Anda di halaman 1dari 3

Filosofi Tumpeng

Selametan Mitoni adalah bagian dari tradisi Salametic. Mitoni, atau keselamatan
tujuh bulan, dilakukan ketika seorang ibu memasuki masa persiapan untuk
melahirkan. Tradisi ini bermula pada abad kesebelas, tepatnya pada masa
pemerintahan Raja Jayabaya dari Kerajaan Kediri. Fungsi dari keselamatan ini
adalah untuk mencari berkah dari Sang Pencipta agar baik ibu maupun bayi yang
dikandungnya mendapat keselamatan. Bayi tersebut diharapkan dapat lahir dengan
sehat, aman dan sempurna.Demikian juga ibu dapat melahirkan dengan mudah,
normal dan aman 2.
Dalam satu tradisi, mitoni salametan diadakan tanpa "nasi tumpeng" disajikan.
Nama Nasi Tumpeng sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu “yen meta kudu
numpeng” yang artinya “kalau keluar pasti semangat”. Artinya, ketika orang mulai
dilahirkan ke dunia, mereka harus menjalani hidup dengan semangat. Dalam tradisi
Mitoni, nasi tumpeng yang disediakan terdiri dari tujuh jenis, salah satunya adalah
tumpeng megana (tumpeng yang disajikan dengan sayuran di sekitar nasi), yang
memiliki makna menumbuhkan kehidupan 2. “ Tradisi selametan Mitoni, telah ada
sejak dahulu dan tata pelaksanaannya telah menjadi tradisi yang harus dijalankan.
Saat ada satu warga yang tidak melaksanakan tradisi. Maka akibatnya akan
dikucilkan, dan dijauhi para tetangga. Tengga akan menganggap bahwa dia orang
yang sombong karena tidak memjalankan selametan tersebut”
Tumpeng adalah hidangan nasi tumpeng dengan berbagai pelengkap, diletakkan
di atas tampah (nampan bundar besar yang terbuat dari anyaman bambu). Tumpeng
adalah tradisi kursus yang digunakan dalam upacara sedih dan gembira. Tumpeng
berasal dari tradisi kuno masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai
tempat bersemayam hyang, atau arwah leluhur (leluhur ). Setelah masyarakat Jawa
mengadopsi dan dipengaruhi oleh budaya Hindu, beras berbentuk kerucut dirancang
untuk meniru bentuk Gunung Mahameru yang suci, tempat tempat dewa dan dewi
bersemayam 1.
Lokasi tumpeng dan garnisnya melambangkan pegunungan dan tanah subur di
sekitar gunung. Nasi Tumpeng berbentuk kerucut dikaitkan dengan gunung, yang
berarti tempat yang dianggap suci oleh orang Jawa karena memiliki hubungan dekat
dengan surga dan surga. Bercocok tanam padi ini merupakan harapan agar
kehidupan kita menjadi lebih baik. Sedangkan tanah di sekitar gunung dilambangkan
dengan garnisun berbeda yang membawa kemakmuran sejati 1.
tumpeng menggambarkan kesatuan. Tumpeng menjadi kerucut yang menjulang
tinggi, artinya menunjuk ke atas, kepada Tuhan. Selain itu tumpeng juga berarti
memberi sedekah kepada orang lain.
Tumpeng memiliki arti berkumpul atau makan bersama untuk meminta keselamatan
dapat dilakukan dalam berbagai keperluan seperti :
a. Menghadapi kehidupan
b.Menyambut Berbagai Peristiwa Kehidupan
c. Memperingati kematian orang yang sudah meninggal.
D. Memulai aktivitas bersama.
E.Lakukan syukuran sebagai lambang Tuhan.
Tumpeng adalah masakan kuliner tradisional Indonesia yang terbuat dari nasi
dengan santan dan bumbu yang dikukus setelah matang, warnanya kuning
keemasan (emas). Nasinya berbentuk kerucut gunung bagi orang Sunda untuk
mengukus nasi menggunakan alat yang disebut aseupan, terbuat dari ayam bambu
yang di bentuk asam, dan dikukus di dalam sungkup. Saat nasi matang, diolah
menjadi ayakan yang dialasi lembar daun pisang dan dibentuk seperti tumpeng mirip
bentuk aseupan. Desain kuliner atau istilah landscape tumpeng untuk veneer adalah
sebagai berikut :
1. Warna kuning keemasan dari nasi tumpeng melambangkan kebesaran. Tumpeng
kuning adalah lambang persembahan atau penghormatan kepada Yang Maha Kuasa
.
2. Bentuknya seperti kerucut sebagai lambang menunjuk ke atas kepada Sang Maha
Pencipta
3.Tumpeng diletakkan di atas nampan tampah yang dialasi daun pisang, sedikitnya
tujuh jenis lauk diletakkan di sekeliling tumpeng. Angka tujuh dalam bahasa Jawa
adalah pitu. Pitu adalah akronim dari Pitulungan, artinya orang yang hidup harus
saling membantu 1.
Referensi

1. Krisnadi, A. R. (2020). Tumpeng Dalam Kehidupan Era Globalisasi Tumpeng In


The Era Of Globalization. Jurnal Hospitality dan Pariwisata, 1(2).
2. Nurazizah, I. (2022). TINJAUAN FILOSOFIS DALAM TRADISI UPACARA
SELAMETAN MITONI DAN SAJIAN NASI TUMPENG: Studi Deskriptif di Desa
Sumurugul Kecamatan Wanayasa Kabupaten Purwakarta. Jurnal Penelitian Ilmu
Ushuluddin, 2(3), 381-398.

Anda mungkin juga menyukai