auspitz sign.
pinggirnya
hiperpigmentasi.
Ukuran lesi
lentikular sampai
plakat, bentuk
umum lonjong atau
tidak beraturan. lesi
juga dapat berupa
plak solid dengan
likenifikasi, disertai
papul kecil di tepi
lesi, dan berskuama
tipis.
Predileksi Tungkai bawah, Scalp, perbatasan Pada bayi lesi kulit
pergelangan kaki daerah tersebut tampak pada wajah
dan punggung kaki, dengan muka, dan bokong. Pada
skalp, paha bagian ekstremitas bagian anak atau dewasa
medial, lengan ekstensor terutama lesi tampak muncul
bagian ekstensor, siku serta lutut, dan di kaki, tangan,
skrotum dan vulva, daerah lumbosacral. belakang lutut, dan
juga diatas alis atau lipat siku.

21
kelopak mata dan
periauricle

Pemeriksaan hiperkeratosis Pada stratum Akantosis ringan,


Histopatologi dengan spinosum tampak hiperplasia
paraorthokeratosis kelompok leukosit psoriasiform,
dan orthokeratosis, yang disebut abses parakeratosis.
serta psoriasiform munro. Terdapat Mitosis keratinosit,
epidermal parakeratosis, fibroblas, dan sel
hiperplasia. Rete akantosis, endotelial
redges memanjang papilomatosis, meningkat
dan melebar. vasodilatasi di
subepidermis.

22
Penatalaksanaan

1. Umum Umum

- Menghindari faktor pencetus, bertujuan untuk memutus itch-scratch


seperti menghindari faktor stres cycle, karena pada dasarnya tindakan
- Mengurangi menggaruk daerah menggaruk lesi yang terasa gatal justru
gatal tersebut karena akan akan memperberat lesi, dan
menimbulkan perlukaan. memperberat gatal yang dirasakan.
- Makan obat secara teratur Penyebab sistemik dari gatal harus
diidentifikasi
- Kontrol ke dokter teratur
Khusus
2. Khusus
a. Sistemik
Sistemik
Antihistamin - Pemberian antihistamin oral secara
Topikal luas digunakan untuk mengurangi
- Kortikosteroid dengan potensi keluhan pruritus namun peran dan
tinggi seperti Clobetassol keuntungannya dalam mengatasi
Propionat 0,05% pruritus lokal sangat rendah.
- Antibiotik : Gentamicyn 0,1% - Kortikosteroid
- Preparat tar : LCD 5%
b. Topikal
- Emolien 10%
- Kortikosteroid : Yang menjadi
pilihan adalah kortikosteroid
dengan potensi tinggi seperti
Clobetassol Propionat, Diflorasone
Diasetat, atau bethamethason
dipropionat
- Preparat tar : mempunyai efek anti
pruritus dan anti inflamasi pada
kulit. Sediaan dalam bentuk salap
hidrofilik misalnya mengandung

23
liquor carbonat detergent 5% -
10%
atau crude coaltar 1% - 5%.

Terapi liken simpleks kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle,


karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal justru akan
memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab sistemik dari
gatal harus diidentifikasi. Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan liken
simpleks kronik menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak
menggaruk atau menggosok lesi nya.

Prognosis

Liken simpleks kronik dapat menjadi lesi yang persisten dan bersifat
berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap
stres emosional.

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam: ad bonam

Quo ad sanationam : ad bonam

Quo ad kosmeticam : dubia ad bonam

24
BAB V
KESIMPULAN

Liken simpleks kronik adalah peradangan kulit kronis dengan keluhan utama
rasa gatal, dan ditandai dengan likenifikasi. Liken simpleks kronik merupakan
penyakit yang sering ditemui pada masyarakat umum terutama pada usia dewasa,
puncak insidennya antara 30-50 tahun. Dari hasil anamnesis ditemukan seorang
perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan bercak kehitaman yang menebal
disertai rasa gatal di kedua kaki sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan
gatal pada kaki kiri terlebih dahulu, lesi kecil dan kemerahan. Kemudian lesi
muncul pada kaki kanan pasien. Gatal dirasakan sering kambuh dan membuat
pasien menggaruknya sehingga kulit dirasakan semakin menebal dan kehitaman.
Pada efloresensi ditemukan di regio dorsum pedis sinistra dan dextra terdapat
plak hiperpigmentasi, berbatas tegas, bentuk tidak beraturan, ditutupi oleh
skuama, terdapat erosi, krusta dan likenifikasi. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami liken simpleks kronik.
Terapi yang utamanya adalah menghindari menggaruk lesi yang terasa
gatal karena akan melukai kulit dan memperberat lesi. Untuk mengurangi rasa
gatal dapat digunakan obat antihistamin sedatif. Dan mengkonsumsi obat-obatan
topikal dengan kortikosteroid, antibiotik, preparat tar, dan emolien.

.
.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Djuanda Suria. Neurodermatitis sirkumskripta. Dalam Djuanda


A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Keempat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2006:147- 1482.
2. Susan Burgin, MD. Numular Eczema and Lichen SimplexChronic/Prurigo
Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,Freedberg IM, Auten

KF, penyunting: Dermatology in generalmedicine, 7th ed, New York: Mc


Graw Hill. 2008: 158-162.
3. Odom RB, James WD, Berger TG. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrew’s Diseases of
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders: 2000:
69-94.
4. Hogan D J, Mason S H. Lichen Simplex Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com, 5 Mei 2012.
5. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam: Rook’s Text
Book of Dermatology. Blackwell Publishing. 2004:17.41-17.43.
6. Gulsum Gencoglan et al. Therapeutic Hotline: Treatment of prurigo nodularis
and lichen simplex chronicus with gabapentin. Dermatologic Therapy
Volume 23, Issue 2, March/April 2010:194–198 .
7. Stewart KM. Clinical care of vulvar pruritus, with emphasis on one common
cause, lichen simplex chronicus. Dermatol Clin 2010 Oct; 28(4):669-80.
8. Richards RN. Update on intralesional steroid: focus on dermatoses. J Cutan
Med Surg 2010 Jan-Feb; 14(1):19-23.

26

Anda mungkin juga menyukai