Anda di halaman 1dari 12

Wiwitan Besekan Nasi

KELOMPOK 7
Anggota :
1. Sukma Sekar Pratiwi (P07131217044)
2. Talita Ramadhany (P07131217045)
3. Tian Mafulani O (P07131217046)
4. Tiara Azzahra P (P07131217047)
5. Vania Annisa P (P07131217048)
6. Yahriz Eka S (P07131217049)
7. Zellin Mei R (P07131217050)
Pengertian Wiwitan
Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun ( dari
nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Wiwit adalah tradisi leluhur keluarga petani, yang
dilaksanakan menjelang panen atau di awal musim panen
padi.
Secara etimologi wiwit artinya memulai, maksudnya
memulai panen. Disebut sebagai ‘wiwitan’ karena arti
‘wiwit’ adalah ‘’mulai‟, jadi memulai memotong padi
sebelum panen diselenggarakan.
Sejatinya wiwit bermakna ungkapan doa dan syukur atas
limpahan hasil panen yang telah diberikan oleh Tuhan Sang Rabbi
Illahi (SRI). Wiwit merupakan simbol hubungan yang harmonis
sebagai wujud interaksi sosial antara para petani, serta hubungan
keselarasan antara petani pemilik lahan dengan alam yang telah
menyediakan dan mencukupi kebutuhan petani padi.

Hal yang sama juga bisa dilihat dalam konteks orang Jawa
memaknai tradisi wiwit sebagai wujud terimakasih dan wujud
syukur kepada bumi sebagai sedulur sikep dan Dewi Sri ( Dewi Padi
) yang telah menumbuhkan padi yang ditanam sebelum panen.
Yang disebut bumi adalah sedulur sikep bagi orang
Jawa karena bumi dianggap sebagai saudara manusia
yang harus dihormati dan dijaga kelestariannya untuk
kehidupan.

Jika hormat kita berkurang kepada bumi, atau kita


tidak menjaga kelestarian alam, maka bumi akan
memberi balasan dengan situasi yang buruk yang disebut
pagebluk, ditandai dengan hasil panen yang buruk, padi
tidak berisi ( gabug ) kekeringan, cuaca tak menentu, dll.
Dalam tradisi wiwit terdapat ubarampe
( perlengkapan ) yang harus disiapkan ( biasa disebut
sesaji / sajen). Sesaji atau orang Jawa menyebutnya
dengan sajen adalah sarana / perlengkapan yang
ditujukan dalam rangka permohonan kepada Sang
Pencipta Yang Maha Pemberi atas dasar kepercayaan
kepada “Yang Berkuasa“ di tempat tersebut atau
“Yang Menjaga” dan yang menguasai daerah tersebut.
Sesaji dalam tradisi wiwit berupa
makanan dan lauk pauk serta ubarampe
lainnya yang ditujukan kepada Dewi Sri.
Prosesi wiwit biasanya diawali dengan
membuat sesaji yang nantinya dibawa ke
sawah yang siap panen.
Ubarampe/sesaji yang digunakan

 Nasi Gudhangan Bumbu Megono

Nasi dicampur gudhangan bumbu megono


(campuran sayur-sayuran yang direbus) yang
dibumbui. Sayur- sayurannya terdiri dari kacang
panjang, wortel, kubis, bayam, kangkung dan tauge.
Sedangkan bumbu megono terdiri dari parutan
kelapa muda, cabai, bawang merah, bawang putih,
garam, terese ( campuran petai dan rese), dan sedikit
gula, serta ikan asin/ gereh/teri. Bumbu – bumbu
tersebut dihaluskan, dibungkus daun pisang
kemudian dikukus. Setelah matang, bumbu
dicampurkan dengan sayur rebus tadi.
 Telur rebus

Biasanya nasi gudhangan dan lauk ditempatkan pada


suatu wadah /bejana yang disebut dengan basi.
Kemudian ditutup dengan daun pisang. Telur dalam
penyajiannya tidak dipotong-potong sehingga untuk
memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal
tersebut melambangkan bahwa semua tindakan kita
harus direncanakan, dikerjakan sesuai rencana, dan
dievaluasi hasilnya.
 Gereh ( ikan asin atau teri)

Jenis ikan ini hidup dilaut dan selalu


hidup bergerombol. Ikan teri dimaksudkan
sebagai simbol kebersamaan dan simbol
kerukunan.
 Sambel Gepeng

Merupakan campuran
kacang tholo (kacang tanaman
lembayung) yang digoreng,
kemudian dihaluskan bersama
kencur dan sedikit gula jawa.
Sambel Gepeng ditempatkan
dalam wadah bernama suru
(dari daun pisang).

Anda mungkin juga menyukai