Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha
Kuasa, telah dapat diselesaikan Kurikulum, Modul Pelatihan, dan Buku Saku
tentang Kesehatan Mata bagi tenaga kesehatan, kader, dan guru. Materi
pelatihan ini disusun dalam rangka pelaksanaan National Integrated Cicendo Eye
Health (NICEH) Project yang kegiatannya didanai oleh Fred Hollows Foundation
(FHF). NICEH Project merupakan kegiatan penanggulangan gangguan
penglihatan dan kebutaan (PGPK) mulai dari penyusunan kurikulum dan modul
sampai operasi katarak dengan lokus di 3 (tiga)Kota/Kabupaten di Propinsi Jawa
Barat, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Garut.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun,
atas pemikiran dan kesungguhan dalam mewujudkan materi Pelatihan
Kesehatan Mata ini. Harapan kami materi pelatihan ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi penggunanya.
i
SAMBUTAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan
kurikulum Pelatihan Tatalaksana Kesehatan Indera Penglihatan untuk Perawat
Puskesmas.
Kurikulum Pelatihan Tatalaksana Kesehatan Indera Penglihatan untuk
Perawat Puskesmas ini merupakan acuan bagi Perawat Puskesmas dalam
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan kesehatan indera penglihatan di
Puskesmas di wilayah kerjanya.
Kami menyadari bahwa kurikulum ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan, untuk itu masukan dan saran sangat Kami harapkan untuk
kesempurnaan Kurikulum ini dimasa yang akan datang.
Diharapkan Kurikulum ini dapat membantu Perawat dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan indera penglihatan di Puskesmas.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan kurikulum ini.
iii
DAFTAR ISI
iv
LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Penglihatan merupakan salah satu indera
yang memiliki fungsi utama sebagai jalur masuk infromasi, sehingga kemampuan
untuk melihat berkontribusi pada perkembangan anak, remaja, serta dewasa muda
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mata sehat merupakan kebutuhan dan hak
dasar yang harus dimiliki masyarakat pada semua kelompok usia. Gangguan
kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan mata merupakan hal yang sering
terabaikan sehingga berdampak pada kondisi yang lebih berat, pada akhirnya dapat
menurunkan produktivitas dan kualitas hidup. Sebagaimana kita ketahui bahwa siklus
hidup manusia setidaknya setiap orang akan mengalami satu gangguan kesehatan
yang berhubungan pada penglihatan.
Gender dan inklusi sosial merupakan bagian penting pada semua program
pembangunan. Komitmen pemerintah pada kesetaraan gender sudah menjadi
prioritas sejak pengesahan UU No.7 tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi
Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan dan juga
Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
Dalam Pembangunan Nasional. Pemerintah juga memiliki komitmen kuat terhadap
inklusi sosial tercermin dari pengesahan berbagai dasar hukum, diantaranya Undang-
undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang No. 13
Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dan Undang-undang No. 8 tahun
2016 tentang Penyandang Disabilitas, serta pembahasan Rancangan Undang-
undang Masyarakat Adat.
Rekomendasi WHO dalam world report on vision tahun 2019, setidaknya ada 2
miliar orang hidup dengan gangguan penglihatan atau kebutaan dan 1,1 miliar orang
diantaranya dengan gangguan penglihatan yang dapat dicegah namun belum
tertangani secara optimal. Kebutuhan terhadap kesehatan mata diproyeksikan
meningkat secara eksponensial dengan setengah dari populasi global yang
diperkirakan akan mengalami gangguan penglihatan pada tahun 2050.
1
Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) di
Indonesia, sekitar 8 juta jiwa penduduk berusia diatas 50 tahun mengalami gangguan
penglihatan, dimana 1,6 juta jiwa diantaranya mengalami kebutaan sedangkan 6,4
juta lainnya mengalami penglihatan sedang sampai berat. Adapun penyebab utama
gangguan penglihatan dan kebutaan pada populasi tersebut adalah katarak yang
belum dioperasi (81,2%) sehingga jika semua kasus katarak dapat ditangani maka
80% kebutaan dapat dicegah. Jika dilakukan upaya pencegahan dini maka
penglihatan yang optimal dapat meningkatan peluang umur panjang dan hidup sehat,
kemampuan belajar dan kualitas pendidikan, serta peluang kerja dan produktivitas
seseorang. Hal ini merupakan bagian dari indeks kesehatan, indeks pendidikan, dan
indeks pengeluaran yang berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) sebagai indikator kualitas hidup manusia Indonesia, serta mencapai
tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Beban kondisi kesehatan mata disadari memiliki dampak yang tidak proposional
pada kelompok rentan, masih adanya kesenjangan dalam cakupan kualitas layanan
kesehatan mata yang meliputi upaya promotif, pencegahan, pengobatan, dan
rehabilitasi. Disamping itu masih kurangnya tenaga kesehatan mata terlatih dan tidak
meratanya ketersediaan tenaga kesehatan mata serta integrasi yang belum memadai
kedalam sistem kesehatan ini mejadi tantangan untuk pengembangan program
penangulangan gangguan penglihatan.
Ditingkat global, pada World Health Assambly (WHA) ke-74 Pemerintah
Indonesia turut berkomitmen dalam pencapaian global target health 2030 dengan
strategi Integrated People Centred Eye Care (IPCEC), including preventable vision
impairment and blindness, yaitu:
1. Peningkatan 40% cangkupan efektif untuk kelainan refraksi pada tahun
2030,
2. Peningkatan 30% cangkupan efektif untuk operasi katarak pada tahun
2030,
3. 80% orang dengan penderita regular diabetes dapat diskrining untuk
retinopati dan 80% dari mereka yang teridentifikasi retinopati diabetik yang
mengancam penglihatan bisa menenerima penanganan lebih lanjut.
Adapun pendektan IPCEC dilaksanakan dengan 4 strategi sebagai
berikut:
a) Pemberdayaan masyarakat dan komunitas
2
Pemberdayaan masyarakat dan komunitas dilakukan untuk
meningkatkan literasi kesehatan masyarakat melalui peningkatan
kapasitas dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) sehingga individu
dan masyarakat secara mandiri mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mata, serta menjadi agen perubahan bagi
masyarakat sekitarnya.
b) Reorientasi model pelayanan
Reorientasi model pelayanan adalah penguatan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama (FPKTP) berfokus pada upaya promotif
dan prefentif melalui upaya kesehatan masyarakat (UKM). Kerangka
layanan kesehatan terintegrasi (IPCEC) mendefinisikan prioritas
layanan berdasarkan kebutuhan menurut siklus hidup dan
membangun pelayanan kesehatan premier yang kuat.
c) Koordinasi pelayanan lintas program dan lintas sektor
Berfokus pada peningkatan pelayanan kesehatan mata dengan
menyelaraskan proses dan informasi tanpa perlu menggabungkan
struktur, layanan, atau alur kerja. Kerangka kerja pelayanan kesehatan
terintegrasi mengidentifikasi tiga pendekatan strategis, yaitu:
pendekatan individu
pendekatan program dan penyedia kesehatan
pendekatan lintas sektor
d) Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memberikan pelayanan
kesehatan mata
Lingkungan yang kondusif dapat dicapai dengan mengintegrasikan
kesehatan mata kedalam rencana strategi kesehatan nasional,
penyelenggaraan surveilans dan integrasi data penyakit mata kedalam
sistem informasi kesehatan, serta perencanaan kebutuhan sumber
daya manusia kesehatan mata sesuai kebutuhan populasi.
3
diharapkan dapat meningkatkan capaian dan cakupan layanan kesehatan indera
penglihatan.
Dalam pengembangannya diperlukan strategi agar dapat berlangsung
dengan baik di Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kemampuan daerah. Strategi
pengembanagan ini mengacu pada strategi penanggulangan gangguan penglihatan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.82 Tahun 2020 tentang
Penanggulangan Gangguan Pengeliahatan dan Gangguan Pendengaran, sebagai
berikut:
a. Penguatan advokasi dan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
b. Penguatan peran serta masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.
c. Pengingkatan akses terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
melalui penguatan sumber daya dan standarisasi pelayanan.
d. Penguatan sistem surveilans serta pemantauan dan evaluasi.
e. Penyediaan sumber daya yang mencukupi.
Ditingkat nasional pemerintah sudah menetapkan target sebesar 25% pada
tahun 2030 dari prevalensi di tahun 2017 melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.82
Tahun 2020. Penangulangan gangguan penglihatan di Indonesia diprioritaskan pada
penyakit katarak, kelainan refraksi, glaukoma, retinopati diabetik, kebutaaan pada
anak, dan low vision.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka kepedulian dan pengetahuan
tentang upaya pencegahan dan penanggulangan kebutaan perlu ditingkatkan melalui
program pelatihan tatalaksana kesehatan indera penglihatan supaya memiliki
kompetensi yang baik agar dapat mengimplementasikan program kesehatan indera
penglihatan tersebut kepada masyarakat khususnya mengenai katarak, glaukoma,
kelainan refraksi, gangguan retina, kelainan kornea, serta dibekali juga tentang materi
bagaimana cara mendeteksi dini adanya gangguan penglihatan dan kebutaan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.35
Tahun 2020 tentang Balai Kesehatan Mata Masyarakat Cikampek yang selanjutnya
disebut BKMM Cikampek adalah UPT yang melaksanakan tugas di bidang kesehatan
mata. Dimana salah satu tugas dan fungsinya adalah menyelenggarakan dan
melaksanakan bimbingan teknis di bidang kesehatan mata di daerah binaan yang
direalisasikan dalam bentuk pelatihan tatalaksana kesehatan indera penglihatan
untuk perawat puskesmas.
Mengingat puskesmas adalah unit pelayanan pertama atau fasilitas
kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat, maka perawat puskesmas menjadi
4
sasaran utama untuk menjadi peserta dalam pelatihan ini. Supaya tujuan yang
diharapkan bisa tercapai, maka disusunlah kurikulum yang berisi rencana dan
pengaturan mengenai bahan pelatihan yang dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan aktivitas pelatihan. Keberadaan kurikulum akan membuat setiap
pelatih dan peserta pelatihan bisa mengetahui kemana arah pelatihan yang akan
diterima dan apa tujuan yang ingin dicapai.
5
BAB II
KOMPONEN KURIKULUM
A. Tujuan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan tatalaksana
pelayanan kesehatan indera penglihatan di puskesmas sesuai kewenangannya.
B. Kompetensi
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
1. Melakukan tatalaksana penyakit mata
2. Melakukan pemeriksaan mata
3. Melakukan asuhan keperawatan mata yang sering terjadi
4. Melakukan asuhan keperawatan perioperatif pada tindakan operatif mata
5. Melakukan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan mata
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan gangguan penglihatan
7. Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan
gangguan penglihatan
8. Melakukan sistem rujukan berjenjang (referral patway)
C Struktur Kurikulum
ALOKASI WAKTU (JPL)
NO MATERI PELATIHAN
T P PL Total
A. MATA PELATIHAN DASAR
1 Kebijakan Program Kesehatan Mata Dalam
2 0 0 2
Rangka PGPK dan Vision Center
2
Anatomi dan Fisiologi Mata 2 1 0 3
4 1 0 5
Sub Total
B. MATA PELATIHAN INTI
2 Pemeriksaan Mata 2 2 0 4
6
Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada
4 2 2 0 4
Tindakan Operatif Mata
Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan
5 2 2 2 6
Mata
Pencatatan dan Pelaporan Kasus Gangguan
6 1 2 0 3
Penglihatan
Sistem Rujukan Berjenjang (Referral
7 1 1 0 2
Pathway)
Pemberdayaan Masyarakat Dalam
8 1 3 0 4
Penanggulangan Gangguan Penglihatan
Sub Total 14 17 7 38
2 Anti Korupsi 2 0 0 2
Sub Total 3 3 0 6
Total 21 21 7 49
Keterangan:
1 JPL = 45 menit
T = Penyampaian teori
P = Penugasan di kelas
PL = Praktik lapangan
7
D. Ringkasan Mata Pelatihan
1. Mata Pelatihan Dasar (MPD)
a. Kebijakan Program Kesehatan Mata dalam Rangka (PGPK) dan
Vision Center
1) Deskripsi singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang Rencana Strategi
Nasional dan Target Global 2030 untuk penanggulangan
gangguan penglihatan dan kebutaan dan vision center.
2) Hasil Belajar
Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu memahami
arah kebijakan dan program Kementerian Kesehatan tentang
pelayanan kesehatan mata.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
a) Menjelaskan arah kebijakan dan program Kementerian
Kesehatan tentang pelayanan kesehatan mata dan vision
center.
b) Menguraikan program Kementerian Kesehatan tentang
pelayanan kesehatan mata.
4) Materi Pokok
Materi pokok pada pelatihan ini adalah:
a) Arah kebijakan dan program Kementerian Kesehatan
tentang pelayanan kesehatan mata dan vision center.
b) Program Kementerian Kesehatan tentang pelayanan
kesehatan mata.
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 2 JPL, dengan rincian: T:2, P: 0, PL: 0
8
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
bagian-bagian dari anatomi mata serta fisiologinya.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
menerangkan dan menjelaskan anatomi dan fisiologi mata.
4) Materi Pokok
Materi pokok pada pelatihan ini sebagai berikut:
1. Anatomi Mata
a. Segmen Anterior:
- Alis, Bulu mata dan Palpebra
- Ductus dan saccus lacrimalis
- Konjungtiva, Kornea dan Iris
- Bilik Mata Depan dan Belakang
- Pupil, Lensa
b. Segmen Posterior:
- Badan Kaca, Retina, Khoroid
- Nervus II
- Otot Mata
c. Sistem vaskularisasi dan inervasinya
2. Fisiologi mata
a. Proses penglihatan
b. Gerakan bola mata
c. Mekanisme kerja bola mata
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 3 JPL, dengan rincian: T:2, P: 1, PL: 0
9
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan
tatalaksana penyakit mata.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
a) Menjelaskan gangguan mata
b) Melakukan tatalaksana katarak
c) Melakukan tatalaksana glaukoma
d) Melakukan tatalaksana kelainan refraksi
e) Melakukan tatalaksana kelainan mata lainnya
4) Materi Pokok
Materi pokok pada pelatihan ini adalah:
a) Gangguan mata
b) Tatalaksana katarak
c) Tatalaksana glaukoma
d) Tatalaksana kelainan refraksi
e) Tatalaksana kelainan mata lainnya
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 9 JPL, dengan rincian: T:3, P: 3, PL: 3
b. Pemeriksaan mata
1) Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang anamnesa, pemeriksaan
tajam penglihatan, pemeriksaan lapang pandang, pemeriksaan
otot otot ekstra okular, pemeriksaan segmen anterior dan organ
aksesorisnya, pemeriksaan refleks fundus dan pemeriksaan
tekanan bola mata.
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu melakukan
pemeriksaan mata.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu :
a) Melakukan anamesa pasien
b) Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
c) Melakukan pemeriksaan lapang pandang
10
d) Melakukan pemeriksaan otot-otot ekstra okular
e) Melakukan pemeriksaan segment anterior dan organ
akesesorisnya
f) Melakukan pemeriksaan refles fundus
g) Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
4) Materi Pokok
Materi pokok pada pelatihan ini adalah:
a) Anamnesa pasien
b) Pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
c) Pemeriksaan lapang pandang
d) Pemeriksaan otot-otot ekstra okular
e) Pemeriksaan segmen anterior dan organ aksesorisnya
f) Pemeriksaan refleks fundus
g) Pemeriksaan tekanan bola mata
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 4 JPL, dengan rincian: T:2, P: 2, PL: 0
11
d) Dokumentasi keperawatan
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 6 JPL, dengan rincian: T:2, P: 2, PL: 2
12
e. Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Mata
1) Deskrispi Singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang jenis-jenis penyakit dan
penyebab yang bersifat darurat untuk kesehatan mata, dan
bagaimana penatalaksanaannya.
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu memberikan
pertolongan pertama pada kasus kegawatdaruratan mata.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu:
a) Menetapkan diagnosa pada kasus kegawatdaruratan mata
b) Memberikan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan
mata
4) Materi Pokok
Materi pokok pada pelatihan ini adalah:
a) Klasifikasi kegawatdaruratan pada mata
b) Diagnosa pada kedaruratan mata
c) Tindakan yang harus sesuai dengan kasus yang ditemukan
d) Pertolongan pertama pada kedaruratan mata
5) Pada waktu pembelajaran
Alokasi waktu: 6 JPL, dengan rincian: T:2, P: 2, PL: 2
13
c) Menjelaskan penggunaan dashboard ASIK untuk memantau
pelaporan hasil deteksi dini gangguan penglihatan
4) Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah sebagai berikut:
a) Konsep pencatatan dan pelaporan gangguan penglihatan
b) Pencatatan deteksi dini gangguan penglihatan melalui
Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK)
c) Penggunaan dashboard ASIK dalam pelaporan gangguan
penglihatan
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 3 JPL, dengan rincian: T:1, P: 2, PL: 0
14
h. Pemberdayaan Masyarakat
1) Deskripsi singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang pemberdayaan
masyarakat dalam rangka penanggulangan gangguan
penglihatan
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu
berpartisipasi dalam penanggulangan gangguan penglihatan
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
a) Menjelaskan konsep pemberdayaan masyarakat
b) Berpartisipasi dalam penanggulangan gangguan penglihatan
4) Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah sebagai berikut:
a) Konsep pemberdayaan masyarakat dalam penangulangan
gangguan penglihatan
b) Tingkat partisipasi masyarakat dalam penangulangan
gangguan penglihatan
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 3JPL, dengan rincian: T: 1, P: 3, PL: 0
15
c) Membuat kesepakatan nilai, norma dan kontrol kolektif,
dan membuat kesepakatan organisasi dalam kelas
4) Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah sebagai berikut:
a) Proses perkenalan
b) Identifikasi harapan pembelajaran
c) Nilai, norma dan kontrol kolektif
d) Organisasi kelas
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 2 JPL dengan rincian: T:0, P: 2, PL: 0
b. Anti Korupsi
1) Deskripsi singkat
Mata pelatihan ini membahas tentang konsep korupsi, konsep
anti korupsi, upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan
korupsi, tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana
korupsi, dan gratifikasi.
2) Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami
tentang anti korupsi.
3) Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta dapat:
a) Menjelaskan konsep korupsi
b) Menjelaskan konsep anti korupsi
c) Menjelaskan upaya pencegahan korupsi dan
pemberantasan korupsi
d) Menjelaskan tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak
pidana korupsi
e) Menjelaskan tentang gratifikasi
4) Materi Pokok
Materi pokok pada mata pelatihan ini adalah sebagai berikut:
a) Konsep korupsi
b) Konsep anti korupsi
c) Upaya pencegahan korupsi dan pemberantasan korupsi
16
d) Tata cara pelaporan dugaan pelanggaran tindak pidana
korupsi
e) Gratifikasi
5) Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu: 2 JPL, dengan rincian: T:2, P: 0, PL: 0
17
Melakukan penilaian terhadap kemampuan yang telah dimiliki oleh
peserta mencakup ranah pengetahuan dan keterampilan setelah
mengikuti pelatihan (sebelum pelatihan diakhiri/ditutup) dengan post
test.
18
BAB III
DIAGRAM ALUR PROSES PELATIHAN
PRE-TEST
PEMBUKAAN
PRAKTIK LAPANGAN
EVALUASI PENYELENGGARAAN
PENUTUPAN
19
Proses pembelajaran pada Pelatihan Tatalaksana Kesehatan Indera
Penglihatan Bagi Perawat Puskesmas dilaksanakan dengan alur seperti diagram
diatas dan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pre Test
Sebelum acara pembukaan, dilakukan pre-test terhadap peserta, yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan
kemampuan awal peserta terkait Tatalaksana Kesehatan Mata.
2. Pembukaan
Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan secara resmi.
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan
b. Pembukaan dan pengarahan kegiatan pelatihan
c. Pembacaan doa
3. Building Learning Commitment / BLC (Membangun Komitmen Belajar).
Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam mengikuti
proses pelatihan sebagai berikut:
a. Pelatih/ fasilitator menjelaskan tentang tujuan pembelajaran dan
kegiatan yang akan dilakukan dalam materi BLC.
b. Perkenalan antara peserta dengan para pelatih/ fasilitator dan
dengan panitia penyelenggara pelatihan dan juga perkenalan antar
sesama peserta. Kegiatan perkenalan dilakukan dengan permainan,
dimana seluruh peserta terlibat secara aktif.
c. Mengemukakan harapan, kekhawatiran dan komitmen masing-
masing peserta selama pelatihan.
d. Kesepakatan antara para pelatih/ fasilitator, penyelenggara pelatihan
dan peserta dalam berinteraksi selama pelatihan berlangsung,
meliputi: pengorganisasian pelatihan, kenyamanan pelatihan,
keamanan pelatihan, dan yang lainnya.
4. Pemberian Wawasan
Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi sebagai
dasar pengetahuan/ wawasan yang perlu diketahui peserta dalam
pelatihan ini, yaitu Kebijakan program kesehatan mata dalam rangka
PGPK, Anatomi dan Fisiologi Mata dan Anti Korupsi.
5. Pembekalan Pengetahuan dan Keterampilan
20
Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses pelatihan
mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta.
Penyampaian materi dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
yang melibatkan semua peserta untuk berperan aktif dalam mencapai
kompetensi tersebut.
Pengetahuan dan keterampilan meliputi mata pelatihan:
a. Tatalaksana Penyakit Mata
b. Pemeriksaan mata
c. Asuhan keperawatan penyakit mata yang sering terjadi.
d. Asuhan keperawatan perioperatif pada tindakan operatif mata
e. Pertolongan pertama kegawatdaruratan mata
f. Pencatatan dan pelaporan gangguan penglihatan
g. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan gangguan
penglihatan
h. Sistem rujukan berjenjang
6. Praktik Lapangan
Pelaksanaan praktik lapangan dilaksanakan pada hari ke 5.
Peserta berjumlah 25 orang dan dibagi menjadi 5 (lima) kelompok
serta didampingi oleh 1 orang instruktur. Lokus praktik lapangan
dipuskesmas atau di tempat pelaksanaan pelatihan yang tersedia
sarana dan prasarana pelatihan sesuai dengan capaian kompetensi
yang diharapkan.
Petugas puskemas menyiapkan 1 (satu) orang pasien untuk setiap
kelompok.
Tujuan praktik lapangan untuk mengaplikasikan materi yang telah
diperoleh dikelas terkait dengan tatalaksana penyakit mata, asuhan
keperawatan penyakit mata yang sering terjadi, kegawadaruratan
mata, dan pemberdayaan masyarakat terkait penanggulangan
gangguan penglihatan dimasyarakat.
Langkah-langkah Praktik Lapangan sebagai berikut:
a. Melakukan pemeriksaan pada pasien
b. Melakukan asuhan keperawatan
c. Melakukan tatalaksana penyakit mata
d. Melakukan tindakan praktik:
- Pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
21
- Pemeriksaan lapang pandang
- Pemeriksaan tekanan bola mata (Schiotz)
- Irigasi mata
e. Selanjutnya diakhir sesi perserta pelatihan bergabung dengan
kader yang sebelumnya telah mendapatkan pembekalan terkait
penanggulangan gangguan penglihatan mata. Peserta pelatihan
dan kader melakukan kolaborasi dan menghasilkan kesepakatan
yang akan disampaikan pada diskusi pleno dan akan
ditindaklanjuti setelah peserta pelatihan kembali ke tempat
tugasnya.
7. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Rencana tindak lanjut disusun oleh peserta dengan tujuan untuk
merumuskan rencana tindak lanjut/ implementasi hasil pelatihan di tempat
kerja peserta setelah mengikuti pelatihan.
8. Evaluasi Peserta (Post Test) dan Evaluasi Penyelenggaraan
Evaluasi peserta diberikan setelah semua materi disampaikan dan
sebelum penutupan dengan tujuan untuk melihat peningkatan
pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti pelatihan.
Evaluasi penyelenggaraan dilakukan kepada penyelenggara dan
fasilitator untuk mendapatkan masukan dari peserta tentang
penyelenggaraan pelatihan dan proses pembelajaran selama pelatihan
yang nantinya akan digunakan untuk penyempurnaan penyelenggaraan
pelatihan berikutnya.
9. Penutupan
Acara penutupan adalah sesi akhir dari semua rangkaian kegiatan,
dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dengan susunan acara
sebagai berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan
b. Kesan dan pesan dari perwakilan peserta
c. Pengarahan dan penutupan oleh pejabat yang berwenang
d. Pembacaan doa
22
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Nomor : MPD.1
Materi : Kebijakan Program Kesehatan Mata dalam rangka Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan (PGPK) dan vision center
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata pelatihan ini membahas tentang Rencana Strategi Nasional penanggulangan gangguan penglihatan
dan kebutaan nasional, Program Pelayanan Kesehatan, manajemen dan peran FKTP dalam PGPK dan
vision center
Hasil Belajar : Setelah menyelesaikan materi ini, peserta mampu memahami Kebijakan Program Kesehatan Mata dan
vision center
Waktu : 2 JPL (T : 2 JPL; P : 0 JPL; PL : 0 JPL)
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Metode Alat Bantu dan Referensi
Sub Pokok Bahasan Media Pembelajaran
Setelah mengikuti materi ini Ceramah Proyektor Opthalmologi
peserta mampu: Tanya Jawab Bahan Tayang Umum Edisi
1. Menjelaskan Anatomi 1. Anatomi Mata Diskusi Modul 19, Voughan &
a. Segmen Anterior Kelompok Komputer/ Asbury, EGC,
Alis, Bulu mata dan Palpebra Laptop 2014
Ductus dan saccus lacrimalis Flipchart Anatomi
Konjungtiva, Kornea dan Iris Spidol Fisiologi, Ethel
Bilik Mata Depan dan Pointer Sloane, EGC,
Belakang Phantom mata 2012
Pupil, Lensa Panduan diskusi
b. Segmen Posterior kelompok
Badan Kaca, Retina, Khoroid
Nervus II
Otot Mata
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Referensi
Bahasan Media
Pembelajaran
Setelah mengikuti mata Ceramah Proyektor Ilyas, S. (2010).
pelatihan ini, peserta Tanya Jawab Bahan Tayang Penuntun Ilmu Penyakit
mampu: Curah pendapat Modul Mata. Edisi Ketiga.
1. Menjelaskan gangguan 1. Gangguan mata Diskusi Komputer/ Jakarta: FKUI
mata a. Mata merah visus (tajam kelompok Laptop Voughan & Asbury
penglihatan) normal Simulasi Flipchart (2014) Opthalmologi
b. Mata merah visus menurun Phantom mata Umum Edisi 19, Jakarta,
c. Mata merah visus turun Tonometri EGC
mendadak
E-chart Budiono et al (2013)
d. Mata tenang visus turun Buku Ajar Ilmu
Obat Tetes
perlahan Kesehatan Mata,
mata
e. Kelainan letak bola mata Airlangga University
Panduan
f. Trauma Press.
diskusi
kelompok Doenges (2014).
2. Melakukan tatalaksana 2. Tatalaksana Penyakit Katarak Rencana Asuhan
Katarak a. Definisi
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Indera
28
b. Klasifikasi Panduan Keperawatan, Jakarta,
c. Tanda dan Gejala simulasi untuk EGC
d. Tata Laksana katarak, Nurjanah 92016) Proses
glukoma, Keperawatan Nanda
kelainan NIC NOC
3. Melakukan tatalaksana 3. Tatalaksana Glaukoma refraksi, dan
Glaukoma a. Definisi penyakit mata
b. Klasifikasi lainnya.
c. Tanda dan Gejala Ceklis simulasi
d. Tata Laksana
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Media Referensi
Bahasan Pembelajaran
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Metode Alat Bantu dan Referensi
Pokok Bahasan Media
Pembelajaran
Setelah mengikuti mata Ceramah Proyektor Ilyas., S. (2010).
pelatihan ini, peserta mampu: Tanya Jawab Bahan Tayang Penuntun Ilmu Penyakit
1. Mengidentifikasi penyakit 1. Identifikasi penyakit Curah pendapat Modul Mata. Edisi Ketiga.
mata yang sering terjadi mata yang sering Diskusi kelompok Komputer/ Jakarta: FKUI
terjadi Studi Kasus Laptop Voughan & Asbury
a. Katarak Latihan Flipchart (2014) Opthalmologi
b. Glaukoma pendokumentasian Phantom mata Umum Edisi 19, Jakarta,
c. Kelainan Refraksi (IHB4) Tonometri EGC
d. Mata Merah
E-chart Budiono et al (2013)
Obat Tetes Buku Ajar Ilmu
mata Kesehatan Mata,
2. Menetapkan diagnosa 2. Diagnosa Keperawatan Airlangga University
Panduan
keperawatan Press.
diskusi
kelompok Doenges (2014).
3. Melakukan Tindakan 3. Tindakan keperawatan Rencana Asuhan
Lembar kasus
keperawatan - Keluarga
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Indera
33
- Individu dalam Lembar Keperawatan, Jakarta,
kelompok dokumentasi EGC
- Pendidkan dan Nurjanah 92016) Proses
penyuluhan Keperawatan Nanda NIC
- Pemberian NOC
pengobatan sesuai
kewenangan
- Pemberian
Konseling
- Rujukan kasus
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Referensi
Bahasan Media
Pembelajaran
Setelah mengikuti mata Ceramah Proyektor, Doenges, (2015).
pelatihan ini, peserta mampu: Tanya Jawab Komputer/lapt Rencana Asuhan
Curah op Keperawatan Vol. 3.
1. Menjelaskan identifikasi 1. Identifikasi pasien Perioperatif pendapat Flipchart Jakarta : EGC
pasien perioperatif pada pada mata Diskusi Phantom mata Brunner & Suddarth,
penyakit mata a. pre operasi kelompok Bahan Tayang (2013). Buku Ajar
b. intra operatif Simulasi Modul Keperawatan Medikal
c. post operasi Pasien/Proba Bedah. Jakarta :EGC
ndus Potter & Perry. (2006).
Senter Fundamental
Macam- Keperawatan, Konsep,
macam obat Proses dan Praktik.
tetes mata Jakarta
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Media Referensi
Bahasan Pembelajaran
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Bahasan Metode Alat Bantu dan Referensi
Media Pembelajaran
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Referensi
Bahasan Media
Pembelajaran
Setelah mengikuti mata pelatihan Ceramah Proyektor 1. Permenkes RI nomer
ini, peserta mampu:
Tanya Bahan Tayang 001 tahun 2012
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Referensi
Bahasan Media
Pembelajaran
Setelah mengikuti mata pelatihan Ceramah Proyektor Pedoman
ini, peserta mampu:
Tanya Bahan Tayang Penyelenggaraan
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Media Referensi
Bahasan Pembelajaran
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Referensi
Bahasan Media Pembelajaran
5. Gratifikasi 5. Gratifikasi
Indikator Hasil Belajar Pokok Bahasan / Sub Pokok Metode Alat Bantu dan Media Referensi
Bahasan Pembelajaran
Spidol Pelatihan
b. Manfaat RTL
c. Prinsip Penyusunan ATK
RTL Panduan Latihan
2. Menjelaskan Komponen 2. Komponen RTL Form RTL
RTL
3. Menyusun RTL 3. Penyusunan RTL
a. Jangka Pendek
b. Jangka Panjang
JADWAL
KEGIATAN PELATIHAN TATALAKSANA KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN
BAGI PERAWAT PUSKESMAS
50
Hari Ke 07.15 - 07.30 Refleksi Pengendali
IV Pelatihan
07.30 – 09.45 3 Pencatatan dan Pelaporan BKMM
gangguan penglihatan Cikampek
09.45 - 10.00 Cofee break
10.00 - 11.30 2 Sistem Rujukan Berjenjang BKMM
(Referral Patway Cikampek
11.30 - 13.00 2 Pemberdayaan Masyarakat BKMM
dalam penangulangan Cikampek
gangguan penglihatan
13.00 - 14.00 ISOMA
14.00 – 15.30 2 Pemberdayaan Masyarakat BKMM
dalam penangulangan Cikampek
gangguan penglihatan
(Lanjutan)
51
Lampiran 3 : Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
52
II. Pilihan ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang tepat dari pertanyaan di bawah ini dan berilah
tanda silang (X)
1. Kelainan Refraksi yang terjadi akibat perubahan fisiologis dimana daya
akomodasi berkurang sehingga kemampuan melihat dekat berkurang
disebut:
a. Astigmatisme
b. Hipermetropia
c. Presbiopia
d. Emetropia
2. Bila menemukan kasus Ulkus Kornea maka pertolongan pertama yang
harus dilakukan adalah :
a. Langsung diberi tetes mata antibiotik dan dirujuk
b. Langsung diberi tetes mata antibiotik dan kortikosteroid dan dirujuk
c. Bebat mata dan Segera dirujuk
d. Diberi antibiotik oral dan dirujuk
3. Media refraksi pada mata terdiri dari, kecuali :
a. Kornea
b. Sklera
c. Lensa
d. Badan kaca
4. Indikasi operasi pengangkatan pterigium sebaiknya dilakukan pada :
a. Grade I
b. Grade II
c. Grade III
d. Semua salah
5. Sterilisasi adalah :
a. membunuh mikroorganisme pada benda hidup
b. membunuh mikroorganisme pada benda mati
c. membunuh semua mikroorganisme termasuk spora pada benda mati
d. menghambat pembunuhan mikroorganisme
53
6. Pemeriksaan pasien pasca operasi katarak, yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut, kecuali:
a. Tanda-tanda infeksi
b. Glaukoma
c. Perdarahan
d. Tanpa kecuali
7. Kelainan refraksi pada penderita Astigmatisme dapat dikoreksi dengan
lensa:
a. Konvek
b. Konkav
c. Silinder
d. Torik
5. Kelainan mata pada anak yang terjadi akibat defisiensi Vit. A dan masih
dapat disembuhkan dengan pemberian vitamin A adalah :
a. Xerosis kornea
b. Ulkus kornea
c. Parut kornea
d. Tidak ada pilihan yang benar
6. Pada penderita glaukoma terjadi penyempitan lapang pandang yang
dapat diperiksa secara sederhana dengan :
a. Tes Anel
b. Tes Schirmer
c. Tes Konfrontasi
d. Tes Fluoresin
7. Peran perawat Puskesmas dalam PGPK sebagai berikut, kecuali :
a. Pemberi pelayanan kesehatan
b. Penemu kasus
c. Penyuluh atau pendidik
d. Mengobati pasien
8. Persyaratan dan persiapan operasi katarak dalam kegiatan operasi
katarak sebagai berikut, kecuali:
c. Pasien harus mandi dan cuci rambut
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Mata tidak merah
f. Tajam penglihatan > 3/60
54
9. Kontraindikasi operasi katarak, kecuali :
a. Kencing manis
b. Tekanan darah tinggi
c. Presbiopia
d. Konjungtivitis
10. Tindakan perawatan pada pasien dengan kecelakaan mata adalah,
kecuali
a. Jangan memberikan obat miotikum atau midriatikum
b. Memberikan salep pada mata
c. Jangan berkeinginan menerangkan pada pasien bahwa prognosisnya
baik
d. Jangan menganjurkan pasien untuk kembali bekerja bila mengalami
rasa sakit dan pembengkakan
11. Deteksi dini kasus kelainan refraksi dapat dilaksanakan di tempat-tempat,
sebagai berikut, kecuali :
a. Posyandu
b. Posbindu
c. UKS
d. Tanpa kecuali
12. Implementasi keperawatan terhadap pasien dengan diagnosa katarak
adalah :
a. Hindari cahaya silau
b. Memberi obat tetes mata
c. Memberi tindakan
d. Memberikan salep mata
55
III. Jodohkanlah pernyataan di sebelah kiri dengan jawaban yang tersedia di
sebelah kanan dengan benar.
1. Yang mengisi 2/3 bagian bola mata adalah ... a. Badan kaca
2. Yang disebut sebagai Pencuri penglihatan adalah b. Tes anel
… c. Kornea
3. Selaput berbentuk segitiga pada mata ... d. Tes flourescein
4. Yang termasuk dalam Kegawat daruratan mata e. 135℃-145℃
adalah … f. Afakia
5. Diagnosa keperawatan mata katarak adalah ...
6. Tes untuk menguji saluran mata sebelum operasi g. Perforasi bola
katarak adalah … mata
7. Rabun jauh disebut juga … h. Kelainan refraksi
8. Keadaan bola mata tanpa lensa disebut ... i. Trabekulektomi
9. Tindakan operasi untuk menurunkan tekanan bola j. Glaukoma
mata … k. Keratitis
10. Mata merah dengan penurunan tajam penglihatan l. Kelenjar meibum
dan disertai dengan silau, fotofoby adalah ... m. Corpus alienum
11. Kekeruhan pada lensa mata disebut ... n. Myopia
12. Bagian bola mata yang memiliki lapisan epitel, o. Pterigium
membrana bowman, stroma, descemet membran p. Gangguan tidak
dan endotel adalah … nyaman
13. Tes untuk menguji keutuhan permukaan kornea q. Katarak
adalah ... r. Tes Pinhole
14. Tes untuk membedakan antara kelainan refraksi
dan kelainan retina adalah dengan …..
15. Suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi dengan
menggunakan autoclave kering...
56
Lampiran 4: Panduan Penugasan
57
2) Konsep penyakit pada pasien dengan glaukoma
3) Konsep penyakit pada pasien dengan gangguan refraksi
4) Konsep penyakit pada pasien penyakit mata lainnya (2
kelompok)
Setelah selesai melakukan diskusi kelompok selama 45 menit, setiap
kelompok harus mempresentasikan apa yang sudah dibahas dan
dipresentasikan di depan kelompok lain untuk mendapat arahan, masukan
atau tanggapan baik dari pembimbing maupun dari kelompok lain untuk
menambah pengetahuan mengenai penyakit mata.
58
penglihatan didapatkan VOD 5/60 VOS 1/~. Tensi 160/90 mmHg, nadi 90x/menit,
pernapasan 25x/menit.
Bahan diskusi :
1. Diagnosa medis kasus diatas adalah ?
2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data apa ?
3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosa adalah ?
4. Bagaimana penatalaksanaannya ?
5. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien menolak tindakan ?
59
3. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung
diagnosa adalah ?
4. Apa yang harus dilakukan jika visus tidak maksimal ?
5. Bagaimana penatalaksanaannya ?
6. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien menolak tindakan ?
60
d. Senter
e. Modul
f. Pasien/Probandus
g. Contoh kartu hasil pemeriksaan mata
h. Laptop
i. Flipchart
j. Spidol
k. Bahan Tayang
l. Panduan simulasi
m. Tonometer
n. Pantocain
o. Alkohol swab
p. Aquabidest
3. Langkah-langkah
a. Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
b. Masing-masing kelompok berpisah menseting tempat agar mudah
untuk melakukan pemeriksaan
c. Disetiap kelompok peserta pelatihan dibagi 2, ada yang berperan
sebagai perawat, dan ada yang berperan sebagai pasien
d. Peserta yang berperan sebagai perawat melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik, pemeriksaan visus, pemeriksaan lapang pandang,
pemeriksaan otot mata, pemeriksaan refleks fundus dan
pemeriksaan tekanan bola mata kepada perawat yang berperan
sebagai pasien.
e. Setelah selesai maka peserta berganti peran, yang tadinya berperan
sebagai pasien jadi berperan sebagai perawat
f. Lakukan tindakan pemeriksaan secara bergantian sampai semua
peserta dapat melakukan pemeriksaan
g. Waktu yang dibutuhkan pada setiap tindakan simulasi sebanyak 10
menit
61
CEKLIST PENGKAJIAN DAN PEMERIKSAAN FISIK MATA
62
CEKLIST PEMERIKSAAN VISUS
63
CEKLIST PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG
64
CEKLIST PEMERIKSAAN TONOMETRI SCHIOTIZ
65
IV. MPI.3 Asuhan Keperawatan Penyakit Mata Yang Sering Terjadi
A. Panduan Diskusi Kelompok
1. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini peserta mampu menegakkan diagnosa
keperawatan penyakit katarak, glaukoma, kelainan refraksi, dan penyakit
mata lainnya
2. Langkah-langkah
a. Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang
b. Masing-masing kelompok membahas tentang kasus yang diberikan,
menganalisa dan menegakkan diagnosa perawatan dan membuat
rencana perawatan, rencana intervensi dan evaluasi.
c. Kelompok membahas poin-poin untuk diskusi kelompok, dan
merumuskan tanggapan kelompok
d. Hasil diskusi disampaikan dalam bentuk presentasi
e. Metode bimbingan yang digunakan dalam diskusi kelompok ini
adalah peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi menjadi 5
kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yaitu
kelompok ;
1) Askep penyakit pada pasien dengan katarak
2) Askep penyakit pada pasien dengan glaukoma
3) Askep penyakit pada pasien dengan gangguan refraksi
4) Askep penyakit pada pasien penyakit mata lainnya (2 kelompok)
66
Kasus Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Diagnosa Katarak (Kelompok 1)
Seorang laki-laki berumur 60 tahun pekerjaan nelayan datang ke BKMM
cikampek diantar tukang ojek karena pasien tinggal sendirian dengan keluhan mata
sebelah kanan tidak jelas, pandangan buram. melihat seperti asap. Pasien
mengatakan pandangan kabur secara perlahan, awalnya tidak jelas lama kelamaan
seperti ada kabut yng menghalangi pandangan. Pasien mengaatakan takut dioperasi
karena tidak ada yang merawat dirumah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data
tanda-tanda vital dengan teknanan darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan
23x/menit. Hasil pemeriksaan visus didapatkan data VOD 1/300 pinhole (-) dan VOS
5/50 pinhole (-).
Bahan diskusi :
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah ?
2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data apa saja ?
3. Rencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
4. Apa tujuan dari masing-masing diagnosa yang sudah ditegakkan ?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang harus dilakukan apabila pasien
direncanakan untuk tindakan operasi ?
6. Apa saja yang harus dipersiapkan pasien ?
7. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien menolak tindakan ?
67
3. Rencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
4. Apa tujuan dari masing-masing diagnosa yang sudah ditegakkan ?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang harus dilakukan apabila pasien
direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi?
6. Apa saja yang harus dipersiapkan pasien ?
7. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien menolak tindakan ?
68
3. Rencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
4. Apa tujuan dari masing-masing diagnosa yang sudah ditegakkan ?
5. Edukasi apa yang harus diberikan kepada pasien ?
69
f. Bengkok
g. Plester
h. Contoh kartu hasil pemeriksaan mata
3. Langkah-langkah
Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi dalam 2 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 12-13 orang. Kelompok 1 bertugas
untuk melakukan simulasi pemberian obat tetes yang baik dan benar,
kelompok 2 bertugas untuk melakukan simulasi mengganti balutan
mata. Masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 peran, ada yang
berperan sebagai perawat dan ada yang berperan sebagai pasien.
Adapun skenario yang harus dimainkan oleh peserta pelatihan adalah
sebagai berikut :
a. Di kelompok 1 peserta yang berperan sebagai perawat melakukan
pemberian obat tetes mata pada peserta yang berperan sebagai
pasien, setelah selesai lantas mereka bertukar peran, hingga
semua anggota kelompok bisa melakukan pemberian obat tetes
mata maupun diberikan obat tetes mata.
b. Di kelompok 2 peserta yang berperan sebagai perawat melakukan
simulasi mengganti balutan mata pada peserta yang berperan
sebagai pasien, setelah selesai lalu bertukar peran, hingga semua
anggota kelompok bisa melakukan pemberian obat tetes mata dan
melakukan ganti balutan mata
Setelah kedua kelompok melakukan tugasnya, selanjutnya masing-
masing kelompok bertukar tugas, kelompok 1 melakukan simulasi
mengganti balutan mata dan kelompok 2 melakukan simulasi meberikan
obat tetes mata. Lakukan kembali sesuai dengan tahapan diatas hingga
semua peserta bisa memberikan obat tetes mata yang baik dan benar
serta mengganti balutan mata serta semua peserta pernah memberikan
obat tetes mata yang baik dan benar serta mengganti balutan mata.
4. Waktu untuk simulasi 45 menit
70
CEKLIST PEMBERIAN TETES MATA
71
CEKLIST MENGGANTI BALUTAN MATA
72
B. Panduan Diskusi Kelompok
1. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini peserta mampu menegakkan diagnosa
keperawatan perioperatif mata.
2. Langkah-langkah
a. Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi dalam 3
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8 - 9 orang.
1) Kelompok I Askep pre operatif
2) Kelompok II Askep intra operatif
3) Kelompok III Askep post operatif
b. Masing-masing kelompok membahas tentang kasus yang
diberikan, menganalisa dan menegakkan diagnosa perawatan dan
membuat rencana perawatan, rencana intervensi dan evaluasi.
c. Kelompok membahas poin-poin untuk diskusi kelompok, dan
merumuskan tanggapan kelompok
d. Hasil diskusi disampaikan dalam bentuk presentasi
3. Waktu yang digunakan 45 menit
73
takut gagal. Pada saat operasi pasien terlihat sedikit gelisah dan kurang kooperatif.
Tensi 120/80 mmHg, nadi 86x/menit, pernapasan 22x/menit.
Bahan diskusi :
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah ?
2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data apa saja ?
3. Rencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
4. Apa tujuan dari masing-masing diagnosa yang sudah ditegakkan ?
5. Apa saja yang harus dilakukan saat pasien dioperasi ?
6. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien ?
Bahan diskusi :
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah ?
2. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data apa saja ?
3. Rencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan.
4. Apa tujuan dari masing-masing diagnosa yang sudah ditegakkan ?
5. Apa saja yang harus dilakukan saat pasien dioperasi ?
6. Edukasi apa yang harus diberikan jika pasien ?
74
VI. MPI. 5. Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Mata
A. Panduan Simulasi (Irigasi Mata)
1. Tujuan
Setelah mengikuti simulasi ini, peserta mampu melakukan tindakan
keperawatan irigasi mata
2. Bahan dan Alat
a. Panduan simulasi
b. Phantom
c. Pasien/Probandus
d. Spekulum mata
e. Bengkok
f. Spuit 10cc/20cc
g. Aquabidest, RL
h. Contoh kartu pemeriksaan mata dasar
3. Langkah-langkah
Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
Adapun skenario yang harus dimainkan oleh peserta pelatihan adalah
sebagai berikut:
a. Pasien masuk keruang pemeriksaan.
b. Perawat mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang, dan
memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan serta
rasa ketidaknyamanan yang akan dirasakan oleh pasien.
c. Perawat mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk tindakan
irigasi mata
d. Perawat meminta pasien untuk membuka mata dan tidak
diperkenankan untuk berkedip.
e. Perawat melakukan tindakan irigasi mata sebanyak 20 liter selama
20 sampai 30 menit.
f. Perawat mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
4. Waktu yang digunakan 45 menit
75
CEKLIST TINDAKAN IRIGASI MATA
No. Uraian Kegiatan Ya Tdk Ket.
1. Mempersiapkan alat
2. Memberitahukan kepada pasien tentang tindakan yang
akan dilakukan
3. Memposisikan pasien dengan posisi tidur terlentang
4. Meneteskan obat tetes mata pantocain kedalam mata
pasien
5. Posisikan muka pasien miring kesebelah mata yang
akan dilakukan tindakan
6. Tempatkan bengkok atau penampung cairan irigasi
7. Memasang spekulum mata
8. Lakukan irigasi pada mata pasien
9. Perintahkan pasien untuk melihat keatas dan kebawah
supaya seluruh permukaan mata dapat dilakukan irigasi
10. Lakukan tindakan irigasi selama 30 menit hingga benda
asing yang ada didalam mata dipastikan sudah tidak ada
atau bahan kimia yang menempel dimata sudah hilang
11. Kembalikan posisi muka pasien
12. Spekulum mata dilepaskan
13. Membereskan posisi pasien
14. Membereskan alat
15. Mencatat tindakan yang telah dilakukan
76
VII. MPI.6 Pencatatan dan Pelaporan Gangguan Penglihatan Latihan
Pengenalan Menu Dashboard ASIK dan Penggunaan Aplikasi ASIK
1. Tujuan
Peserta pelatihan mampu memahami dan mengenali menu dashboard
ASIK serta mampu menggunakan aplikasi ASIK.
2. Bahan dan Alat
a. Gawai
b. ATK
3. Langkah-langkah
a. Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang mendownload aplikasi
ASIK di gawai masing-masing
b. Peserta membuat akun dan secara bergiliran menunjukkan akun yang
sudah aktif
c. Pengenalan menu dashboard ASIK
d. Masing-masing peserta menggunakan aplikasi ASIK
4. Waktu yang digunakan 45 menit
77
IX. MPI.8 Pemberdayan Masyarakat
Panduan Diskusi Kelompok
1. Tujuan
Setelah melakukan kegiatan ini peserta mampu berpartisipasi dalam
penanggulangan gangguan penglihatan.
2. Langkah-langkah
a. Peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang bergabung dengan
125 orang kader yang sebelumnya telah mendapatkan
pembekalan terkait gangguan penglihatan mata.
b. Setiap orang peserta pelatihan membentuk kelompok dengan 5
orang kader dari tempat tugasnya.
c. Masing-masing kelompok membahas tentang penanggulangan
gangguan penglihatan selama 45 menit.
d. Setiap kelompok melakukan kolaborasi antara perawat peserta
pelatihan dan kader agar kader dapat berpartisipasi dalam
penanggulangan gangguan penglihatan selama 45 menit.
e. Setiap kelompok membuat kesepakatan selama 20 menit.
f. Seluruh peserta membuat kesepakatan bersama yang akan di
sampaikan dalam diskusi pleno.
3. Waktu untuk diskusi kelompok 135 menit
78
1. Tujuan
Setelah menyelesaikan praktik lapangan peserta mampu
melaksanakan pelayanan kesehatan mata di fasilitas pelayananan
mata, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
2. Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktik lapangan peserta memiliki kompetensi
sebagai berikut :
a. Menunjukkan kemampuan dalam menegakkan diagnosa penyakit
mata
b. Menunjukkan kemampuan dalam melakukan pengkajian dalam
asuhan keperawatan secara umum pada penyakit mata
c. Menunjukkan kemampuan dalam menegakaan diagnosa
keperawatan pada asuhan keperawatan penyakit mata secara
khusus meliputi kasus katarak, glaukoma, kelainan refraksi dan
kelainan penyakit mata lainnya
d. Menunjukkan kemampuan dalam perencanaan interfensi dan
evaluasi dalam asuhan keperawatan penyakit mata secara khusus
meliputi kasus katarak, glaukoma, kelainan refraksi, dan kelainan
penyakit mata lainnya
e. Menujukkan kemampuan dalam melakukan pengkajian
perencanaan, interfensi dan evaluasi dalam asuhan keperawatan
perioperative mata
f. Menunjukkan kemampuan dalam melakukan pengkajian,
perencanaan, intervensi dan evaluasi dalam asuahan
keperawtaan kegawatdaruratan mata
g. Melakukan pemeriksaan visus
h. Melakukan pemeriksaan posisi dan gerakan bola mata
i. Melakukan pemeriksaan lapang pandang
j. Melakukan pemeriksaan tonometri
k. Melakukan pemeriksaan irigasi mata
3. Ruang Lingkup Praktik
Ruang lingkup praktik lapangan yang didasarkan materi yang menjadi
persyaratan yaitu:
a. Tatalaksan penyakit mata
b. Asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak
79
c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan glaukoma
d. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kelainan refraksi
e. Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mata lainnya
f. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kegawatdaruratan
mata
g. Pada sesi akhir kegiatan asuhan keperawatan, peserta pelatihan
bergabung dengan kader yang sebelumnya telah mendapatkan
pembekalan terkait penanggulangan gangguan penglihatan mata,
sehingga dapat melakukan kolaborasi dan menghasilkan
kesepakatan yang akan disampaikan pada diskusi pleno yang
nantinya akan ditindaklanjuti setelah peserta pelatihan kembali ke
tempat tugasnya.
4. Pedoman Penugasan
Tugas yang harus diselesaikan dalam pelaksanaan praktik lapangan
ini adalah peserta pelatihan (yang sudah terbagi dalam kelompok)
harus membuat laporan asuhan keperawatan dari masing-masing
masalah/kasus mata, dimana laporan tersebut nantinya akan
dipresentasikan didepan kelas untuk dibahas dan didiskusikan agar
peserta pelatihan mendapatkan pemahaman dan persepsi yang sama
tentang pelayanan kesehatan dengan gangguan mata.
5. Metode Bimbingan
Metode bimbingan yang digunakan dalam praktik lapangan ini adalah
dimana peserta pelatihan yang berjumlah 25 orang dibagi menjadi 5
kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Setiap
kelompok ditugaskan untuk melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan mata yaitu pasien dengan katarak,
glaukoma, kelainan refraksi dan penyakit mata lainnya (2 kelompok).
Setelah selesai melakukan praktik lapangan selama 315 menit,
peserta pelatihan kembali ke kelas untuk mempresentasikan kasus
yang sudah diambil. Adapun metode bimbingan digambarkan dalam
bagan sebagai berikut:
80
Pra - - Memahami konsep - Menyiapkan/memberi
interaksi dasar penyakit informasi tentang kasus yang
maupun asuhan akan dihadapi
keperawatan - Mengevaluasi pemahaman
berdasarkan kasus peserta pelatihan tentang
mata konsep dasar penyakit
maupun asuhan keperawatan
berdasarkan kasus mata
- Menvalidasi data yang
diperoleh
Orientasi - - Memperkenalkan - Mengobservasi peserta
diri pada pasien pelatihan
- Membuat kontrak - Memberi umpan balik
Fase Kerja - - Pengkajian Membimbing dan memvalidasi
- Pemeriksaan dasar kegiatan peserta pelatihan
- Merumuskan dan
memvalidasi
diagnosa
keperawatan
- Melakukan
intervensi
- Melakukan evaluasi
proses
Terminasi Menyimpulkan apa Memberi umpan balik
yang telah dicapai kemampuan peserta pelatihan
pasien
81
d. Peserta pelatihan yang tidak mengikuti praktik lapangan tidak bisa
mendapatkan sertifikat
82
FORM HASIL MOITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN
INDERA PENGLIHATAN
NO KEGIATAN TARGET CAPAIAN MONITORING
TAHUNAN BULANAN
Contoh
1 Screening Katarak 432 Lansia 37 Lansia 25 Lansia Belum
(68%) tercapai
2 Screening mata refraksi anak 2 kali Tiap 6 0% Belum
sekolah (kelas 1 SMP) (100%) bulan tercapai
sekali (kegiatan
belum
dilaksanakan
3 Kalakarya Kader Mata 6 kali 1 kali/ 0% Belum
2bulan tercapai
Dan lain lain diisi sesuai
kebutuhan masing masing
peserta
Mengetahui
Kepala Puskesmas Petugas
(…………………….) (…………………….)
83
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Indera
84
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Indera
85
Kurikulum Pelatihan Pelayanan Kesehatan Indera
86
Rencana Tindak Lanjut (RTL) KIE dan Deteksi Dini Gangguan Penglihatan
B. PELAKSANAAN
KEGIATAN
C. MONITORING
dan EVALUASI
B. Narasumber
Pejabat/Staf Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab/terkait Program Kesehatan Mata
C. Kriteria Pelatih/Instuktur
87
No. Materi Kriteria Pelatih/Instruktur
1. Kebijakan Program 1. Kepala Dinas Kesehatan/Kepala Bidang Pelayanan
Kesehatan Indera Kesehatan atau yang ditunjuk untuk mewakili.
Penglihatan dalam 2. Pendidikan S1 Kesehatan
rangka PGPK 3. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
2. Anatomi Fisiologi Mata 1. Dokter Spesialis Mata
2. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
3. Tatalaksana Penyakit 1. Dokter Spesialis Mata
Mata 2. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
4. Pemeriksaan mata 1. Dokter Spesialis Mata, S I Keperawatan atau
2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja di bidang
kesehatan indera penglihatan minimal 2 tahun dengan
bukti surat dari pimpinan institusi
3. Telah mengikuti Training of Trainer atau mempunyai
kompetensi dibidangnya dengan memiliki
AKTA/PEKERTI/AA pengajar atau narasumber yang
berpengalaman dalam melatih terkait perkesmas
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
5. Asuhan keperawatan 1. Pendidikan S I Keperawatan atau
penyakit mata yang 2. D III keperawatan dengan pengalaman kerja di bidang
sering terjadi. kesehatan indera penglihatan minimal 2 tahun dengan
bukti surat dari pimpinan institusi
3. Telah mengikuti Training of Trainer atau mempunyai
kompetensi dibidangnya dengan memiliki
AKTA/PEKERTI/AA pengajar atau narasumber yang
berpengalaman dalam melatih terkait perkesmas
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
6. Asuhan keperawatan 1. Pendidikan S I Keperawatan atau
perioperatif pada
tindakan operatif mata.
88
No. Materi Kriteria Pelatih/Instruktur
2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja di bidang
kesehatan indera penglihatan minimal 2 tahun dengan
bukti surat dari pimpinan institusi
3. Telah mengikuti Training of Trainer atau mempunyai
kompetensi dibidangnya dengan memiliki
AKTA/PEKERTI/AA pengajar atau narasumber yang
berpengalaman dalam melatih terkait perkesmas
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
7. Pertolongan pertama 1. Pendidikan S I Keperawatan atau
kegawatdaruratan mata. 2. D III Keperawatan dengan pengalaman kerja di bidang
kesehatan indera penglihatan minimal 2 tahun dengan
bukti surat dari pimpinan institusi
3. Telah mengikuti Training of Trainer atau mempunyai
kompetensi dibidangnya dengan memiliki
AKTA/PEKERTI/AA pengajar atau narasumber yang
berpengalaman dalam melatih terkait perkesmas
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
8. Pencatatan dan 1. Pendididikan minimal D III
Pelaporan Gangguan 2. Memiliki kompetensi dibidang Pencatatan dan
Penglihatan Pelaporan dengan bukti surat dari pimpinan institusi
9. 1. Pendidikan minimal D III
2. Memiliki kompetensi dibidang Sistem Rujukan
Sistem Rujukan
Berjenjang dengan bukti surat dari pimpinan institusi
Berjenjang
3. Mempunyai komitment tinggi terhadap hasil pelatihan
4. Mampu mengevaluasi proses rujukan berjenjang
10. 1. Pendidikan minimal S I dengan pengalaman kerja di
bidang pemberdayaan masyarakat minimal 2 tahun
dengan bukti surat dari pimpinan institusi
Pemberdayaan
2. Telah mengikuti Training of Trainer atau mempunyai
Masyarakat
kompetensi dibidangnya
3. Mempunyai komitmen tinggi terhadap hasil pelatihan
89
No. Materi Kriteria Pelatih/Instruktur
11. 1. Pendidikan minimal S I
2. Telah mengikuti pelatihan Master Of Training atau
Building Learning mempunyai kompetensi dan pengalaman dibidangnya
Commitment (BLC) 3. Dapat menguasai situasi dan kondisi pelatihan
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
12. 1. Kepala instansi yang mempunyai kapasitas dalam
bidang anti korupsi
2. Pendidikan minimal S1
Anti korupsi 3. Mempunyai wewenang dan kebijakan dalam
penanganan anti korupsi
4. Menguasai substansi sesuai dengan materi yang akan
diajarkan yang terdapat didalam kurikulum.
13. 1. Ketua panitia pelaksana pelatihan
Rencana Tindak Lanjut
2. Mempunyai komitmen tinggi terhadap hasil pelatihan
(RTL)
3. Mampu mengevaluasi rencana tindak lanjut
D. Evaluasi Pelatih/Fasilitator
FORMAT EVALUASI PELATIH/FASILITATOR
FORM EVALUASIPELATIH/FASILITATOR
(Diisi oleh: Peserta Latih)
90
2. Ketepatan Waktu
3. Sistmatika Penyajian
4. Penggunaan Metode dan Alat
Bantu Belajar
5. Empati, Gaya dan Sikap
terhadap Peserta
6. Penggunaan Bahasa dan
Volume Suara
7. Pemberian Motivasi
Belajarkepada Peserta
8. Pencapaian Tujuan Pembelajaran
9. Kesempatan Tanya Jawab
10. Kemampuan Menyajikan Materi
11. Kerapihan Pakaian
12. Kerjasama antar Tim Pelatih
(apabila team teaching)
JUMLAH NILAI
NILAI RATA-RATA
Keterangan: Bila nilai rata-rata 45-55: Kurang, 56-75: Sedang, 76-85: Baik dan 86 keatas
Sangat baik
KOMENTAR SARAN
1. 1.
2. 2.
3. 3.
91
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
1. Efektivitas
Penyelenggaraan
92
2. Relevansi
programpelatihan
dengan
pelaksanaan tugas
3. Persiapan dan
ketersediaan
saranadiklat
4. Hubungan peserta
dengan
penyelengara
pelatihan
5. Hubungan antar peserta
6. Pelayanan
Kesekretariatan
7. Kebersihan dan
kenyamanan ruang kelas
8. Kebersihan dan
kenyamanan auditorium
9. Kebersihan dan
kenyamanan
ruang
Makan
10. Kebersihan dan
kenyaman
Penginapan/Hotel
11. Kebersihan toilet
12. Kebersihan halaman
13. Pelayanan petugas
Resepsionis
14. Pelayanan petugas
ruang kelas
15. Pelayanan petugas
Auditorium
93
16. Pelayanan petugas
ruang makan
17. Pelayanan petugas
Keamanan
18. Ketersediaan
fasilitasolahraga,
ibadah,
Kesehatan
Saran/komentar terhadap:
1. Pelatih/ Fasilitator
2. Penyelenggara/pelayanan panitia
94
5. Yang dirasakan menghambat
KOMENTAR SARAN
1. 1.
2. 2.
95
3. 3.
4. 4.
5. 5.
6. 6.
7. 7.
8. 8.
9. 9.
10. 10.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab
dr. Diana Dewi Anggraini, M. Kes
(Kepala BKMM Cikampek)
Ketua
Parluhutan Butar-Butar, SKM
96
(Ketua Tim Kemitraan BKMM Cikampek)
TIM PENYUSUN
dr. Mira Retna Tetiana, Sp.M.
Sena Yudi Paty, S. Kep
Yanyan Hasanah, S. Kep, Ners
Kontributor
Ninda Devina. A. Ginting, S.Ak.
Yohanes Jiwo Satrio Wicaksono, S.M.
97