Anda di halaman 1dari 140

MODUL 4

PROGRAM KELUARGA
BERENCANA DAN
KESEHATAN REPRODUKSI

Revisi
2022

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2022
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Tahun 2022
Hak Cipta @ 2022

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

Edisi Tahun 2022

KELUARGA BERENCANA DAN


KESEHATAN REPRODUKSI

Tim Penyusun Pejabat Fungsional :


Dra. Theodora Pandjaitan, MSc
Afif Miftahul Majid, S.Sos
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH

Pengarah :
Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si
Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH
Iwan Tri Hariyanto, SPd

Tim Editor :
Tri Aryadi, S.Psi
Sri Agustien, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Undang - Undang nomor : 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Saat ini program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga masih menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah RI, sehingga
program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan


program Kependudukan dan Keluarga Berencana, maka dikeluarkanlah Undang - Undang
nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana pada pasal 12 ayat 2
menyebutkan bahwa pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan salah
satu pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pada lampiran Undang -
Undang nomor : 23 tahun 2014 dalam urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana dicantumkan pada sub urusan keempat tentang standarisasi
pelayanan KB yang harus disiapkan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


semakin mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang - Undang
Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara
Pemerintah Pusat, daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten dan Kota pada huruf N
(Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)
menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana yang harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan pemerintah yaitu: (1)
sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga Berencana, (3) sub urusan
Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan Standarisasi.

i
Penyusunan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar (LFD) Penyuluh Keluarga Berencana
yang berkualitas di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam rangka mendukung program Banggakencana, maka diperlukan suatu
pelatihan yang secara sistematis dirancang untuk mencapai tujuan penyusunan tersebut.
Selanjutnya, Pelatihan yang dilaksanakan di BKKBN peruntukkannya oleh tenaga Fasilitator
yang akan membentuk Penyuluh KB di lapangan menjadi lebih profesional.

Saya sangat menyambut baik diterbitkannya perangkat pelatihan ; Modul dan media/Bahan
Tayang Pelatihan Fungsional Dasar sebagai upaya Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung program Banggakencana
di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan
perkembangan terkini.

Akhirnya kepada semua pihak diucapkan terima kasih atas partisipasi, kontribusi, masukan,
saran dan koreksi, hingga tersusunnya Perangkat pelatihan ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa meridhoi upaya kita dalam mendukung dan mengelola Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga secara profesional, hingga terwujudnya
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Berencana itu Keren.

Jakarta, 30 Maret 2022


Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian dan Pengembangan,

Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc., PhD.

ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kami telah
menyelesaikan penyusunan Paket Perangkat Pelatihan
Fungsional Dasar dengan tepat dan berkualitas guna
kepentingan menjaga mutu penyelenggaraan dan memenuhi
standarisasi program pelatihan yang disyaratkan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana – Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah secara berkesinambungan
mengembangkan Perangkat Pelatihan Fungsional Dasar yang dirancang khusus untuk
meningkatkan kompetensi bagi Penyuluh Keluarga Berencana/PLKB. Dengan demikian, para
fasilitator, pengelola dan pelaksana dapat melakukan Pengelolaan program Bangga Kencana
sesuai dengan standar dari pelaksanaan sampai dengan di tingkat Lini Lapangan.

Pelatihan Fungsional Dasar ini khususnya untuk memantapkan keterampilan peserta dalam
pelaksanaan Pengelolaan yang terkini dalam rangka mendukung program Banggakencana.

Perangkat pelatihan ini adalah acuan untuk menyelenggarakan Pelatihan Fungsional Dasar.
Tujuan pedoman pelatihan teknis ini adalah menciptakan panduan yang layak mengenai
tahapan pelaksanaan dan evaluasi yang harus dikerjakan oleh penyelenggara pelatihan yang
dimasud untuk mewujudkan good governance.

Untuk tercapainya tujuan pelatihan sebagaimana yang diharapkan, maka kurikulum dan bahan
pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar dilengkapi dengan berbagai media antara lain
handout slide, dan video yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

iii
lapangan. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat menguatkan proses belajar
mengajar dan meningkatkan kompetensi kepada peserta Pelatihan Fungsional Dasar bagi
Penyuluh KB.

Penyempurnaan dan pengembangan perangkat pelatihan kekinian tentunya akan terus


dilakukan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan wilayah, masyarakat, serta
perkembangan program, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerbitan Paket Perangkat)
Pelatihan Fungsional Dasar ditujukan untuk lebih memantapkan Sumber Daya Manusia dalam
pelaksanaan program Bangga kencana.

Semoga dengan diterbitkannya paket pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh
KB di Kabupaten dan Kota, dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pengelolaan program
Banggakencana.

Akhir kata, penghargaan dan apresiasi yang setingi-tingginya serta ucapan terima kasih
disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan Paket Perangkat
Pelatihan ini. Semoga paket pelatihan ini bermanfaat untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan Pelatihan Fungsional Dasar yang berkualitas.

Jakarta, 25 Maret 2022


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ........................................................................................................................................... 3
C. Manfaat Modul ................................................................................................................................................ 3
D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................................................. 3
E. Materi pokok .................................................................................................................................................... 3
F. Petunjuk Belajar .............................................................................................................................................. 4
BAB II PELAYANAN PROGRAM KB DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL .... 5
A. Hakikat Program KB dalam Era Jaminan Kesehatan ............................................................... 5
B. Penyelenggaraan Pelayanan KB Dalam Era Jaminan Kesehatan .................................... 6
C. Pelayanan KB Di FKTP Dan FKRTL .................................................................................................... 26
D. Rangkuman ..................................................................................................................................................... 35
E. Latihan............................................................................................................................................................... 36
F. Evaluasi Formatif ........................................................................................................................................ 36
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ......................................................................................................... 37
BAB III KELUARGA BERENCANA PASCAPERSALINAN ........................................................ 39
A. Tujuan Dan Strategi Pelayanan KBPP.......................................................................................... 39
B. Tata kelola Program Dan Layanan KBPP ................................................................................... 39
C. Pembiayaan Kegiatan Dan Pelayanan Keluarga Berencana Pascapersalinan .. 43
D. Alat Kontrasepsi Dan Material Pendukung Kegiatan Dan Pelayanan Keluarga
Berencana Pasca Persalinan ............................................................................................................ 44
E. Pembinaan Partisipasi Keluarga Dan Masyarakat .............................................................. 45
F. Rangkuman .................................................................................................................................................. 49
G. Latihan........................................................................................................................................................... 50
H. Evaluasi Formatif ...................................................................................................................................... 51
I. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ...................................................................................................... 52
BAB IV ALAT, FUNGSI, DAN PROSES REPRODUKSI MANUSIA .......................................... 53
v
A. Alat dan Fungsi Reproduksi Laki-Laki................................................................................. 53
B. Alat dan Fungsi Reproduksi Perempuan ............................................................................ 55
C. Proses Reproduksi Manusia..................................................................................................... 57
D. Rangkuman ............................................................................................................................................ 64
E. Latihan...................................................................................................................................................... 65
F. Evaluasi Formatif ............................................................................................................................... 65
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ................................................................................................ 67
BAB V METODE KONTRASEPSI................................................................................................... 68
A. Jenis-Jenis Kontrasepsi ............................................................................................................... 68
B. Pemilihan Penggunaan Kontrasepsi Rasional, Efektif, dan Efisien .................... 106
C. Mitos-Mitos dalam Penggunaan Kontrasepsi ............................................................... 109
D. Rangkuman ............................................................................................................................................ 112
E. Latihan...................................................................................................................................................... 114
F. Evaluasi Formatif ............................................................................................................................... 114
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut ................................................................................................ 116
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................................. 118
A. Kesimpulan ............................................................................................................................................ 118
B. Evaluasi Sumatif ................................................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 125

vi
A. Latar Belakang
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan merupakan amanah yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 28 H ayat (1). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan. Penyelenggaraan upaya kesehatan ini dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan termasuk didalamnya
adalah pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juga memperhatikan fungsi sosial,
nilai, norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.

Untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk


termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh
rakyat Indonesia untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sejalan dengan hal ini, Negara telah bersepakat dan berkomitmen dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
untuk memasukkan jaminan kesehatan sebagai salah satu program jaminan sosial
selain 4 (empat) program jaminan sosial lainnya yaitu jaminan kecelakaan kerja,

1
hari tua, pensiun, dan kematian. Didalam undang-undang ini diatur pula dalam
penjelasannya bahwa yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan meliputi
pelayanan KB.

Dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga dikatakan bahwa penduduk sebagai
modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral
dalam pembangunan berkelanjutan. Untuk itu dilakukan upaya pengendalian
angka kelahiran sehingga terwujud pertumbuhan penduduk yang seimbang
melalui diantaranya pengaturan kehamilan sebagai upaya untuk membantu
pasangan suami istri untuk melahirkan pada usia yang ideal, memiliki jumlah anak,
dan mengatur jarak kelahiran anak yang ideal dengan menggunakan cara, alat dan
obat kontrasepsi.

Dengan telah diterapkannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhitung


mulai 1 Januari 2014, telah terjadi beberapa perubahan pengaturan sistem
pelayanan kesehatan nasional termasuk didalamnya adalah sub-sistem jaminan
pembiayaan, sub-sistem pelayanan kesehatan dan pengelola pembiayaan
pelayanan kesehatan. Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang BPJS maka BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan
program Jaminan Kesehatan. Serta diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 82
Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan. Perubahan ini tentunya juga akan
berimplikasi terhadap kebijakan, strategi dan program KB yang diyakini dapat
mengurangi kesenjangan dan unmet need pasangan usia subur tehadap
kebutuhan pelayanan KB.

Merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


tahun 2020-2024, BKKBN diberi mandat untuk berkontribusi secara langsung
terhadap 2 ( dua ) dari 7 (tujuh) agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada
RPJMN IV 2020-2024, yaitu untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)

2
Berkualitas dan Berdaya Saing, serta mendukung Revolusi Mental dan
Pembangunan Kebudayaan.

B. Deskripsi Singkat
Selamat! Anda sedang mempelajari modul pembelajaran tentang Program
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, modul ini membahas tentang
pelayanan KB era JKN, Alat, Fungsi, dan Proses reproduksi Manusia dan metode
kontrasepsi

C. Manfaat Modul
Peserta diharapkan dapat memahami Program Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
peserta diharapkan mampu memahami program keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi

2. Indikator Hasil belajar


Setelah mempelajari modul ini peserta dapat:
1) Menjelaskan pelayanan KB pada era Jaminan Kesehatan Nasional
2) Menjelaskan Pelayanan KB Pascapersalinan
3) Menguraikan Alat, Fungsi, dan Proses reproduksi Manusia
4) Menguraikan metode kontrasepsi

E. Materi pokok
1) Pelayanan Keluarga Berencana pada era JKN
2) Pelayanan KB Pascapersalinan

3
3) Alat, Fungsi, dan Proses reproduksi Manusia
4) Metode kontrasepsi

F. Petunjuk Belajar
Agar dapat memahami isi modul ini dengan cepat, Anda perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Sebelum anda benar-benar paham
tentang materi pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman
berikutnya. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai anda
benar-benar memahaminya.
b. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang
sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
c. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya
anda mengerjakan latihan-latihan dengan menjawab soal-soal.
d. Lakukan pengulangan untuk mengerjakan soal latihan hingga Anda
memahami materi tiap bab.

4
A. Hakikat Program KB dalam Era Jaminan Kesehatan
Keluarga Berencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur kelahiran anak,
jarak serta usia ideal melahirkan, hal ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Secara eksplisit pada pasal 23 disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan
pelayanan kontrasepsi.

Dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kontrasepsi, pada


lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
pada huruf N yaitu Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pengendalian Penduduk
dan Keluarga Berencana..

Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah kebijakan
dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024, terutama dalam
menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas (PP) dan Kegiatan
Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus penggarapan
Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun arah kebijakan
BKKBN adalah sebagai berikut:

5
a. meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik dan
integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di
keluarga
b. menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk
(GDPK)
c. meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang komprehensif
berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran

d. meningkatkan Advokasidan Penggerakan Program Bangga Kencana sesuai


dengan karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran
e. memperkuat system informasi keluarga yang terintegrasi

B. Penyelenggaraan Pelayanan KB Dalam Era Jaminan Kesehatan


Dalam penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana (KB) terdapat 2 (dua)
tahapan yaitu sebagai berikut :
A. Persiapan
1. Penyiapan Data Sasaran Peserta KB
Data sasaran peserta KB dalam JKN mengacu pada data basis yang ada di Bank
Data BPJS Kesehatan. Dari data basis yang ada di BPJS Kesehatan dipilah
peserta yang berstatus Pasangan Usia Subur (PUS). Data sasaran peserta KB
dalam JKN meliputi:
a. Pasangan Usia Subur Peserta JKN
1) PUS Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN
PUS PBI JKN meliputi PUS peserta JKN yang tergolong fakir miskin/tidak
mampu. Data tersebut bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang
diperoleh melalui hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS)
secara berkala yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data
tersebut mencakup 40% rumah tangga yang memiliki tingkat

6
kesejahteraan paling rendah dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Data
PUS PBI JKN diperoleh dari indikator PPLS yaitu Wanita Usia Subur (usia
15-49 tahun) yang berstatus kawin.
2) PUS Bukan PBI JKN
PUS Bukan PBI JKN meliputi PUS peserta JKN yang tidak tergolong fakir
miskin dan tidak mampu.

Data sasaran Peserta KB dalam JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap
pertama meliputi: PUS PBI JKN, PUS anggota TNI/Polri, PUS peserta Askes, PUS
peserta Jamsostek, PUS peserta Jamkesda, PUS peserta Jaminan Kesehatan
Komersial, dan PUS peserta asuransi mandiri. Selanjutnya tahap kedua meliputi
seluruh PUS yang belum masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat
pada tanggal 1 Januari 2019.

b. PUS Bukan Peserta JKN


PUS Bukan Peserta JKN meliputi :
1) PUS yang tidak tergolong fakir miskin dan tidak mampu serta belum
mendaftar sebagai peserta JKN. Bagi PUS bukan peserta JKN dapat
mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya paling lambat tanggal 1
Januari 2019 dengan cara :
a) Mendaftar langsung ke kantor BPJS Kesehatan terdekat sesuai dengan
domisili, info lokasi BPJS terdekat dapat dilihat di http://www.bpjs-
kesehatan.go.id atau melalui telepon 500400 (bebas pulsa) atau di
Rumah Sakit Pemerintah yang menyediakan fasilitas pendaftaran
kepesertaan JKN yang dilakukan oleh BPJS Kesehatan.
b) Mendaftar secara online melalui http://www.bpjs-kesehatan.go.id.
Informasi lebih lanjut mengenai tata cara/prosedur pendaftaran
peserta JKN dapat dilihat pada web bkkbn (http://www.bkkbn.go.id).

7
2) PUS yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu atau keluarga
prasejahtera atau sejahtera I agar dapat didaftarkan sebagai peserta JKN
melalui Sistem Pengaduan Masyarakat (Sismadur) yang dikoordinasikan
antara SKPD KB Kab/Kota dan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan
Kantor BPJS Kesehatan setempat.

c. Penyiapan Data Faskes KB


Data Faskes KB mengacu pada Daftar Faskes yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. Penyelenggara pelayanan KB dalam JKN meliputi semua Faskes
yang telah memiliki Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan BPJS Kesehatan
serta telah teregistrasi dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM) BKKBN
melalui Kartu Pendaftaran Fasilitas Kesehatan KB (K/0/KB/13).

Ketentuan pendataan Faskes KB dalam SIM BKKBN:


1) Bagi Faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan namun belum
teregistrasi dalam SIM BKKBN maka BKKBN dan SKPD KB setempat
berkewajiban untuk melakukan registrasi.
2) Bagi Faskes yang sudah teregistrasi oleh BKKBN tetapi belum
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maka BKKBN dan SKPD KB
setempat dapat merekomendasikan Faskes tersebut untuk bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan.
3) Salah satu persyaratan teknis Puskesmas bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan adalah kesanggupan untuk memiliki jejaring pelayanan
bersama dengan Praktik Bidan.

Pendataan Faskes yang melayani KB dalam JKN dilakukan dengan


menggunakan Formulir Pendaftaran Faskes KB (K/0/KB/13). Untuk Faskes KB
yang sudah memiliki PKS dengan BPJS Kesehatan namun belum teregistrasi
dalam SIM BKKBN maka Perwakilan BKKBN Provinsi dan atau SKPD KB tingkat
Kabupaten dan Kota harus segera melakukan pemberian nomor registrasi

8
kepada Faskes KB tersebut menggunakan Formulir K/0/ KB/13 dengan
berkoordinasi dengan Dinkes setempat. Pemutakhiran data Faskes yang
melayani KB dalam JKN dapat dilakukan setiap saat ada pembentukan
Faskes KB baru yang telah memiliki PKS dengan BPJS Kesehatan yang akan
dilaporkan setiap enam bulan.

Pemuktahiran data Faskes yang bekerjasama degan BPJS Kesehatan dapat


diakses melalui www.bpjs-kesehatan.go.id atau kantor BPJS kesehatan
terdekat. Dalam hal penambahan atau pengurangan jumlah Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS kesehatan maka BKKBN atau SKPD KB kabupaten
dan kota melakukan koordinasi dengan kantor cabang BPJS Kesehatan dan
Kantor Layanan Operasional BPJS Kesehatan kabupaten dan kota.

2. Faskes KB
Faskes KB adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan
Keluarga Berencana, berlokasi dan terintegrasi di Faskes tingkat pertama atau
rujukan tingkat lanjutan, yang dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan
atau swasta (termasuk masyarakat) meliputi :
a. Faskes Tingkat Pertama :
Yang termasuk dalam Faskes Tingkat Pertama terdiri dari:
1) Puskesmas atau yang setara;
2) Praktik Dokter;
3) Praktik Dokter Gigi
4) Klinik Pratama atau yang setara;
5) Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

b. Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan :


Yang termasuk dalam Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan terdiri dari:
1) Klinik Utama atau yang setara;

9
2) Rumah Sakit Umum;
3) Rumah Sakit Khusus.
c. Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat Dokter berdasarkan
penetapan :
Dinkes setempat, maka Faskes KB meliputi:
1) Praktik Bidan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2) Praktik perawat yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam hal ini
hanya untuk pelayanan KB sederhana.

3. Jaringan / Jejaring Faskes KB


Jaringan Faskes KB adalah Fasilitas kesehatan yang menginduk ke Puskesmas
pembina sebagai berikut :
a. Puskesmas Pembantu (Pustu);
b. Bidan di desa
c. Puskemas Keliling (Pusling);
Jejaring Faskes KB adalah fasilitas kesehatan yang menginduk ke Puskesmas
pembina setelah melakukan perjanjian kerjasama, yaitu :
a. Praktek Bidan
b. Pos Pelayanan Terpadu (Pustu)
c. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
d. Pos Bersalin Desa ( Polindes)

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh Praktik Bidan sebagai jejaring


puskesmas pembina, terdiri atas:
a. Surat Ijin Praktik (SIP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
penyelenggaraan KB dalam JKN.

10
Dalam menetapkan Praktik Bidan sebagai jejaring, puskesmas melakukan seleksi
dan kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis sebagai berikut :
a. Lingkup Pelayanan KB Sederhana, meliputi:
1) Sumber daya manusia, memiliki sertifikat pelatihan :
• Komunikasi Inter Personal/Konseling (KIP/Konseling) KB.
2) Kelengkapan sarana penunjang pelayanan KB, mempunyai :
• Materi KIE;
• Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK);
• Tensimeter;
• Safety Box;
• Formulir, register, kartu pencatatan dan pelaporan Keluarga
Berencana.
3) Komitmen pelayanan KB
• Adanya jadwal pelayanan KB.
b. Lingkup Pelayanan KB Lengkap, meliputi:
1) Sumber daya manusia, memiliki sertifikat pelatihan
• Komunikasi Inter Personal/Konseling (KIP/Konseling) KB
• Contraceptive Technology Update (CTU) IUD dan Implan
• Pelatihan Vasektomi tanpa pisau
2) Kelengkapan sarana penunjang pelayanan KB, mempunyai :
• Materi KIE;
• Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK);
• Tensimeter;
• Obgyn Bed;
• Safety Box;
• IUD Kit;
• VTP Kit;
• Implan Removal Kit;
• Sterilisator;

11
• Formulir, register, kartu pencatatan dan pelaporan KB.
3) Komitmen pelayanan KB
• Adanya jadwal pelayanan KB.

Faskes KB dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori berdasarkan ruang


lingkup pelayanan KB (Tabel 1). Faskes KB merupakan bagian dari Faskes Tingkat
Pertama dan Tingkat Lanjutan dengan perincian sebagai berikut :
a. Faskes Tingkat Pertama terdiri dari :
1) Faskes KB Sederhana.
2) Faskes KB Lengkap.
b. Faskes Tingkat Lanjutan terdiri dari :
1) Faskes KB Sempurna.
2) Faskes KB Paripurna.

Tabel1.
Klasifikasi Faskes KB Berdasarkan Lingkup Pelayanan
Faskes KB Faskes Faskes KB Faskes KB
Lingkup
No. Sederhana KB Sempurna Paripurna
Pelayanan
Lengka
Konseling p
1. ¥ ¥ ¥ ¥
Pemberian
2. ¥ ¥ ¥ ¥
Kondom
3. Pelayanan Pil KB ¥ ¥ ¥ ¥
Pelayanan Suntik
4. ¥ ¥ ¥ ¥
KB
Pelayanan
5. - ¥ ¥ ¥
IUD/Implan
Pelayanan
6. Vasektomi/ - - ¥ ¥ ¥
MOP
Pelayanan
7. - - ¥ ¥
Tubektomi/MOW
Rekanalisasi dan
8. penanggulangan - - - ¥
Infertilitas

Penanggulangan
Efek Samping
9. (sesuai ¥ ¥ ¥ ¥
kemampuan) dan
upaya rujukan

12
Dalam menyelenggarakan pelayanan KB, tenaga kesehatan yang diperlukan di
Faskes tingkat pertama adalah Dokter atau Bidan terlatih yang melaksanakan
pelayanan KB. Tenaga yang diperlukan untuk melayani KB di Faskes Tingkat
Lanjutan:

Tabel 2.
Tenaga Untuk Melayani KB di Faskes Tingkat Lanjutan
No Pelayanan Tenaga
1. Tubektomi Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan, Dokter
Spesialis Anestesi
2. Vasektomi Dokter Spesialis Urologi/ Dokter Spesialis Bedah/ Dokter
Umum yang mendapat pelatihan untuk melayani
vasektomi
3. IUD Dokter/Bidan yang telah mendapat pelatihan CTU IUD
4. Implan Dokter/Bidan yang telah mendapat pelatihan CTU
Implan
5. Administrasi Tenaga Administrasi peralatan dan pelaporan
pelayanan KB

Tabel 3.
Klasifikasi Faskes KB
Berdasarkan Persyaratan Minimal Tenaga Kesehatan
Klasifikasi Tenaga
Sederhana Dokter / Bidan / Perawat Kesehatan V
Administrasi V/0
Lengkap Dokter/Bidan/Perawat Kesehatan V
Administrasi V/0
Sempurna Dokter VV
Bidan VV
Perawat Kesehatan VV
Administrasi VV
Paripurna Dokter VV
Bidan VV
Perawat Kesehatan VV
Administrasi VV

V : Boleh terisi salah satu atau keduanya


VV : Harus terisi dan tidak bernilai nol “0”
V / 0 : Boleh terisi atau boleh bernilai nol “0”

13
Tabel 4. Klasifikasi Faskes KB
Berdasarkan Persyaratan Minimal Sarana Faskes KB
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna

Konseling Kit Konseling Kit Konseling Kit Konseling Kit

BP3K BP3K BP3K BP3K

Tensimeter Tensimeter Tensimeter Tensimeter

Timbangan Timbangan Berat Timbangan Berat


Berat Badan Badan Badan

Obgyn Bed Obgyn Bed Obgyn Bed

IUD KIT IUD KIT IUD KIT

Implant Implant Removal Implant Removal


Removal Kit Kit Kit

VTP Kit VTP Kit VTP Kit

Minilaparotomi Minilaparotomi
Kit/Laparoskopi Kit/Laparoskopi

B. Pelaksanaan
1. Advokasi dan KIE
Advokasi dan KIE merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN. Kegiatan Advokasi dalam konteks
penyelenggaraan pelayanan KB diperuntukkan bagi pembuat kebijakan untuk
memastikan semua pemangku kepentingan (stakeholders), terkait pelayanan KB
dalam sistem JKN, baik di pusat, provinsi dan kabupaten dan kota, memberikan
dukungan kebijakan dan komitmen operasional untuk menunjang pelaksanaan,
baik dalam aspek regulasi, infrastruktur, sarana prasarana, SDM, bimbingan
teknis, monitoring dan evaluasi, serta dukungan penganggaran yang memadai.
Sementara komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan dalam konteks untuk memastikan
terjadinya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga dan

14
masyarakat, memiliki kepedulian dan peran serta dalam program JKN pada
umumnya.

a. Advokasi
Kegiatan advokasi diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah
sikap dan mempengaruhi praktek para pembuat kebijakan, (termasuk
pemberi layanan kesehatan dan KB) badan legislatif, tokoh masyarakat,
agama dan adat, sehingga mereka mampu menciptakan lingkungan yang
kondusif.
1) Tujuan
Tujuan advokasi penyelenggarakan pelayanan KB dalam JKN adalah :
a) Meningkatkan dukungan dan komitmen pemangku kepentingan
(eksekutif dan legislatif) dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam
JKN.
b) Meningkatkan sinergitas kebijakan pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten dan kota dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan
KB dalam JKN.
c) Meningkatkan partisipasi dan kerjasama semua institusi formal dan
informal dalam penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN.
d) Meningkatkan peran tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh
adat dalam penyelenggaraan pelayanan informasi KB dalam JKN.

2) Sasaran
a) Kementerian dan Lembaga di Pusat terkait penyelenggaraan
Pelayanan KB.
b) Kepala Pemerintahan dalam semua tingkatan: Gubernur dan
Bupati/Walikota, Camat dan Kepala Desa/Lurah.
c) Lembaga legislatif, baik DPR RI maupun DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten dan Kota.

15
d) Pimpinan organisasi massa/kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, organisasi profesi, universitas/perguruan tinggi serta
tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam semua tingkatan.
e) Pimpinan media massa cetak, media elekronik dan jejaring sosial
media.
f) Penyedia layanan kesehatan, baik perorangan maupun di fasilitas
kesehatan yang sudah memberikan pelayanan KB maupun yang
belum memberikan pelayanan KB.

3) Pelaksanaan
Advokasi penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan pada
Tingkat Pusat dan Daerah.
a) Pusat
Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah pusat
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, untuk mendapatkan dukungan
terhadap implementasi penyelenggarakan pelayanan KB dalam JKN.
b) Provinsi
Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah provinsi
dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, untuk mendapatkan
dukungan terhadap implementasi penyelenggaraan pelayanan KB
dalam JKN.
c) Kabupaten dan Kota
Advokasi diarahkan kepada pengambil kebijakan pemerintah
kabupaten dan kota serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
untuk mendapatkan dukungan terhadap implementasi
penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN yang terkait pelaksanaan
di wilayah kabupaten dan kota, terutama untuk mendekatkan
pelayanan KB ke masyarakat dan meningkatkan komitmen
masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan KB dalam
JKN.

16
4) Bentuk dan Media Advokasi
Untuk menentukan bentuk dan media advokasi, terlebih dahulu dilakukan
analisis situasi terkait dengan kebijakan dan regulasi penyelenggaraan
pelayanan KB JKN. Selanjutnya memetakan stakeholders kunci yang
terkait pelayanan KB, serta isu-isu yang berkembang terkait pelayanan
KB. Bentuk-bentuk advokasi antara lain:
a) Seminar eksekutif dengan sasaran Pemerintah Daerah (Gubernur,
Walikota, Bupati, DPRD)
b) Dialog interaktif
c) Lokakarya
d) Kunjungan kerja
e) Audiensi dengan stakeholders, tokoh masyarakat-tokoh agama
f) Kunjungan ke redaksi media dan konferensi pers
g) Lobby
h) Audiensi
i) Pembentukan jaringan ahli dan pemerhati permasalahan pelayanan
kesehatan dan Keluarga Berencana

Selanjutnya, penggunaan media advokasi tergantung dengan


permasalahan, hubungan sebab akibat munculnya masalah dan dimana
permasalahan itu berada. Ketajaman dalam merumuskan masalah
mempermudah solusi pemecahan masalah penyelenggaraan Pelayanan
KB dalam JKN.

Secara umum, media advokasi penyelenggaraan Pelayanan KB dalam JKN


adalah:

17
a) Advokasi kit (berisi VCD multi media, film pendek, lembar paparan,
lembar fakta (factsheet) terkait pelayanan KB, kependudukan dan
keterkaitan dengan sektor- sektor lain).
b) Talkshow / Dialog Interaktif di televisi dan radio
c) Advertorial di koran atau majalah
d) Media luar ruang, seperti billboard atau baliho, untuk membangun
kesadaran bersama dan kepekaan stakeholders
e) TVC (TV Commercial) atau Iklan layanan Masyarakat (PSA)
f) Roundtable discussion

b. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


KIE mengacu pada intervensi program yang komprehensif, yakni merupakan
bagian integral dari program pembangunan suatu negara, yang bertujuan
untuk mencapai perubahan. KIE menggunakan kombinasi teknologi
komunikasi, pendekatan dan proses secara fleksibel dan partisipatif. Titik
awal KIE adalah untuk memberikan kontribusi dalam pemecahan suatu
masalah atau membangun dukungan dari sasaran terhadap sebuah isu yang
terkait dengan sebuah program.

1) Tujuan
Tujuan KIE Pelayanan KB dalam JKN sebagai berikut :
a) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat yang belum ber-KB sehingga tercapai penambahan
peserta KB baru.
b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat yang sudah ber-KB sehingga tercapai kelestarian
kesertaan ber-KB
c) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga dan
masyarakat tentang kesehatan reproduksi

18
2) Sasaran
Sasaran KIE dipilah menjadi sasaran langsung (penerima akhir) dan
sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung diharapkan dapat
meneruskan pesan kepada sasaran langsung.

Sasaran langsung meliputi :


a) PUS yang belum ber-KB (ibu hamil, ingin anak segera, ingin anak
ditunda, dan tidak ingin anak lagi)
b) Peserta KB aktif

Sasaran tidak langsung meliputi :


a) Tokoh masyarakat,
b) Tokoh agama
c) Tokoh adat
d) Tokoh partai politik

3) Pelaksanaan
KIE penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN dilaksanakan pada Tingkat
Pusat dan Daerah.
a) Tingkat pusat dan daerah lebih banyak memanfaatkan media above
the line yang menempatkan seluruh individu, keluarga, dan masyarakat
sebagai sasaran umum dengan pesan yang bersifat umum.
b) Tingkat Kabupaten dan Kota dan lini lapangan, lebih banyak
memanfaatkan media below the line dan komunikasi langsung yang
memilah individu, keluarga dan masyarakat sebagai sasaran spesifik
sesuai dengan isi pesan program yang disampaikan.

19
4) Bentuk dan Media KIE
Bentuk dan media KIE yang dapat dilakukan dalam Pelayanan KB dalam
JKN sebagai berikut :
a) KIE Massa adalah KIE yang dilakukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak elektronik atau
media tradisional (pentas seni dan budaya) sehingga pesan yang
sama dapat diterima secara serentak pada waktu yang bersamaan.
b) KIE Kelompok, adalah KIE yang dilakukan kepada sekumpulan orang
yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
c) KIE Perorangan, adalah KIE yang dilakukan kepada orang/individu
langsung maupun tidak langsung dengan teknik komunikasi
interpersonal.

Media KIE yang digunakan dalam Pelayanan KB dalam JKN antara lain :
a) Media Luar Ruang (Billboard, Poster, Mural)
b) Media Massa Cetak (Koran, Majalah, Buku, Tabloid)
c) Media Massa Elektronik (TV, Radio, Radio Komunitas, Internet)
d) Media Jejaring Sosial
e) Leaflet dan Brosur

2. Penggerakan Kesertaan Ber-KB


Penggerakan adalah upaya peningkatan kepedulian individu, keluarga dan
masyarakat dalam proses pembangunan menyangkut keikutsertaan dalam
meningkatkan kepedulian individu, keluarga dan masyarakat untuk tahu, mau
dan mampu melaksanakan program KB.
a. Tujuan penggerakan sumber daya program pembinaan kesertaan ber-KB
dalam JKN adalah :

20
1) untuk menumbuhkan rasa kepedulian dan peran serta individu,
keluarga dan masyarakat dalam setiap kegiatan keluarga berencana
2) untuk meningkatkan partisipasi aktif dari individu, keluarga dan
masyarakat itu sendiri, sehingga menjadi kelompok yang berdaya,
bekerja secara mandiri dalam mengembangkan kapasitas dan sumber
daya yang dimilikinya.

b. Sasaran penggerakan dipilah menjadi sasaran langsung (penerima akhir)


dan sasaran tidak langsung. Sasaran tidak langsung diharapkan dapat
meneruskan pesan kepada sasaran langsung.
Sasaran langsung meliputi :
1) PUS yang belum ber-KB (ibu hamil, ingin anak segera, ingin anak ditunda,
dan tidak ingin anak lagi)
2) Peserta KB aktif

Sasaran tidak langsung meliputi :


1) Tokoh masyarakat,
2) Tokoh agama
3) Tokoh adat
4) Tokoh partai politik

c. Pelaksanaan
1) Persiapan
a) Pengumpulan Data dan Informasi, yang mencakup sumber daya,
kelembagaan, berbagai kebijakan, sarana dan prasarana, dana sesuai
dengan kebutuhan.
b) Identifikasi masalah penggerakan adalah keterkaitan antara masalah
satu dengan yang lain dan dampak pada pencapaian tujuan.

21
c) Masalah dapat dianalisis berdasarkan kekuatan dan kelemahan,
alternatif pemecahan masalah yang akan dihadapi sehingga dapat
dirumuskan upaya pemecahan, cara mencapai tujuan serta waktu
pelaksanaan.
2) Pelaksanaan
a) Penggalangan Dukungan
Penggalangan dukungan dalam melaksanakan penggerakan kesertaan
ber-KB melalui komitmen yang tinggi di setiap tingkatan khususnya
dari lembaga legislatif, eksekutif, LSOM, pihak swasta maupun
perorangan.
b) Keterpaduan Kegiatan
Komitmen operasional yang menumbuhkan kesediaan untuk
melaksanakan penggerakan kesertaan ber-KB dalam JKN yang
dilanjutkan dengan kegiatan fisik operasional di lapangan.
i. Melakukan Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan dalam bentuk orientasi, bimbingan,
fasilitasi, pelatihan, penyebaran bahan informasi yang dilakukan
secara terus menerus sehingga dapat meningkatkan wawasan,
pengetahuan, sikap serta keterampilan individu, keluarga dan
masyarakat.
ii. Mobilisasi Penggerakan
Melakukan mobilisasi penggerakan untuk meningkatkan
pemahaman secara menyeluruh ke semua tempat diberbagai
tingkatan. Dari hasil pemahaman dan kesadaran tersebut
selanjutnya dilakukan pelayanan KB. Mobilisasi penggerakan perlu
untuk menyediakan sarana yang dapat menunjang kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan, seperti penyediaan alat dan obat
kontrasepsi untuk pelayanan KB.
Penggerakan dan mobilisasi kelompok masyarakat, dapat dilakukan
dengan cara:

22
1) Melibatkan para tokoh masyarakat dan tokoh agama;
2) Mengidentifikasi norma masyarakat, adat dan kebiasaan kelompok
masyarakat;
3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk kegiatan yang ada di masyarakat
untuk penyebaran informasi;
4) Mengorganisasikan kelompok dalam membantu program KB;
5) Menggerakkan kelompok melalui pertemuan, diskusi kelompok, seni
tradisional dan pertunjukan langsung.

iii. Kegiatan Momentum


Kegiatan momentum yang dapat dimanfaatkan untuk penggerakan
antara lain kerjasama dengan mitra kerja seperti TNI, POLRI, PKK,
Organisasi Profesi (IDI,POGI, IBI,PPNI, dll) dan organisasi keagamaan
dan kegiatan lainnya. Untuk mengetahui hasil penggerakan dapat
dievaluasi melalui hasil kegiatan seperti kesertaan ber KB dan
pencapaian peserta KB baru.
iv. Pertemuan/Rapat Koordinasi
Pertemuan/rapat koordinasi dimaksudkan untuk melakukan
evaluasi koordinasi dan menyiapkan langkah-langkah untuk
membina hasil penggerakan yang telah dicapai serta melanjutkan
kegiatan yang tertunda.

Jenis pembinaan meliputi:


(1) Pembinaan Tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten dan Kota, Kecamatan
dan Tingkat Desa/Kelurahan.
(a) Melalui pertemuan koordinasi pokja dengan komponen terkait
yang dilakukan setiap periode tertentu sesuai rencana kerja
(triwulan)

23
(b) Melalui pertemuan sesuai mekanisme operasional, seperti :
o Pertemuan rutin IMP/kader secara berjenjang, staf meeting,
pembinaan dari Pusat ke Provinsi dan Kab/Kota, pertemuan
UPT/Koordinator, pertemuan PLKB/PKB;
o Rakor Desa/Rakor Kecamatan; Rakor Kabupaten dan Kota.
(2) Pembinaan Tidak Langsung dapat dilakukan melalui video
conference, internet, umpan balik (feedback) laporan.
(3) Pembinaan Tingkat Pusat/Provinsi/Kabupaten dan Kota, Kecamatan
dan Tingkat Desa/Kelurahan.
(c) Melalui pertemuan koordinasi pokja dengan komponen terkait
yang dilakukan setiap periode tertentu sesuai rencana kerja
(triwulan)
(d) Melalui pertemuan sesuai mekanisme operasional, seperti :
o Pertemuan rutin IMP/kader secara berjenjang, staf
meeting, pembinaan dari Pusat ke Provinsi dan Kab/Kota,
pertemuan UPT/ Koordinator, pertemuan PLKB/PKB;
o Rakor Desa/Rakor Kecamatan; Rakor Kabupaten dan Kota.
(4) Pembinaan Tidak Langsung dapat dilakukan melalui video
conference, internet, umpan balik (feedback) laporan.

3. Pelayanan KB
a. Ruang Lingkup
1) Pelayanan KB di Faskes
Pelayanan KB di Faskes disesuaikan dengan klasifikasi Faskes KB seperti
tercantum di atas.
2) Pelayanan KB oleh Praktik Bidan atau Praktik Perawat
Apabila di suatu kecamatan tidak tersedia tenaga dokter dengan
penetapan dari Kepala Dinkes setempat, maka Bidan maupun Perawat
dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam memberikan
pelayanan KB.

24
Ruang lingkup pelayanan :
a) Praktik Bidan mencakup pelayanan KB yang diberikan di Faskes KB
sederhana sampai dengan lengkap (tanpa Vasektomi)
b) Praktik perawat mencakup pelayanan KB yang diberikan di Faskes KB
sederhana
3) Pelayanan KB oleh jejaring Faskes KB
Ruang lingkup pelayanan KB oleh jejaring Faskes KB mencakup pelayanan
KB yang diberikan di Faskes KB sederhana sampai lengkap disesuaikan
dengan ketersediaan tenaga kesehatan terlatih dan sarana penunjang
pelayanan KB.

b. Prosedur pelayanan
1) Sistem Pelayanan KB
Sistem pelayanan KB di Faskes meliputi:
a) Pelayanan KB dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang berlaku serta menerapkan pilihan kontrasepsi secara
cafetaria.
b) Mengisi lembar informed consent untuk setiap pelayanan KB suntik,
IUD / implan, vasektomi dan tubektomi.
c) Pelayanan KB di Faskes dilakukan melalui pendekatan satu atap (one
stop service) artinya setiap klien/calon klien potensial yang
membutuhkan pelayanan KB, dapat dilayani kebutuhan KIEnya di
beberapa unit terkait, dan setelah dilakukan promosi dan
KIP/Konseling serta pengambilan keputusan mengenai metode
kontrasepsi yang dipilih, maka dilakukan pelayanan medis KB di
tempat yang telah ditetapkan.
d) Pelayanan dilakukan secara terpadu dengan komponen kesehatan
reproduksi lainnya, antara lain dengan pelayanan Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi

25
Menular Seksual (PP-IMS) dan pelayanan kesehatan reproduksi
remaja (dalam hal ini pemberian informasi tentang KB).
e) SDM dan sarana prasana yang tersedia harus memenuhi ketentuan.
f) Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik.
g) Harus ada sistem monitoring, evaluasi dan umpan balik dari klien
dalam rangka pengendalian kualitas pelayanan.
h) Ayoman pasca pelayanan.

2) Sistem Rujukan Pelayanan KB


Sistem rujukan diciptakan untuk mengendalikan mutu dan biaya secara
terpadu dan berkesinambungan. Perhatian khusus terutama ditujukan
untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian efek samping dan
komplikasi penggunaan kontrasepsi.

C. Pelayanan KB Di FKTP Dan FKRTL


Pelayanan KB dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sesuai kebutuhan
medis. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan hanya dapat diberikan atas
rujukan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan atau pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjutan lainnya. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan
ke dokter pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama. Ketentuan sebagaimana
dimaksud diatas dikecualikan pada keadaaan gawat darurat, kekhususan
permasalahan kesehatan klien.

1. Sistem Rujukan
Sistem rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horisontal :
a) Rujukan Vertikal
Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud merupakan rujukan antara pelayanan KB
yang berbeda tingkatan, dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya (rujuk balik).

26
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila :
o Klien membutuhkan pelayanan KB spesialistik atau subspesialistik.
o Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan KB sesuai dengan kebutuhan klien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
o Pelayanan KB dapat ditangani oleh tingkatan Faskes yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya;
o Klien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
Faskes yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang, dan/atau;
o Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan klien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan.

b) Rujukan Horizontal
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud merupakan rujukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan. Rujukan horizontal dilakukan apabila perujuk tidak
dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan klien karena
keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara
atau menetap. Rujukan horizontal dapat berlangsung sebagai berikut :

o antara Faskes tingkat pertama dan Faskes tingkat pertama lainnya:


i. antar internal (antar petugas) di Faskes tingkat pertama;
ii. antara puskesmas dan rumah sakit D Pratama atau laboratorium;
iii. antara puskesmas dan klinik pratama;

27
iv. antara puskesmas dan Praktik Bidan atau Praktik Perawat yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;
v. antara klinik pratama dan rumah sakit D pratama atau laboratorium;
vi. antara rumah sakit D pratama dan Praktik Bidan atau Praktik Perawat yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan;
vii. antara klinik pratama dan Praktik Bidan atau Praktik Perawat yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

o antara Faskes tingkat lanjutan dan Faskes tingkat lanjutan lainnya.


i. antar internal (antar bagian/unit pelayanan) di suatu rumah sakit atau klinik
utama;
ii. antara rumah sakit umum dan klinik utama;
iii. antara rumah sakit khusus dan klinik utama;
iv. antara rumah sakit umum dan rumah sakit khusus;

Pelaksanaan pelayanan rujukan didasarkan kriteria sebagai berikut:


(a) Pelayanan KB belum/tidak tersedia pada Faskes tersebut;
(b) Komplikasi yang tidak bisa ditangani oleh Faskes tersebut;
(c) Kasus-kasus yang membutuhkan penanganan dengan sarana/teknologi yang
lebih canggih/memadai.

Dalam melaksanakan rujukan harus diberikan :


(a) Konseling tentang kondisi klien yang menyebabkan perlu dirujuk
(b) Konseling tentang kondisi yang diharapkan/ diperoleh di tempat rujukan
(c) Informasi tentang Faskes tempat rujukan dituju
(d) Pengantar tertulis kepada Faskes yang dituju mengenai kondisi klien saat ini
dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan
(e) Bila perlu, berikan upaya stabilisasi klien selama di perjalanan
(f) Klien didampingi perawat/bidan selama menuju tempat rujukan karena
kondisi klien.

28
(g) Menghubungi Faskes rujukan agar diberikan pertolongan segera saat klien
tiba

2. Alur Pelayanan KB
Alur pelayanan KB digambarkan dalam bagan 1,2 dan 3 di bawah ini menurut
Faskes KB yang melayani sebagai berikut :
a) Alur Pelayanan KB di Praktik Dokter dan Praktik Bidan
b) Alur Pelayanan KB di Faskes Tingkat Pertama
c) Alur Pelayanan KB di Faskes Rujukan

29
Bagan 1
ALUR PELAYANAN KB DI PRAKTIK DOKTER DAN PRAKTIK
BIDAN

30
Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke Praktik Dokter dan Bidan mendaftar ke petugas
dengan menunjukkan kartu kepesertaan BPJS dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter dan Bidan memberikan KIP/K kepada klien untuk memilih pelayanan KB
yang dikehendaki.
3. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan Suntik, IUD, Implan dan vasektomi maka dilakukan
penapisan klien/ kelaikan medis untuk mengetahui eligilibilitas metode
kontrasepsi yang dipilih.

31
Bagan 2

ALUR PELAYANAN KB DI FASKES TINGKAT PERTAMA (PUSKESMAS)

32
Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Instalasi Rawat Jalan dan Rawat
Inap Praktik mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu kepesertaan BPJS
Kesehatan dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter dan atau Bidan memberikan KIP/Konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB yang
dikehendaki klien maka perlu dirujuk ke Faskes KB yang lebih lengkap/sesuai
dengan membuat surat rujukan.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan atau vasektomi perlu persetujuan
secara tertulis dengan menanda tangani formulr informed consent, apabila klien
tidak setuju perlu diberikan KIP/Konseling ulang
5. Setelah pelayanan KB, dokter dan bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali.

33
34
Penjelasan :

1. Calon klien atau klien KB datang ke IGD atau Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
Praktik mendaftar ke petugas dengan menunjukkan surat pengantar rujukan, kartu
kepesertaan BPJS Kesehatan dan mendapat K/IV/KB.
2. Dokter atau Bidan di UGD, Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap memberikan KIP/
Konseling kepada klien untuk memilih pelayanan KB yang disarankan
3. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan, vasektomi dan tubektomi, perlu
persetujuan secara tertulis dengan menandatangani formulir informed consent,
apabila klien tidak setuju perlu diberikan KIP/Konseling ulang
4. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menghindarkan
kontraindikasi tindakan sebelum klien menyepakati informed consent yang telah
dipahami.
5. Setelah pelayanan KB, dokter memantau hasil pelayanan KB dan memberikan
nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan kontrol
kembali.
6. Dokter memberikan feedback rujukan pelayanan KB yang telah ditindaklanjuti
untuk dipantau oleh Faskes perujuk.

D. Rangkuman
Dalam penyelenggaraan pelayanan Keluarga Berencana (KB) terdapat 2 (dua)
tahapan yaitu Persiapan dan pelaksanaan, pada tahap persiapan dimulai dari
penyiapan data sasaran peserta KB, faskes KB dan jaringan atau jejaring faskes KB.
Pada tahap pelaksanaan meliputi pelaksanaan advokasi dan KIE, penggerakkan
kesertaan ber-KB dan pelayanan KB

Pelayanan KB dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sesuai kebutuhan


medis. Pelayanan KB dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sesuai
kebutuhan medis. Sistem rujukan dapat dilakukan dengan vertikal dan horizontal.

35
Alur pelayanan KB digambarkan dalam bagan 1,2 dan 3 di bawah ini menurut Faskes
KB yang melayani sebagai berikut :
a) Alur Pelayanan KB di Praktik Dokter dan Praktik Bidan
b) Alur Pelayanan KB di Faskes Tingkat Pertama
c) Alur Pelayanan KB di Faskes Rujukan

E. Latihan
Jawablah Pertanyaan Berikut

3. Apa yang dimaksud dengan Fasilitas Kesehatan Keluarga Berencana


(Faskes KB) ?
4. Apa saja yang terdapat dalam tahap pelaksanaan penyelenggaraan
pelayanan KB di era JKN ?
5. Uraikan klasifikasi Faskes KB berdasarkan lingkup pelayanan yang ada.
6. Uraikan tentang sistem rujukan Vertikal dan Horizontal
7. Jelaskan Alur Pelayanan KB di Faskes Tingkat pertama
8. Jelaskan Alur Pelayanan KB di Praktik Dokter dan Bidan Swasta

F. Evaluasi Formatif

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih A, B, C, D atau E pada jawaban yang


menurut Saudara paling tepat!
1. Data sasaran peserta KB dalam JKN mengacu pada data basis yang ada di:
a. Bank Data Hasil Pendataan Keluarga
b. Bank Data Hasil Sensus Penduduk
c. Bank Data BPJS Kesehatan
d. Bank Data Sistem Informasi Keluarga (SIGA)
e. Bank Data Hasil Penelitian
2. Berikut termasuk dalam faskes tingkat pertama, kecuali:
a. Puskesmas
b. Puskesdes

36
c. Praktik dokter
d. Klinik pratama
e. Rumah sakit Khusus

3. Yang termasuk dalam faskes rujukan tingkat lanjutan adalah


a. Rumah sakit umum
b. Puskesmas dengan akreditasi madya
c. Praktik dokter gigi utama
d. Klinik perdana
e. Bidan praktek
4. Apabila di suatu kecamatan tidak tersedia tenaga dokter, maka Bidan
maupun Perawat dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam
memberikan pelayanan KB, dengan penetapan dari:
a. Kepala Dinas Kesehatan setempat
b. Para Pemangku Kepentingan setempat
c. Camat wilayah yang bersangkutan
d. Masyarakat kecamatan yang bersangkutan
e. Lembaga Swadaya kecamatan setempat
5. Sistem Rujukan Pelayanan KB diciptakan untuk:
a. Mengendalikan efek samping dan pembiayaannya
b. Mengendalikan mutu dan biaya secara terpadu dan berkesinambungan
c. Mengendalikan resiko kehamilan yang mungkin terjadi
d. Mengendalikan ketertiban SOP pelayanan KB
e. Mengendalikan kemungkinan terjadinya kasus stunting

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

37
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙

Kategori tingkat penguasaan yang Saudara capai:


90%-100% = Baik Sekali
80%-89% = Baik
70%-79% = Cukup
60%-69% = Kurang
>59% = Kurang Sekali

Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh materi
Bab ini hingga penguasaan Saudara pada evaluasi formatif berada pada tingkat
kategori Baik.

38
A. Tujuan Dan Strategi Pelayanan KBPP

1. Pelayanan KBPP bertujuan untuk meningkatkan kesertaan keluarga dalam


KB dan kesehatan reproduksi melalui strategi peningkatan pelayanan KBPP
secara nasional.

2. Strategi peningkatan pelayanan KBPP dilaksanakan dengan


target meningkatkan kesertaan ber-KB ibu nifas atau pasangannya
mencapai 70% (tujuh puluh per seratus),

B. Tata kelola Program Dan Layanan KBPP

Tatakelola program dan pelayananan KBPP merupakan rangkaian kegiatan


untuk menata perencanaan dan mengelola pelaksanaan program dan
pelayanan KBPP pada masing-masing jenjang administratif. Tatakelola
pelaksanaan program dan pelayanan KBPP meliputi:

1. Advokasi;

Merupakan salah satu upaya pendekatan yang dilakukan terhadap


pemangku kebijakan agar dapat mempengaruhi keberhasilan program
KBPP. Kegiatan advokasi dilakukan kepada mitra kerja sebagai bentuk
komunikasi strategis melalui:

a. upaya meningkatkan komitmen;

b. menggunakan sumber daya;

39
c. memberdayakan organisasi masyarakat, organisasi profesi, dan
forum.

2. Pengorganisasian tugas;

Pengorganisasian tugas terdiri atas:

a. pengaturan sumber daya untuk melaksanakan program dan pelayanan


KBPP yang meliputi:

1) sumber daya manusia;

2) pembiayaan;

3) alat dan obat kontrasepsi; dan

4) material pendukung pelaksanaan program KBPP.

b. pengkoordinasian tugas pelaksanaan program KBPP kepada institusi


dan stakeholder terkait di semua jenjang administrasi, yang meliputi:

1) administrasi program KBPP tingkat pusat dan provinsi; administrasi


program KBPP tingkat kabupaten/kota;

2) administrasi program KBPP tingkat pelaksana.

Pelayanan KBPP merupakan upaya kesehatan dengan untuk mengatur jarak


kehamilan, menjarangkan atau menunda kehamilan yang diberikan kepada
ibu pasca persalinan atau pasangannya sampai kurun waktu 42 (empat
puluh dua) hari setelah persalinan.

Pelayanan KBPP dilakukan pada fasilitas kesehatan pelayanan KB yakni FKTP


beserta jaringannya dan RS yang memberikan pelayanan KB dengan kriteria
sebagai berikut:

a. memiliki sarana prasarana penunjang pelayanan KBPP;

b. memiliki sumber daya manusia yang kompeten


memberikan pelayanan KBPP;

40
Pelayanan KBPP

Pelayanan KBPP yang dilakukan di FKTP meliputi iud, implan, suntik, pil,
metode amenore laktasi, dan metode operasi pria.

Pelayanan KBPP yang dilakukan di RS meliputi semua pelayanan KB yang


dapat dilakukan di FKTP dan pelayanan metode operasi wanita.

Pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) dilaksanakan dengan tahapan:

1. Pra pelayanan;

a. Konseling;

b. Penapisan;

c. persetujuan Tindakan medis

2. Pelayanan PKBRS.

a. pelayanan KB interval;

b. pelayanan KB pasca persalinan;

c. pelayanan KB karena rujukan.

3. Pasca pelayanan.

a. Konseling pasca pelayanan; dan

b. pemantauan pasca pemasangan alat dan obat kontrasepsi.

Pelaksanaan pelayanan KBPP pada fasilitas kesehatan meliputi:

1. pelayanan Konseling KBPP;

Pelayanan Konseling KBPP dilakukan oleh petugas kesehatan dan petugas


pelayanan KB yang telah mendapatkan pelatihan Konseling KBPP atau
Konseling KB atau pelatihan KIP/K (KIK).

Konseling dilakukan dengan menggunakan alat bantu Konseling, meliputi:

a. mempromosikan manfaat KBPP bagi ibu, pasangan, dan keluarga;

b. memberi informasi tentang kembalinya masa kesuburan setelah


persalinan;

41
c. memberikan informasi tentang waktu dan jarak yang sehat untuk hamil
kembali setelah 2 (dua) tahun dari persalinan sebelumnya; dan

d. memastikan ibu dan pasangan memilih salah satu metode


kontrasepsi sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapinya.

Konseling KBPP dilakukan di fasilitas kesehatan dan kegiatan KIE yang


berbasis masyarakat.

Kegiatan Konseling KBPP yang dilakukan di fasilitas kesehatan terintegrasi


dengan Pelayanan Kesehatan Masa Hamil, Pelayanan Kesehatan Sesudah
Melahirkan, kunjungan nifas dan kegiatan terpadu lainnya.

Kegiatan Konseling KBPP yang dilakukan masyarakat dapat terintegrasi dengan


kegiatan yang berbasis masyarakat.

2. pelayanan medis kontrasepsi KBPP;

Pelayanan medis kontrasepsi diberikan kepada ibu pasca persalinan dan


pasangannya setelah mendapatkan Konseling KBPP dan menyepakati untuk
mendapatkan pelayanan medis kontrasepsi.

Pelayanan medis kontrasepsi meliputi:

a. penapisan medis;

Penapisan medis merupakan upaya melakukan kajian tentang kondisi


kesehatan oleh pemberi layanan kesehatan kepada akseptor
pascapersalinan yang akan dilayani pelayanan KBPP.

Penapisan medis dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah calon akseptor


mantap untuk memastikan metode kontrasepsi yang di pilihnya sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi kesehatan yang di hadapi klien.

b. Informed-Consent;

Harus ditandatangani oleh calon peserta KB.

c. pemberian atau pemasangan metode KB.

42
Sistem rujukan merupakan pelimpahan wewenang dan tugas serta tanggung
jawab yang dapat berupa pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan
pelayanan KBPP

Sistem rujukan dapat dilakukan antarfasilitas kesehatan secara:

a. Horizontal;

Sistem rujukan horizontal dilakukan ke fasilitas kesehatan yang setingkat.

b. Vertikal.

Sistem rujukan vertikal dilakukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

Peserta KBPP dapat diberikan pelayanan dengan sistem rujukan.

Sistem rujukan dikenakan bagi peserta BPJS maupun non BPJS dengan mengikuti
skema rujukan yang berlaku.

Pelayanan rujukan dilakukan apabila di fasilitas kesehatan awal klien tidak


dapat dilayani karena tidak tersedia tenaga kesehatan yang mampu, sarana
prasarana yang terbatas, dan dikarenakan kondisi medis tertentu sehingga
peserta memerlukan penanganan khusus.

C. Pembiayaan Kegiatan Dan Pelayanan Keluarga Berencana Pascapersalinan

Pembiayaan kegiatan program dan pelayanan KBPP dapat berasal dari :

a. anggaran pendapatan dan belanja negara;

b. anggaran pendapatan dan belanja daerah ;

c. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat baik dari organisasi
maupun swasta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembiayaan kegiatan program dan pelayanan KBPP mengacu pada ketentuan


peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perencanaan dan

43
penggunaan angaran dalam mendukung pengembangan program dan
pelaksanaan kegiatan.

Pembiayaan pelayanan KBPP dapat dilakukan:

a. secara mandiri; dikenakan bagi peserta non BPJS dan/atau sumber


pembiayaan lainnya

b. melalui Jaminan Kesehatan atau jaminan kesehatan nasional; dilakukan sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. melalui asuransi kesehatan lainnya.

D. Alat Kontrasepsi Dan Material Pendukung Kegiatan Dan Pelayanan Keluarga


Berencana Pasca Persalinan

1. Pilihan Keluarga Berencana Pascapersalinan

Pemilihan kontrasepsi KBPP disesuaikan dengan:

a. ibu yang akan menyusui anaknya dapat mengunakan metode:

▪ tubektomi dan vasektomi;

▪ AKDR;

▪ implan;

▪ suntik 3 bulanan;

▪ pil Progesteron;

▪ kondom; atau

▪ metode amenore laktasi.

b. ibu yang tidak menyusui anaknya, dapat menggunakan metode :

• tubektomi dan vasektomi;

• AKDR;

• implan;

• suntik 3 (tiga) bulanan;

• pil progesteron;
44
• kondom;

• metode amenore laktasi;

• suntikan KB 1 bulanan; atau pil kombinasi.

2. Sarana dan Prasarana

Dalam melakukan pelayanan KBPP di fasilitas kesehatan diperlukan sarana dan


prasarana pendukung pelayanan KBPP.

Sarana dan prasarana pendukung pelayanan KBPP dapat difasilitasi oleh


BKKBN. antara lain:

a. IUD post partum kit: kelly forcep, ovale klame;

b. alat bantu konseling: kartu konseling, algoritma dan brosur; dan

c. buku register pelayanan KB.

Prasarana yang difasilitasi oleh BKKBN didistribusikan oleh perwakilan BKKBN


provinsi kepada OPD KB kabupaten/kota untuk mendukung pelayanan KBPP.

OPD KB kabupaten/kota mendistribusikan sarana dan prasarana ke fasilitas


kesehatan.

E. Pembinaan Partisipasi Keluarga Dan Masyarakat

1. Pembinaan Kesertaan KB

Pembinaan kesertaan KBPP merupakan satu upaya yang dilakukan pasca


pelayanan KB untuk menjamin keberlangsungan kesertaannya
sehingga menjadi peserta aktif.

Pembinaan kepesertaan KBPP dilakukan oleh Petugas KB/PLKB/PKB dan


kader Poktan ataupun petugas kesehatan di bawah koordinasi OPD KB
kabupaten/kota.

45
Pembinaan kepesertaan KBPP, meliputi:

a. menetapkan sasaran keluarga dan pasangan usia subur potensial


pembinaan kesertaan KBPP;

b. melakukan survailan pascapelayanan;

survailan pascapelayanan merupakan upaya untuk memantau terhadap


timbulnya efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan
kontrasepsi serta penanganannya.

Survailan pasca pelayanan dilakukan dengan pengamatan secara aktif


melalui;

1) kunjungan ke rumah secara intensi;

2) pertemuan langsung dengan klien; atau

3) pelaksanaan kegiatan yang berbasis masyarakat.

Survailan pascapelayanan untuk memberikan KIE kepada peserta KB


dengan tujuan:

1) meningkatkan kepatuhan peserta KB dalam menggunakan


kontrasepsi secara benar dan tepat waktu terhadap kunjungan ulang;

2) meningkatkan angka keberlangsungan pemakaian kontrasepsi; dan

3) mengatasi rumor yang timbul akibat efek samping dan komplikasi.

c. bermitra dengan Tenaga Kesehatan;

Pembinaan kesertaan KB dapat dilakukan oleh mitra kerja, dengan


cara menjalin kemitraan bersama Tenaga Kesehatan

d. bermitra dengan Poktan.

Dalam membina keberlangsungan kesertaan KB, dilakukan melalui


pemberdayaan masyarakat, berupa:

46
1) pemberian KIE kepada peserta KB pada pertemuan Poktan atau
kegiatan terpadu pelayanan kesehatan untuk tetap menggunakan
kontrasepsi;

2) pemberdayaan peserta aktif dan pasangan keluarga harmonis


untuk berperan serta sebagai kader;

3) pembentukan paguyuban peserta KB, dalam memantapkan


perilaku penggunaan alat dan obat kontrasepsi; dan

4) pemberdayaan kader BKB, BKR, BKL, UPPKS, Posyandu dan


Poskesdes untuk melakukan Pembinaan peserta aktif.

2. Penggerakan Keluarga dan Masyarakat

Penggerakkan KBPP merupakan rangkaian kegiatan berupa pemantapan


calon peserta agar bersedia menggunakan salah satu metode KB segera
setelah melahirkan.

calon peserta terdiri dari ibu hamil, ibu pascapersalinan, atau ibu menyusui.

Penggerakkan KBPP dilakukan melalui kegiatan:

a. Konseling;

b. informasi;

c. edukasi.

Kegiatan penggerakan dilakukan oleh tenaga pengelola, pelaksana

KB, tenaga lini lapangan (PLKB), dan/atau Tenaga Kesehatan.

Penguatan dan optimalisasi peran tenaga lini lapangan dalam upaya penggerakan
KB perlu dilakukan melalui peningkatan kompetensi.

47
3. Penyampainan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Keluarga

Berencana Pasca Persalinan

KIE KBPP merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi


untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku kepada:

a. ibu hamil;

b. ibu pascapersalinan

c. ibu menyusui;

d. ibu pasca keguguran; atau

e. keluarga dan pasangannya.

informasi dapat dilakukan secara langsung/tidak langsung.

Pemberian KIE KBPP dilakukan oleh Tenaga Kesehatan/PLKB/PKB dan kader


KB/poktan, dilaksanakan melalui:

1. KIE individu;

a. KIE individu merupakan suatu proses KIE timbal balik secara langsung
antara petugas KIE dengan individu sasaran program KBPP.

b. KIE individu dapat dilakukan oleh Tenaga Kesehatan atau tenaga lini
lapangan ke sasaran.

c. KIE individu dapat dilakukan melalui kunjungan rumah atau penelusuran


secara individu calon akseptor KBPP.

2. KIE Kelompok;

a. KIE kelompok merupakan proses KIE timbal balik secara langsung antara
petugas KIE dengan kelompok, dengan jumlah 2 (dua) sampai dengan 15
(lima belas) orang.

b. KIE kelompok, dilakukan melalui forum penyuluhan dan pertemuan.

48
c. c) KIE kelompok dilakukan oleh PLKB/PKB/Kader KB/Poktan dengan
melakukan kunjungan ataupun kegiatan yang terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan.

3. KIE massal.

a. KIE massal merupakan suatu proses KIE tentang program KB yang


dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada
masyarakat dalam jumlah yang besar.

b. KIE massal secara tidak langsung dilakukan tanpa adanya interaksi


langsung dengan klien melalui pemanfaatan media elektronik.

c. KIE secara langsung dilakukan melalui kontak langsung dengan klien.

d. KIE massal dilakukan melalui penajaman isi pesan KIE dan disesuaikan
berdasarkan kearifan budaya lokal dan lain-lain.

F. Rangkuman
Pelayanan KBPP bertujuan untuk meningkatkan kesertaan keluarga dalam KB dan
kesehatan reproduksi melalui strategi peningkatan pelayanan KBPP secara
nasional.
Strategi peningkatan pelayanan KBPP dilaksanakan dengan target
meningkatkan kesertaan ber-KB ibu nifas atau pasangannya mencapai 70% (tujuh
puluh per seratus),

Pelayanan KBPP merupakan upaya kesehatan dengan untuk mengatur jarak


kehamilan, menjarangkan atau menunda kehamilan yang diberikan kepada ibu
pasca persalinan atau pasangannya sampai kurun waktu 42 (empat puluh
dua) hari setelah persalinan.

49
Pelayanan KBPP dilakukan pada fasilitas kesehatan pelayanan KB yakni FKTP
beserta jaringannya dan RS yang memberikan pelayanan KB dengan kriteria
sebagai berikut:
c. memiliki sarana prasarana penunjang pelayanan KBPP;
d. memiliki sumber daya manusia yang kompeten memberikan
pelayanan KBPP;

Pembinaan kesertaan KBPP merupakan satu upaya yang dilakukan pasca


pelayanan KB untuk menjamin keberlangsungan kesertaannya
sehingga menjadi peserta aktif
Penggerakkan KBPP merupakan rangkaian kegiatan berupa pemantapan
calon peserta agar bersedia menggunakan salah satu metode KB segera
setelah melahirkan.
KIE KBPP merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan prilaku kepada:
1. ibu hamil;
2. ibu pascapersalinan
3. ibu menyusui;
4. ibu pasca keguguran; atau
5. keluarga dan pasangannya.

G. Latihan
Jawablah Pertanyaan Berikut
1. Jelaskan apa yang dimaksud pelayanan KB Pascapersalinan?
2. Jelaskan apa tujuan pelayanan KBPP?
3. Sebutkan dimana saja pelayanan KBPP dilakukan?
4. Uraikan apa yang dimaksud dengan penggerakkan KB Pascapersalinan ?
5. Siapa saja sasaran dari KIE KBPP?

50
H. Evaluasi Formatif

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih A, B, C, D atau E pada jawaban yang


menurut Saudara paling tepat!
1. Pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP), dimaksudkan untuk:
a. Meningkatkan kesertaan keluarga dalam KB dan Kesehatan Reproduksi
b. Meningkatkan kesertaan ber-KB ibu nifas
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam ber KB
d. Meningkatkan peran fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB
e. Meningkatkan kerja sama Penyuluh KB dan Bidan

2. Tatakelola pelaksanaan program dan pelayanan KBPP meliputi:


a. Sosialisasi dan Pengorganisasian Tugas
b. Advokasi dan KIE massa
c. Advokasi dan Penggerakan massa
d. Advokasi dan Pengorganisasian Tugas
e. Diseminasi dan penggerakan massa

3. Pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) dilaksanakan dengan tahapan:


a. Screening, Konsultasi, Pelayanan/Pemasangan
b. Screening, Pra Pelayanan, Pelayanan
c. Pra pelayanan, Pelayanan, Pasca Pelayanan
d. Pemeriksaan Awal, Penentuan Informed Choice
e. Screening Awal, Penentuan Informed Choice, Screening Akhir.

4. Pelayanan KB interval, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB karena


rujukan merupakan kegiatan pelayanan KB di:
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama (Faskes Pratama)
b. Rumah Sakit (PKBRS)
c. Praktek Mandiri Dokter (PMD)
d. Praktek Mandiri Bidan (PMB)

51
e. Fasilitas Kesehatan Rujukan (Faskes Rujukan)
5. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan KBPP yang dapat difasilitasi
oleh BKKBN. antara lain:

a. IUD post partum kit: kelly forcep, ovale klame

b. Alat bantu pemakaian kontrasepsi

c. Alat bantu pendengaran

d. Kontrasepsi Kondom Wanita

e. Kartu pendaftaran

I. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙

Kategori tingkat penguasaan yang Saudara capai:

90%-100% = baik sekali


80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang
>59% = kurang sekali

f. Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan


dengan menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila
penguasaan Saudara masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah
mempelajari ulang seluruh materi Bab ini hingga penguasaan Saudara pada
evaluasi formatif berada pada tingkat kategori Baik.

52
A. Alat dan Fungsi Reproduksi Laki-Laki
Alat Reproduksi Laki-laki terdiri dari penis, skrotum, glens, kantung kemih, saluran
kemih, kantung sperma, buah zakar (testis), saluran sperma (vasdeferens), dan kantung
sperma (prostate).

Gambar 1. Skema Alat Reproduksi Laki-laki

53
1. Penis
Terbuat dari jaringan spons yang lembut dan sel-sel. Penis berfungsi sebagai
alat senggama dan untuk menyalurkan sperma dan air seni. Penis dapat tegang
dan membesar bila terangsang dan lunak dalam keadaan biasa.
2. Skrotum
Alat kantung kulit yang melindungi testis dan berfungsi mengatur suhu sperma
agar tetap stabil yang dibutuhkan bagi produksi sperma dan keberlangsungan
sperma.
3. Glens
Adalah bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh
darah dan syaraf.
4. Kantung Kemih
Tempat menampung urine atau air kencing dan dikeluarkan secara periodik
melalui saluran kemih (uretra).
5. Saluran Kemih (Uretra)
Adalah saluran melalui urine dan cairan mani yang mengandung sperma. Panjang
saluran ini sekitar 25 cm.
6. Buah Zakar atau Pelir atau Testis
Berjumlah dua buah yang terbungkus kulit halus dan berkeriput. Buah zakar
berfungsi untuk memproduksi sperma setiap hari (sel bakal janin yang keluar
saat ejakulasi bersama cairan mani), menyimpan sperma, dan memproduksi
hormon laki-laki berupa testosteron.
7. Vas Deferens
Adalah saluran menyatukan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. Vas
deferens panjangnya kira-kira 45 cm dengan diameter 2,5 mm. Saluran ini
berawal dari luar panggul dan melewati sisi kiri dan kanan kandung kencing
menembus kelenjar prostat untuk bermuara ke alam saluran kencing atau uretra.

54
8. Kelenjar Prostat
Kelenjar dalam lubang panggul laki-laki yang mengeluarkan cairan kental
keputih-putihan. Cairan ini disebut sebagai air mani yang berbau seperti
pandan.
9. Vesica Seminalis
Semacam kantong di belakang.

B. Alat dan Fungsi Reproduksi Perempuan


Organ reproduksi perempuan dan fungsinya terdiri dari organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam. Organ kelamin luar pada perempuan mempunyai dua fungsi yaitu:

Gambar 2. Skema Alat Reproduksi Perempuan


1. Labia Minora dan Labia Mayora
Gambar 2. Skema Alat Reproduksi Perempuan

1. Labia Minora dan Labia Mayora


Dua lipatan di kedua sisi vagina. Fungsinya memberi perlindungan pada klitoris, lubang
kencing, dan lubang vagina. Biasanya ketika memasuki masa puber, labium mayor
tersebut akan ditumbuhi rambut. Selain labium mayor, ada pula labium minor yang
terletak tepat di sebelah dalam dari labium mayor yang mengelilingi lubang vagina dan
uretra. Di samping itu, pada bagian organ kelamin luar terdapat saluran kelamin wanita
memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar. Hal ini memudahkan
mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan.

55
2. Klitoris
adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas antara kedua labia
minora (bibir vagina dalam). Klitoris identik dengan penis pada pria. Klitoris banyak
dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang sangat
sensitif terhadap rangsangan seksual.

3. Lubang Vagina
Bagian terluar yang merupakan jalan keluarnya bayi. Pada kondisi normal, dinding
vagina bagian depan dan belakang akan saling bersentuhan sehingga tidak ada ruang
di dalam vagina. Rongga vagina pada wanita dewasa memiliki panjang sekitar 7.6-10
cm. Sepertiga bagian vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah vagina,
sedangkan dua pertiga bagiannya terletak di atas otot tersebut dan mudah teregang.
Selama proses persalinan, dinding otot itu akan mengerut sehingga memudahkan bayi
terdorong keluar melalui serviks dan vagina

4. Saluran Kencing
Saluran tempat keluarnya air kencing/urine.

5. Uterus / Rahim
Organ yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio hingga menjadi janin.
Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di puncak
vagina. Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan rectum yang diikat
oleh enam ligamen. Rahim terbagi menjadi dua bagian, yaitu serviks dan korpus (badan
rahim/ body of uterus). Serviks atau leher rahim terletak di puncak vagina. Serviks
merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina, sedangkan korpus
biasanya bengkok mengarah ke depan. Panjang korpus menjadi dua kali dari panjang
serviks pada masa reproduktif.

56
6. Tuba Falopii
Organ ini merupakann tempat berlangsungnya pembuahan. Tuba falopii membentang
sepanjang 5 - 7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium. Ujung dari tuba falopii kiri
dan kanan ini membentuk corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar. Ini
berfungsi agar sel telur jatuh ke dalamnya saat dilepaskan dari ovarium.

7. Fimbria
Sebagai alat untuk menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur.

8. Indung Telur
Organ ini berfungsi menghasilkan sel telur. Ovarium tidak menempel pada tuba falopii
tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen. Struktur berbentuk oval yang
terletak dalam daerah pinggul perempuan. Ovarium atau indung telur memiliki
300.000-500.000 sel telur. Indung telur memproduksi hormon seksual perempuan
yaitu estrogen dan progesteron dan mulai mengeluarkan telur pada waktu perempuan
menginjak masa pubertas.

C. Proses Reproduksi Manusia


1. Proses Reproduksi Laki-laki
a. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi
akibat pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Ereksi terjadi karena
rangsangan seksual atau sering kali terjadi ketika bangun tidur di pagi hari,
hal ini normal bagi seorang pria yang menandakan alat kelaminnya sehat dan
bekerja dengan baik. Ketika penis berereksi maka kandung kemih akan
menjadi rapat sehingga penis tidak akan mengeluarkan air seni pada saat
melakukan hubungan seksual.

57
b. Ejakulasi
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan air mani dan sperma dari
kondisi penis yang sedang ereksi. Pada saat penis ereksi muncul cairan
bening yang berfungsi melumasi uretra yang membantu mengalirkan
sperma.

c. Mimpi Basah
Mimpi basah adalah mimpi tentang seks yang pada umumnya terjadi
secara periodik berkisar pada setiap 2-3 minggu. Mimpi basah ini
merupakan salah satu cara seorang pria dapat berejakulasi sehingga
mampu mengeluarkan sperma.

d. Proses Perjalanan Sperma


Sperma yang diproduksi oleh buah zakar, keluar dari buah zakar masuk ke
dalam epididimis. Di dalam epididimis sperma mengalami pematangan. Dari
epididimis sperma dikirim ke dalam kantung mani melalui saluran mani. Untuk
sementara sperma ditampung di dalam kantung mani sampai menunggu
saat sanggama. Pada waktu sanggama, sperma dikeluarkan dari kantung
mani bersama-sama dengan zat yang dikeluarkan oleh kantung mani dan zat
cair yang dihasilkan oleh kelenjar prostat untuk kemudian disemprotkan
melalui saluran kemih. Setiap melakukan sanggama seorang laki-laki
mengeluarkan ratusan juta sperma, namun hanya satu sperma yang dapat
membuahi sel telur. Apabila tidak terjadi sanggama maka sperma yang telah
ditampung dalam kantung mani tersebut akan diserap kembali oleh tubuh.

2. Proses Reproduksi Perempuan


a. Masa Subur
Masa subur adalah masa saat perempuan usia subur setiap bulannya secara
teratur akan terjadi pematangan satu atau lebih sel telur, pada masa ini sel
telur sangat potensial untuk dibuahi oleh sperma. Cara menghitung masa

58
subur adalah dengan menghitung perempuan usia subur dengan siklus
normal yaitu 28 hari maka ovulasi diperkirakan akan terjadi pada 14 hari
sebelum menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi harus dicatat selama 3
bulan berturut-turut untuk mengukur keakuratan masa subur, jika siklus
menstruasi tidak teratur 28 hari maka perlu penghitungan masa subur secara
khusus.

b. Menstruasi
1) Menstruasi dimulai pada saat seorang perempuan berusia 11-14 tahun.
Menstruasi pertama sering disebut dengan menarche. Siklus tejadinya
menarche belum teratur dalam jangka waktu 1-2 tahun sampai akhirnya
proses ovulasi akan menjadi teratur. Siklus menstruasi berkaitan dengan
rantai interaksi hormon dan bahan kimia tubuh produksi hypotalamus di
otak, kelenjar pituitari dan indung telur yang terjadi setiap bulannya.
Rangkaian ini mengakibatkan lepasnya sel telur dan keluarnya darah dari
vagina setiap bulan yang disebut haid. Adapun proses terjadinya
menstruasi adalah sebagai berikut:
2) Pada hari ke-6, 7, dan 8 (siklus 28 hari menstruasi) perempuan akan
mengalami masa kering selama 3 hari untuk memulai proses
pembangunan (proliferasi) dinding rahim.
3) Setelah masa kering, fase selanjutnya adalah dimulainya proses
pembangunan (proliferasi) dinding rahim dan pembentukkan lendir rahim
untuk menciptakan suasana yang mendukung terjadinya proses
pembuahan
4) Periode berikutnya adalah periode pelepasan sel telur dari indung telur
yang disebut sebagai ovulasi. Sel telur yang dilepaskan indung telur
ditangkap oleh fimbrae dan periode ini disebut sebagai masa subur
5) Sel telur yang dilepaskan indung telur dan ditangkap fimbrae akan
bergerak menuju tuba falopi untuk menunggu dibuahi. Pada saat yang

59
sama hormon estrogen dan progesteron membantu terbentuknya lendir
rahim dan penebalan dinding rahim yang mendukung terjadinya
pembuahan dimana sel telur yang berada di tuba falopi siap dibuahi
sebagai periode puncak masa subur. Puncak masa subur biasanya terjadi
pada 14 hari sebelum menstruasi dengan masa hidup sel telur hanya
berkisar 1 x 24 jam
6) Sel telur yang tidak dibuahi akhirnya akan mati yang selanjutnya akan
dipengaruhi hormon estrogen meluruhkan sel telur yang tidak dibuahi
menjadi cairan darah dan akan keluar melalui vagina berupa darah haid.
Fase ini disebut fase menstruasi yang berlangsung secara periodik 4-7
hari. Siklus menstruasi akan berulang secara berkala setiap bulannya,
umumnya setiap 28 hari, namun pada beberapa perempuan memiliki
siklus pendek 20 hari dan siklus panjang 32 hari yang masih dianggap
sebagai siklus normal.

c. Kehamilan
Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di
dalam indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi
karena sperma masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat
melakukan berhubungan seksual. Seorang perempuan normal hanya
memproduksi satu sel telur setiap bulannya, tetapi seorang pria bisa
memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap
semprotan air mani mengandung 100-200 juta sperma. Namun, dari jumlah
tersebut hanya satu sperma yang berhasil menembus indung telur dan
membuahi sel telur. Ini merupakan salah satu bentuk seleksi alam untuk
memilih bibit yang terbaik yang akan berkembang menjadi janin.
Apabila proses pembuahan ini berhasil maka dari satu sel telur berukuran
0.2 mm yang telah dibuahi akan terus berkembang biak dan berpindah ke
dalam rahim. Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang
telah dibuahi akan masuk dan menempel di selaput dalam rahim. Dianalogikan

60
dengan kasur, selaput dalam rahim ini tebal dan lunak sehingga bisa
melindungi sel telur yang telah dibuahi. Pada tahap ini kehamilan sudah
terjadi.
Selama ini sel telur yang telah dibuahi tersebut terus berkembang dan
membentuk semacam akar/rambut yang halus. Sel telur ini menyerap gizi
yang terkandung dalam selaput dalam rahim sehingga bisa terus
berkembang. Rambut-rambut halus ini nantinya memiliki fungsi yang sangat
penting untuk janin. Pada sekitar hari ke 5, sel telur yang telah dibuahi dan
keluar dari indung telur sudah berbentuk sebagai satu garis. Pertama yang
terbentuk adalah syaraf. Perkembangan berikutnya terbagi dua yaitu otak dan
sumsum. Segera setelah ini cikal bakal organ tubuh penting seperti jantung,
pembuluh darah, otot sudah mulai terbentuk. Selanjutnya plasenta (ari-ari)
yang berfungsi menyelimuti janin selama proses kehamilan juga sudah mulai
terbentuk. Sampai usia kehamilan 3 minggu ini janin masih belum bisa
dideteksi. Pada saat ini kepala bayi kurang lebih setengah dari panjang badan,
sedangkan badan bayi masih tampak seperti ekor saja.

Mitos dan Fakta Seputar Bayi dan Balita

Mitos (x) Fakta (√)

ASI pertama (kolostrum) adalah ASI Kolostrum harus diberikan pada bayi
basi yang harus dibuang. karena memiliki antibodi yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh.

61
Tidak perlu khawatir jika anak anda Orang tua perlu segera mengambil
mengalami keterlambatan bicara, nanti tindakan jika melihat tanda-tanda
ia pasti akan bisa bicara dengan keterlambatan bicara pada si kecil,
sendirinya seiring dengan dan sangat penting untuk
bertambahnya usia. mengetahui apa saja tanda-tanda
keterlambatan bicara pada anak.

Balita sering memegang alat kelaminnya Pada usia tertentu balita mengalami
dianggap fase genital, sehingga sering
melakukan hal yang tabu dan tidak memegang alat kelaminya. Namun,
wajar. orang tua harus mengalihkan
perilaku tersebut jika menjadi
kebiasaan yang berlanjut.
Jika anak rewel saat diberi ASI artinya ASI diproduksi sesuai dengan
ASI sedikit dan harus di ganti susu botol hisapan si bayi, jadi banyak atau
sedikitnya ASI ditentukan oleh bayi
itu sendiri. Bayi yang banyak minum
ASI akan membuat produksi ASI
meningkat.

Sunat pada perempuan supaya ketika Tidak ada


Sunat padaistilah
wanitaASIdilakukan
sedikit dengan

dewasa, tidak memiliki libido tinggi menorehkan ujung pisau pada


klitoris. Tindakan ini tidak dikenal
dalam dunia medis. Tidak ada
indikasi medis untuk mendasarinya.
Secara medis, sunat perempuan
tidak memiliki manfaat apa pun. Hal
ini berbeda dengan sunat laki- laki,
yang memiliki manfaat menurunkan
risiko infeksi.

62
Menaburkan bedak pada daerah kelamin Jika ingin membedaki lipatan kulit di
bayi dan balita usai mandi atau berganti sekitar paha,
popok. sebaiknya tutupi alat kelamin bayi
dan balita Anda dengan tangan agar
tidak ada serbuk bedak yang masuk.
Sebab, serbuk bedak itu merupakan
benda asing yang dapat
menimbulkan keputihan. Jika bayi
buang air besar,jangan hanya
dibersihkan dengan menggunakan
tisu atau kapas basah. Biasakanlah
menggunakan air bersih yang
mengalir dengan menggunakan
sabun bayi.
Setelah itu, keringkan dengan
Diare tanda bayi bertambah pintar Tidak ada hubungan antara diare
handuk, beri bedak di sekitar lipatan
dengan kepintaran seorang anak.
paha agar
Bayi memang rentan mengalami
bayi nyaman dan bersih.
diare yang disebabkan karena
bakteri, alergi susu, atau keracunan
makanan.

ASI eksklusif berarti tidak boleh ASI Ekslusif memang hanya


memberikan susu formula sedangkan memberikan ASI saja, yang lain tidak.
yang lainnya boleh seperti sari buah dan
yang lainnya
Bayi yang diberi empeng akan cepat Tidak ada pengaruh pemberi
bicara empeng dengan kecepatan bicara.
Pemberi empeng dapet membuat
pertumbuhan gigi menjadi tonggos.

63
Payudara yang “Lembek” adalah Payudara “Lembek” adalah tanda
payudara yang tidak ada ASInya pengeluaran ASI (baik menyusui dan
memerah) lancar, payudara yang
keras justru menandakan
pengeluaran ASI nya tidak lancar

Ibu menyusui harus makan daun katuk Ibu bisa makan apapun yang dia
atau pare agar ASInya deras sukai. Kalau ibu menikmati apa yang
bisa dimakan, ASI nya akan deras
karena hati ibu merasa senang

D. Rangkuman
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICPD Kairo, 1994).

Alat Reproduksi Laki-laki terdiri dari penis, skrotum, glens, kantung kemih, saluran
kemih, kantung sperma, buah zakar (testis), saluran sperma (vasdeferens), dan
kantung sperma (prostate).

Alat reproduksi wanita terdiri dari organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ kelamin luar pada wanita meliputi : labium mayor, labium minor, uretra,
klitoris, perineum, himen (selaput dara), lubang vagina sedangkan organ kelamin
dalam terdiri dari ovarium , fimbrae , tuba falopi , rahim, cervix.

Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam
indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma
masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan berhubungan
seksual. Seorang perempuan normal hanya memproduksi satu sel telur setiap
bulannya, tetapi seorang pria bisa memproduksi sperma terus menerus dalam
64
jumlah besar. Rata-rata setiap semprotan air mani mengandung 100-200 juta
sperma. Namun, dari jumlah tersebut hanya satu sperma yang berhasil menembus
indung telur dan membuahi sel telur. Ini merupakan salah satu bentuk seleksi alam
untuk memilih bibit yang terbaik yang akan berkembang menjadi janin.

E. Latihan
1. Jelaskan tentang pengertian Kesehatan Reproduksi!
2. Sebutkan alat reproduksi pada laki-laki beserta fungsinya!
3. Sebutkan alat reproduksi pada perempuan beserta fungsinya!
4. Jelaskan tentang masa subur pada laki-laki dan perempuan!
5. Jelaskan proses terjadinya kehamilan!
6. Jelaskan tentang Mitos dan Fakta seputar Bayi dan Balita

F. Evaluasi Formatif
1. Alat reproduksi pria yang berfungsi sebagai Alat senggama dan untuk
menyalurkan sperma dan air seni adalah
a. Skrotum
b. Glens
c. Penis
d. Kantung Kemih
e. Testis

2. Alat reproduksi Wanita yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio


hingga menjadi janin, adalah
a. saluran kencing
b. uterus / Rahim
c. Lubang vagina
d. Klitoris
e. Labia Minora

65
3. proses keluarnya cairan air mani dan sperma dari kondisi penis yang sedang
ereksi, adalah pengertian dari
a. mimpi basah
b. ereksi
c. evakuasi
d. ejakulasi
e. estimasi

4. air susu ibu yang pertama keluar disebut


a. spektrum
b. genital
c. ari-ari
d. ovulasi
e. kolostrum

5. pembuahan sel telur di dalam indung telur wanita oleh sperma, disebut
a. kehamilan
b. menstruasi
c. ovulasi
d. ereksi
e. ejakulasi

66
G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙

Kategori tingkat penguasaan yang Saudara capai:

90%-100% = baik sekali


80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang
>59% = kurang sekali

Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh
materi Bab ini hingga penguasaan Saudara pada evaluasi formatif berada pada
tingkat kategori Baik.

67
A. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan keluarga
dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai
menghentikan kesuburan yang pada dasarnya bertujuan membatasi jumlah anak yang
kelak akan dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan pemilihan metode
kontrasepsi yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar mencapai tujuan membentuk
suatu keluarga yang sejahtera.
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat
seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:

Non-Hormonal
Cara
Modern
Hormonal
METODE
KONTRASEPSI
Cara Sterilisasi
Tradisional

Gambar . Skema Jenis Kontrasepsi

68
A. Cara Tradisional:
1. Sanggama Terputus
2. Pantang Berkala atau Sistem Kalender
3. Metode Ovulasi Billing (MOB)
4. Metode Suhu Basal (MSB)
B. Cara Modern
1. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
2. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan,
3. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP

Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien yang
datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian setiap
jenis kontrasepsi akan dijelaskan dengan urutan sebagai berikut: tinjauan umum, cara
kerja, petunjuk penggunaan, kembalinya kesuburan, keuntungan dan keterbatasan,
efek samping atau efektivitas.

A. Cara Tradisional
1. Sanggama Terputus
a. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat tidak adanya pertemuan
antara sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah.
b. Petunjuk Penggunaan:
▪ Terlebih dahulu membangun saling penegertian sebelum melakukan hubungan
seksual dan mendiskusikan pencegahan kehamilan melalui penggunaan
metode sanggama terputus
▪ Pihak suami mendukung dan ingin berpartisipasi aktif dalam Keluarga
Berencana khususnya penggunaan metode kontrasepsi sanggama terputus

69
▪ Metode ini dapat dilakukan oleh PUS yang taat beragama dan mempunyai
alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain dengan alasan
larangan agama
▪ Dapat digunakan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan hubungan
seksual tidak teratur
▪ Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur seorang wanita.

2. Pantang Berkala atau Sistem Kalender


a. Cara Kerja
Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak
melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat
reproduksinya terdapat tiga tahapan, yaitu:
✓ Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
✓ Fertility phase (masa subur)
✓ Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi)
▪ Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita dengan siklus
menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut.
Kemudian dapat dihitung periode masa subur setelah melihat data yang
telah dicatat jarak antara siklus.
▪ Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini
dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari
ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret

70
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang
untuk melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan metode kontrasepsi tertentu.
▪ Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus
haid

dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.


Rumus :

Hari Pertama Masa Subur = Jumlah Hari Terpendek – 18

Hari Terakhir Masa Subur = Jumlah Hari Terpanjang – 11

Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus
terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).

Langkah 1 : 25 – 18 = 7 (Hari Pertama Masa Subur)


Langkah 2 : 30 – 11 = 19 (Hari Terakhir Masa Subur)

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa
ini, suami istri tidak boleh melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan
sanggama harus menggunakan kontrasepsi.

71
3. Metode Ovulasi Billings (MOB)
a. Cara Kerja
▪ Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina, periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
memperhatikan perubahan kering atau basah
▪ Terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan tentang metode ovulasi
billings (MOB), yaitu:

Hari-hari Kering Hari-hari Subur Hari Puncak

Setelah darah haid bersih, Ketika terobservasi Hari terakhir adanya


kebanyakan Ibu adanya lendir lendir paling licin,
mempunyai 1 sampai sebelum ovulasi, Ibu mulur dan adanya
beberapa hari tidak dianggap subur perasaan basah
terlihat adanya lendir dan ketika terlihat sekitar vagina.
daerah vagina terasa adanya lendir
kering. walaupun jenis
lendir kental dan
lengket.

72
Gambar 4. Diagram Siklus Haid 28 Hari

4. Metode Suhu Basal (MSB)


a. Cara Kerja
Hormon progresteron yang disekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat
termogenik atau memproduksi panas yang dapat menaikan suhu tubuh 0,05℃
- 0,2℃ dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.
Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, hal ini
merupakan dasar dari Metode Suhu Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat
dikenali dari catatan suhu tubuh.

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Pantang sanggama dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat
diterapkan aturan peningkatan termal.
▪ Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum
bangun dari tempat tidur (kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat
suhu tubuhnya pada lembar catatan yang khusus disediakan sebelumnya.

73
▪ Dengan menggunakan catatan suhu tubuh pada lembar tersebut, klien dapat
mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu
tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari
siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal
akibat demam atau gangguan lainnya.
▪ Tariklah sebuah garis 0,05℃ di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari catatan
suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu
.
▪ Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai sanggama. Fase
tidak subur dimulai pada malam ke-3 hari berturut-turut dengan suhu diatas
garis suhu.
▪ Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu
selama 3 hari perhitungan, ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi jadi klien
harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh
diatas garis suhu sebelum memulai sanggama.
▪ Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh.
Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya
▪ Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan
sanggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturut-
turut dengan suhu di atas garis suhu.

B. Cara Modern
Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi:
1) Kontrasepsi Non-Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
2) Kontrasepsi Hormonal meliputi: Pil Kombinasi, Suntikan Kombinasi, dan Implan
3) Metode Sterilisasi meliputi: MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode
Operasi Pria)

74
1. Kontrasepsi Non-Hormonal
➢ Metode Amenore Laktasi (MAL)
a. Tinjauan Umum
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya periode
ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lainnya.
MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh, Ibu
dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus
dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya setelah berjalan lebih dari
enam bulan.
b. Cara Kerja
Menyusui eksklusif atau penuh selama enam bulan tanpa memberikan tambahan
makanan dan minuman lainnya pada bayi, proses ini akan menghambat
pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan terjadinya
kehamilan.
c. Petunjuk Penggunaan
▪ Ibu harus menyusui secara penuh
▪ Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama tidak
mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika Ibu sudah mendapat
haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
▪ Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
▪ Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
▪ Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
▪ Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui dari
kedua payudara secara bergantian
▪ Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama 24
jam termasuk malam hari
▪ Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam

75
d. Kembalinya Kesuburan:
▪ Bila bayi telah diberikan makanan pendamping secara teratur
▪ Ketika Ibu telah kembali mendapatkan haid
▪ Bayi menghisap susu tidak sering atau jika kurang dari 8 x sehari
▪ Bayi berumur 6 bulan atau lebih

e. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:

Bagi Bayi Bagi Ibu


✓ Mendapat kekebalan pasif ✓ Mengurangi pendarahan
(mendapatkan antibodi pascapersalinan
perlindungan lewat ASI)
✓ Sumber asupan gizi yang terbaik ✓ Mengurangi risiko anemia
dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi optimal
✓ Terhindar dari keterpaparan ✓ Meningkatkan hubungan
terhadap kontaminasi dari air, susu psikologik ibu dan bayi
lain atau susu formula, atau dari
bahan peralatan minum yang
digunakan

Tabel 1. Keuntungan dan Keterbatasan MAL bagi Ibu dan Bayi

Keterbatasan:
✓ Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30
menit pascapersalinan
✓ Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi sosial atau
psikologis Ibu dan bayi

76
✓ Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan periode
6 bulan
✓ Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan AIDS.

➢ Kondom
a. Cara Kerja
▪ Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada saat
sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan kondom
perempuan.
▪ Kondom Laki-laki yang digunakan dengan baik dan benar setiap kali akan
berhubungan seksual sehingga angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat
sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Kondom merupakan
selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks
(karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada
penis saat berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, kondom juga
dapat mencegah penyakit menular seksual.
▪ Kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan, berbentuk
silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita. Kondom
wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan mengurangi resiko penyakit
menular seksual. Kondom wanita memiliki dua ujung di mana ujung yang satu
yang dimasukkan ke arah rahim tertutup dengan busa untuk menyerap sperma
dan ujung yang lain ke arah luar terbuka

77
PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM LAKI-LAKI

• Tahap 1

Kondom dipasang saat penis ereksi, dan


sebelum melakukan hubungan badan.

• Tahap 2 Buka kemasan kondom secara hati-hati dari tepi,


dan arah robekan ke arah tengah. Jangan
menggunakan gigi, benda tajam saat membuka
kemasan
• .Tahap 3 Tekan ujung kondom dengan jari dan jempol untuk
menghindari udara masuk ke dalam kondom.
Pastikan gulungan kondom berada di sisi luar

• Tahap 4 Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah pangkal


pens, sambil menekan ujung kondom. Pastikan posisi
kondom tidak berubah selama coitus, jika kondom
menggulung, tarik kembali gulungan ke pangkal penis.

• Tahap 5
Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis masih
ereksi. Hindari kontak penis dan kondom dari
pasangan Anda.

• Tahap 6

Buang dan bungkus kondom

78
PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM PEREMPUAN

• Tahap 1

Buka kemasan kondom secara hati-hati dari


tepi, dan arah robekan ke arah tengah. Jangan
menggunakan gigi, benda tajam saat
membuka kemasan.

• Tahap 2

Sebelum hubungan seksual, perhatikan


kondom wanita. Kondom wanita punya ring
yang lebar (outer ring) untuk

bagian luar dan ring yang kecil (inner ring)


untuk bagian dalam.

• Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan dengan
ibu jari pada sisi ring, dan dengan jari lain
pada sisi yang berseberangan, kemudian
tekan sehingga sisi ring yang berseberangan
akan bersentuhan dan bentuk inner ring
menjadi lonjong.

79
• Tahap 4

Atur posisi yang nyaman.


Posisi dapat dilakukan secara
berdiri satu kaki di atas kursi,
jongkok maupun berbaring.

• Tahap 5

Masukkan inner ring ke dalam


vagina dengan hati-hati.
Sewaktu kondom masuk ke
dalam vagina, gunakan jari
telujuk untuk menekan inner
ring lebih jauh ke dalam
• Tahap 6
vagina. Pastikan kondom

Berikan sedikit minyak pelicin


jangan sampai berputar, dan
pada penis atau bagian dalam
outer ring (ring yang besar)
kondom. Bantu penis masuk
tetap berada di luar.
ke dalam kondom.

80
• Tahap 7-8-9-10

Pasca coitus, keluarkan kondom secara hati-hati dengan memutar bagian outer
ring untuk menjaga air mani yang tertampung di dalam kondom tidak tumpah.
Keluarkan kondom secara hati-hati. Buang kondom bekas pakai ke tempat yang
aman (tempat sampah). Jangan buang di toilet.

b. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:
✓ Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka
kegagalan kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita pada 1
tahun penggunaan pertama.
✓ Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat mencegah
penularan IMS, HIV, dan AIDS.
✓ Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang menyusui.

81
Keterbatasan:
✓ Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar sesuai
petunjuk penggunaan kondom.

✓ Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien yang
sensitif.

✓ Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena


mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.

✓ Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga diharapkan


menyediakan stok kondom di rumah.

✓ Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum karena


masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang pengguna kondom.

✓ Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal limbah


yang mencemari lingkungan

Kondom perempuan ini bukan termasuk kontrasepsi yang disediakan oleh


pemerintah

82
➢ Diafragma
a. Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan
disesuaikan vagina untuk
menutupi serviks. Diafragma
merupakan kap berbentuk bulat,
cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dapat
dibengkokkan. Diafragma ini
mempunyai cara kerja sebagai Gambar 5. Diafragma dan Spermisida

berikut:
▪ Mencegah masuknya sperma
melalui kanalis servikalis ke
uterus dan saluran telur (tuba
falopi).
▪ Sebagai alat untuk
menempatkan spermisida.
▪ Spermisida bekerja dengan
cara menyemprotkan bahan
aerosol, krim, atau tablet pada
vagina untuk menonaktifkan
atau membunuh sperma.

83
PETUNJUK PEMASANGAN DIAFRAGMA

• Tahap 1

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spemisida pada kap diafragma secara
merata.

• Tahap 2

Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi dapat dengan
mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi, berbaring ataupun sambil
jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi dua dengan sisi yang
lain. Letakkan jari telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida
harus berada di dalam kap.

84
• Tahap 3

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan


pinggiran ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari ke dalam vagina sampai
menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.

Perhatian
Diafragma masih terpasang dalam vagina sampai 6 jam setelah berakhir hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan meninggalkan diafragma di dalam
vagina lebih dari 24 jam.

85
PETUNJUK PELEPASAN DIAFRAGMA

• Tahap 1

Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Kait
bagian ujung diafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk memecah
penampung.

• Tahap 2

Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air, kemudian
keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya

86
b. Kelebihan dan Keterbatasan

Kelebihan:
✓ Efektif mencegah kehamilan dengan taraf sedang yang menunjukkan angka
kegagalan terjadi pada 6-40 kehamilan per 100 perempuan pada satu tahun
penggunaan pertama.
✓ Dapat digunakan selama menyusui karena tidak berisiko pada gangguan
kesehatan.
✓ Melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS khususnya apabila digunakan dengan
spermisida.

Keterbatasan:
✓ Angka kegagalan tinggi yang sangat dipengaruhi oleh kepatuhan mengikuti cara
penggunaan

✓ Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan


ketepatan pemasangan

✓ Berisiko menyebabkan infeksi saluran uretra

✓ Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.

87
Diafragma ini bukan termasuk kontrasepsi yang disediakan oleh pemerintah

➢ Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/ IUD (Intra Uterine Device)


a. Cara Kerja
▪ Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
▪ Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
▪ IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi sperma untuk fertilisasi.
▪ Pemakaian IUD Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat dilakukan
sebagai berikut:
✓ IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah bayi
lahir dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-ari lahir
✓ IUD Post Partum: IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam
pertama pascapersalinan
✓ IUD Post Seksio: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria
(operasi caesar)
✓ IUD Pasca Keguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari
dengan syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/
tindakan setelah keguguran

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga
rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut
peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari
setelah bersalin dan pada waktu di akhir masa haid.
▪ Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih
secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan

88
satu minggu lalu dilakukan pemeriksaan setiap bulan selama tiga bulan
berikutnya. Pemeriksaan rutin selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
▪ Saat ini jenis kontrasepsi IUD menggunakan Type Cooper T 380 A yang sudah
digunakan oleh pihak BKKBN sejak tahun 2005 dan diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1079/MENKES/SK/VIII/2010
tentang jenis kontrasepsi IUD adalah Type Cooper T 380 A .

Gambar 6. Jenis IUD

c. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:
✓ IUD memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah dipasang
✓ Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan dalam jangka waktu 10
tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti.
✓ Sangat efektif karena tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian atau disiplin
penggunaan seperti minum pil atau menggunakan suntikan
✓ Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu cemas pada terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan
✓ AKDR dengan Cu AKDR (CuT-380A) tidak memiliki efek samping hormonal
karena tidak mengandung hormon
✓ Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui

89
✓ Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pascapersalinan) atau
sesudah abortus (pascakeguguran) dengan syarat tidak terjadi infeksi
✓ Tidak terindikasi mengkonsumsi obat-obatan atau zat adiktif lainnya
✓ Membantu mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
Keterbatasan:
✓ Efek samping yang sering terjadi pada siklus haid yang berubah pada umumnya
3 bulan pertama dengan ciri sebagai berikut: haid lebih lama, terasa sakit, dan
adanya pendarahan (spotting) antar menstruasi.
✓ Adanya komplikasi lainnya: merasakan sakit atau kejang 3-5 hari setelah
pemasangan, pendarahan berat pada saat haid akan berisiko anemia,
pemasangan yang tidak benar akan menimbulkan perforasi dinding uterus.
✓ Klien tidak dapat melepas AKDR dengan sendirinya sehingga membutuhkan
bantuan petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR
✓ Risiko menimbulkan kehamilan ektopik yaitu kehamilan di luar rahim atau di luar
kandungan, sel telur yang telah dibuahi menempel pada tempat selain uterus
(dapat di leher rahim, tuba falopii, rongga perut atau indung telur)
✓ Klien harus memeriksa posisi benang AKDR secara periodik dengan cara
memasukkan jarinya ke dalam vagina tetapi sebagian perempuan enggan
melakukan hal ini.

90
2. Kontrasepsi Hormonal
➢ Suntikan Progestin
a. Cara Kerja
▪ Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
✓ Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (di
daerah bokong)
✓ Depo Neoretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200 mg
Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler (di daerah bokong)
▪ Mencegah ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi.

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler dalam di daerah bokong. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
▪ Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid yang
biasanya bersifat sementara
▪ Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, bila Ibu lupa jadwal suntikan
dapat segera diberikan dengan syarat kondisi Ibu sedang tidak hamil

c. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:
✓ Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
beberapa efek samping, penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
✓ Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

91
✓ Klien tidak perlu menyimpan atau menyediakan obat suntik
✓ Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause
✓ Membantu mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit jinak
payudara, penyakit radang panggul, dan krisis anemia bulan sabit.
Keterbatasan:

✓ Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus haid yang memendek atau
memanjang, pendarahan banyak atau sedikit, pendarahan tidak teratur, tidak
haid sama sekali
✓ Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk memperoleh suntikan kembali)
✓ Efek samping yang paling sering dirasakan adalah permasalahan berat badan
✓ Terlambatnya kesuburan pascapenggunaan kontrasepsi yang banyak
disebabkan oleh obat suntikan dari deponya (tempat suntikan)
✓ Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada
vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan jerawat.

➢ Suntikan Kombinasi
a. Cara Kerja
▪ Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesterone Asetat
dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi sebulan sekali (cyclofem)
dan 50 mg Norentidron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan
injeksi sebulan sekali.
▪ Menekan ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi
sperma terganggu dan terjadi perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu.

92
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler (IM)
dalam, klien diminta datang setiap 4 minggu untuk kunjungan ulang (kontrol)
untuk memastikan hamil atau tidak
▪ Timbulnya efek samping dari penyuntikan berupa mual, sakit kepala, nyeri
payudara, pendarahan sehingga perlu diinformasikan semua keluhan itu dan
biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 dan ke-3.
▪ Klien tidak dalam pengaruh obat-obatan tuberkolosis atau obat epilepsi karena
akan mengganggu efektivitas kontrasepsi yang akan digunakan.

Gambar 7. Suntikan Kombinasi

c. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:
✓ Mengurangi jumlah pendarahan
✓ Mengurangi nyeri saat haid
✓ Mencegah anemia
✓ Berupaya efektif guna mencegah kanker ovarium, kanker endometrium,
payudara
jinak, kista ovarium, serta kehamilan ektopik
✓ Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.

Keterbatasan:

93
✓ Terjadi perubahan pola haid seperti tidak teratur, pendarahan bercak/spoting
atau pendarahan sela selama 10 hari
✓ Terdapat keluhan seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan akan
hilang setelah suntikan kedua dan ketiga
✓ Klien harus melakukan kunjungan ulang di pelayanan kesehatan setiap 30 hari
untuk mendapatkan suntikan
✓ Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke,
pembekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati
✓ Penambahan berat badan
✓ Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV, dan AIDS
✓ Keterlambatan dalam pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian.

➢ Pil Progestin (Minipil)


a. Cara Kerja
▪ Terdapat dua kemasan minipil, yaitu
✓ Kemasan dengan isi 35 pil: 300 μg levonogestrel atau 350 μg noretindron
✓ Kemasan dengan isi 28 pil: 75 μg desogestrel
▪ Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Minum minipil setiap hari pada saat yang sama
▪ Minum pil yang pertama pada hari pertama pada hari pertama haid
▪ Bila klien muntah setelah meminum pil dalam kurun waktu 2 jam, minumlah
pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi lain bila klien berniat
hubungan seksual pada 48 jam berikutnya

94
▪ Bila kilen lupa meminum pil lebih dari 3 jam maka minumlah segera ketika
ingat dan gunakan metode pelindung sampai 48 jam ke depan
▪ Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa sesegera ketika
klien ingat, gunakan metode pelindung sampai akhir bulan
▪ Akan terjadi perubahan pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama.

c. Kelebihan dan Keterbatasan


Kelebihan:
✓ Sangat efektif bila digunakan secara benar
✓ Tidak mengganggu hubungan seksual
✓ Tidak mempengaruhi produksi ASI
✓ Kesuburan cepat kembali
✓ Nyaman dan mudah digunakan
✓ Sedikit efek samping karena tidak mengandung estrogen
✓ Pemakaian dapat dihentikan setiap saat
✓ Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
✓ Dapat mengurangi keluahan premenstrual sindrom (sakit kepala, perut kembung,
nyeri payudara, nyeri pada betis, mudah marah)
Keterbatasan:
✓ Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (pendarahan sela, spotting,
amenorea)
✓ Permasalahan penurunan/peningkatan berat badan
✓ Pemakaian harus rutin setiap hari pada waktu yang sama (disiplin pemakaian)
karena bila lupa satu pil saja dapat menimbulkan kegagalan
✓ Organ payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat
✓ Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi yang ditunjukkan pada angka 4
perempuan diantara 100 kehamilan

95
✓ Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberkolosis atau obat epilepsi
✓ Timbulnya gejala hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di daerah muka)
tetapi sangat jarang terjadi
✓ Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV dan AIDS.

➢ Pil Kombinasi
a. Cara Kerja
Pil kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui sperma sehingga mampu menekan ovulasi dan mencegah implantasi.
Terdapat tiga jenis pil kombinasi, yaitu:
▪ Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
▪ Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif
▪ Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif
b. Petunjuk Penggunaan
▪ Harus diminum setiap hari dan yakin bahwa kondisi tidak sedang hamil
▪ Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi baik yang sudah mempunyai anak
atau tidak mempunyai anak
▪ Tidak dianjurkan bagi Ibu yang menyusui
▪ Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat karena efektivitasnya sangat
tinggi

96
Gambar 8. Pil Kombinasi

c. Keuntungan dan Keterbatasan


Keuntungan:
✓ Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi) bila
digunakan setiap hari ditunjukkan dengan angka 1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan
✓ Tidak mengganggu hubungan seksual
✓ Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid
✓ Dapat digunakan dalam kurun waktu jangka panjang selama klien menginginkan
sebagai alat pencegah kehamilan
✓ Kesuburan dapat kembali dengan segera apabila penggunaan pil dihentikan
Keterbatasan:
✓ Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
✓ Selama 3 bulan pertama menggunakan akan menimbulkan beberapa tanda
antara lain: rasa mual, perndarahan bercak atau pendarahan sela, nyeri payudara
✓ Tidak boleh diberikan pada wanita yang menyusui
✓ Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi, perubahan
suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang

97
✓ Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga risiko stroke
serta pembekuan darah terutama pada perempuan usia >35 tahun dan merokok.

➢ Implan
a. Cara Kerja
▪ Beberapa jenis implan:
✓ Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan
diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.

✓ Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA
(Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama
kerjanya 3 tahun.

✓ Jadena dan Indoplant


Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.

✓ Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38
mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari
dan lama kerja 1 tahun.
✓ Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Kapsul ini mengandung levonorgestrel dan
terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari
dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel, dan

98
kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama
kerja 12 – 18 bulan.
▪ Lendir mulut rahim menjadi kental akan menggangu proses pembentukkan
lapisan pada permukaan rahim sehingga sulit terjadi penanaman sel telur yang
sudah dibuahi.

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Pemasangan setelah hari ke-7 siklus haid, jangan melakukan hubungan seksual
atau menggunakan metode kontrasepsi lain.
▪ Daerah pemasangan harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam
pertama untuk mencegah infeksi pada luka saat pemasangan.
▪ Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah pemasangan
▪ Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam pertama untuk mencegah
infeksi dan plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari)
▪ Sering ditemukan gangguan pola haid terutama 6-12 bulan pertama.

Gambar 9. Implan

99
c. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
✓ Kandungan jangka panjang karena bisa mencapai lima tahun
✓ Pengembalian kesuburan tergolong cepat setelah pencabutan
✓ Tidak mengganggu kegiatan hubungan suami istri
✓ Tidak mempengaruhi ASI
✓ Bebas dari pengaruh estrogen
✓ Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
✓ Klien hanya perlu kembali ke klinik/dokter jika ada keluhan.
Keterbatasan:
✓ Dapat menyebabkan perubahan pola haid

✓ Dapat menimbulkan bercak darah diantara haid, atau disebut juga spotting

✓ Bisa saja terjadi peningkatan jumlah darah haid, atau malah tidak haid sama
sekali (amenorea)

✓ Akan timbul keluhan-keluhan seperti sakit kepala, nyeri payudara, perasaan


mual

✓ Efektifitas akan menurun jika anda menggunakan obat tuberkulosis atau obat
epilepsi

✓ Memerlukan tindakan pembedahan minor (bedah lokal) untuk pemasangan dan


pencabutannya

✓ Anda tidak bisa mencabut implan sembarangan, tapi harus atas bantuan
dokter atau bidan atau petugas yang terlatih

✓ Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan
per tahun).

100
3. Metode Sterilisasi

➢ Metode Operasi Wanita (MOP)

a. Cara Kerja
Terdiri dari dua jenis proses tubektomi pada seorang perempuan yaitu melalui
cara sebagai berikut:
▪ Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit kandungan
yang terlatih agar mampu dilaksanakan secara aman dan efektif. Teknik ini dapat
dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau pascakeguguran (tanpa
komplikasi).
▪ Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan teknik laparotomi yang telah dilakukan
selama ini. Teknik minilaparotomi dilakukan dengan membuat sayatan kecil
(sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah maupun pada lingkar pusat bawah.
Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat
dilakukan oleh dokter yang diberi pelatihan khusus. Operasi ini juga tergolong
aman dan efektif baik untuk masa interval maupun pascapersalinan karena
pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat
kemudian dikeluarkan, diikat, dan dipotong sebagian, setelah itu dinding perut
ditutup kembali, luka sayatan dapat ditutup dengan kassa yang kering dan steril
apabila tidak ditemukan masalah yang berarti, klien dapat dipulangkan segera
setelah 2-4 jam pascaoperasi

101
Gambar 10. Metode Operasi Wanita (MOW)

b. Petunjuk Penggunaan
▪ Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan
▪ Dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara
rasional klien tidak dalam kondisi hamil atau hari ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus
menstruasi
▪ Klien Pascapersalinan:
✓ Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu
✓ Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
▪ Klien Pascakeguguran :
✓ Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi dalam waktu 7
hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
✓ Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi
▪ Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan
▪ Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman setelah operasi dilakukan

102
▪ Lakukan kunjungan pemeriksaan rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan
atau kembalilah sesegera mungkin bila dirasakan tanda-tanda dan simptom-
simptom yang tidak biasa.
c. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
✓ Metode kontrasepsi yang sangat efektif dan tidak menimbulkan efek samping
baik jangka panjang maupun jangka pendek
✓ Mempunyai efek perlindungan terhadap kehamilan dan penyakit radang panggul
(PID), serta kanker ovarium
✓ Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
✓ Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal
✓ Tidak ada perubahan pada fungsi seksual
Keterbatasan:
✓ Perlu dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi
✓ Klien perlu mendapat dukungan dari keluarga atau pasangan karena dapat
merasa menyesal di kemudian hari
✓ Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
✓ Hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih (dokter spesialis ginekologi atau
dokter spesialisasi bedah untuk proses laparoskopi)
✓ Tidak melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS.
d. Kontraindikasi
✓ Sudah terdeteksi atau dicurigai bahwa klien sedang hamil
✓ Adanya pendarahan vaginal
✓ Tidak sedang menjalani proses pembedahan
✓ Masih ragu untuk memutuskan berhenti memiliki keturunan
✓ Belum melakukan persetujuan tertulis

103
➢ Metode Operasi Pria (MOP)
a. Cara Kerja
Metode vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui vasdeferens)
tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi dikeluarkan
bersamaan dengan cairan semen.

Gambar 11. Metode Operasi Pria (MOP)

Vasektomi di Indonesia lebih dikenal dengan nama VTP (Vasektomi Tanpa Pisau)
dilakukan tanpa menggunakan pisau melainkan menggunakan gunting. Operasi
dilakukan di bagian atas skrotum yang ditusuk dengan alat yang ujungnya runcing
kemudian disobek sehingga saluran spermanya dapat ditarik ke atas. Saluran sperma
bagian atas diikat lalu dipotong bertujuan agar saluran sperma tidak akan
menyambung kembali dan selanjutnya dikembalikan ke dalam lubangnya semula, luka
segera diplester. Keuntungan teknik vasektomi ini adalah luka yang dihasilkan lebih
kecil sehingga luka akan lebih cepat kering, pendarahan minimal, nyeri pascaoperasi
lebih ringan.

104
a. Petunjuk Penggunaan
▪ Pertahankan pembalut luka selama 3 hari
▪ Hindari menggaruk luka selama proses penyembuhan
▪ Tidak membasahi daerah luka dalam kurun waktu 24 jam setelah pembedahan
setelah 3 hari diperbolehkan luka dicuci dengan sabun dan air
▪ Hindari mengangkat barang berat untuk 3 hari setelah operasi
▪ Boleh melakukan hubungan seksual setelah hari ke-2 atau hari ke-3 namun wajib
mengunakan kondom atau jenis kontrasepsi lain pada pasangan selama 3 bulan
atau 20 kali ejakulasi
▪ Pemeriksaan kembali untuk memastikan cairan semen tidak mengandung
sperma dalam kurun waktu 3 bulan setelah vasektomi dilakukan.
b. Keuntungan dan Keterbatasan
Keuntungan:
✓ Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi jangka panjang
✓ Tidak membuat klien lemah libido karena tidak mengganggu fungsi seksual atau
disfungsi ereksi
✓ Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang
Keterbatasan:
✓ Bersifat permanen (non-reversibel) dan timbul masalah bila klien mau menikah
kembali atau ingin memiliki anak
✓ Perlu persiapan psikologis yang matang karena ada kemungkinan penyesalan di
kemudian hari
✓ Perlu tenaga pelaksana terlatih
✓ Tidak melindungi klien terhadap PMS, HIV dan AIDS

105
B. Pemilihan Penggunaan Kontrasepsi Rasional, Efektif, dan Efisien

Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola


kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan. Adapun beberapa pengertian
yang mengacu pada pemilihan kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.

1) Pilihan Kontrasepsi yang Rasional, informasi lengkap tentang metode kontrasepsi


perlu diperoleh sebelum pasangan memilih untuk menggunakan kontrasepsi
tertentu sesuai dengan pilihannya. Pada umumnya, setiap pasangan yang
menggunakan kontrasepsi dilandasi tujuan yang jelas antara lain: a) menunda
kelahiran anak pertama (postponing), b) menjarangkan anak (spacing), dan c)
membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan. Ketiga tujuan di atas sangat
berkaitan dengan tersedianya teknologi kontrasepsi sesuai dengan keamanan
medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity), efektifitas, dan
efisiensinya. Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap tersebut pada
akhirnya akan menghasilkan pilihan metode kontrasepsi yang bersifat rasional.
Pilihan kontrasepsi secara rasional pada dasarnya adalah merupakan pilihan klien
secara sukarela tanpa adanya unsur paksaan yang didasarkan pada pertimbangan
secara rasional dari sudut tujuan/teknis penggunaan, kondisi kesehatan medis, dan
kondisi sosial-ekonomis dari masing-masing pasangan.

2) Pilihan Kontrasepsi yang Efektif , selain pertimbangan secara rasional dalam


pemilihan kontrasepsi harus juga mempertimbangkan aspek efektifitasnya. Yang
dimaksud dengan pemilihan kontrasepsi yang efektif adalah pemilihan kontrasepsi
yang didasari pada pertimbangan efektifitas masing-masing jenis kontrasepsi
berdasarkan angka kegagalannya. Jadi efektifitas masing-masing

106
kontrasepsi dapat dilihat dari angka efektifitasnya secara teoritis (theoritical
effectivenes) dan efektifitas penggunaan secara praktis di lapangan (used
effectivenes). Dengan mengetahui angka-angka tersebut maka setiap pasangan
dapat mempertimbangkan penggunaan jenis-jenis kontrasepsi berdasarkan angka
kegagalannya. Sebagai contoh, Implan, AKDR/IUD, Sterilisasi/Tubektomi termasuk
jenis kontrasepsi yang efektivitas tinggi sebab angka kegagalan untuk Implan (0,2-
1 kehamilan per 100 perempuan), AKDR (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan),
dan Sterilisasi/ Tubektomi (0,2-4 kehamilan per 100 perempuan). Sedangkan jenis
kontrasepsi yang termasuk kriteria efektif antara lain Pil, Suntikan, Metode Amenore
Laktasi/ Pemberian ASI. Adapun kontrasepsi yang termasuk kriteria kurang efektif
antara lain: kondom, diafragma vaginal, dan sanggama terputus.

3) Pilihan Kontrasepsi Efisien, pertimbangan terakhir yang perlu diperhatikan dalam


pemilihan alat kontrasepsi adalah kriteria efisiensi. Efisiensi dapat dinilai dari biaya
kontrasepsi dalam memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang
pasangan (Couple Years Protection atau CYP). Angka alat kontrasepsi per CYP
dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan efisiensi setiap alat kontrasepsi.

107
20 th 30 th

Usia Isteri
20 – 30 tahun

Usia Isteri < 20 tahun Usia Isteri > 30 tahun


Mengatur/
Menunda Kehamilan Menjarangkan
Kehamilan Mengahiri Kehamilan
(PAP)

Silahkan hamil
Kehamilan beresiko Atur jarak Kehamilan beresiko
kehamilan

• IUD
• MOP
• Implant
• MOW
Kondom • Suntik
• IUD
• Pil KB
• Implant
• Kondom

Gambar 13. Skema Pemilihan Kontrasepsi REE

Beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi yang


rasional, efektif, dan efisien sebagai berikut:
1. Usia istri di bawah 20 tahun
a. Menunda kehamilan anak pertama hingga umur istri mencapai 20 tahun.
b. Gunakan kontrasepsi dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kontrasepsi
yang memiliki reversibilitas (kembalinya kesuburan) tinggi dan kemudian juga
memiliki efektifitas tinggi
c. Kondom, Pil KB, IUD, KB Alamiah

108
2. Usia Istri 20 - 30 tahun
a. Kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran anak berikutnya.
b. Gunakan kontrasepsi dengan pertimbangan efektivitas tinggi, kemudian juga
reversibilitasnya tinggi, dapat dipakai 3-4 th dan tidak mengganggu produksi
ASI.
c. IUD, Pil KB, Suntikan, Implant, Kondom, KB Alamiah.
3. Usia istri diatas 35 tahun
a. Kontrasepsi untuk mengakhiri kesuburan hingga istri mengalami menopause.
b. Kontrasepsi yang disarankan : Vasektomi, Tubektomi, IUD, Implant.

C. Mitos-Mitos dalam Penggunaan Kontrasepsi


Meskipun zaman sekarang sudah berbagai jenis metode kontrasepsi yang ada saat
ini mulai namun tidak sedikit orang yang tidak mempercayai keefektifan dan efek yang
menimbulkan ketidaknyamanan para pengguna kontrasepsi. Adapun beberapa
pendapat yang beredar di masyarakat saat ini dengan menggantungkan harapan
pada sejumlah mitos keliru sebagai metode pencegah kehamilan, antara lain dapat
dilihat dari tabel berikut:

JENIS MITOS FAKTA


PIL KB 1) Pil KB dapat membuat 1) Kandungan hormon yang ada pada
tubuh menjadi gemuk setiap butir Pil KB berdosis rendah
sehingga tidak akan membuat berat
badan naik.
2) Pil KB berdampak pada
kulit menjadi tidak sehat 2) Pil KB memiliki kandungan hormon
dan berjerawat estrogen yang membantu menjaga
kehalusan dan kesehatan kulit.

109
JENIS MITOS FAKTA

3) Pil KB membuat tulang 3) Kandungan dua hormon yang ada pada


menjadi rapuh. setiap butir Pil KB membantu
pencegahan pengapuran dini pada
tulang atau yang lebih sering disebut
dengan osteoporosis.
4) Pil KB berisiko pada
kandungan 4) Secara klinis, konsumsi Pil KB secara
teratur akan membantu mencegah
risiko kehamilan di luar rahim, kista,
atau pun kanker rahim.
5) Pil KB mengurangi
kesuburan 5) Pil KB mampu menjaga tingkat
kesuburan dan cukup menghentikan
pemakaian jika ingin hamil.

IUD 1) Batang IUD dapat 1) Pada saat diketahui seorang wanita


menempel di kepala bayi positif hamil, dokter atau bidan akan
setelah melahirkan. langsung mengeluarkan/melepas IUD
dari rahim.
2) IUD biasa berpindah
tempat setelah dipasang. 2) IUD tidak dapat berpindah tempat,
namun mungkin bergeser sedikit dari
sejak waktu pemasangan. Karena itu

110
penting untuk melakukan pemeriksaan
rutin setahun sekali ke bidan/dokter
untuk memeriksa keadaan IUD di
dalam rahim.

SUNTIK 1) Suntik KB dapat 1) Suntikan KB tersedia dalam pilihan 1


menghilangkan menstruasi. bulan atau 3 bulan. Pada suntikan 3
bulan memiliki kandungan hormon yang
lebih besar dibandingkan suntikan 1
bulan, yang dapat mengakibatkan
terhentinya siklus menstruasi yang
biasanya terjadi setiap bulan.

JENIS MITOS FAKTA


IMPLAN 1) Implan dapat berpindah 1) Implan dipasang di lengan bagian atas
tempat dan efektif mencegah kehamilan
selama 4 tahun.

MOW 1) Dapat menurunkan libido 1) Tidak berpengaruh pada libido karena


tidak menyebabkan gangguan
keseimbangan hormon sehingga tidak
akan menyebabkan klien menjadi
lemah.

111
MOP 1) Sama dengan dikebiri atau 1) Proses MOP hanya mengikat
kastrasi vasdeferens dan bukan membedah
atau memotong testis

2) Menghilangkan libido dan 2) Tidak mengganggu fungsi seksual atau


kejantanan pada pria tidak juga menimbulkan disfungsi
ereksi karena tidak mengubah sistem
hormon dan metabolisme tubuh
Tabel 2. Mitos dan Fakta Kontrasepsi

Dari beberapa mitos yang selama ini beredar di masyarakat telah membuat
paradigma tersendiri yang memunculkan ketakutan bagi para wanita tentang
beberapa jenis kontrasepsi. Kesimpulan tentang mitos dan fakta di atas adalah untuk
dapat membantu klien memilih metode kontrasepsi atau KB yang akan digunakan dan
sebaiknya klien merundingkannya dengan pasangannya disertai berkonsultasi
dengan dokter atau tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing.
Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan atau petugas di lapangan dapat
memberi saran metode KB apa yang dapat dipilih secara rasional, efektif, dan efisien.

D. Rangkuman
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:
1) Cara Tradisional meliputi: Sanggama Terputus, Pantang Berkala atau Sistem
Kalender, Metode Ovulasi Billing (MOB), Metode Suhu Basal (MSB).
2) Cara Modern
1. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD

112
2. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan,
3. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP

Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola


kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan.

Pemakaian Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
✓ IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah bayi lahir
dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-ari lahir
✓ IUD Post Partum : IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam pertama
pascapersalinan
✓ IUD Post Seksio : IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria
(operasi caesar)
✓ IUD Pascakeguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari dengan
syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/ tindakan setelah
keguguran

▪ Klien Pascapersalinan :
✓ Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu
✓ Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
▪ Klien Pascakeguguran :
✓ Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi dalam waktu 7
hari sepanjang tidak ada bukti infeksi

113
✓ Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi

Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola


kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan.

E. Latihan
Jawablah Pertanyaan Berikut
1. Jelaskan yang dimaksud kontrasepsi tradsional dan modern!
2. Sebutkan jenis kontrasepsi yang sesuai bagi ibu menyusui!
3. Jelaskan cara kerja dari IUD Post Placenta, IUD Post Seksio, IUD Post Partum!
4. Jelaskan keterbatasan dari kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)!
5. Jelaskan kembalinya kesuburan pasca penggunaan kontrasepsi MAL!
6. Sebutkan beberapa mitos seputar kontrasepsi yang beredar di masyarakat dan
jelaskan faktanya!

F. Evaluasi Formatif

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih A, B, C, D atau E pada jawaban yang


menurut Saudara paling tepat!
1. Senggama terputus termasuk metode kontrasepsi
a. cara modern
b. cara tradisional
c. cara hormonal
d. cara non hormonal
e. cara jangka Panjang

114
2. cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak
melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi adalah
cara kerja dari metode
a. pantang berkala / sistem kalender
b. vasektomi
c. ejakulasi terputus
d. ovulasi billing
e. coitus interruptus

3. metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif selama 6 bulan adalah
a. metode ovulasi billing
b. metode amenore fluktuasi
c. metode ovulasi laktasi
d. metode amenore laktasi
e. meode kolostrum

4. berikut adalah jenis-jenis implant, kecuali


a. uniplant
b. Norplant
c. Implanon
d. indoplant
e. josplant

115
5. Pemilihan kontrasepsi yang dinilai dari biaya kontrasepsi dalam
memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang pasangan
(Couple Years Protection atau CYP). Adalah pertimbangan dari
a. Rasional
b. Efektif
c. Efisien
d. Kesehatan
e. kebudayaan

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban Evaluasi Saudara dengan rambu jawaban yang ada pada
bagian akhir dari modul ini dan hitunglah jawaban yang benar. Kemudian gunakan
formula seperti di bawah ini, untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑜𝑎𝑙

Kategori tingkat penguasaan yang Saudara capai:

90%-100% = baik sekali


80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang
>59% = kurang sekali

Jika tingkat kategori penguasaan sudah baik, maka lanjutkanlah latihan dengan
menerapkan pola diskusi dengan teman Saudara. Tetapi bila penguasaan Saudara

116
masih dalam tingkat kategori cukup, maka cobalah mempelajari ulang seluruh
materi Bab ini hingga penguasaan Saudara pada evaluasi formatif berada pada
tingkat kategori Baik.

117
A. Kesimpulan
Upaya peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana akan memperbesar
jumlah peserta KB baru yang mampu memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang
sesuai dengan kondisi fisik, mental, dan sosial dari calon akseptor. Perbaikan kualitas
pelayanan ini akan meningkatkan prevalensi dan menurunkan tingkat fertilitas.
Adanya pendekatan pelayanan Keluarga Berencana yang terfokus pada hak-hak
kesehatan reproduksi bertujuan untuk mengakomodir keinginan masyarakat dalam
mengunakan metode kontrasepsi yang saat ini terus berkembang pesat. Pada masa
yang akan datang diharapkan pelayanan kontrasepsi ini mampu diterima masyarakat
dengan efektif,efisien, dan rasional.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di lapangan harus mampu
diimbangi dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi tentang metode
kontrasepsi setiap saatnya. Penyampaian informasi secara lengkap kepada
masyarakat sangat mutlak dibutuhkan seiring makin rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menggunakan kontrasepsi. Upaya ini akan berhasil apabila pihak
BKKBN sebagai institusi pemerintah yang memegang tanggung jawab terhadap
pelayanan Keluarga Berencana menyediakan tenaga pemberi pelayanan yang
kompeten serta patuh terhadap standar pelayanan yang sudah ditetapkan,
pemberian pelayanan konseling yang berkualitas tentang metode kontrasepsi,
melakukan pemantauan pascapelatihan bagi tenaga yang telah memperoleh materi
pelatihan metode kontrasepsi ini sebagai upaya penyempurnaan kualitas pelayanan
KB.

118
B. Evaluasi Sumatif

Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih A, B, C, D atau E pada jawaban


yang menurut Saudara paling tepat!

1. Data sasaran peserta KB dalam JKN mengacu pada data basis yang ada di:
a. Bank Data Hasil Pendataan Keluarga
b. Bank Data Hasil Sensus Penduduk
c. Bank Data BPJS Kesehatan
d. Bank Data Sistem Informasi Keluarga (SIGA)
e. Bank Data Hasil Penelitian
2. Berikut termasuk dalam faskes tingkat pertama, kecuali:
a. Puskesmas
b. Puskesdes
c. Praktik dokter
d. Klinik pratama
e. Rumah sakit Khusus

3. Yang termasuk dalam faskes rujukan tingkat lanjutan adalah


a. Rumah sakit umum
b. Puskesmas dengan akreditasi madya
c. Praktik dokter gigi utama
d. Klinik perdana
e. Bidan praktek
4. Apabila di suatu kecamatan tidak tersedia tenaga dokter, maka Bidan
maupun Perawat dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam
memberikan pelayanan KB, dengan penetapan dari:

119
a. Kepala Dinas Kesehatan setempat
b. Para Pemangku Kepentingan setempat
c. Camat wilayah yang bersangkutan
d. Masyarakat kecamatan yang bersangkutan
e. Lembaga Swadaya kecamatan setempat
5. Sistem Rujukan Pelayanan KB diciptakan untuk:
a. Mengendalikan efek samping dan pembiayaannya
b. Mengendalikan mutu dan biaya secara terpadu dan berkesinambungan
c. Mengendalikan resiko kehamilan yang mungkin terjadi
d. Mengendalikan ketertiban SOP pelayanan KB
e. Mengendalikan kemungkinan terjadinya kasus stunting
6. Pelayanan KB Pasca Persalinan (KBPP), dimaksudkan untuk:
a. Meningkatkan kesertaan keluarga dalam KB dan Kesehatan Reproduksi
b. Meningkatkan kesertaan ber-KB ibu nifas
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam ber KB
d. Meningkatkan peran fasilitas kesehatan dalam pelayanan KB
e. Meningkatkan kerja sama Penyuluh KB dan Bidan

7. Tatakelola pelaksanaan program dan pelayanan KBPP meliputi:


a. Sosialisasi dan Pengorganisasian Tugas
b. Advokasi dan KIE massa
c. Advokasi dan Penggerakan massa
d. Advokasi dan Pengorganisasian Tugas
e. Diseminasi dan penggerakan massa

8. Pelayanan KB di Rumah Sakit (PKBRS) dilaksanakan dengan tahapan:


a. Screening, Konsultasi, Pelayanan/Pemasangan
b. Screening, Pra Pelayanan, Pelayanan

120
c. Pra pelayanan, Pelayanan, Pasca Pelayanan
d. Pemeriksaan Awal, Penentuan Informed Choice
e. Screening Awal, Penentuan Informed Choice, Screening Akhir.

9. Pelayanan KB interval, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB


karena rujukan merupakan kegiatan pelayanan KB di:
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pratama (Faskes Pratama)
b. Rumah Sakit (PKBRS)
c. Praktek Mandiri Dokter (PMD)
d. Praktek Mandiri Bidan (PMB)
e. Fasilitas Kesehatan Rujukan (Faskes Rujukan)
10. Sarana dan prasarana pendukung pelayanan KBPP yang dapat difasilitasi
oleh BKKBN. antara lain:

a. IUD post partum kit: kelly forcep, ovale klame

b. Alat bantu pemakaian kontrasepsi

c. Alat bantu pendengaran

d. Kontrasepsi Kondom Wanita

e. Kartu pendaftaran

11. Alat reproduksi pria yang berfungsi sebagai Alat senggama dan untuk
menyalurkan sperma dan air seni adalah
a. Skrotum
b. Glens
c. Penis
d. Kantung Kemih
e. Testis

121
12. Alat reproduksi Wanita yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya
embrio hingga menjadi janin, adalah
a. saluran kencing
b. uterus / Rahim
c. Lubang vagina
d. Klitoris
e. Labia Minora

13. proses keluarnya cairan air mani dan sperma dari kondisi penis yang sedang
ereksi, adalah pengertian dari
a. mimpi basah
b. ereksi
c. evakuasi
d. ejakulasi
e. estimasi

14. air susu ibu yang pertama keluar disebut


a. spektrum
b. genital
c. ari-ari
d. ovulasi
e. kolostrum

15. pembuahan sel telur di dalam indung telur wanita oleh sperma, disebut
a. kehamilan
b. menstruasi
c. ovulasi

122
d. ereksi
e. ejakulasi

16. Senggama terputus termasuk metode kontrasepsi


a. cara modern
b. cara tradisional
c. cara hormonal
d. cara non hormonal
e. cara jangka Panjang

17. cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak
melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi adalah
cara kerja dari metode
a. pantang berkala / sistem kalender
b. vasektomi
c. ejakulasi terputus
d. ovulasi billing
e. coitus interruptus

18. metode kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
eksklusif selama 6 bulan adalah
a. metode ovulasi billing
b. metode amenore fluktuasi
c. metode ovulasi laktasi
d. metode amenore laktasi
e. meode kolostrum

123
19. berikut adalah jenis-jenis implant, kecuali
a. uniplant
b. Norplant
c. Implanon
d. indoplant
e. josplant

20. Pemilihan kontrasepsi yang dinilai dari biaya kontrasepsi dalam


memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang pasangan
(Couple Years Protection atau CYP). Adalah pertimbangan dari
a. Rasional
b. Efektif
c. Efisien
d. Kesehatan
e. kebudayaan

124
Affandi, Biran, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2007, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.

Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1991. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.

Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1997. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
1997, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.

Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2002/03. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2002/03, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.

BKKBN. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta

BKKBN. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka


Panjang. Jakarta

BKKBN. 2011. Materi Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Reproduksi BKKBN.

BKKBN. 2017. Materi Promosi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Bagi Kelompok
Kegiatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan Reproduksi BKKBN.

125
BKKBN. 2018. Materi Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia. Jakarta: Direktorat Kesehatan
Reproduksi BKKBN.

http://www.forumkami.net/wanita/19842-inilah-mitos-fakta-
seputarkb.html#ixzz1vagexywS (diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 19:11)

126
Lampiran 1

Kunci jawaban Evaluasi Formatif

Bab 2

1. C

2. E

3. A

4. A

5. B

Bab 3

1. A

2. D

3. C

4. B

5. A

Bab 4

1. C

2. B

3. D

4. E

5. A

127
Bab 5

1. B

2. A

3. D

4. E

5. C

Kunci Jawaban Evaluasi Sumatif:

1. C

2. E

3. A

4. A

5. B

6. A

7. D

8. C

9. B

10. A

11. C

12. B

13. D

128
14. E

15. A

16. B

17. A

18. D

19. E

20. C

129
130
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNofficial

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2022

Anda mungkin juga menyukai