Anda di halaman 1dari 126

MODUL 9

TEKNIK KONSELING

Revisi
2022

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2022
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Tahun 2022
Hak Cipta @ 2022

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

Edisi Tahun 2022

TEKNIK KONSELING

Tim Penyusun Pejabat Fungsional :


Sondang Ratna Utari, SE, MM
Retno Ningsih Suharno, SPd

Pengarah :
Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si
Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH
Iwan Tri Hariyanto, SPd

Tim Editor :
Tri Aryadi, S.Psi
Sri Agustien, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Undang - Undang nomor : 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Saat ini program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga masih menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah RI, sehingga
program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan


program Kependudukan dan Keluarga Berencana, maka dikeluarkanlah Undang - Undang
nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana pada pasal 12 ayat 2
menyebutkan bahwa pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan salah
satu pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pada lampiran Undang -
Undang nomor : 23 tahun 2014 dalam urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana dicantumkan pada sub urusan keempat tentang standarisasi
pelayanan KB yang harus disiapkan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


semakin mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang - Undang
Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara
Pemerintah Pusat, daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten dan Kota pada huruf N
(Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)
menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana yang harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan pemerintah yaitu: (1)
sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga Berencana, (3) sub urusan
Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan Standarisasi.

i
Penyusunan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar (LFD) Penyuluh Keluarga Berencana
yang berkualitas di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam rangka mendukung program Banggakencana, maka diperlukan suatu
pelatihan yang secara sistematis dirancang untuk mencapai tujuan penyusunan tersebut.
Selanjutnya, Pelatihan yang dilaksanakan di BKKBN peruntukkannya oleh tenaga Fasilitator
yang akan membentuk Penyuluh KB di lapangan menjadi lebih profesional.

Saya sangat menyambut baik diterbitkannya perangkat pelatihan ; Modul dan media/Bahan
Tayang Pelatihan Fungsional Dasar sebagai upaya Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung program Banggakencana
di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan
perkembangan terkini.

Akhirnya kepada semua pihak diucapkan terima kasih atas partisipasi, kontribusi, masukan,
saran dan koreksi, hingga tersusunnya Perangkat pelatihan ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa meridhoi upaya kita dalam mendukung dan mengelola Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga secara profesional, hingga terwujudnya
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Berencana itu Keren.

Jakarta, 30 Maret 2022


Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian dan Pengembangan,

Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc., PhD.

ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kami telah
menyelesaikan penyusunan Paket Perangkat Pelatihan
Fungsional Dasar dengan tepat dan berkualitas guna
kepentingan menjaga mutu penyelenggaraan dan memenuhi
standarisasi program pelatihan yang disyaratkan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana – Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah secara berkesinambungan
mengembangkan Perangkat Pelatihan Fungsional Dasar yang dirancang khusus untuk
meningkatkan kompetensi bagi Penyuluh Keluarga Berencana/PLKB. Dengan demikian, para
fasilitator, pengelola dan pelaksana dapat melakukan Pengelolaan program Bangga Kencana
sesuai dengan standar dari pelaksanaan sampai dengan di tingkat Lini Lapangan.

Pelatihan Fungsional Dasar ini khususnya untuk memantapkan keterampilan peserta dalam
pelaksanaan Pengelolaan yang terkini dalam rangka mendukung program Banggakencana.

Perangkat pelatihan ini adalah acuan untuk menyelenggarakan Pelatihan Fungsional Dasar.
Tujuan pedoman pelatihan teknis ini adalah menciptakan panduan yang layak mengenai
tahapan pelaksanaan dan evaluasi yang harus dikerjakan oleh penyelenggara pelatihan yang
dimasud untuk mewujudkan good governance.

Untuk tercapainya tujuan pelatihan sebagaimana yang diharapkan, maka kurikulum dan bahan
pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar dilengkapi dengan berbagai media antara lain
handout slide, dan video yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat menguatkan proses belajar

iii
mengajar dan meningkatkan kompetensi kepada peserta Pelatihan Fungsional Dasar bagi
Penyuluh KB.

Penyempurnaan dan pengembangan perangkat pelatihan kekinian tentunya akan terus


dilakukan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan wilayah, masyarakat, serta
perkembangan program, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerbitan Paket Perangkat)
Pelatihan Fungsional Dasar ditujukan untuk lebih memantapkan Sumber Daya Manusia dalam
pelaksanaan program Bangga kencana.

Semoga dengan diterbitkannya paket pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh
KB di Kabupaten dan Kota, dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pengelolaan program
Banggakencana.

Akhir kata, penghargaan dan apresiasi yang setingi-tingginya serta ucapan terima kasih
disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan Paket Perangkat
Pelatihan ini. Semoga paket pelatihan ini bermanfaat untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan Pelatihan Fungsional Dasar yang berkualitas.

Jakarta, 25 Maret 2022


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................................1
B. Deskripsi Singkat ........................................................................................................................................... 3
C. Manfaat Modul ................................................................................................................................................ 3
D. Tujuan Pembelajaran .................................................................................................................................. 3
E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok ................................................................................................. 4
F. Petunjuk Belajar .............................................................................................................................................. 5
BAB II KONSEP DASAR KONSELING KB ...................................................................................... 6
A. Pengertian Konseling KB ........................................................................................................................... 6
B. Manfaat Konseling KB ................................................................................................................................. 9
C. Persyaratan Menjadi Penyuluh KB yang terampil melaksanakan Konseling KB .... 9
D. Hal-Hal Penting dalam Konseling KB ................................................................................................. 11
E. Hak-Hak Reproduksi ..................................................................................................................................14
F. Rangkuman .......................................................................................................................................................15
G. Latihan................................................................................................................................................................ 16
H. Evaluasi Formatif .......................................................................................................................................... 17
I. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .......................................................................................................... 19
BAB III KETERAMPILAN KONSELING ......................................................................................... 20
A. Tingkatan Keterampilan Konseling ............................................................................................... 20
B. Media Konseling KB ................................................................................................................................ 34
C. Materi Konseling KB ...............................................................................................................................40
D. Rangkuman .................................................................................................................................................. 65
E. Latihan............................................................................................................................................................ 66

v
F. Evaluasi Formatif ..................................................................................................................................... 66
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...................................................................................................... 68
BAB IV LANGKAH-LANGKAH KONSELING ............................................................................. 69
A. Tujuh Langkah Persiapan Konseling KB ..................................................................................... 70
B. Langkah-Langkah Konseling KB ...................................................................................................... 72
C. Penilaian Diri Dalam Konseling KB..................................................................................................78
D. Konseling dimasa Pandemi Covid-19 ......................................................................................... 84
E. Hambatan dan Kiat dalam Konseling.......................................................................................... 86
F. Menjadi Konselor KB yang Efektif ................................................................................................. 88
G. Rangkuman..................................................................................................................................................90
H. Latihan ........................................................................................................................................................... 92
I. Evaluasi Formatif ..................................................................................................................................... 92
J. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...................................................................................................... 94
BAB V PRAKTIK KONSELING KB ................................................................................................. 95
A. Praktik Konseling KB di Dalam Kelas ........................................................................................... 96
B. Praktik Konseling KB Di Lapangan ................................................................................................ 98
C. Rangkuman................................................................................................................................................ 100
D. Latihan ........................................................................................................................................................... 101
E. Evaluasi Formatif ..................................................................................................................................... 101
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................................................... 103
BAB VI P E N U T U P ......................................................................................................................104
A. Kesimpulan ................................................................................................................................................ 104
B. Evaluasi Sumatif ..................................................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 113

vi
A. Latar Belakang
Sesuai Undang Undang RI No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, maka Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mempunyai tanggung jawab untuk
mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Keluarga Berkualitas dengan
melaksanakan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, TFR berada
pada angka 2,4, sementara CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara untuk
mencapai PTS diperlukan Total Fertility Rate (TFR) = 2,1 dan Net Reproductive Rate
(NRR) = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya mempunyai anak 2 sampai
dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu hanya
1 orang perempuan untuk menggantikan peran ibu setelah dewasa nanti. Jadi untuk
mencapai TFR menjadi 2,1 perlu adanya upaya lebih keras lagi dari seluruh jajaran
BKKBN.

Untuk mencapai tujuan Program Bangga Kencana diperlukan Sumber Daya


Manusia (SDM) yang handal dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga di
Lini lapangan. SDM yang melaksanakan Program Bangga Kencana di lini lapangan
yang langsung menyentuh masyarakat adalah Penyuluh Keluarga Berencana (PKB).

Sesuai dengan Peraturan BKKBN No. 3 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
Peraturan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 19 Tahun
2018 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga
Berencana, maka dapat diketahui bahwa definisi Jabatan Fungsional Penyuluh
Keluarga Berencana adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas,

1
tanggung jawab, wewenang untuk melakukan pelaksanaan kegiatan terkait
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga. Pejabat
Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana yang selanjutnya disebut Penyuluh KB
adalah PNS yang memenuhi kualifikasi dan standar kompetensi serta diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan
pengembangan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga pada Instansi Pembina dan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.

Tugas dan Fungsi Penyuluh KB meliputi kegiatan penyuluhan, penggerakan,


pelayanan KB dan pengembangan. Untuk mencapai TFR = 2,1, maka dapat dilakukan
dengan menambah jumlah Peserta KB Baru dan mengurangi Unmet Need serta
mengurangi Drop Out (DO) sehingga Peserta KB Aktif meningkat. Alat Kontrasepsi
yang diutamakan adalah alat kontrasepsi Metode Kontraseptif Jangka Panjang
(MKJP) agar tingkat keberlangsungan ber-KB nya lebih panjang. Untuk
mendapatkan peserta KB baru dan atau mendapatkan konversi peserta KB Non
MKJP beralih ke alat kontrasepsi MKJP, maka tidak hanya diperlukan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) yang biasa disebut dengan Penyuluhan saja, namun
juga diperlukan kegiatan lainnya berupa Konseling KB untuk memantapkan calon
akseptor dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya. Konseling
ini menjadi bagian penting dari kegiatan pelayanan KB yang juga merupakan salah
satu bagian dari kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh Penyuluh KB. Dengan
adanya konseling, maka hak-hak reproduksi dari calon akseptor juga terlindungi.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana (Pusdiklat


KKB), BKKBN pada tahun 2022 ini mengembangkan perangkat Pelatihan Fungsional
Dasar bagi Penyuluh KB, yang didalam Kurikulumnya terdapat modul “Teknik
Konseling”. Modul ini menjadi bacaan Penyuluh KB agar dapat melaksanakan

2
Konseling KB, sehingga dapat meningkatkan kesertaan berKB yang
berkesinambungan pada masyarakat dan mempercepat tercapainya tujuan
Program Bangga Kencana, yaitu mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan
keluarga yang berkualitas. Namun dianjurkan juga agar PKB berusaha mencari dan
membaca buku-buku lain yang dapat digunakan untuk melengkapi
pengetahuannya sehingga dalam segala perubahan lingkungan yang terjadi seperti
dalam situasi pandemi Covid-19 dapat tetap terampil memberikan Konseling
secara profesional dan andal.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas konsep dasar konseling dan langkah-langkah konseling
sehingga di akhir pembelajaran peserta diharapkan mampu melakukan konseling
KB sesuai dengan kondisi masyarakat yang berbeda-beda di wilayah binaan
masing-masing.

C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali
keterampilan tentang konseling sehingga dapat meningkatkan profesionalisme
sebagai Penyuluh Keluarga Berencana untuk meningkatkan capaian peserta KB
baru, meningkatkan konversi peserta KB Non MKJP menjadi peserta MKJP agar
tujuan program Bangga Kencana dapat terwujud, yaitu Penduduk Tumbuh
Seimbang dan keluarga yang berkualitas.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran peserta diklat diharapkan mampu melakukan
konseling KB.

3
2. Indikator Hasil Belajar
Peserta diklat dapat:
a. Menjelaskan konsep dasar konseling KB
b. Menguraikan keterampilan konseling
c. Menguraikan langkah-langkah konseling KB
d. Mempraktikkan langkah-langkah konseling KB

E. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok


1. Konsep Dasar Konseling KB
a. Pengertian Konseling KB
b. Manfaat Konseling KB
c. Persyaratan menjadi petugas Konseling KB
d. Hal-hal penting dalam Konseling KB
e. Hak-hak Reproduksi
2. Keterampilan Konseling
a. Tingkatan keterampilan konseling
b. Media Konseling
c. Materi Konseling
3. Langkah-Langkah Konseling
a. Tujuh langkah persiapan konseling KB
b. Langkah-langkah konseling
c. Penilaian diri dalam Konseling KB
d. Konseling dimasa Pandemi Covid-19
e. Hambatan dan Kiat mengatasi hambatan dalam Konseling
f. Menjadi Konselor KB yang Efektif
4. Mempraktikkan langkah-langkah konseling
a. Praktik Konseling KB di dalam kelas
b. Praktik Konseling KB di lapangan

4
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa
petunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Berdo’alah terlebih dahulu jika akan memulai belajar.
2. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu)
dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada tahap
awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan
pada halaman tersebut sampai Anda benar-benar memahaminya.
3. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang
sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
4. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya Anda
mengerjakan latihan-latihan.
5. Bersyukurlah kepada Tuhan YME dan berdo’alah agar diberikan pemahaman
dan keterampilan dalam melakukan Konseling.

5
Sumber: www.istockphoto.com

Sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai Penyuluh KB yaitu melakukan


kegiatan pelayanan KB, maka Penyuluh KB harus memberikan pelayanan dengan
melakukan konseling kepada calon akseptor atau kepada akseptor Non MKJP yang
akan berganti menjadi MKJP. Penyuluh KB harus memahami apa itu konseling KB,
manfaat konseling KB, persyaratan agar Penyuluh KB terampil melakukan konseling KB,
hal-hal yang penting dalam konseling KB dan memahami hak-hak Reproduksi.

A. Pengertian Konseling KB
Konseling adalah upaya seseorang untuk membantu individu lain melalui interaksi
yang bersifat pribadi sehingga akan mampu membuat suatu keputusan yang
menjadi dianggap sebagai keputusan terbaik (Schertzer dan Stone,1980)

6
Menurut Depkes (2002), konseling adalah proses komunikasi antara seseorang
(konselor) dengan orang lain (pasien), dimana konselor sengaja membantu klien
dengan menyediakan waktu, keahlian, pengetahuan dan informasi tentang akses
pada sumbersumber lain. Konselor membantu klien membuat keputusan atas
masalah yang ada, proses ini dilaksanakan secara terus menerus.

Menurut Pedoman Konseling, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan BKKBN


dan UNFPA (2021), konseling adalah hubungan yang dibangun oleh penyedia
layanan klien dan pasanganya untuk membantu mereka memahami kondisi saat
ini dan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dalam konseling
KB, tujuan utama dari pelaksanaan konseling adalah membantu klien bersama
pasangan memahami diri sendiri dan situasinya agar dapat mengambil keputusan
mengenai program KB yang akan dijalankan serta memahami dan mempersiapkan
diri untuk menjalani dengan baik program KB yang telah ia putuskan.

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif tentang KB,
dilakukan antara calon peserta KB dan petugas untuk membantu calon peserta KB
mengenali kebutuhan ber-KBnya serta memilih solusi terbaik dan membuat
keputusan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi (Peraturan Kepala BKKBN
No. 24 tahun 2017).

Secara umum konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara


antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan
tujuan membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi
dan keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang
alat kontrasepsi.

Sesuai dengan Visi BKKBN mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang dan


Keluarga berkualitas, maka Konseling KB diartikan sebagai percakapan yang

7
bertujuan untuk membantu calon peserta KB supaya memahami Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (KKBS). Dengan memahami KKBS, mereka merasa ingin memiliki
KKBS. Untuk bisa memiliki KKBS mereka akan merasa perlu memakai alat KB. Untuk
menolong mereka supaya bisa memilih alat KB yang cocok, maka mereka perlu
diberikan Konseling KB.

Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan Konseling KB akan


membuat peserta KB merasa aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman dalam
memakai alat KB bisa tercapai karena Konseling KB membantu calon peserta KB
supaya bisa memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri
dan kebutuhannya. Peserta KB memilih sendiri alat KB yang dipakainya sesudah
mendapatkan penjelasan tentang bermacam-macam cara atau alat KB dan
kemungkinan yang bisa dialaminya kalau menggunakan alat atau cara KB tersebut.
Jadi, dengan Konseling KB peserta KB tahu persis, mengapa dia memilih alat KB
yang digunakannya. Dengan begitu dia tidak akan mudah terpengaruh oleh
omongan orang lain atau pengalaman orang lain yang kurang enak. Dia tahu bahwa
pengalaman yang kurang enak itu tidak terjadi pada semua orang. Dia tahu bahwa
alat KB yang dipakainya adalah usaha yang dilakukannya untuk dapat memiliki
KKBS. Dia tahu bahwa kalau dia tidak cocok memakainya, masih ada cara KB lain
yang bisa dipilih dan dicobanya lagi.

Konseling KB membuat peserta KB tidak akan ikut-ikutan orang lain dalam memilih
alat KB. Juga tidak akan menyebabkan dia terpaksa memakainya, misalnya karena
dibujuk, diancam, atau didesak orang lain. Dia tahu bahwa alat KB itu dipakainya
untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan petugas KB, dokter,
bidan atau orang-orang lain di lingkungannya.

8
Dengan melakukan konseling KB, Penyuluh KB diharapkan dapat memberikan calon
akseptor mempunyai rasa nyaman dan dilindungi hak-hak reproduksinya.
Selanjutnya Penyuluh KB semakin terampil memberikan pelayanan konseling KB

B. Manfaat Konseling KB
Penyuluh KB harus memahami manfaat Konseling KB sehingga dalam kegiatan
pelayanan KB dapat berjalan dengan lancar, memuaskan calon akseptor serta
dapat mencapai target peserta KB baru dan peserta MKJP yang telah
direncanakan.

Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon akseptor


KB dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi KB. Dengan proses konseling
KB bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-
benar atas kemauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain (dibujuk
atau dipaksa). Jika konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB
bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB. Mengapa begitu? Karena
alat KB tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB, peserta sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang manfaat alat KB tersebut. Dia juga
tahu macam-macam kemungkinan yang bisa dialaminya. Dia juga tahu cara-cara
mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya keluhan-keluhan efek samping.
Pelaksanaan Konseling juga bertujuan untuk menghindari pengambilan keputusan
yang tidak rasional, menghindari penyesalan serta agar tidak muncul rumor yang
akan menghambat Program Bangga Kencana.

C. Persyaratan Menjadi Penyuluh KB yang terampil melaksanakan Konseling KB


Penyuluh KB dalam melaksanakan konseling harus memenuhi beberapa
persyaratan untuk bisa melaksanakan tugasnya, yaitu:

9
1. Penyuluh KB memahami tentang program Bangga Kencana
Program Bangga Kencana, merupakan program yang dikembangkan BKKBN
untuk membangun keluarga menjadi berkualitas yang meliputi program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana.

Program Pembangunan Keluarga merupakan program agar keluarga menjadi


keluarga berkualitas dengan mewujudkan ketahanan keluarga melalui kelompok
kegiatan. Kelompok kegiatan yang ada adalah Bina Keluarga Balita (BKB), Bina
Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) dan Pusat Informasi dan Konseling
Remaja (PIK R). Kelompok kegiatan tersebut dilaksanakan dengan berbasis
keluarga. Kelompok kegiatan tersebut bertujuan memberdayakan keluarga agar
ketahanan keluarga terwujud, sehingga Kecuarga Kecil Bahagia Sejahtera dapat
terwujud dan bisa disebut dengan keluarga yang berkualitas. Jadi engan
memahami Prongram Bangga Kencana, maka Penyuluh KB dapat terampil
melaksanakan program Bangga Kencana di lini lapangan.

2. Penyuluh KB memahami manfaat dan tujuan penggunaan Alat kontrasepsi


Penyuluh KB hendaknya memahami manfaat dan tujuan penggunaan Alat
KOntrasepsi. Alat Kontrasepsi tidak hanya untuk menunda kehamilan, namun
lebih luas lagi untuk kesehatan reproduksi ibu dan kesehatan anak.

3. Berorientasi pada pelayanan konseling yang memuaskan


Penyuluh KB mempunyai keinginan untuk menolong calon akseptor KB supaya
mereka bisa mengikuti KB dengan aman, nyaman dan terlindungi hak
reproduksinya.

10
4. Mempunyai Empati
Penyuluh KB harus memahami perasaan calon akseptor KB dalam meaksanakan
KB. Sehingga dalam melaksanakan konseling betul-betul memperhatikan hal-hal
yang dirasakan oleh calon akseptor KB.

5. Memahami Informasi tentang Alat dan Obat Kontrasepsi


Penyuluh KB harus memahami informasi yang benar tentang alat dan obat
kontrasepsi untuk disampaikan kepada calon akseptor KB. Dengan demikian
calon akseptor akan semakin mantab dalam memilih alat atau obat kontrasepsi
yang akan dipakai sesuai dengan kondisi baik isteri maupun suami (PUS).

D. Hal-Hal Penting dalam Konseling KB


Ada 2 (dua) hal penting dalam memberikan konseling KB, yaitu:
1. Memberi perhatian dan memahami orang yang dibantu
Penyuluh KB harus menunjukkan pada orang yang diberi konseling KB (klien)
bahwa Penyuluh KB memperhatikannya dan bisa memahaminya.
Ada 3 (tiga) cara untuk menunjukkan perhatian itu:
a. Menumbuhkan rasa empati. Bayangkan kalau Anda menjadi dia, untuk
mencoba lebih bisa memahami perasaan dan keinginan serta alasan-alasan
yang dikemukakannya.
b. Menjadi pribadi yang ramah. Tunjukkanlah sikap bersahabat dan perlihatkan
bahwa Anda menghormati pendapatnya dan keyakinannya.
c. Bersikaplah jujur dalam menyampaikan informasi. Jangan menyembunyikan
informasi, apalagi dengan maksud agar dia mau mengikuti saran Anda.

2. Memberi penjelasan sesuai yang bisa dipahaminya


Penyuluh KB harus memberikan keterangan yang jelas dan mudah dimengerti
olehnya. Usahakan menyampaikannya secara jelas dan benar. Untuk

11
meyakinkan bahwa keterangan yang Anda berikan dapat dipahaminya.
perhatikan petunjuk berikut:
a. Menyesuaikan Bahasa yang digunakan.
Pakailah kata yang dimengerti olehnya. Jika tidak faham Bahasa Indonesia,
maka sebaiknya Penyuluh KB dapat memakai Bahasa daerah yang digunakan
oleh calon akseptor KB.
b. Memakai Bahasa yang sederhana
Pakailah kalimat yang pendek dan yang mudah dimengerti oleh calon
akseptor. Hindari menggunakan Bahasa dewa yang menyulitkan calon
akseptor memahami proses konseling yang diberikan oleh Penyuluh KB.
c. Memakai Media yang tepat dan menarik
Pakailah gambar yang bisa dijadikan contoh dari alat-alat kontrasepsi yang
dibicarakan. Lebih baik lagi kalau Anda dapat menunjukkan contoh alat-alat
kontrasepsi yang sebenarnya. Bisa menggunakan lembar balik, Q-Chart,
manekin dan Alokon Kit.
d. Beri Kesempatan Klien berbicara
Jangan terus berbicara sendiri. Berhentilah pada saat-saat tertentu untuk
menanyakan kepadanya, apakah dia mengerti dan sudah memahami
penjelasan Anda. Mungkin dia ingin agar Anda mengulanginya atau mungkin
dia ingin bertanya. Sehingga Penyuluh KB dapat memahami apa sebetulnya
yang diinginkan oleh calon akseptor. Dengan kondisi kesehatannya, maka
calon akseptor dapat mantap memilih alat kontrasepsi.
e. Memberikan sesi Bertanya pada calon Akseptor
Berikan kesempatan kepadanya untuk bertanya dan jawablah
pertanyaannya. Jangan memintanya menunggu jawaban sampai Anda
selesai menjelaskan semuanya. Mungkin dia sudah lupa atau tidak ingin
bertanya lagi. Ingat, kemampuan dia untuk menangkap penjelasan Anda
mungkin tidak bisa banyak sekaligus.

12
f. Memberikan informasi yang jelas
Kalau Anda menyebutkan bagian-bagian tubuh. tunjukkan atau pakailah
gambar untuk menunjukkan supaya pengertiannya sama, bahwa bagian
itulah yang sedang dibicarakan. Ulangi beberapa penjelasan yang bersifat
petunjuk, misalnya: Pil KB harus diminum setiap hari. Ulangi pesan-pesan
seperti ini beberapa kali.
g. Mencari tahu pemahaman calon akseptor
Untuk pesan-pesan khusus yang Anda ingin dapat diingat dengan baik
olehnya, minta dia mengulanginya. Dengan cara ini Anda akan tahu. apakah
dia sudah mengerti betul atau masih belum paham.

Menurut Leona. E. Tylor, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-
prinsip koseling. Kelima karakteristik tersebut adalah:
1. Konseling tidak sama dengan pemberian nasehat (advicement), sebab di dalam
pemberian nasehat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasehat, sedang
dalam konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan
dengan klien sendiri.
2. Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental
yang berkenaan dengan pola-pola hidup.
3. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
4. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada
pemecahan intelektual.
5. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.

13
E. Hak-Hak Reproduksi
Dalam pelaksanaan konseling, Penyuluh KB harus memperhatikan hak-hak
Reproduksi. Berdasarkan ICPDR di Kairo ada 12 hak reproduksi yang ditetapkan
yaitu:
1. Hak untuk mendapat informasi dan pendidikan .Hak informasi dan pendidikan
yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan seorang maupun keluarga.
2. Hak untuk kebebasan berpikir termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran
agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan tradisi yang akan membatasi
kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi.
3. Hak atas kebebasan dan keamanan. setiap individu dipercaya untuk
menikmati dan mengatur kehidupan reproduksinya dan tidak seorangpun
dapat dipaksa untuk hamil atau menjalani sterilisasi serta aborsi.
4. Hak untuk hidup, setiap perempuan mempunyai hak untuk dibebaskan dari
risiko kematian karena kehamilan.
5. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan termasuk hak atas
informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, harga diri,
kenyamanan, kesinambungan pelayanan dan hak berpendapat.
6. Hak untuk memutuskan kapan dan akan mempunyai anak.
7. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak anak-
anak agar dilindungi dari eksploitasi dan penganiayaan seksual serta hak
setiap orang untuk dilindungi dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan
pelecehan seksual.
8. Hak memilih bentuk keluarga dan hak untuk membangun dan merencanakan
keluarga.
9. Hak atas kerahasiaan pribadi pelayanan reproduksi dilakukan dengan
menghormati kerahasiaan dan bagi perempuan diberi hak untuk menentukan
pilihan sendiri reproduksinya.

14
10. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Termasuk
kehidaupan berkeluarga dan reproduksinya.
11. Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan. Termasuk
pengakuan hak bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatanreproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat
diterima.
12. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Setiap
individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar memprioritaskan
kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi.

F. Rangkuman
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara antara klien
dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan membantu
klien tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya,
serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat kontrasepsi.

Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan calon akseptor


KB dalam memilih dan menggunakan alat kontrasepsi KB. Dalam melaksanakan
konseling, penyuluh KB harus memenuhi beberapa persyaratan untuk bisa
melaksanakan tugasnya, yaitu: 1) Penyuluh KB memahami tentang program Bangga
Kencana; 2) Penyuluh KB memahami manfaat dan tujuan penggunaan Alat
kontrasepsi; 3) Berorientasi pada pelayanan konseling yang memuaskan; 4)
Mempunyai Empati; 5) Memahami Informasi tentang Alat dan Obat Kontrasepsi.

Menurut Leona. E. Tylor, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-
prinsip koseling. Kelima karakteristik tersebut adalah: 1) Konseling tidak sama
dengan pemberian nasehat (advicement); 2) Konseling mengusahakan
perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang berkenaan dengan pola-
pola hidup; 3) Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau

15
Tindakan; 4) Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada
pemecahan intelektual; 5) Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan
orang lain.

Berdasarkan ICPDR di Kairo ada 12 hak reproduksi yang ditetapkan yaitu: 1) Hak
untuk mendapat informasi dan Pendidikan; 2) Hak untuk kebebasan berpikir
termasuk kebebasan dari penafsiran ajaran agama yang sempit, kepercayaan,
filosofi dan tradisi yang akan membatasi kebebasan berfikir tentang pelayanan
kesehatan reproduksi; 3) Hak atas kebebasan dan keamanan. 4) Hak untuk hidup;
5) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan Kesehatan; 6) Hak untuk
memutuskan kapan dan akan mempunyai anak; 7) Hak untuk bebas dari
penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk hak anak-anak agar dilindungi dari
eksploitasi dan penganiayaan seksual serta hak setiap orang untuk dilindungi dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual; 8) Hak memilih bentuk
keluarga dan hak untuk membangun dan merencanakan keluarga; 9) Hak atas
kerahasiaan pribadi; 10) Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk
diskriminasi; 11) Hak mendapatkan manfaat dari hasil kemajuan ilmu pengetahuan.
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik.

G. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan maksud Konseling KB?
2. Jelaskan manfaat dari Konseling KB!
3. Jelaskan apa saja persyaratan menjadi Penyuluh KB yang terampil melakukan
konseling!
4. Jelaskan prinsip-pronsip konseling KB!
5. Sebutkan hak-hak reproduksi!

16
H. Evaluasi Formatif
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Konseling KB adalah…
a. Wawancara dengan peserta KB dengan menjelaskan bermacam-macam
cara atau alat KB dan kemungkinan yang bisa dialaminya kalau menggu-
nakan alat atau cara KB tersebut.
b. Wawancara antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan
sengaja, dengan tujuan membantu klien tersebut membuat keputusan
yang sesuai dengan orang lain berdasarkan informasi yang lengkap
tentang alat kontrasepsi.
c. Wawancara yang membuat akseptor terpaksa memilih dan memakai alat
kontrasepsi karena dibujuk atau didesak orang lain.
d. Wawancara antara klien dengan konselor, dengan tujuan membantu
mengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya,
serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
e. Wawancara yang mengarahkan calon peserta KB supaya bisa memilih dan
menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri dan
kebutuhannya.
2. Pentingnya konseling KB adalah …
a. Untuk mengetahui kemantapan calon akseptor KB dalam memilih dan
menggunakan alat kontrasepsi KB
b. Untuk membantu calon peserta KB dalam memilih alat kontrasepsi
c. Untuk memperkenalkan program bangga kencana
d. Untuk pencapaian target peserta KB atau target pemakaian alat KB
tertentu.
e. Untuk menginformasikan alat dan obat kontrasepsi

17
3. Syarat yang harus dimiliki oleh Penyuluh KB dalam melaksanakan konseling KB
adalah …
a. Mampu mempengaruhi orang
b. Mampu menjalin kemitraan
c. Mampu membaca data dan informasi
d. Mampu melaksanakan penyuluhan
e. Memahami informasi tentang alat obat kontrasepsi
4. Salah satu cara konselor untuk meyakinkan bahwa keterangan yang diberikan
dapat dipahami oleh klien yaitu …
a. Memberikan pilihan
b. Memberikan ruang diskusi
c. Memberikan sesi bertanya
d. Mengulang penjelasan informasi
e. Menyimpulkan pendapat klien

5. Prinsip-prinsip konseling antara lain …


a. Konseling sama dengan pemberian nasehat.
b. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
c. Konseling lebih berkenaan dengan pemecahan intelektual.
d. Konseling tidak menyangkut hubungan dengan orang lain.
e. Konseling mengusahakan perubahan yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari.

18
I. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan Saudara dapat melanjutkan ke BAB berikutnya,
namun demikian apabila jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal, sebaiknya
Saudara perlu kembali mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan lebih baik.

19
Sumber: www.istockphoto.com

Penyuluh KB dalam pelayanan KB harus memahami perannya, yaitu harus


melakukan konseling KB agar calon akseptor KB dapat menentukan alat kontrasepsi
apa yang dipilih secara mantap sesuai dengan kondisi kesehatannya. Penyuluh KB
harus mampu mempraktikkan keterampilan konseling dengan mempelajari
keterampilan konseling yang meliputi: 1) Tingkatan Keterampilan Konseling; 2) Media
Konseling; 3) Materi Konseling.

A. Tingkatan Keterampilan Konseling


Dalam mempelajari keterampilan konseling, maka Penyuluh KB hendaknya
mempelajari tentang tingkatan keterampilan konseling. Selanjutnya mari kita lihat
lebih detil lagi tingkatan keterampilan konseling pada bagan tersebut dibawah ini:

20
Tabel 3.1
Tingkatan Keterampilan Konseling

MODEL WAWANCARA
TINGKATAN KETERAMPILAN KONSELING

Keterampilan Membantu Klien Mengambil


W
Keputusan “4K”
A
(Kondisi, Kehendak dan Konsekwensi)
W
Keterampilan Mendengar dan Bertanya A
(Refleksi Isi dan Perasaan, Pertanyaan Tertutup, N
Terbuka dan Mendalam) C
A
Keterampilan Observasi dan Memantapkan Hubungan Baik
R
(Memberikan Pujian, Tatapan Mata, Ucapan Verbal, Kualitas
Suara dan Bahasa Tubuh)
A

Dari gambar tingkatan keterampilan konseling dalam model wawancara diatas,


maka dapat kita tahu bahwa terdapat 3 (tiga) tingkatan:
1. Tahapan Pertama: Keterampilan Observasi dan Memantapkan Hubungan
Baik
Pada keterampilan observasi dan memantapkan hubungan baik didalamnya
termasuk dalam memberikan pujian pada klien, memberikan tatapan mata
(eyes contact) yang sesuai dengan norma budaya yang berlaku, dengan
memperhatikan ucapan secara verbal dan non verbal (bahasa tubuh) serta
kualitas suara. Peranan Penyuluh KB sebagai konselor KB adalah membantu
calon akseptor (klien) melakukan suatu tindakan. Pengambilan keputusan
bukan tugas konselor KB.

21
Fakta-fakta meliputi keterangan yang disampaikan klien seperti catatan
kesehatan, latar belakang keluarga, harapan-harapan dan rencana masa depan
klien harus diperhatikan konselor KB. Demikian juga perasaan-perasaan klien
seperti masalah yang sedang mereka alami, ketakutan-ketakutan, sikap dan
nilai seksualitas, serta alat kontrasepsi hatrus dipoerhatikan dan dicatat
dengan baik oleh konbselor KB.

Penyuluh KB sebagai konselor KB harus memberikan fakta-fakta yang meliputi


keterangan khususnya informasi tentang alat-alat kontrasepsi yang akurat
yang harus klien dengan jujur dan terbuka kepada calon akseptor KB sebagai
klien.

Penyuluh KB harus memperhatikan tiga hal penting untuk memantapkan


hubungan yang baik dengan orang lain, yaitu:
a. Menunjukkan penerimaan apa adanya pada klien
Sikap penerimaan apa adanya termasuk penuh perhatian pada klien,
merupakan hal yang harus menjadi perhatian konselor KB, sehingga klien
akan lebih banyak berbicara dibandingkan dengan konselor KB.
b. Menjalin kerja sama
Lakukan kerja sama yang baik, saling menguntungkan atau sama-sama
untung. Hal ini akan membantu makin banyaknya informasi yang dapat
disampaikan klien kepada konselor KB akan memperoleh informasi yang
banyak tentang klien, sehingga akan membantu untu menentukan pilihannya.
c. Memberikan respon yang positif
Ucapkan pujian, dukungan dan penentraman oleh konselor KB kepada klien,
merupakan hal yang sebaiknya dilakukan konselor saat melakukan konseling.

Calon akseptor sebagai klien perlu mengetahui bahwa Penyuluh KB selaku


konselor KB telah mendengarkan apa yang klien katakan, mengetahui maksud

22
klien, dan merasakan hal-hal yang dialami klien. Yang termasuk dalam hal-hal
pendukung adalah aspek verbal dan non-verbal yang dapat digunakan oleh
Konselor KB untuk melanjutkan pembicaraan. Termasuk anggukan, gerakan
tangan yang terbuka dan ekspresi wajah.

Contoh-contoh respon positif yang mendukung klien adalah:


1) Menyalami klien dengan ramah
2) Bersabar
3) Jangan memotong pembicaraan, hargai klien sebagai sesama manusia
4) Tersenyumlahlah, gunakan kontak mata
5) Jangan membicarakan klien-klien yang lain
6) Hindari melakukan penilaian
7) Mendengar dengan pernuh perhatian
8) Menggunakan pertanya-pertanyaan terbuka
9) Melakukan parapharasing dan rangkuman
10) Jagalah kerahasiaan klien
11) Menanyakan alas an kedatangan klien
12) Menanyakan perasaan-perasaan klien

Yang termasuk dalam hal-hal pendukung adalah berbagai aspek verbal dan non-
verbal dari petugas KB dilapangan yang dapat digunakan untuk melanjutkan
pembicaraan dengan klien termasuk disini anggukan kepala, gerakan tangan
yang terbuka, kata seperti “hem..hem…” dan pengulangan kata-kata penting
yang telah diucapkan klien. Membuat pernyataan-pernyataan yang positif
dapat membantu anak muda untuk berpikiran baik mengenai diri mereka. Saat
klien berada dalam keadaan kritis, teknik dapat membantu mereka mengontrol
keadaan mereka. Hindari ungkapan-ungkapan menyanjung yang tidak tepat
pada tempatnya.

23
Sesuai dengan tujuan konseling KB, Penyuluh KB diharapkan mempunyai
Hubungan Antar Manusia (HAM) yang baik. Adapun ciri-ciri mempunyai HAM
yang baik adalah sebagai berikut:
a. Ingin menolong orang lain yang punya masalah, yang ragu-ragu, yang cemas,
atau mempunyai kesulitan.
b. Bersikap jujur dan terbuka, mau menerima keadaan orang yang dibantunya
secara apa adanya. Dia bisa mengerti dan memahami perbedaan pendapat,
sehingga bisa dibicarakan bersama.
c. Mampu mengadakan empati, yaitu bisa merasakan perasaan orang lain, tapi
tetap dapat merasa sebagai diri sendiri.

d. Mampu mengamati secara tajam sehingga dapat memahami pikiran dan


perasaan orang lain yang tidak diucapkan secara nyata. Jadi, berdasarkan
gerak gerik orang itu ia bisa mengerti perasaannya.
e. Mampu menjadi pendengar yang baik dan aktif, yaitu memberi kesempatan
kepada orang yang dibantunya untuk mengemukakan pendapat atau
menceritakan dirinya dengan bebas, tanpa merasa tertekan atau terpaksa.
Sambil mendengarkan cerita itu, dia mencoba mengerti masalah yang
sebenarnya.
f. Berpandangan luas, tidak dipengaruhi oleh pikirannya sendiri, tidak
berprasangka terhadap orang lain, tidak memaksakan pendapat atau
keinginannya sendiri.
g. Mampu membina hubungan yang dapat menimbulkan kepercayaan orang
yang dibantunya, sehingga orang tersebut merasa enak bicara, tidak
canggung, tidak terlalu merasakan adanya perbedaan meskipun antara yang
memberikan konseling dan yang diberi konseling berbeda tingkat sosial
ekonomi, budaya, pendidikan, dan agamanya.

24
2. Tahapan Kedua: Keterampilan Mendengar dan Bertanya
Pada tahapan keterampilan mendengar dan bertanya, maka Penyuluh KB
sebagai konselor KB harus mampu melakukan keterampilan mendengar yang
baik dan aktif yang bisa merefleksi isi dan perasaan klien. Konselor juga mampu
memahami jenis-jenis pertanyaan (pertanyaan tertutup, terbuka dan
mendalam) dan mampu menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan
konseling.

Di dalam konseling, konselor harus menggunakan bentuk percakapan konseling,


maka konselor harus mengatahui ciri-ciri percakapan konseling KB. Ciri-ciri
percakapan konseling KB adalah :

a. Bersifat terbuka.
Percakapan yang bersifat terbuka adalah percakapan yang menimbulkan
jawaban lanjutan atau keterangan yang lebih yang akan disampaikan oleh
klien, sehingga informasi dapat digali lebih banyak lagi sebagai catatan bagi
konselor. Jadi pertanyaan terbuka sangat penting dilakukan oleh konselor
untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang keadaan klien
dan harapan-harapan mengenai alat kontrasepsi yang dibutuhkan yang
disesuaikan dengan kondisi kesehatannya.

Apakah boleh menggunakan pertanyaan tertuttup? Boleh saja konselor KB


menggunakan pertanyaan tertutup, namun hanya pada hal-hal tertentu
untuk menanyakan identitas klien misalnya, nama, alamat, berat badan, tinggi
badan, jumlah anak dan usia anak terakhir.

Bagaimana dengan penggunaan pertanyaan mendalam? Penyuluh KB


sebagai konselor KB boleh menggunakan pertanyaan mendalam untuk
menggali informasi lebih lanjut, misalnya alasan mengapa memilih suatu alat

25
kontrasepsi yang hormonal daripada non hormonal padahal si klien
mempunyai indikasi tekanan darah tinggi.

b. Bersifat dua arah.


Percakapan dalam konseling hendaknya merupakan percakapan yang
bersifat dua arah. Koselor KB harus memberikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaan, kondisinya, keinginannya terhadap alat
kontrasepsi yang diminatinya. Semakin klien banyak menyampaikan
informasi, semakin mudah Penyuluh KB memahami perasaan dan kebutuhan
informasi yang dibutuhkan klien tentang alat kontrasepsi yang diminati.

c. Mempunyai Tujuan hanya untuk membantu calon peserta KB dalam


memenuhi kebutuhannya, yaitu :
1) Memilih cara KB.
Proses konseling agar klien mampu secara mantap memilih alat
kontrasepsi yang dibutuhkannya.
2) Mengatasi kesulitannya dalam pemakaian alat KB, misalnya karena
mengalami efek samping.
Dengan memberikan informasi tentang alat kontrasepsi kepada klien agar
klien semakin tahu informasi tentang manfaat dan efek samping dari alat
kontrasepsi, sehingga dapat memilih yang paling bermanfaat yang sesuai
dengan kesehatannya.

d. Tidak ada beban pencapaian target peserta KB atau target pemakaian alat
KB tertentu.
Dengan proses konseling membuat Penyuluh KB tidak terbebani atas
pencapaian target peserta KB karena manakala proses konseling dilakukan
sesuai dengan melakukan percakapan konseling, sudah dapat dipastikan

26
klien akan lebih mudah memilih secara mantap alat kontrasepsi apa yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya.

Bentuk percakapan dalam konseling KB adalah percakapan dua arah. Bentuk


percakapan ini sangat bermanfaat untuk tujuan membantu orang yang diberi
konseling. Untuk bisa membantunya, Penyuluh KB harus bicara dengannya dan
dia juga berbicara kepada Anda. Dalam percakapan ini Penyuluh KB ingin
menyampaikan informasi kepada klien, klienpun memiliki informasi yang
mungkin Penyuluh KB perlukan untuk menolongnya. Penyuluh KB menginginkan
klien bicara untuk mendapatkan keterangan lebih dalam tentang diri dan per-
masalahannya. Akan tetapi, tidak semua orang bisa dan mudah bicara.
Penyuluh KB bisa membantu orang-orang seperti ini dengan menjadi
pendengar yang baik dan aktif serta mengajukan pertanyaan yang tepat.

Dalam percakapan dua arah, yang diberikan dan yang memberikan konseling
boleh bertanya dan mengatakan pendapatnya. Jadi, dalam percakapan ini tidak
hanya petugas konseling KB yang bicara, orang yang dibantunya juga boleh
bicara atau bertanya. Dalam percakapan yang bersifat dua arah, kedudukan
yang memberikan konseling dan yang diberi konseling adalah sederajat. Jadi,
tidak ada pihak yang lebih berkuasa untuk menentukan pilihan bagi lainnya.
Dalam percakapan dua arah, diperlukan kemampuan mendengar yang baik dan
aktif. Selain itu juga diperlukan kemampuan untuk menyelami perasaan orang
lain supaya bisa memperkirakan dengan tepat maksud pembicaraan dan
keinginannya.

Berikut cara untuk mengasah keterampilan mendengar dan bertanya bagi


Konselor KB:

27
a. Menjadi pendengar yang baik dan aktif
1) Dengarlah, apa yang dikatakannya dan bagaimana dia mengatakannya.
Perhatikan nada bicaranya, pemakaian kata-katanya, ekspresi wajah atau
mimik air mukanya, dan gerakan-gerakan tubuhnya.
2) Cobalah menempatkan diri Anda ke dalam situasi yang dibicarakannya
untuk dapat lebih memahami keadaannya dan merasakan yang
dikemukakannya.
3) Tahu bahwa ada saatnya bagi Anda untuk diam dan membiarkannya
berpikir sejenak.
4) Dengarkanlah pembicaraannya dengan cermat, jangan memusatkan
pikiran pada hal-hal yang ingin Anda sampaikan sesudah dia
menyelesaikan ceritanya.
5) Setiap kali usahakan dapat mengukur tingkat pemahaman Anda berdua
tentang hal-hal yang dibicarakan. Untuk itu ulangi beberapa bagian
percakapan yang Anda anggap penting, tanyakan kepadanya, apakah
benar itu yang dimaksudkannya, sampai Anda berdua meyakini bahwa
pembicaraan Anda berdua benar-benar sama.
6) Duduklah dengan nyaman, hindari melakukan gerakan-gerakan yang bisa
merusak suasana, seperti melihat jam, sering-sering berdiri untuk
mengambil buku atau keperluan lainnya. Usahakan untuk tetap bertatap
muka dengannya selama melakukan pembicaraan.

b. Cara mengajukan pertanyaan yang tepat


1) Bicaralah dengan nada suara yang menunjukkan perhatian dan minat
Anda untuk membantunya, yang dapat dirasakannya bahwa Anda
menunjukkan sikap bersahabat dengannya.
2) Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah jawabannya. Jangan
memberondongnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

28
3) Pakailah bentuk pertanyaan terbuka, yang memungkinkannya untuk
menjawabnya dalam bentuk cerita, misalnya tentang keadaan
keluarganya, kesulitan hidupnya, pekerjaannya, dan sebagainya yang
mungkin menjadi dasar keinginannya untuk melaksanakan KB atau
memilih cara KB.
4) Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup, yang hanya mungkin
dijawab dengan "ya" atau "tidak." Perhatikan pula bahwa sebaiknya Anda
mengajukan pertanyaan yang tidak mengarahkan, tetapi justru
mendorongnya agar mau dan merasa bebas untuk bercerita lebih lanjut,
misalnya :
"Apa yang bisa saya bantu?"
"Apa yang Anda dengar tentang .... ."
5) Pakailah kata-kata seperti "Lalu?" "dan?" "Oooo." Komentar- komentar
kecil seperti ini biasanya mampu mendorongnya untuk terus bercerita
lebih lanjut.
6) Jangan mengajukan pertanyaan yang bernada memojokkan, seperti
"Mengapa begitu?" "Kok bisa begitu?" Meskipun barangkali Anda
bermaksud mengetahui alasannya, nada pertanyaan seperti itu bisa
menimbulkan salah pengertian, misalnya ia merasa disalahkan.
7) Cari bentuk pertanyaan lain kalau ternyata dia tidak begitu mengerti
maksud pertanyaan Anda.

c. Cara menyelami perasaan klien


Calon peserta atau peserta KB umumnya adalah orang-orang yang sehat.
Pembicaraan mengenai alat-alat kontrasepsi biasanya tidak terlepas dari
bagian-bagian tubuh yang paling dirahasiakan dan merupakan daerah yang
sangat pribadi bagi mereka, jadi, dalam pembicaraan ini mungkin saja dia
merasa malu, bingung, ragu-ragu, cemas, atau takut mengatakan dan
membicarakannya secara terbuka. Keadaan ini bisa mengganggu dan

29
mempengaruhinya dalam mengambil keputusan untuk memilih alat
kontrasepsi. Jadi, karena malu atau takut, bisa saja dia memilih alat KB yang
kemudian disesalinya.

Konselor dapat menolong klien dengan cara:


1) Biarkan dia menampilkan perasaannya.
2) Bantulah dia untuk membicarakan perasaannya;
3) Berikan perhatian penuh kepadanya.
4) Dengarkan dengan baik dan aktif, ajukan pertanyaan kalau perlu.
5) Amati gerakan tubuh atau mimik muka/raut wajah/ekspresinya.

Bantu dia mengatasi kesulitan ini dengan memberikan kesan bahwa Anda
memahaminya dan menolongnya dengan memilihkan kata-kata yang lebih
jelas dan singkat. Mengulangi penjelasannya dengan memakai kata-kata lain
mungkin dapat meyakinkan kepadanya bahwa Anda memahaminya dengan
benar. Dalam hal ini bisa saja Anda salah menyimpulkan. Tidak apa-apa. Beri
kesempatan kepadanya untuk memperbaiki kesimpulan Anda seperti
pengertian yang dimaksudkannya.

d. Keuntungan bentuk percakapan dua arah


1) Kedudukan sederajat memungkinkan calon peserta atau peserta bisa
bebas berbicara, tidak takut-takut, malu-malu, atau segan
mengemukakan pendapat, pikiran, dan perasaannya.
2) Percakapan dua arah memberi kesempatan kepada calon peserta KB
untuk dapat memantapkan pemahamannya mengenai pemakaian alat
kontrasepsi, sehingga dia bisa memilih sendiri dengan tepat dan benar,
yaitu sesuai dengan keadaan dan kebutuhan dirinya.
3) Percakapan dua arah menyebabkan dia yakin pada pilihan dan
perbuatannya, karena dia tahu persis alasan mengambil keputusan itu,

30
sehingga dia tidak mudah terpengaruh omongan orang atau pengalaman
orang lain yang kurang enak dalam memakai alat KB.
4) Percakapan dua arah yang memberinya kesempatan untuk bertanya,
membuat dia tahu bahwa kalau dia mengalami gangguan dalam memakai
alat KB, ia tahu bahwa masih ada cara-cara KB lain yang bisa dipakainya,
yang dapat dipertimbangkan dan dipilihnya.
5) Percakapan dua arah menimbulkan keyakinan dan kemantapan yang akan
membuatnya menjadi peserta KB lestari.

Jadi, dalam percakapan dua arah bisa saja calon peserta tidak setuju dengan
pendapat konselor KB. Untuk itu dia boleh mengatakan alasannya. Kemudian
masalah ini dibicarakan supaya kedua pihak bisa saling mengerti, mengapa
berbeda pendapat dan bagaimana sebaiknya.

3. Tahapan Ketiga: Keterampilan Membantu Klien Mengambil Keputusan “4K”


Pada tahapan ketiga ini Penyuluh KB selaku konselor membantu klien dengan
menggunakan formulir 4K yaitu formulir yang memuat kondisi klien, kehendak
klien dan konsekwensi pada setiap pilihan keputusan yang akan diambil.
Konselor hanya membantu dan menjelaskan saja, sedangkan pengambilan
keputusan ditangan klien sepenuhnya. Pada prinsipnya, tujuan membantu klien
dalam pengambilan keputusan untuk mengenali berbagai faktor yang
berhubungan dalam pengambilan keputusan, menggambarkan kondisi,
kehendak dan konsekwen serta memperagakan keterampilan membantu klien
dalam pemberian informasi dan pengambilan keputusan oleh klien secara
tepat.

Strategi membantu klien dalam membuat keputusan antara lain:


a. Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya
b. Membantu klien dalam mempertimbangkan pilihan spesifikasinya

31
c. Membantu klien mengevaluasi pilihannya
d. Membantu klien menyusun rencana selanjutnya

Penyuluh KB dapat memahami bagaimana cara membantu klien dalam mengambil


keputusan dengan menggunakan formulir pengambilan keputusan sebagai berikut:

32
Tabel 2.2 Formulir Pengambilan Keputusan

4K PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG BAIK

1) KONDISI KLIEN (Masalah yang dihadapi)


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2) DAFTAR KEHENDAK (Pilihan Keputusan)
a. ........................................................................................................................
b. ........................................................................................................................
c. ........................................................................................................................
3) KONSEKWENSI (untuk tiap Kehendak)

KEHENDAK KONSEKWENSI

POSITIF NEGATIF
a. - -

- -
- -

b. - -
- -
- -

c. - -
- -

- -

4). KEPUTUSAN
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………

33
B. Media Konseling KB
PKB dalam melaksanakan konseling KB disarankan memakai alat bantu atau media
konseling agar memudahkan pemahaman klien sehingga klien dapat memutuskan
menggunakan alat KB yang tepat. Adapun macam-macam media konseling yang
bisa digunakan antara lain:

1. Lembar balik
Lembar balik Alat Kontrasepsi merupakan media yang menyerupai album
gambar pada sisi luar yang diperlihatkan kepada klien dan terdapat keterangan
pada sisi dalamnya yang digunakan konselor untuk menjelaskan.
Penggunaanya:
a. Memasukkan lembar balik pada lengan kiri dan memperlihatkan gambar
kepada klien dan jari tangan kanan yang digunakan untuk menunjuk,
lembar keterangannya berada disisi konselor untuk menjelaskan gambar
yang ditunjukkan.
b. Meletakkan lembar balik di meja dengan memperlihatkan gambar
kepada klien dan isi keterangan menghadap ke konselor.

Gambar 3.2. Konseling dengan Lembar Balik

Sumber: BKKBN

34
2. Q-Chard
Q-Chart adalah kumpulan kartu bergambar disertai keterangan yang dijadikan
satu, dikaitkan dengan cincin pada sudut kiri atas. Kelebihan dari Q-Chart
adalah mudah dibawa dan ringan serta mudah dalam penjelasan karena
terdapat keterangannya. Penggunaannya tangan kiri memegang kartu, dan
tangan kanan menunjuk pada kartu dan membalik kartu setelah selesai
menerangkan kartu sebelumnya. Gambar Q-Chard dapat dilihat dibawah ini:

Gambar 3.3 Q-Chard

Sumber: Direktorat Bina Kualitas Pelayanan KB

3. Leaflet
Leaflet adalah satu lembar kertas yang berisi gambar dan keterangan, biasanya
dilipat sehingga terdapat 6 halaman bolak balik. Mudah dibawa dan biasanya
bisa dibagikan kepada klien.

35
Gambar 3.4 Contoh Leaflet

Sumber: https://cdn.projects.co.id/upload/usr4ff117/201903255c98260c3925e.jpg

4. Buku Saku Alat Kontrasepsi


Buku Saku Alat Kontrasepsi adalah buku berbentuk seukuran saku yang
berisikan gambar dan keterangan tentang alat kontrasepsi yang disediakan
oleh BKKBN.
Gambar 3.5 Buku Saku Alat Kontrasepsi

Sumber: pixabay.com, BKKBN dan Sondang

36
5. Poster
Poster adalah media dalam ukuran agak besar ditempelkan di dinding, biasanya
berupa kertas yang berisi gabungan antara gambar dan tulisan yang bertujuan
untuk memberikan informasi atau publikasi kepada masyarakat. Contoh poster
alat kontrasepsi seperti dibawah ini:

Gambar 3.6 Poster Alat Kontrasepsi

Sumber: Desain Materi Media AKIE, BKKBN Jawa Timur, 2018

6. Celemek Alat Reproduksi (Wanita dan Pria)


Celemek adalah kain yang digunakan untuk melindungi pakaian yang kita pakai
dari kotoran pada saat memasak atau pada saat berkebun. Namun Celemek

37
yang satu ini diberikan gambar tentang alat kontrasepsi dan sedikit keterangan.
Contoh celemek untuk KEI dan Konseling KB sebagai berikut:

Gambar 3.7 Celemek KIE dan Konseling Alat Kontrasepsi

Sumber: pixabay.com, facebook Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dan Sondang

7. Alokon Kit
Alat dan Obat Kontrasepsi Kit (Alokon Kit) merupakan kotak yang berisi dengan
contoh alat kontrasepsi, sehingga Penyuluh KB dapat menjelaskan dengan
mudah dan calon akseptor bisa melihat dengan jelas bentuk dari alat
kontrasepsi tersebut. Alokon kit jika dibuka seperti gambar dibawar ini.

38
Gambar 3.8 Alat dan Obat Kontrasepsi Kit

Sumber: BKKBN

8. Video Alat dan Obat Kontrasepsi


Video yang telah diproduksi BKKBN adalah video yang berisikan informasi
tentang alat kontrasepsi dengan informasi lengkap tentang cara pemakaian,
kelebihan dan efek sampingnya. Hal tersebut memudahkan Penyuluh KB selaku
konselor untuk menjelaskan tentang alokon yang dibutuhkan oleh calon
akseptor.

Gambar 3.9
DVD KIE Alat Reproduksi dan Alat Kontrasepsi KB

Sumber: BKKBN

39
9. ABPK
Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) merupakan lembar balik yang
digunakan untuk konseling KB dan dilengkapi panduan penggunaannya sesuai
tab tab yang ada. Jika menggunakan ABPK ini, Penyuluh KB seharusnya
mengikuti pelatihan konseling dengan menggunakan ABPK terlebih dahulu.
Lembar balik ABPK dapat dilihat sepeti gambar dibawah ini:

Gambar 3.10 Lembar Balik ABPK

Sumber: BKKBN

C. Materi Konseling KB
1. Kesehatan Reproduksi
Kersehatan Reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi. Kesehatan
Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan

40
Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan (BKKBN,1996). Pasangan Usia Subur (PUS) diharapkan mengetahui
betapa pentingnya memahami pola pemakaian alat kontrasepsi secara
rasional. BKKBN menganjurkan usia penikahan ideal bagi perempuan adalah
usia 21 tahun dan untuk laki-laki 25 tahun.

PUS hendaknya mempunyai perencanaan yang matang untuk kehamilan


isterinya. Jika ibu dibawah usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya.
Sedangkan pada usia diantara 20 – 30 tahun dapat mengatur/ menjarangkan
jarak kehamilannya. Jika isteri umurnya 30 – 35 tahun dan diatas 35 tahun
maka harus mengakhiri kesuburan atau kehamilannya. Dengan demikian
diharapkan Kesehatan ibu dan anak terjamin. Adapun pola pemakaian alat KB
secara rasional dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.11 Pola Pemakaian Alat KB secara Rasional

Saat ini, dalam memilih alat kontrasepsi dapat menggunakan Diagram Lingkaran
Kriteria Kelayakan Medis dalam penggunaan kontrasepsi (KLOP). Penyedia
Layanan perlu mengetahui kondisi medis dan karakteristik khusus sebelum
klien menggunakan kontrasepsi karena pada klien dg kondisi medis atau

41
karakteristik khusus, terdapat metode kontrasepsi yg mungkin dapat
memperburuk kondisi medis atau membuat risiko kesehatan tambahan. Disisi
sisi lain terdapat juga kondisi medis atau karakteristik klien yg dapat
mempengaruhi efektifitas metode kontrasepsi.

Untuk mulai menggunakan metode kontrasepsi didasarkan pd Kriteria


Kelayakan Medis dari WHO. Kriteria Kelayakan Medis membantu penyedia
layanan utk memutuskan apakah metode kontrasepsi tertentu dpt digunakan,
dg adanya karakteristik individu atau kondisi medis tertentu.

Setiap kondisi didefinisikan sebagai mewakili karakteristik individu (misalnya,


usia, riwayat kehamilan) atau kondisi medis yg diketahui sebelumnya (misalnya,
diabetes, hipertensi).

Lingkaran kontrasepsi adalah diagram lingkaran yang berisi kriteria persyaratan


medis untuk memulai penggunaan metode kontrasepsi tertentu, berdasarkan
Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 5th edition (2015). Ini adalah
salah satu pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO)
berdasarkan bukti ilmiah.

Dalam melakukan penapisan kelayakan medis sebelum penggunaan


kontrasepsi, Penyedia Layanan dpt menggunakan alat bantu berupa Diagram
Lingkaran Kriteria Kelayakan Medis Pengunaan Kontrasepsi WHO Edisi 2015
(Roda KLOP)

42
Gambar 3.12
Roda KLOP

Sumber: Bahan tayang Penapisan Medis Menggunakan Metode Kriteria Kelayakan Medis
Untuk Kontrasepsi (KLOP), POKJA KB – KESPRO PP POGI, 2021

Tujuan Kriteria Kelayakan Medis adalah untuk:


a. Mendasarkan pedoman praktik KB pd bukti terbaik yg tersedia.
b. Mengatasi kesalahpahaman tentang siapa yg boleh dan tidak boleh
menggunakan kontrasepsi dg aman
c. Mengurangi hambatan medis
d. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan KB

Kategori kriteria kelayakan medis untuk penggunaan kontrasepsi dapat dilihat


pada tabel berikut ini:

43
Tabel 2. Kategori Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi

Sumber: Bahan tayang Penapisan Medis Menggunakan Metode Kriteria Kelayakan Medis
Untuk Kontrasepsi (KLOP), POKJA KB – KESPRO PP POGI, 2021

Beberapa kondisi medis menjadi kriteria dalam penggunaan diagram lingkaran


kontrasepsi ini. Antara lain infeksi menular seksual, penyakit radang panggul,
sepsis, postpartum (baru melahirkan) dan menyusui, riwayat kehamilan, usia
remaja, perdarahan vagina, mioma uteri, keganasan serviks, serta kanker
payudara. Selain itu, ada penyakit hati, thromboemboli vena, penyakit
kardiovaskular (penyakit jantung), hipertensi, obesitas, diabetes, merokok, nyeri
kepala, interaksi dengan obat-obatan lain dan HIV.

Menurut panduan yang dilansir dari Kemenkes RI, diagram lingkaran kontrasepsi
ini meliputi rekomendasi penggunaan 11 tipe kontrasepsi yang umum digunakan,
yaitu:
a. Pil kombinasi
b. Koyo (patch) kontrasepsi kombinasi
c. Cincin vagina kontrasepsi kombinasi
d. Kontrasepsi injeksi kombinasi
e. Pil progestin

44
f. Injeksi progestin
g. Implan
h. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) – LNG
i. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) - Copper T
j. Sterilisasi tubektomi
k. Sterilisasi vasektomi

Sebagai contoh pada pil KB kombinasi, wanita yang baru saja melahirkan (<6
minggu) dan menyusui, masuk pada kategori 4 yang berarti metode
kontrasepsi pil KB kombinasi tidak dapat digunakan. Adapun wanita yang baru
saja mengalami keguguran (baik di trimester 1 atau 2), masuk pada kategori 1,
yang berarti tidak masalah menggunakan kontrasepsi jenis pil KB kombinasi.

Selain kondisi medis tertentu, kebiasaan wanita seperti merokok juga


berpengaruh pada pemilihan kontrasepsi. Wanita yang berusia lebih dari 35
tahun dan merokok >15 batang rokok setiap harinya tidak diperbolehkan
menggunakan pil KB kombinasi. Data WHO menyebutkan bahwa wanita yang
menggunakan pil KB kombinasi dan merokok mengalami peningkatan risiko
penyakit jantung, terutama infark miokard. Risiko ini semakin bertambah
bergantung dari jumlah rokok yang dikonsumsi setiap harinya.

2. Alat dan Obat Kontrasepsi


Penyuluh KB dalam melakukan konseling KB haruslah mempunyai pengetahuan
tentang alat dan obat kontrasepsi (Alokon) yang menyeluruh, baik cara
penggunaan, manfaat dan efek sampingnya agar klien/ calon akseptor bisa
memilih kontrasepsi dengan mantap sesuai dengan kondisi kesehatan
tubuhnya. Terdapat bermacam-macam alokon, antara lain:

45
a. Metode Operasi Wanita (MOW)/ Tubektomi
MOW merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang ingin
membatasi anak. MOW dilakukan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL).
1) Cara Kerja
Terdiri dari dua jenis proses tubektomi pada seorang perempuan yaitu
melalui cara sebagai berikut:
a) Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan yang terlatih agar mampu dilaksanakan secara aman dan
efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pasca persalinan
atau pasca keguguran (tanpa komplikasi).
b) Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan teknik laparotomi yang
telah dilakukan selama ini. Teknik minilaparotomi dilakukan dengan
membuat sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah
maupun pada lingkar pusat bawah. Tindakan ini dapat dilakukan
terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat dilakukan oleh
dokter yang diberi pelatihan khusus. Operasi ini juga tergolong aman
dan efektif baik untuk masa interval maupun pascapersalinan karena
pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba
didapat kemudian dikeluarkan, diikat, dan dipotong sebagian,
setelah itu dinding perut ditutup kembali, luka sayatan dapat ditutup
dengan kassa yang kering dan steril apabila tidak ditemukan
masalah yang berarti, klien dapat dipulangkan segera setelah 2-4
jam pasca operasi

46
2) Petunjuk Penggunaan
a) Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan
b) Dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila
diyakini secara rasional klien tidak dalam kondisi hamil atau hari ke-
6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi
c) Klien Pasca persalinan:
(1) Minilaparoptomi: di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu
atau 12 minggu
(2) Laparoskopi: tidak tepat untuk klien pasca persalinan
d) Klien Pasca keguguran:
(1) Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi
dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
(2) Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7
hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
e) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan
f) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman setelah
operasi dilakukan
g) Lakukan kunjungan pemeriksaan rutin antara 7 dan 14 hari setelah
pembedahan atau kembalilah sesegera mungkin bila dirasakan
tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.

3) Keuntungan dan Keterbatasan


a) Keuntungan:
(1) Metode kontrasepsi yang sangat efektif dan tidak
menimbulkan efek samping baik jangka panjang maupun
jangka pendek
(2) Mempunyai efek perlindungan terhadap kehamilan dan
penyakit radang panggul (PID), serta kanker ovarium
(3) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)

47
(4) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi
lokal
(5) Tidak ada perubahan pada fungsi seksual

b) Keterbatasan:
(1) Perlu dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini
(tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi
rekanalisasi
(2) Klien perlu mendapat dukungan dari keluarga atau pasangan
karena dapat merasa menyesal di kemudian hari
(3) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
(4) Hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih (dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialisasi bedah untuk proses
laparoskopi)
(5) Tidak melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS.

4) Kontraindikasi
(1) Sudah terdeteksi atau dicurigai bahwa klien sedang hamil
(2) Adanya pendarahan vaginal
(3) Tidak sedang menjalani proses pembedahan
(4) Masih ragu untuk memutuskan berhenti memiliki keturunan
(5) Belum melakukan persetujuan tertulis

48
Gambar 3.13 Metode Operatif Wanita

Sumber: jatim.bkkbn.go.id

b. Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi


MOP merupakan metode jangka panjang dengan bagi pasangan yang ingin
membatasi anak dan ditujukan bagi peran suami. MOP dapat dilakukan
kapan saja, di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) apabila tersedia
tenaga medis yang terlatih dan peralatan yang memadai.
1) Cara Kerja
Metode vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui
vasdeferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat
ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen.

Gambar 3.14 Metode Operatif Pria

Sumber: BKKBN

49
Vasektomi di Indonesia lebih dikenal dengan nama VTP (Vasektomi
Tanpa Pisau) dilakukan tanpa menggunakan pisau melainkan
menggunakan gunting. Operasi dilakukan di bagian atas skrotum yang
ditusuk dengan alat yang ujungnya runcing kemudian disobek sehingga
saluran spermanya dapat ditarik ke atas. Saluran sperma bagian atas
diikat lalu dipotong bertujuan agar saluran sperma tidak akan
menyambung kembali dan selanjutnya dikembalikan ke dalam
lubangnya semula, luka segera diplester. Keuntungan teknik vasektomi
ini adalah luka yang dihasilkan lebih kecil sehingga luka akan lebih cepat
kering, pendarahan minimal, nyeri pascaoperasi lebih ringan.

2) Petunjuk Penggunaan
a) Pertahankan pembalut luka selama 3 hari
b) Hindari menggaruk luka selama proses penyembuhan
c) Tidak membasahi daerah luka dalam kurun waktu 24 jam setelah
pembedahan setelah 3 hari diperbolehkan luka dicuci dengan
sabun dan air
d) Hindari mengangkat barang berat untuk 3 hari setelah operasi
e) Boleh melakukan hubungan seksual setelah hari ke-2 atau hari ke-3
namun wajib mengunakan kondom atau jenis kontrasepsi lain pada
pasangan selama 3 bulan atau 20 kali ejakulasi
f) Pemeriksaan kembali untuk memastikan cairan semen tidak
mengandung sperma dalam kurun waktu 3 bulan setelah vasektomi
dilakukan.

50
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan:
(1) Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi jangka panjang
(2) Tidak membuat klien lemah libido karena tidak mengganggu
fungsi seksual atau disfungsi ereksi
(3) Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang
b) Keterbatasan:
(1) bersifat permanen (non-reversibel) dan timbul masalah bila
klien mau menikah kembali atau ingin memiliki anak
(2) Perlu persiapan psikologis yang matang karena ada
kemungkinan penyesalan di kemudian hari
(3) Perlu tenaga pelaksana terlatih
(4) Tidak melindungi klien terhadap PMS, HIV dan AIDS

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD


AKDR merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang. AKDR
Cooper T merupakan pilihan metode kontrasepsi non hormonal dan
bekerja secara mekanik.

AKDR Keluarga Berencana Paska Persalinan/Paska Keguguran (KB PP/PK)


dapat dipasang 10 (sepuluh) menit setelah plasenta terlepas dari rahim.
AKDR sebaiknya dipasangkan pada peserta KB sebelum 48 (empat puluh
delapan) jam atau diatas 4 (empat) minggu pasca persalinan.

AKDR tidak menggangu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu
yang akan menyusui bayinya.

AKDR dipasang ke dalam rahim melalui vagina tanpa melalui prosedur


pembiusan. Setelah dipasang, benang AKDR akan menggantung hingga

51
saluran vagina namun tidak keluar dari vagina. Pemasangan AKDR dilakukan
pada masa menstruasi.
1) Kandungan
Cooper T model Tcu 380A.
2) Cara Kerja
▪ Menghambat sperma untuk masuk ke saluran indung telur.
▪ Menghambat pertemuan sperma dan sel telur sehingga mencegah
terjadinya kehamilan.
▪ Membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi kemampuan sperma untuk melakukan pembuahan.
3) Efektifitas
Efektivitas pemakaian AKDR sebesar 99,2 - 99,4 %. Fertilitas akan
kembali segera setelah berhenti menggunakan AKDR.
4) Keuntungan
a) Mencegah risiko terjadinya kehamilan secara jangka panjang
hingga 10 tahun.
b) Membantu melindungi dari kanker dinding rahim (endometrium).
c) Tidak mempengaruhi kualitas dan jumlah ASI
d) Tidak mempunyai efek samping hormonal
e) Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau keguguran
(abortus)
f) Mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
g) Tidak ada interaksi dengan obat-obat lainnya
5) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan bahwa terdapat perubahan pola
menstruasi (terutama pada 3 hingga 6 bulan pertama) yang meliputi:
a) Menstruasi yang memanjang dan lebih banyak
b) Siklus menstruasi tidak teratur
c) Lebih kram dan nyeri selama menstruasi

52
Gambar 3.15 Cooper T model Tcu 380A

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan


AKBK/Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi jangka panjang dan
hormonal. AKBK/Implan dapat segera dipasangkan pada ibu sesaat setelah
bersalin. Kontrasepsi ini tidak menggangu produksi ASI sehingga dapat
digunakan bagi ibu yang akan menyusui bayinya.
1) Kandungan
Etonogestrel 75mg
2) Aturan Pemakaian
Pemasangan implan dilakukan dalam satu minggu pertama sejak hari
pertama menstruasi dengan bantuan bius local.
3) Cara Kerja
Hormon yang terdapat pada implan dilepaskan secara perlahan-lahan
sehingga mengentalkan lendir pada mulut rahim dan mengakibatkan
terhambatnya pergerakan sperma. Hal ini membuat kemungkinan

53
bertemunya sperma dan sel telur lebih kecil sehingga dapat mencegah
terjadinya pembuahan.
Selain itu hormon ini juga mengganggu pembentukan lapisan dinding
rahim atau endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi sulit
menempel pada dinding rahim dan mencegah terjadinya kehamilan.

4) Efektifitas
Efektivitas implan sebesar 99,9%. Setelah berhenti penggunaan
kontrasepsi implant, fertilitas akan kembali rata-rata sekitar 1 bulan
lebih lama dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.
5) Keuntungan
a) Membantu mencegah risiko terjadinya kehamilan
b) Membantu mencegah penyakit radang panggul
c) Dapat melindungi dari anemia
d) Tidak memerlukan pemeriksaan organ reproduksi (vagina)
e) Mengurangi nyeri saat menstruasi dan jumlah perdarahan
menstruasi
f) Tidak mengganggu hubungan seksual
6) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan hal-hal berikut:
a) Perubahan pola menstruasi
b) Sakit kepala
c) Nyeri perut
d) Jerawat (dapat membaik atau memburuk)
e) Perubahan berat badan
f) Nyeri payudara
g) Pusing
h) Perubahan suasana hati (emosi)
i) Mual

54
Gambar 3.16 Implan 2 Batang

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

e. Suntikan KB
Suntikan KB adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Suntikan KB
merupakan pilihan metode kontrasepsi bersifat hormonal.

Suntikan KB progestin 3 (tiga) bulanan baru dapat diberikan diatas 6


(enam) minggu setelah persalinan. Suntikan KB 3 bulanan tidak menggangu
produksi ASI sehingga dapat digunakan bagi ibu yang akan menyusui
bayinya dan Suntikan KB kombinasi 1 (satu) bulanan tidak dapat diberikan
pada ibu yang menyusui bayinya, karena akan mengganggu produksi ASI.
1) Kandungan
Medroxyprogesterone acetate (DMPA) 150 mg/ 3 ml.
2) Aturan Pemakaian
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular pada otot gluteal (bokong)
atau deltoid (bahu) setiap 3 bulan (13 minggu).
3) Cara Kerja
▪ Mencegah pelepasan sel telur dari indung telur
▪ Mengentalkan lendir rahim sehingga dapat menghambat
pertemuan antara sperma da sel telur.

55
4) Efektifitas
Memiliki efektivitas > 99% bila digunakan secara tepat waktu. Setelah
berhenti penggunaan kontrasepsi suntik, fertilitas akan kembali rata-
rata sekitar 1 bulan lebih lama dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.
5) Keuntungan
a) Membantu mencegah:
(1) Risiko terjadinya kehamilan
(2) Kanker endometrium
(3) Fibroid uterus
b) Dapat mencegah:
(1) Penyakit radang panggul
(2) Anemia defisiensi besi
c) Mengurangi:
(1) “Sickle Cell Crisis” pada wanita dengan anemia sel sabit
(2) Gejala endometriosis (nyeri panggul, siklus menstruasi yang
tidak teratur)
6) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan hal-hal berikut:
a) Perubahan pola menstruasi peningkatan berat badan
b) Nyeri kepala
c) Pusing
d) Perut kembung dan rasa tidak nyaman
e) Perubahan suasana hati (emosi) penurunan libido
Tidak bisa digunakan jika:
a) Sedang hamil atau diduga hamil
b) Sedang menyusui kurang dari 6 minggu, atau sedang menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan
c) Perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya

56
d) Memiliki salah satu kondisi: hipertensi, perokok berat (lebih dari 15
batang per hari) atau usia > 35
e) Peradangan hati akut (virus hepatitis)
f) Pernah terserang stroke atau memiliki hepatitis
g) Sedang menderita kanker payudara

Gambar 3.17 Suntikan KB

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

f. Pil KB Progestin (mini pil) dan Pil Kombinasi


Pil KB adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Pil KB merupakan pilihan
metode kontrasepsi yang bersifat hormonal. Pil KB progestin (mini pil)
dapat segera digunakan pada ibu paca bersalin. Pil KB progestin (mini pil)
tidak menggangu produksi ASI sehingga dapat digunakan bagi ibu yang
akan menyusui bayinya. Pil KB kombinasi tidak dapat diberikan pada ibu
yang menyusui bayinya, karena akan mengganggu produksi ASI.

57
Pil Progestin (Mini pil)
1) Cara kerja
Minipil bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Minum minipil setiap hari pada saat yang sama
b) Minum pil yang pertama pada hari pertama pada hari pertama haid
c) Bila klien muntah setelah meminum pil dalam kurun waktu 2 jam,
minumlah pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi lain
bila klien berniat hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
d) Bila kilen lupa meminum pil lebih dari 3 jam maka minumlah segera
ketika ingat dan gunakan metode pelindung sampai 48 jam ke
depan
e) Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa sesegera
ketika klien ingat, gunakan metode pelindung sampai akhir bulan
f) Akan terjadi perubahan pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama.
3) Keuntungan
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak mempengaruhi produksi ASI
d) Kesuburan cepat kembali
e) Nyaman dan mudah digunakan
f) Sedikit efek samping karena tidak mengandung estrogen
g) Pemakaian dapat dihentikan setiap saat
h) Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
i) Dapat mengurangi keluahan premenstrual sindrom (sakit kepala,
perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, mudah marah)

58
4) Keterbatasan
a) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (pendarahan sela,
spotting, amenorea)
b) Permasalahan penurunan/peningkatan berat badan
c) Pemakaian harus rutin setiap hari pada waktu yang sama (disiplin
pemakaian) karena bila lupa satu pil saja dapat menimbulkan
kegagalan
d) Organ payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat
e) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi yang ditunjukkan pada angka
4 perempuan diantara 100 kehamilan
f) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan
obat tuberkolosis atau obat epilepsy
g) Timbulnya gejala hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di
daerah muka) tetapi sangat jarang terjadi
h) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV dan AIDS

Pil Kombinasi
1) Cara Kerja
Pil kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
sulit dilalui sperma sehingga mampu menekan ovulasi dan mencegah
implantasi.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Harus diminum setiap hari dan yakin bahwa kondisi tidak sedang
hamil
b) Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi baik yang sudah
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak
c) Tidak dianjurkan bagi Ibu yang menyusui
d) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat karena efektivitasnya
sangat tinggi

59
3) Keuntungan
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi) bila digunakan setiap hari ditunjukkan dengan angka 1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid
d) Dapat digunakan dalam kurun waktu jangka panjang selama klien
menginginkan sebagai alat pencegah kehamilan
e) Kesuburan dapat kembali dengan segera apabila penggunaan pil
dihentikan.
4) Keterbatasan
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap
hari
b) Selama 3 bulan pertama menggunakan akan menimbulkan
beberapa tanda antara lain: rasa mual, perndarahan bercak atau
pendarahan sela, nyeri payudara
c) Tidak boleh diberikan pada wanita yang menyusui
d) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi,
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seks berkurang
e) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga
risiko stroke serta pembekuan darah terutama pada perempuan
usia lebih dari 35 tahun dan merokok.

60
Gambar 3.18 Pil Kombinasi

Sumber: BKKBN

g. Kondom
Kondom adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Kondom merupakan
pilihan metode kontrasepsi barrier. Kondom digunakan pada pria. Kondom
apabila digunakan secara baik dan benar akan sangat efektif sebagai alat
kontrasepsi.
1) Kandungan
Bahan lateks
2) Cara Kerja
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain
sebagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit
menular seksual.
3) Aturan Pemakaian
Dapat digunakan kapan saja klien menginginkan
4) Cara Kerja
a) Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
mencegah kehamilan.
b) Menghalangi masuknya bakteri, virus atau jamur ke vagina sehingga
mencegah penularan infeksi menular seksual dan HIV
c) Kondom hanya untuk satu kali pakai

61
5) Efektifitas
a) Efektifitas kondom sebesar 90% apabila dipakai dengan benar.
b) Fertilitas akan segera kembali segera setelah berhenti
menggunakan kondom.
6) Keuntungan
a) Membantu mencegah
(1) Risiko terjadinya kehamilan
(2) IMS (infeksi menular seksual), termasuk HIV
b) Dapat mencegah:
(1) Kondisi yang disebabkan oleh IMS
(2) Penyakit radang panggul berulang dan nyeri panggul kronis
(3) Kanker serviks
(4) Infertilitas (pada pria dan wanita)
7) Keterbatasan
a) Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar
sesuai petunjuk penggunaan kondom.
b) Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit
klien yang sensitif.
c) Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena
mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
d) Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga
diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
e) Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum
karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang
pengguna kondom.
f) Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal
limbah yang mencemari lingkungan.

62
Gambar 3.19 Kondom

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

h. Metode Amenoroe Laktasi (MAL)


Metode Amenoroe Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi alamiah. MAL
adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara ekslusif,
tanpa pemberian tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya.

Persyaratan menggunakan MAL sebagai kontrasepsi sebagaimana


disebutkan ada 3 (tiga) antara lain:
1) memberikan ASI ekslusif
2) bayi kurang dari 6 bulan dan
3) ibu belum mendapatkan menstruasi

Jika ibu menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat


memproteksi sekurangnya selama enam bulan, dan setelah 6 bulan keatas
peserta KB harus mempertimbangkan penggunaan metode tambahan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam MAL, antara lain:
1) Cara Kerja
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya
periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lainnya. Proses ini akan menghambat pelepasan hormon

63
kesuburan yang mengakibatkan tidak akan terjadinya kehamilan. MAL
mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh,
Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari 6
bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya
setelah berjalan lebih dari enam bulan.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Ibu harus menyusui secara penuh
b) Pendarahan selama 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan
selama tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika
Ibu sudah mendapat haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
c) Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
e) Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
f) Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan
menyusui dari kedua payudara secara bergantian
g) Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu
selama 24 jam termasuk malam hari
h) Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam
3) Keuntungan
a) Keuntungan bagi bayi
(1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI)
(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi optimal
(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air,
susu lain atau susu formula, atau dari bahan peralatan minum
yang digunakan
b) Keuntungan bagi ibu
(1) Mengurangi pendarahan pasca persalinan

64
(2) Mengurangi risiko anemia
(3) Meningkatkan hubungan psikologis ibu dan bayi
4) Keterbatasan
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pascapersalinan
b) Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi
sosial atau psikologis Ibu dan bayi
c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan periode 6 bulan
d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan
AIDS

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BKKBN ditetapkan kebijakan keluarga
berencana mengarah pada peningkatan kesertaan ber-KB khususnya Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang memiliki efektifitas dan efisiensi yang
tinggi terhadap pengendalian kelahiran dan percepatan pencapaian target
prevalensi perserta KB aktif terhadap PUS.

D. Rangkuman
Dalam konseling ada tiga tingkatan, pertama, keterampilan observasi dan
memantapkan hubungan baik, kedua, keterampilan mendengar dan bertanya,
ketiga, keterampilan membantu klien mengambil keputusan “4K”.

Banyak macam media yang digunakan dalam konseling bertujuan untuk


memudahkan pemahaman klien sehingga klien dapat memutuskan menggunakan
alat KB yang tepat. Dalam pelaksanaannya, konseling tidak bisa terlepas dari
hambatan baik yang berasal dari penerima pesan (klien), isi pesannya itu sendiri
dan pembawa pesan (konselor).

65
Materi Konseling KB terdiri dari Kesehatan Reproduksi yang mencakup Pola
Pemakaian Alat KB secara Rasional dan materi tentang alat dan obat kontrasepsi.
Alat dan obat kontrasepsi, antara lain: 1) MOP; 2) MOP; 3) AKDR/ IUD; 4) AKBK/
Implan; 5) Pil KB Progestin (Mini pil) dan Pil Kombinasi; 5) MAL.

Penyuluh KB dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, melakukan konseling KB


dengan menggunakan media yang tepat dan menguasai materi alat dan obat
kontrasepsi akan mempercepat capaian target PB dan PB di wilayah kerjanya.

E. Latihan
Jawablah pertanyaaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan tingkatan keterampilan konseling!
2. Jelaskan bentuk percakapan dalam konseling KB!
3. Jelaskan mengapa konselor memerlukan media dalam konseling KB!
4. Apa saja yang Anda ketahui tentang Media Konseling KB!
5. Jelaskan tentang alat dan obat kontrasepsi!

F. Evaluasi Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Keterampilan konseling yang harus dimiliki oleh konselor adalah …
a. Keterampilan komunikasi, keterampilan bertanya dan keterampilan
memantapkan hubungan baik.
b. Keterampilan membantu klien mengambil keputusan, keterampilan
bertanya dan keterampilan mempengaruhi klien.
c. Keterampilan mendengar aktif, keterampilan bertanya, keterampilan
menguasai kondisi
d. Keterampilan observasi dan memantapkan hubungan baik, keterampilan
komunikasi dan keterampilan mendengarkan

66
e. Keterampilan observasi dan memantapkan hubungan baik, keterampilan
mendengar dan bertanya, keterampilan membantu klien mengampil
keputusan
2. Berikut yang bukan merupakan ciri-ciri percakapan konseling KB adalah …
a. Bertujuan untuk membantu calon peserta KB
b. Bertujuan untuk mengarahkan calon peserta KB
c. Tidak ada target pemakaian alat KB tertentu
d. Bersifat terbuka
e. Komunikasi dilakukan dua arah
3. Media untuk konseling yang menyerupai album gambar pada sisi luar yang
diperlihatkan kepada klien, dan terdapat keterangan pada sisi dalamnya yang
digunakan konselor yaitu …
a. Alokon KIT
b. Poster
c. Lembar balik
d. Q-Chard
e. Leaflet
4. Metode jangka panjang bagi pasangan yang ingin membatasi anak dan
ditujukan untuk peran suami adalah …
a. Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
b. Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomi
c. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
e. Suntikan KB
5. Berikut merupakan pola pemakaian kontrasepsi secara rasional adalah …
a. usia pernikahan ideal bagi perempuan adalah usia 20 tahun dan untuk laki-
laki 25 tahun
b. Ibu dibawah usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya
c. Ibu diatas usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya

67
d. Usia ibu diantara 20 – 40 tahun dapat mengatur/ menjarangkan jarak
kehamilannya
e. Usia ibu diatas 36 tahun maka harus mengakhiri kesuburan atau
kehamilannya

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB III ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan Saudara dapat melanjutkan ke BAB berikutnya,
namun demikian apabila jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal,
sebaiknya Saudara perlu kembali mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan
lebih baik.

68
.

Sumber: dwww.istockphoto.com

Penyuluh KB haus selalu meningkatkan keterampilan memberikan konseling KB


kepada calon akseptor. Mengingat salah satu tugasnya adalah pelayanan KB yang
salah satu kegiatan strategis dalam mencapai target Peserta KB Batru dan Peserta KB
Aktif, dengan melakukan konseling KB kepada calon akseptor. Terlebih dalam situasi
pandemi covid-19, maka tidak hanya keterampilan teknik konseling KB yang
diperhatikan, namun juga perlu kreatifitas dan inovasi dalam melakukan konseling.
Dalam Bab ini, kita akan belajar tentang langkah-langklah bagaimana melaksanakan
konseling KB mulai dari persiapan dan pelaksanaannya serta penmilaian diri dalam
melaksanakan konseling KB tersebut.

69
A. Tujuh Langkah Persiapan Konseling KB
Penyuluh KB dalam melaksanakan program Bangga Kencana di lini lapangan, salah
satu tugasnya adalah melaksakanan pelayanan KB, yang mana Penyuluh KB harus
mampu melakukan Konseling KB. Hal ini dilakukan untuk membantu calon akseptor
dapat menentukan pilihan cara ber-KB secara mantap dan puas, sesuai dengan
kondisi kesehatannya.

Penyuluh KB sebelum melakukan konseling KB, maka harus mempersiapkan 7


(tujuh) hal penting, yaitu:
1. Mengetahui Permasalahan inti
Cari tahu, apa sebab orang itu memerlukan konseling KB? atau mengapa Anda
menganggap bahwa dia perlu konseling KB?
2. Mengetahui Kondisi Klien
a. Bagaimana keadaan diri orang yang perlu konseling KB itu?
b. Apakah dia sudah tahu tentang NKKBS?
c. Apakah dia sudah tahu tentang alat-alat KB? Apa saja? Dari mana dia tahu?
Betulkah pengetahuannya itu?
d. Apakah dia sudah punya pilihan alat KB?
e. Mengapa dia memilih itu?
f. Apakah dia punya pilihan lain?
3. Mengetahui Tujuan Klien
a. Dikaitkan dengan jenjang Pelayanan Konseling KB, termasuk yang mana
percakapan konseling yang akan dilakukan?
1) Awal/Pendahuluan
2) Pemilihan Cara
3) Pengayoman

70
b. Apa yang diharapkan sesudah konseling?
1) Tambahan pengetahuan
2) Perubahan sikap
3) Perubahan perilaku
c. Sejauh mana peningkatan pengetahuan atau perubahan sikap dan perilaku
yang diharapkan?

4. Menentukan Cara komunikasi yang sesuai kondisi Klien


Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan 1 sampai dengan 4, tentukan,
bagaimana cara membicarakannya? Perhitungkan waktunya, latar belakang
pendidikan dan sebagainya.
5. Menentukan tempat dan waktu konseling
Di mana konseling itu akan dilakukan? Di rumahnya? Di rumah Anda? Di kantor
kepala desa? Bagaimana dengan faktor ketenangan? Apakah ruangan yang
dipakai itu tidak terganggu oleh kegiatan lain? Kalau ada, berapa banyak
gangguan yang akan ditimbulkannya dan bagaimana cara mengatasinya?
Apakah tidak banyak orang di situ?
a. Apakah Anda punya cukup waktu untuk memberikan konseling KB dan
apakah dia juga punya cukup waktu untuk mengikuti konseling KB? Kalau
tidak, lebih baik ditunda dan dicarikan waktunya yang lebih tepat supaya
Anda dan dia bisa bicara dengan enak.
6. Menyiapkan bahan-bahan untuk mendukung konseling
Berdasarkan jawaban untuk pertanyaan 1 sampai dengan 5 diatas, pilih dan
tentukan bahan-bahan KIE yang bisa dipakai untuk membantu konseling.
Misalnya: lembar balik alat-alat KB, poster alat-alat KB, contoh kondom, model
panggul. Kalau bahan-bahan KIE atau alat peraga itu tidak ada, apa yang bisa
dipakai sebagai pengganti? Bagaimana caranya supaya dia mudah mengerti?

71
7. Menilai konseling yang telah dilakukan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan ini, antara
lain dengan mengamati sikapnya selama mengikuti konseling:
a. Cara dia bertanya
b. Cara dia menjawab
c. Cara dia menyampaikan pikirannya
d. Cara dia menerangkan
e. Cara dia menceritakan dirinya
f. Cara dia membantah
g. Cara dia menerima atau menolak pendapat
h. Cara dia menyelesaikan pembicaraan.

Dengan mengetahui tingkat keberhasilan konseling, maka proses konseling bisa


lebih lancar. Kalaupun diperlukan konseling ulang atau rujukan, bisa dilakukan
dengan mudah.

B. Langkah-Langkah Konseling KB
Penyuluh KB juga wajib mengasah keterampilannya dalam memberikan konseling
KB dengan memperhatikan Langkah konseling KB. Terdapat 6 (enam) langkah
konseling KB. Supaya mudah diingat, ada kata kuncinya, yang merupakan singkatan
dari pelaksanaan langkah-langkah tersebut. Kata kunci itu adalah SATU TUJU, yaitu
singkatan dari :
SA = Salam
T = T anyakan
U = Uraikan
TU = Bantu
J = Jelaskan lebih rinci
U = Ulangan

72
Uraian mengenai SATU TUJU dapat dijelasankan sebagai berikut:

1. SA : Beri salam, sambut kedatangannya berikan perhatian kepadanya


Beri salam, sambutlah kedatangannya:
a. Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya dan mau menyediakan waktu
untuknya.
b. Bersikaplah ramah dan sopan.
c. Perkenalkan diri Anda.
d. Berikan jaminan bahwa Anda menjaga kerahasiaan percakapan Anda dengan
dia, sehingga dia bebas bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
e. Cari tempat, sedapat mungkin agar tidak ada orang lain yang bisa ikut
mendengarkan percakapan Anda dengan dia.
f. Tawarkan kepadanya, apa yang bisa Anda bantu untuknya.

2. T : Tanyakan, apa masalahnya apa yang ingin dikatakannya


Kalau dia calon peserta yang baru Anda kenal, tanyakan keterangan dirinya,
seperti :
a. Umur
b. Berapa kali kehamilannya
c. Berapa kali melahirkan
d. Jumlah anak yang hidup
e. Cara atau alat KB yang dipakai sekarang atau pernah dipakainya.
f. Riwayat kesehatannya : pernah sakit apa, baik dia maupun suaminya dan
anak-anaknya (kalau ada) dan juga penyakit-penyakit yang pernah diderita
atau dialami dalam keluarganya maupun keluarga suaminya.
g. Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk dapat
menolongnya mencari atau memilih cara atau alat KB yang cocok dengan
keadaan dan kebutuhannya. Tanyakan secara singkat dan jelas. Selama
mengumpulkan keterangan ini jangan memusatkan perhatian pada catatan

73
Anda ketika menuliskannva. Usahakan supaya Anda tetap dapat melakukan
kontak mata (berpandangan) dengannya.
h. Kalau dia bukan orang baru yang Anda layani, tanyakan, apakah ada
perubahan atau hal penting yang ingin dibicarakannya dengan Anda sejak
kunjungannya yang lalu.
i. Kalau Anda harus menyebutkan nama-nama atau istilah medis, usahakan
agar dia mengerti yang Anda maksudkan. Untuk itu gunakan alat bantu atau
bahan-bahan KIE sesuai dengan kebutuhan.

3. U : Uraikan mengenal alat-alat KB yang ingin diketahuinya


Biasanya orang yang diberi Konseling KB memerlukan penjelasan mengenai
cara-cara atau alat KB yang bisa dipertimbangkan, dipilih dan dipakainya nanti.
Berapa banyak penjelasan yang diperlukannya, tergantung dari pengetahuan
yang sudah dimilikinya dan cara-cara KB mana yang menarik minatnya.
a. Tanyakan kepadanya, apa yang sudah diketahuinya tentang alat-alat atau
cara KB. Dari ceritanya mungkin Anda menemukan kekeliruan atau
kesalahan. Usahakan untuk membetulkannva dengan cara yang tidak
menyinggung perasaannya.
b. Jelaskan kepadanya, cara-cara atau alat KB mana yang tersedia dan di mana
dia bisa mendapatkannya.
c. Secara singkat, uraikan mengenai tiap-tiap cara atau alat KB yang ingin
diketahuinya, misalnya mengenai :
1) Cara kerjanya
2) Keuntungan dan kelebihannya
3) Kemungkinan efek sampingnya
4) Tingkat keberhasilannya
5) Siapa yang bisa
6) Siapa yang tidak bisa pakai (kontraindikasi)

74
4. TU : Bantu mencocokkan alat KB dengan keadaan dan kebutuhannya
Pada langkah ini tolonglah dia untuk mencocokkan dirinya (keadaan dan
kebutuhannya) dengan alat atau cara KB yang ingin dipakainya. Pada tahap ini
kemampuan mendengar secara baik dan aktif serta keterampilan mengajukan
pertanyaan sangat penting untuk menjaga proses konseling supaya hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan dari pemberian Konseling KB.
a. Tanyakan kepadanya apakah dia sudah punya pilihan cara KB yang akan
dipakainya. Dari jawabannya, perhatikan, seberapa yakin dia dengan
pilihannya. Mungkin dia sudah punya pilihan tapi tidak tahu alasannya
memilih cara itu. Mungkin juga dia sudah tahu alasannya memilih cara itu.
Atau mungkin dia belum tahu, belum bisa memilih dan justru ingin ditolong
supaya bisa memilih dengan baik.
b. Untuk dapat menolongnya memilih cara KB yang tepat baginya, tanyakan
tentang rencananya (berapa jumlah anak yang diinginkannya, berapa lama
jarak antara kelahiran anak-anaknya) dan keadaan keluarganya
(penghasilannya, kegiatan atau kesibukan mereka suami istri).
c. Kalau dia belum punya rencana untuk masa depannya, mulailah
pembicaraan dengan keadaannya sekarang. Tanyakan, bagaimana keadaan
keluarganya saat ini? (jumlah anak yang dimiliki, umur anak, pendidikan anak,
sumber penghasilan, jumlah penghasilan, rumah, pekerjaan atau kegiatan
dan kesibukan suami istri).
d. Usahakan agar dia mau mengatakan terus terang mengenai kecemasan dan
keraguan atau ketakutannya yang mungkin ada baik mengenai KB secara
umum maupun tentang pemakaian alat KB. Bicarakan juga sumber-sumber
informasi yang didengarnya mengenai hal itu dan bagaimana pengaruhnya
terhadap dirinya.

75
e. Beri kesempatan kepadanya untuk bertanya.
f. Tanyakan kalau ada sesuatu yang masih kurang jelas atau ingin diketahuinya
lebih lanjut. Ulangi penjelasan-penjelasan yang penting kalau memang
diperlukan.
g. Beberapa cara KB mungkin tidak cukup aman dan nyaman untuk beberapa
orang. Kalau Anda merasa bahwa dia mungkin tidak cocok memakai Implant
karena menderita tekanan darah tinggi, jelaskan kepadanya. Lalu. tolonglah
dia dengan membicarakan bersama, supaya dapat dipilih cara KB lain yang
lebih aman dan cocok untuk dirinya.

5. J : Jelaskan, alat KB yang akan dipakainya


Sesudah dia mempunyai pilihan cara KB tertentu, jelaskan kepadanya :
a. Contoh dari cara KB yang diinginkannya, pakai alat peraga.
b. Tempat pelayanan dan biayanya (Puskesmas, Bidan dan Dokter Praktek
Swasta, dan lain-lain)
c. Beberapa cara KB tertentu. seperti kontrasepsi mantap (kontap), implant
dan IUD (AKDR) diperlukan tanda tangan suami istri pada lembar "inform
consent", Jelaskan tentang isi lembar yang harus ditandatanganinya itu dan
alasan-alasannya baik dari segi kepentingan dirinya maupun untuk petugas
yang melayaninya.
d. Jelaskan cara-cara pemakaian alat KB yang dipilihnya.
e. Minta dia mengulangi petunjuk yang harus diingatnya. Dengarkan baik-baik
untuk memastikan, apakah dia sudah memahaminya dengan benar.
f. Jelaskan mengenai kemungkinan efek samping kalau ia memakai alat
kontrasepsi tersebut dan tanda-tanda atau gejala yang perlu
diperhatikannya serta apa yang harus dilakukannya kalau gejala-gejala itu
muncul.

76
g. Minta dia mengulanginya.
h. Kalau mungkin, berikan bahan-bahan KIE cetak seperti leaflet, buklet,
selebaran yang berisi informasi mengenai alat kontrasepsi yang
diinginkannya untuk dibawanya pulang.
i. Beritahukan kepadanya, kapan dia harus kembali untuk kunjungan ulang.
j. Beritahukan kepadanya untuk segera kembali menemui Anda kalau dia
menginginkannya atau kalau dia mengalami gangguan efek samping atau
gejala yang mengkhawatirkan.

6. U : Ulangan, sambutlah dengan baik kalau mereka perlu konseling ulang


Pada kunjungan ulang, lakukan hal-hal berikut:
a. Tanyakan, apakah dia masih memakai cara KB yang dulu (ketika bertemu
Anda yang terakhir kali).
b. Kalau "Ya," tanyakan apakah dia menyukainya.
c. Tanyakan. apakah dia mengalami efek samping. Kalau ada, bicarakan satu-
satu setiap keluhan yang dikemukakannya. Misalnya dia mengeluh pusing,
mual dan berat badan menurun. Bicarakan tentang pusingnya dulu. Mulai
kapan dan bagaimana rasanya berapa besar gangguannya, apa yang sudah
dilakukannya untuk mengatasi keluhan itu. Lalu. Bicarakan tentang keluhan
mual-mual. Sesudah itu bicarakan tentang penurunan berat badan yang
dialaminya. Jadi, semua keluhan dibicarakan satu per satu.
d. Kalau memang dia mengalami keluhan efek samping, jelaskan beberapa
kemungkinan penyebabnya dan sarankan yang bisa dilakukannya untuk
mengatasi masalahnya.
e. Tanyakan, apakah dia masih ingin bertanya. Beri kesempatan kalau memang
dia mau bertanya dan menjelaskan keluhannya atau keinginannya.
f. Kalau ternyata dia datang dan mengatakan bahwa dia sudah tidak memakai
cara KB yang dulu atau tidak menyukainya, berikan informasi mengenai
cara-cara KB lain dan bantu dia memilih cara KB yang mungkin lebih cocok

77
untuknya. Ingat bahwa berganti cara KB bukan sesuatu yang jelek atau salah.
Berganti cara KB adalah wajar, normal kalau memang ada alasan untuk itu.
Tidak selalu cara KB yang dipilih mula-mula, bisa langsung cocok. Lagipula,
keadaan seseorang bisa berubah, sehingga mungkin saja ada kebutuhan
untuk memilih cara KB lain yang dianggap lebih tepat dan sesuai untuk ke-
adaan dan kebutuhannya yang baru. Misalnya, semula dia memakai suntikan
KB, tetapi karena sulit mengingat untuk kembali setiap tiga bulan sekali, dia
ingin ganti pakai Pil KB yang diminum setiap hari. Kalau kelihatannya itu
memang bisa lebih menjamin kelangsungannya, mungkin Pil KB memang
lebih cocok untuknya.

C. Penilaian Diri Dalam Konseling KB


Sebagai PKB yang melaksanakan kegiatan konseling KB, maka perlu menilai diri
sendiri, apakah PKB sudah melaksanakan sesuai dengan kaidah konseling.
Penilaian konseling dimaksudkan untuk membantu PKB dalam menilai
pengetahuan, sikap, perilaku yang dimiliki dalam empat area Kompetensi
Konseling. Untuk mengevaluasikan diri sendiri, PKB memilih dan menulis nomor
yang sesuai dengan taraf kompetensi anda dalam kolom yang tersedia di sebelah
kanan daftar masing-masing area kompetensi pada formulir penilaian diri dalam
konseling.
Tabel 4. Formulir Penilaian Diri Dalam Konseling

PENILAIAN DIRI DALAM KONSELING

Lembar penilaian diri ini, akan membantu Anda dalam menilai pengetahuan, sikap,
perilaku yang anda miliki dalam empat area Kompetensi Konseling. Untuk
mengevaluasikan diri sendiri, pilih dan tulis nomor yang sesuai dengan taraf

78
kompetensi anda dalam kolom yang tersedia di sebelah kanan daftar masing-
masing area kompetensi.
Nama : SKALA
Selalu = 5
Tanggal : Sering = 4
Kadang-kadang = 3
Jarang = 2
Tidak Pernah = 1
AREA KOMPENTENSI SESUDAH PELATIHAN SEBELUM PELATIHAN
I. PEMANTAPAN
HUBUNGAN BAIK
1. Saya yakin bahwa
lingkungan konseling
terasa nyaman dan
pribadi

2. Saya melakukan kontak


mata secara wajar
3. Ekspresi muka saya
menunjukan perhatian,
minat dan perhatian
4. Sikap/gerak tubuh saya
menunjukan perhatian,
minat dan penerimaan
5. Saya memperhatikan
tanda-tanda/aspek-
aspek nonverbal klien
(gerak-gerik, sikap, reaksi

79
tubuh, nada dan aspek-
aspek tekanan suara)
6. Saya memperhatikan
tanda-tanda verbal klien
(isi kata-kata)
7. Ucapan saya menunjukan
perhatian, minat dan
penerimaan serta
keterlibatan saya pada
masalah klien.

8. Saya dapat mengatasi


kemacetan pembicaraan
secara tepat.

9. Saya bertanya tentang


perasaan-perasaan klien.

10. Saya menjamin tentang


kerahasiaan klien
II. PENGUMPULAN DAN
PEMBERIAN INFORMASI
1. Saya
menanyakan/menjelaskan
alasan kunjungan
klien/petugas
2. Saya dapat mengikuti apa
yang dikatakan klien
3. Saya menggunakan
tanda-tanda non verbal
(misalnya) anggukan

80
kepala, ucapan hmm,
hmm, untuk meningkatkan
produksi verbal klien
4. Saya hanya bicara
tentang diri sendiri jika
memang diminta klien.
5. Saya tidak
menginterupsi/memotong
pembicaraan klien
6. Saya mengajukan
pertanyaan secara satu
persatu

7. Saya menahan diri untuk


tidak menggunakan
pertanyaan mengarahkan

8. Saya menanggapi serius


keprihatinan klien.
9. Saya ingin mendapatkan
informasi tentang
permasalahan (sesuai
kebutuhan klien)

III. PERENCANAAN,
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN,
PENYELESAIAN
MASALAH
1. Saya bertahan agar tidak
selalu cepat memberikan

81
simpati atau pemecahan
masalah
2. Saya memberikan
kesempatan klien untuk
banyak bicara
3. Saya dapat
membicarakan hal-hal
yang berkaitan dengan
seks tanpa canggung
4. Saya membantu klien
mengidentifikasi masalah
dan cara-cara
penyelesaian.

5. Saya membantu klien


mengembangkan masalah
dan cara-cara
penyelesaian
6. Saya membantu klien
melihat konsek-
wensi/akibat dari
berbagai alternatif pilihan

7. Saya memberikan
kesempatan kepada klien
untuk memilih.

IV. LANGKAH SELANJUTNYA


1. Saya bisa secara ringkas,
akurat dan cepat
mengemukakan tema-

82
tema yang dibica-rakan
oleh klien.
2. Saya mengkonfirmasikan
tiap keputusan atau
pilihan klien, memeriksa
kembali kesempatannya
3. Saya menunjukan
pengetahuan saya
mengenai sumber-
sumber dukungan dan
rujukan lain
4. Saya berterima kasih
kepada klien atas
kedatangannya /
penerimaannya.
5. Catatan

Gambar 4.1 Penilaian Diri Dalam Konseling

Sumber: www.istockfoto.com

83
D. Konseling dimasa Pandemi Covid-19
Sejak awal tahun 2020, Indonesia mengalami situasi dimana penyebaran virus
corona yang biasa disebut covid-19 sedang meluas diseluruh wilayah. Kemudian
diberlakukan, kita wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan.
Demikian juga pelaksanaan kelompok kegiatan di lini lapangan mengalami kendala,
bahkan beberapa bulan tidak terlaksana. Kelompok kegiatan tersebut antara lain
Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL),
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor dan (UPKA) dan Pusat
Informasi dan Konseling Remaja (PIK R).

Ketika situasi pandemic covid-19 mereda, maka boleh berkumpul melakukan


kegiatan, namun masih dibatasi jumlah orangnya dan harus mematuhi protocol
Kesehatan.

Dengan situasi pendemi covid-19 ini, kegiatran KIE, Kunjungan Rumah, pelayanan
konseling kepada calon akseptor juga terganggu. Namun dalam situasi ini, KIE dan
Konseling harus tetap berjalan sehingga harus mencari solusi terbaik agar target
program Bangga Kencan utamanya capaian Peserta KB Baru (PB) dan Peserta KB
Aktif (PA) dapat terwujud.

Dalam pelayanan KB, Penyuluh KB dapat tetap melakukan kkonseling kepada calon
akseptor dengan melakukan konseling secara online. Beruntung saat ini kita tetap
diuntungkan dengan perkembangan teknologi yang luar biasa hebat.

Konseling tetap berdasarkan keterampilan Teknik Konseling yang ada, namun


pelaksanaanya yang sedikit berubah. Tetap menggunakan SATUJU, materi tetap
Kesehatan Reproduksi dan Alokon baik konfirmasi cara kerja alokon, keuntungan,
keterbatasan bahkan efek sampingnya, namun media yang digunakan dalam

84
berkomunikasi sudah bukan lagi tatap muka, namu bisa dengan cara Telepon,
Video Call, menggunakan aplikasi WhatsApp, menggunakan aplikasi Zoom
meeting dan melalui media sosial yang ada (Instagram, Facebook, Youtube
Channel, Aplikasi SiLili, dll).
Gambar 4.2 Konseling secara Online

Sumber: www.istockfoto.com

Penyuluh KB harus merubah cara berfikirnya, dan saling memberikan informasi


nomor handphone yang digunakan. Setiap saat kader dan calon akseotor dapat
menelepon Penyuluh KB. Sehingga Kader bahkan calon akseptor dapat melakukan
panggilan telepon maupun WA secara pribadi.

Gambar 4.3 Konseling melalui Video Call

Sumber: www.istockfoto.com

85
Penyuluh KB juga disarankan membuat WA Group, agar komunikasi serta share
informasi semakin efektif dan efisien.

Bahkan untuk informasi tentang alokon, dibuatkan video masing-masing alokon


yang berisi tentang informasi alokon tersebut baik keuntungan maupun
keterbasannya. Dan diunggah di FB, IG maupun Youtube Channel, kemudian
linknya dapat di share ke WAGroup yang beranggotakan kader IMP dan tokoh
masyarakat termasuk PKK Desa/ Kelurahan. Sehingga jika ada informasi terdapat
calon akseptor yang membutuhkan konseling, Penyuluh KB dapat segera
berinisiatif menghubungi calon akseptor tersebut. Sehingga kebutuhan
masyarakat terkait program Bangga Kencana tetap tertangani dengan baik.

Dapat disimpulkan bahwa, meskipun dalam situasi pandemic covid-19, namun


Penyuluh KB masih dapat melaksankan tugasnya dengan baik dan selalu berusaha
dan berdoa, agar diberikan kesehatan yang baik. Pandemi covid-19 ini jangan
sampai melumpuhkan semangat bekerja, namun harus semakin bersemangat
untuk menciptakan terobosan kreatif dan inovatif sehingga target program
Bangga Kencana tercapai dan tercapai pulan Keluarga Indonesia yang berkualitas.

E. Hambatan dan Kiat dalam Konseling


Dalam pelaksanaan Konseling KB terdapat beberapa hambatan yang tidak bisa
dihindari. Berikut hambatan dan kiat mengatasinya:
1. Faktor penerima pesan (Klien), yaitu:
a. Perasaan, pikiran, kecurigaan
1) Klien dapat bersikap hanya diam seribu basa, hal ini disikapi dengan
memberikan jeda waktu dan mempersilahkan untuk minum terlebih
dahulu. Jika terus diam, maka konselor harus menghentikan proses
wawancara dan membuat jadwal untuk melakukan konseling berikutnya.

86
2) Klien menangis terus, maka konselor menenangkan dengan kata-kata
yang halus sambil mengelus lengan (sentuhan sesuai dengan norma
adat, budaya dan agama) dan memberikan air minum. Setelah berhenti,
maka konselor bisa menwarkan untuk melanjutkan wawancara atau
mengakhiri wawancara dan membuat jadwal untuk melakukan konseling
berikutnya.
b. Tidak berkonsentrasi pada pemberi pesan
Konselor hendaknya memberikan penjelasan atau pertanyaan dengan
menggunakan media dan sebaiknya klien dapat turut aktif berbicara.
c. Bukan pendengar yang baik
Konselor memberikan perhatian dengan memulai pembicaraan yang ringan
sesuai dengan latar belakang pekerjaan atau hobby dari Klien dan pada saat
memberikan informasi atau pertanyaan menggunakan media yang tepat.
d. Kondisi dari yang buruk (termasuk disini kurangnya daya tangkap, daya
panca indera (mendengar, melihat, dsb)
Konselor hendaknya memberikan perhatian dan menyampaikan pesan
dengan dmenggunakan Bahasa sesederhana mungkin. Dan pada saat akhir
sesi, maka Konselor hendaknya memberikan catatan, bahwa saat dating
harus didampingi dengan suaminya (pasangannya). Sehingga informasi bisa
sampai ke PUS, jika isteri yang agak kurang pendengaran, maka suamilah
yang akan menjelaskan.

2. Faktor pesan, misalnya:


a. Kurang jelas
Konselor harus betul-betul membekali diri dengan pesan yang akan
disampaikan. Pakai media pada saat memberikan pesan.
b. Memiliki arti ganda
Konselor hendaknya memberikan pengertian yang benar dan menghindari
makna ganda.

87
c. Kurang sistematis
Konselor hendaknya membuat ringkasan secara sistematis apa saja
tahapan yang akan dilakukan dan apa saja pesan yang akan disampaiakan.
d. Bahasa tidak lazim
Konselor menggunakan Bahasa sehari-hari yang mudah difahami oleh klien.
e. Suasana bising
Konselor hendaknya menyiapkan atau memilih tempat yang tenang dan
nyaman serta terjaga kerahasiaannya.

3. Faktor konselor (petugas konseling KB), yaitu:


a. Cara berbicara tidak jelas, gagap, dsb.
Konselor harus selalu berlatih agar mempunyai keterampilan berbicara
sebagai konselor yang baik pada saat wawancara.
b. Tidak bisa menyampaikan pesan secara baik
Konselor selalu berlatih menyampaikan pesan dengan mempersiapkan
terlebih dahulu secara sistematis, bisa menggunakan catatan-catatan pada
kartu dan pakailah media saat berkomunikasi.
c. Ada ‘masalah’ dengan penerima pesan
Jika terdapat masalah pada penerima pesan (klien), maka tanyakan kepada
klien apakah ada permasalahan lain selain yang mau dikonsultasikan.
Mungkin masalah anaknya yang nilainya jelek atau orangtuanya sedang
sakit. Maka, jika klien mempunyai permasalahan diluar yang akan
dikonsutasikan, maka buatlah jadwal ulang untuk konseling KB.

F. Menjadi Konselor KB yang Efektif


Penyuluh KB selaku konselor harus berusaha meningkatkan kualitas keterampilan
konselingnya dengan memperhatikan bagaimana menjadi konselor yang efektif.
Konselor yang efektif antara lain sebagai berikut:

88
1. Pesan dideskripsikan dengan jelas.
Pesan harus dikemas dalam bahasa yang mudah difahami oleh klien. Buatlah
catatan sesuai dengan urutan penyampaian serta tanyakan pemahaman
klien setelah penyampaian pesan.
2. Peka terhadap sikap klien mengenai pesan yang disampaikan.
Perhatikan sikap, bahasa tubuh klien mengenai pesan yang disampaikan.
Apakah raut mukanya bingung atau merasa malu atau tabu. Kemudian
tanyakan pendapat klien.
3. Peka akan sikap klien terhadap konselor.
Perhatikan sikap klien apakah klien seperti takut menhadapi konselor. Maka
bangunlah percakapan dengan ramah dan memulai pembicaraan dengan
hal-hal yang umum dan ringan agar klien merasa nyaman berbicara dengan
konselor.
4. Menyesuaikan cara penyampaian pesan dengan karakteristik klien.
Pelajari budaya, bahasa dan logat berbicara yang digunakan di wilayah
binaan Anda. Konselor harus mampu beradaptasi dengan baik agar klien
merasa nyaman pada saat konseling.
5. Mempunyai Empati
Konselor berusaha menempatkan diri pada posisi klien.
6. Pesan yang ringkas dan sederhana
Pesan disampaikan dengan ringkas dan sederhana dapat menggunakan alat
bantu atau media konseling (bisa berupa lembar balik, Q-Chart, Buku Saku,
Celemek, dll)
7. Pesan diberikan secara bertahap dan sistematis.
Konselor mempersiapkan tahapan pesan yang akan disampaikan, misalnya
apa itu IUD, cara kerjanya, kelebihannya, kekurangannya, efek samping.
8. Ulangi hal-hal yang penting dang ingin ditekankan.
Konselor memberikan penekanan pada pesan yang penting dengan
mengulangi hal-hgal yang penting dalam konseling.

89
9. Berikan contoh-contoh konkret.
Memberikan contoh-contoh nyata, misalnya dengan menyampaikan bahwa
jika memakai IUD, maka tidak perlku lagi was-was lupa seperti minum pil.
Memberikan contoh PUS yang sudah menggunakan alat kontrasepsi IUD
misalnya.
10. Kaitkan pilihan keputusan dengan hal yang sudah diketahui klien.
Pada tahap pengambilan keputusan, maka pastikan kemantapan klien
dengan pilihannya dengan cara kerja, kelebihan, kekurangan dan efek
sampingnya.
11. Kemukakan ide-ide penting terlebih dahulu, jangan tenggelam ke dalam
detil-detil.
Jika klien bertanya pada suatu ketakutan karena ada rumor misalnya, maka
jelaskan hal yang sebenarnya dan mengajak pada pemikiran yang rasional
secara terbuka.
12. Hindari situasi bising yang mengganggu
Konselor menyiapkan tempat konseling yang tenang dan nyaman agar
pedsan dapat diterima klien dangan baik.

G. Rangkuman
Terdapat tujuh langkah persiapan konseling KB, pertanyaan yang harus dijawab
sebelum memberikan Konseling KB, antara lain: Apa masalahnya; Siapa yang akan
dihadapi; Apa tujuan yang ingin diperoleh dengan pemberian konseling, hasil apa
yang diharapkan dari konseling; Bagaimana cara membicarakannya; Di mana
tempatnya dan berapa lama waktunya; Apa bahan-bahan yang diperlukan untuk
menunjang konseling; Bagaimana menilai hasil konseling?

Ada 6 (enam) langkah konseling KB yang merupakan singkatan dari pelaksanaan


langkah-langkah tersebut. Kata kunci itu adalah SATU TUJU, yaitu singkatan dari :
1) SA = Salam; 2) T = T anyakan; 3) U = Uraikan; 4) TU = Bantu; 5) J = Jelaskan

90
lebih rinci; 6) U = Ulangan. Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan
karena menyesuaikan dengan kebutuhan klien.
Materi konseling KB terdiri dari materi tentang Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR). Pelayanan KB yang diberikan pada pasien
mengandung unsur pendidikan sebagai berikut: menyediakan seluruh informasi
metode yang tersedia; menyediakan informasi terkini dan isu; menggunakan
komunikasi satu arah atau dua arah; dapat melalui komunikasi individu, kelompok
atau massa; menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

Setelah melakukan langkah-langkah konseling, perlu juga dilakukan penilaian


konseling yang dimaksudkan untuk membantu PKB dalam menilai pengetahuan,
sikap, perilaku yang dimiliki dalam empat area kompetensi konseling (pemantapan
hubungan baik, pengumpulan dan pemberian informasi, pelaksanaan pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah, serta langkah selanjutnya).

Dalam situasi pandemic covid-19, Konseling tetap berdasarkan keterampilan


Teknik Konseling yang ada, namun pelaksanaanya yang sedikit berubah. Tetap
menggunakan SATU TUJU, materi tetap Kesehatan Reproduksi dan Alokon baik
konfirmasi cara kerja alokon, keuntungan, keterbatasan bahkan efek sampingnya,
namun media yang digunakan dalam berkomunikasi sudah bukan lagi tatap muka,
namu bisa dengan cara Telepon, Video Call, menggunakan aplikasi WhatsApp,
menggunakan aplikasi Zoom meeting dan melalui media sosial yang ada
(Instagram, Facebook, Youtube Channel, Aplikasi SiLili, dll). Pandemi covid-19 ini
jangan sampai melumpuhkan semangat bekerja, namun harus semakin
bersemangat untuk menciptakan terobosan kreatif dan inovatif sehingga target
program Bangga Kencana tercapai dan tercapai pula Keluarga Indonesia yang
berkualitas.

91
Dalam pelaksanaan Konseling KB seringkali menghadapi hambatan yang tidak bisa
dihindari yang berasal dari penerima pesan (klien), dari pesannya itu sendiri atau
bahkan dari konselor (petugas konseling KB). Untuk itu Penyuluh KB selaku konselor
harus berusaha meningkatkan kualitas keterampilan konselingnya sehingga
mampu menjadi konselor KB yang efektif.

H. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan tentang tujuh langkah persiapan konseling KB!
2. Jelaskan kata kunci dalam langkah-langkah konseling KB!
3. Jelaskan materi yang harus dikuasai oleh konselor/ petugas konseling KB!
4. Apabila ada ibu berusia 23 tahun sudah mempunyai seorang anak dan ingin ikut
ber-KB, maka apa yang harus dijelaskan oleh petugas konseling KB sesuai
dengan pola pemakaian Alat KB secara rasional?
5. Bagaimana cara mengisi formulir penilaian diri dalam konseling? Mengapa
konselor harus melakukan penilaian diri dalam konseling?

I. Evaluasi Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Berikut yang bukan merupakan persiapan sebelum melakukan konseling KB
adalah …
a. Menyiapkan bahan-bahan
b. Mengetahui kondisi klien
c. Mengetahui tujuan klien
d. Menentukan waktu dan tempat konseling
e. Menyiapkan diri menggunakan Bahasa Indonesia yang baik

92
2. Kata kunci langkah-langkah konseling adalah SATU TUJU. T yang dimaksud
adalah …
a. Menanyakan, apa masalahnya apa yang ingin dikatakannya
b. Mengetahui kondisi, biarkan dia bercerita tentang kondisinya
c. Membantu mencocokkan alat KB dengan kondisinya
d. Menguraikan mengenal alat-alat KB yang ingin diketahuinya
e. Menjelaskan, alat KB yang akan dipakainya
3. Yang merupakan materi konseling KB yaitu …
a. Materi program kependudukan
b. Materi program pembangunan keluarga
c. Materi program KB
d. Materi program bangga kencana
e. Materi KB dan kesehatan reproduksi
4. Pelaksanaan konseling dalam situasi pandemic covid-19 yaitu …
a. Konseling tidak dilakukan
b. Intensitas konseling dikurangi
c. Melakukan konseling dengan menggunakan media
d. Melakukan konseling tatap muka
e. Melakukan konseling kelompok
5. Tanyakan, apakah dia masih ingin bertanya, dan beri kesempatan kalau memang
dia mau bertanya dan menjelaskan keinginannya. Hal ini termasuk dalam langkah
konseling ….
a. Tanyakan
b. Bantu
c. Uraikan
d. Ulangan
e. Jelaskan rinci

93
J. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB IV ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan Saudara dapat melanjutkan ke BAB berikutnya,
namun demikian apabila jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal,
sebaiknya Saudara perlu kembali mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan
lebih baik.

94
Sumber: www.istockfoto.com

Penyuluh KB dalam kegiatan pelayanan KB, tidak hanya membuat data base calon
akseptor baik dari paska melahirkan, pasangan yang menikah tetapi pengantinnya
masih berumur 20 tahun kebawah dan juga data aksetor non MKJP yang akan beralih
cara ke MKJP.
Lakukan praktik Konseling sesuai tahapan keterampilan wawancara dalam
konseling dan melakukan langlah-langkah konseling SATU TUJU. Dan selalu mencatat
perkembangan keterampilan konseling Anda (kelebihan dan kekurangan) untuk
memberikan semangat selalu meningkatkan keterampilan konseling Anda.

95
A. Praktik Konseling KB di Dalam Kelas
Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (breakout room) dan mendapatkan tugas
kelompok. Perintahnya adalah masing-masing kelompok diharapkan untuk
mendiskusikan kasus yang diberikan, kemudian diminta untuk mempresentasikan
didepan kelas dengan cara bermain peran (Role Play) sesuai langkah-langkah
konseling. Media konseling bisa dipilih sesuai tema, kemudian peserta menentukan
peran sebagai Klien dan Konselor dan peserta yang lain berperan sebagai
pengamat yang menilai Konselor dengan menggunakan formulir penilaian diri
dalam konseling.

Diskusi dilakukan dalam 20 menit didalam room kelompok masing - masing,


dilanjutkan dengan presentasi di depan kelas atau main room secara bergantian,
masing-masimg kelompok diberikan waktu 10 menit dan 2 menit pengamat, serta
3 menit komentar dari kelompok lain.

Gambar 5.1 Praktik Konseling Peserta Pelatihan

Sumber: www.isytockfoto.com

Berikut adalah kasus-kasus yang bisa digunakan sebagai contoh konseling.

96
Kasus I
Ibu Anita adalah penganti baru yang berusia 20tahun. Suaminya pak Anton 25
tahun. Menikah baru 2 bulan. Pak Anton didesak keluarganya untuk segera
mempunyai anak, namun disisi lain isterinya ibu Anita masih merasa takut untuk
hamil, karena baru melihat kakaknya melahirkan bayi yang meninggal didalam
perut. Ibu Anita masih ketakutan, sehingga sementara bu Anita tidak mau
berhubungan suami isteri. Ibu Anita khawatir suaminya berselingkuh. Apa yang
harus konselor lakukan?

Kasus II
Bapak Agung berusia 41 tahun dan isterinya ibu Nadia berusia 36 tahun. Ibu Nadia
setiap kali melahirkan selalu mengalami pendarahan hebat dan baru seminggu
melahirkan anak yang ketiga. Anak pertama berusia 17 tahun, anak kedua berisia 14
tahun dan anak ketiga baru 1 bulan. Ibu Nadia tidak cocok KB Suntik dan Pil karen
tekanan darahnya cenderung tinggi. Pernah memakai IUD, namun pendarahan
terus, sehingga hanya pantang berkala saja. Pak Agung tidak mau memakai
kondom. Tapi Pak Agung merasa kasih. Pak Agung pernah melihat trestimoni di
Youtube Channel tentang Vasektomi. Apa harus dilakukan oleh Konselor?

Kasus III
Bapak Yudi, 46 tahun marah-marah kepada isteri ibu Tiara, 37 tahun. Pak Yudi juga
marah kepada pak Andre Penyuluh KB. Karena pak Yudi 2 bulan yang lalu baru
dilakukan tindakan operasi vasektomi di RSUD, namun sekarang ketahuan isterinya
diketahui sedang hamil. Pak Yudi merasa dikhianati isterinya dan tidak mengakui
bahwa yang dikandung isterinya adalah anaknya. Bagaimana cara Penyluh KB
membantu menyelesaikan permasalahan tersebut?

97
Kasus IV
Ibu Yenny, 25 tahun mempunyai 2 anak, anak pertama berumur 3 tahun dan anak
yang kedua berumur 1 tahun. Bu Yenny bertengkar dengan suaminya karena
cemburu buta dan tidak ingin hamil lagi. Tanpa sepengetahuan suaminya pak Amir,
28 tahun, bu Yenny menemuin Penyuluh KB, ingin steril. Apa yang harus dilakukan
Penyuluh KB?

B. Praktik Konseling KB Di Lapangan


Pada saat On the Job Training, Penyuluh KB diharapkan dapat melaksanakan
konseling KB dan divideokan. Sebelum mengambil video harus mendapatkan ijjin
terlebih dahulu dari calon akseptor dan sampaikan bahwa pengambilan video
bukan untuk disebarluaskan, namun untuk melihat perkembangan keterampilan
konseling Anda. Video boleh diedit dengan menambahkan backsound/ lagu/
intrumentalia. Dan bisa ditambahkan keterangan-keterangan sedang melakukan
apa saja meskipun dalam konseling tersebut tidak sampai pada tahapan
pengambilan keputusan oleh klien. Lakukan konseling KB sesuai dengan tahapan
wawancara dalam konseling serta melakukan SATU TUJU.

Jika kebetulan tidak mempunyai agenda memberikan konseling, Peserta wajib


membuat video konseling kepada calon akseptor dengan melakukan simulasi
dengan kawan Penyuluh KB lainnya atau dengan kader.

98
Gambar 5.2 Proses Konseling

Sumber: www.istockfoto.com

Setelah video selesai dibuat, maka buat laporan tertulis, apa saja tentang
persiapan, pelaksanaan, apa hambatan yang dihadapi dan bagaimana
menyelesaikannya, serta tulisankan kesimpulannya.

Yang perlu diingat dalam praktik konseling KB adalah tujuh langkah persiapan
konseling KB serta pertanyaan yang harus dijawab, langkah-langkah konseling KB
dan hak-hak klien. Klien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak
sebagai berikut:
a. Terjaga harga diri dan martabatnya.
b. Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
c. Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan
dilaksanakan.
d. Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
e. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
f. Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.

Penyuluh KB sebagai konselor juga sering dianggap sebagai:


a. Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan
yang paling sesuai dengan kebutuhannya.

99
b. Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang
berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
c. Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan
persetujuan tindakan medik.

C. Rangkuman
Penyuluh KB dalam pelayanan KB, tidak hanya mendata siapa saja calon akseptor
di wilayah binaanya, namun harus menjadwal dan melakukan pelayanan konseling
KB untuk membantu pengambilan keputusan calon akseptor. Praktik konseling KB
bisa dipraktikkan di dalam kelas (Breakout room) dan dilapangan atau pada saat
On the Job Training. Hal ini untuk mengetahui seberapa terampilnya PKB dalam
melakukan konseling KB. Untuk mengetahui perkembangan keterampilan Penyuluh
KB, maka dalam praktik konseling harus meminta ijin jika akan divideokan dengan
alasan bukan untuk disebarkan, dan harus seijin calon akseptor. Lakukan konseling
KB sesuai dengan tahapan wawancara dalam konseling serta melakukan SATU TUJU.

Yang perlu diingat dalam praktik konseling KB adalah tujuh langkah persiapan
konseling KB serta pertanyaan yang harus dijawab, langkah-langkah konseling KB
dan hak-hak reproduksi. Klien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak
sebagai berikut: 1) Terjaga harga diri dan martabatnya. 2) Dilayani secara pribadi
(privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan. 3) Memperoleh informasi tentang kondisi
dan tindakan yang akan dilaksanakan. 4) Mendapat kenyamanan dan pelayanan
terbaik. 5) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
6) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.

Proses konseling dalam praktik terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak
terlepas dari peran konselor yaitu: mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan;
menjadi pendengar aktif; menjamin klien penuh informasi; membantu klien
membuat pilihan sendiri. Konselor juga sering dianggap sebagai 1) sahabat,

100
pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling sesuai
dengan kebutuhannya. 2) memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan
akurat tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia. 3) membangun rasa
saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan persetujuan tindakan medik.

D. Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Bagaimana pendapat Anda tentang Role Play yang ditampilkan oleh masing-
masing kelompok, apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah konseling KB?
2. Bagaimana pendapat Anda tentang Konselor yang tampil dalam Role Play,
apakah sudah menjadi konselor yang efektif jika diamati dengan menggunakan
formulir penilaian diri dalam konseling?
3. Jelaskan kesulitan-kesulitan yang Anda alami dalam praktik konseling KB!
4. Apa saja solusi yang Anda lakukan pada saat Anda mengalami hambatan dalam
melaksanakan konselin KB?
5. Apa yang Anda lakukan jika Anda akan merekam pelaksanaan konseling KB agar
tidak melanggar hak privasi klien?

E. Evaluasi Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Praktik konseling KB dikatakan berhasil apabila …
a. Mendapat akseptor KB baru yang banyak
b. Dilakukan sesuai dengan tahapan wawancara dalam konseling serta
melakukan SATU TUJU
c. Calon akseptor banyak yang memilih metode MKJP
d. Dilakukan dengan SATU TUJU
e. Terlayaninya akseptor KB

101
2. Dalam proses konseling KB tidak terlepas dari peran…
a. Dokter
b. Bidan
c. Kader KB
d. Konselor
e. Klien
3. Tugas yang dilakukan PKB dalam membantu pengambilan keputusan calon
akseptor dalam pelayanan KB adalah …
a. Melakukan pembinaan akseptor KB
b. Menyusun bahan untuk melakukan penyuluhan
c. Membantu mengambil keputusan dalam pemilihan metode
d. Mengembangkan media untuk bahan konseling KB
e. Mendata calon akseptor dan menjadwal melakukan pelayanan
konseling KB
4. Hak klien sebagai calon akseptor KB antara lain …
a. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan
b. Terekspose media sekalian untuk promosi
c. Informasi yang diberikan tentang tindakan yang dilaksanakan
kepadanya tidak utuh
d. Diarahkan dalam pemilihan metode KB yang akan digunakan
e. Tidak mendapatkan pelayanan yang prima
5. Yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan konseling kita adalah

a. Membuat bahan-bahan penyuluhan yang mendukung
b. Menyusun jadwal agenda konseling
c. Menggerakkan mitra kerja
d. Mencatat perkembangan keterampilan konseling (kelebihan dan
kekurangan)
e. Mendata calon akseptor KB

102
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB V ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab seluruh soal dengan benar, maka Saudara
dianggap menguasai Pokok Bahasan ini. Silahkan saudara lanjutkan menyelesaikan
Bab Penutup dalam modul ini

103
A. Kesimpulan
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara antara klien
dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan membantu
klien tersebut membuat keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya,
serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat kontrasepsi.

Penyuluh KB selaku konselor dalam melaksanakan konseling harus memenuhi


beberapa persyaratan untuk bisa melaksanakan tugasnya, yaitu: 1) Penyuluh KB
memahami tentang program Bangga Kencana; 2) Penyuluh KB memahami manfaat
dan tujuan penggunaan Alat kontrasepsi; 3) Berorientasi pada pelayanan konseling
yang memuaskan; 4) Mempunyai Empati; 5) Memahami Informasi tentang Alat
dan Obat Kontrasepsi.

Dalam konseling ada tiga tingkatan, pertama, keterampilan observasi dan


memantapkan hubungan baik, kedua, keterampilan mendengar dan bertanya,
ketiga, keterampilan membantu klien mengambil keputusan “4K”.

Materi Konseling KB terdiri dari kesehatan reproduksi yang mencakup pola


pemakaian alat KB secara rasional dan materi tentang alat dan obat kontrasepsi.
Banyak macam media digunakan dalam konseling yang bertujuan untuk
memudahkan pemahaman klien sehingga klien dapat memutuskan menggunakan
alat KB yang tepat.

104
Penyuluh KB dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, melakukan konseling KB
dengan menggunakan media yang tepat dan menguasai materi alat dan obat
kontrasepsi akan mempercepat capaian target PB di wilayah kerjanya.
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai
berikut: menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia; menyediakan
informasi terkini dan isu; menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; dapat
melalui komunikasi individu, kelompok atau massa; menghilangkan rumor dan
konsep yang salah.

Ada 6 (enam) langkah konseling KB yang merupakan singkatan dari pelaksanaan


langkah-langkah tersebut. Kata kunci itu adalah SATU TUJU, yaitu singkatan dari :
1) SA = Salam; 2) T = Tanyakan; 3) U = Uraikan; 4) TU = Bantu; 5) J = Jelaskan lebih
rinci; 6) U = Ulangan. Langkah SATU TUJU ini tidak perlu dilakukan berurutan karena
menyesuaikan dengan kebutuhan klien.

Setelah melakukan langkah-langkah konseling, perlu juga dilakukan penilaian


konseling yang dimaksudkan untuk membantu PKB dalam menilai pengetahuan,
sikap, perilaku yang dimiliki dalam empat area kompetensi konseling (pemantapan
hubungan baik, pengumpulan dan pemberian informasi, pelaksanaan pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah, serta langkah selanjutnya).

Penyuluh KB dalam pelayanan KB, tidak hanya mendata siapa saja calon akseptor
di wilayah binaanya, namun harus menjadwal dan melakukan pelayanan konseling
KB untuk membantu pengambilan keputusan calon akseptor.

Dalam situasi pandemi covid-19, konseling tetap dilakukan berdasarkan


keterampilan teknik konseling yang ada, namun pelaksanaanya yang sedikit
berubah. Tetap menggunakan SATU TUJU, materi tetap namun media yang
digunakan dalam berkomunikasi sudah bukan lagi tatap muka, namu bisa dengan

105
melalui telepon, video call, menggunakan aplikasi WhatsApp, menggunakan
aplikasi zoom meeting dan melalui media sosial yang ada (Instagram, Facebook,
Youtube Channel, Aplikasi SiLili, dll).

Dalam pelaksanaan Konseling KB seringkali menghadapi hambatan yang tidak bisa


dihindari yang berasal dari penerima pesan (klien), dari pesannya itu sendiri atau
bahkan dari konselor (petugas konseling KB). Untuk itu Penyuluh KB selaku konselor
harus berusaha meningkatkan kualitas keterampilan konselingnya sehingga
mampu menjadi konselor KB yang efektif.

B. Evaluasi Sumatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Konseling KB adalah…
a. Wawancara dengan peserta KB dengan menjelaskan bermacam-macam
cara atau alat KB dan kemungkinan yang bisa dialaminya kalau menggu-
nakan alat atau cara KB tersebut.
b. Wawancara antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan
sengaja, dengan tujuan membantu klien tersebut membuat keputusan
yang sesuai dengan orang lain berdasarkan informasi yang lengkap
tentang alat kontrasepsi.
c. Wawancara yang membuat akseptor terpaksa memilih dan memakai alat
kontrasepsi karena dibujuk atau didesak orang lain.
d. Wawancara antara klien dengan konselor, dengan tujuan membantu
mengambil keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya,
serta pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
e. Wawancara yang mengarahkan calon peserta KB supaya bisa memilih dan
menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri dan
kebutuhannya.

106
2. Pentingnya konseling KB adalah …
a. Untuk mengetahui kemantapan calon akseptor KB dalam memilih dan
menggunakan alat kontrasepsi KB
b. Untuk membantu calon peserta KB dalam memilih alat kontrasepsi
c. Untuk memperkenalkan program bangga kencana
d. Untuk pencapaian target peserta KB atau target pemakaian alat KB
tertentu.
e. Untuk menginformasikan alat dan obat kontrasepsi
3. Syarat yang harus dimiliki oleh Penyuluh KB dalam melaksanakan konseling KB
adalah …
a. Mampu mempengaruhi orang
b. Mampu menjalin kemitraan
c. Mampu membaca data dan informasi
d. Mampu melaksanakan penyuluhan
e. Memahami informasi tentang alat obat kontrasepsi
4. Salah satu cara konselor untuk meyakinkan bahwa keterangan yang diberikan
dapat dipahami oleh klien yaitu …
a. Memberikan pilihan
b. Memberikan ruang diskusi
c. Memberikan sesi bertanya
d. Mengulang penjelasan informasi
e. Menyimpulkan pendapat klien
5. Prinsip-prinsip konseling antara lain …
a. Konseling sama dengan pemberian nasehat.
b. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
c. Konseling lebih berkenaan dengan pemecahan intelektual.
d. Konseling tidak menyangkut hubungan dengan orang lain.
e. Konseling mengusahakan perubahan yang berkenaan dengan kehidupan
sehari-hari.

107
6. Keterampilan konseling yang harus dimiliki oleh konselor adalah …
a. Keterampilan komunikasi, keterampilan bertanya dan keterampilan
memantapkan hubungan baik.
b. Keterampilan membantu klien mengambil keputusan, keterampilan
bertanya dan keterampilan mempengaruhi klien.
c. Keterampilan mendengar aktif, keterampilan bertanya, keterampilan
menguasai kondisi
d. Keterampilan observasi dan memantapkan hubungan baik,
keterampilan komunikasi dan keterampilan mendengarkan
e. Keterampilan observasi dan memantapkan hubungan baik, keterampilan
mendengar dan bertanya, keterampilan membantu klien mengampil
keputusan
7. Berikut yang bukan merupakan ciri-ciri percakapan konseling KB adalah …
a. Bertujuan untuk membantu calon peserta KB
b. Bertujuan untuk mengarahkan calon peserta KB
c. Tidak ada target pemakaian alat KB tertentu
d. Bersifat terbuka
e. Komunikasi dilakukan dua arah
8. Media untuk konseling yang menyerupai album gambar pada sisi luar yang
diperlihatkan kepada klien, dan terdapat keterangan pada sisi dalamnya yang
digunakan konselor yaitu …
a. Alokon KIT
b. Poster
c. Lembar balik
d. Q-Chard
e. Leaflet

108
9. Metode jangka panjang bagi pasangan yang ingin membatasi anak dan ditujukan
untuk peran suami adalah …
a. Metode Operasi Wanita (MOW)/Tubektomi
b. Metode Operasi Pria (MOP)/Vasektomi
c. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
e. Suntikan KB
10. Berikut merupakan pola pemakaian kontrasepsi secara rasional adalah …
a. usia pernikahan ideal bagi perempuan adalah usia 20 tahun dan untuk
laki-laki 25 tahun
b. Ibu dibawah usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya
c. Ibu diatas usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya
d. Usia ibu diantara 20 – 40 tahun dapat mengatur/ menjarangkan jarak
kehamilannya
e. Usia ibu diatas 36 tahun maka harus mengakhiri kesuburan atau
kehamilannya
11. Berikut yang bukan merupakan persiapan sebelum melakukan konseling KB
adalah …
a.Menyiapkan bahan-bahan
b. Mengetahui kondisi klien
c. Mengetahui tujuan klien
d. Menentukan waktu dan tempat konseling
e. Menyiapkan diri menggunakan bahasa Indonesia yang baik
12. Kata kunci langkah-langkah konseling adalah SATU TUJU. T yang dimaksud
adalah …
a. Menanyakan, apa masalahnya apa yang ingin dikatakannya
b. Mengetahui kondisi, biarkan dia bercerita tentang kondisinya
c. Membantu mencocokkan alat KB dengan kondisinya
d. Menguraikan mengenal alat-alat KB yang ingin diketahuinya

109
e. Menjelaskan, alat KB yang akan dipakainya
13. Yang merupakan materi konseling KB yaitu …
a. Materi program kependudukan
b. Materi program pembangunan keluarga
c. Materi program KB
d. Materi program bangga kencana
e. Materi KB dan kesehatan reproduksi
14. Pelaksanaan konseling dalam situasi pandemic covid-19 yaitu …
a. Konseling tidak dilakukan
b. Intensitas konseling dikurangi
c. Melakukan konseling dengan menggunakan media
d. Melakukan konseling tatap muka
e. Melakukan konseling kelompok
15. Tanyakan, apakah dia masih ingin bertanya, dan beri kesempatan kalau memang
dia mau bertanya dan menjelaskan keinginannya. Hal ini termasuk dalam langkah
konseling ….
a. Tanyakan
b. Bantu
c. Uraikan
d. Ulangan
e. Jelaskan rinci
16. Praktik konseling KB dikatakan berhasil apabila …
a. Mendapat akseptor KB baru yang banyak
b. Dilakukan sesuai dengan tahapan wawancara dalam konseling serta
melakukan SATU TUJU
c. Calon akseptor banyak yang memilih metode MKJP
d. Dilakukan dengan SATU TUJU
e. Terlayaninya akseptor KB

110
17. Dalam proses konseling KB tidak terlepas dari peran…
a. Dokter
b. Bidan
c. Kader KB
d. Konselor
e. Klien
18. Tugas yang dilakukan PKB dalam membantu pengambilan keputusan calon
akseptor dalam pelayanan KB adalah …
a. Melakukan pembinaan akseptor KB
b. Menyusun bahan untuk melakukan penyuluhan
c. Membantu mengambil keputusan dalam pemilihan metode
d. Mengembangkan media untuk bahan konseling KB
e. Mendata calon akseptor dan menjadwal melakukan pelayanan
konseling KB
19. Hak klien sebagai calon akseptor KB antara lain …
a. Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan
b. Terekspose media sekalian untuk promosi
c. Informasi yang diberikan tentang tindakan yang dilaksanakan
kepadanya tidak utuh
d. Diarahkan dalam pemilihan metode KB yang akan digunakan
e. Tidak mendapatkan pelayanan yang prima
20. Yang harus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan konseling kita adalah
a. Membuat bahan-bahan penyuluhan yang mendukung
b. Menyusun jadwal agenda konseling
c. Menggerakkan mitra kerja
d. Mencatat perkembangan keterampilan konseling (kelebihan dan
kekurangan)
e. Mendata calon akseptor KB

111
Kunci Jawaban

Kunci Jawaban Tes Sumatif


NO. JAWAB NO. JAWAB NO. JAWAB NO. JAWAB

1. D 6. E 11. E 16. B
2. A 7. B 12. A 17. D

3. E 8. C 13. E 18. E
4. C 9. B 14. C 19. A

5. b 10. B 15. D 20. D

112
Undang-Undang dan Peraturan: BKKBN, UU RI No.52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Jakarta
Peraturan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Kependudukan
Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.
Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 24
Tahun 2017 Tentang Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan Dan Pasca
Keguguran.
BKKBN dan Kemenkes RI serta UNFPA, 2021. Pedoman Konseling menggunakan lembar
bali Alat Bantu Pengambilan Keputrusan ber-KB. Jakarta
BKKBN, 2018, Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB Era JKN. Jakarta
BKKBN, 1992. Penuntun Konseling KB untuk PPLKB dan PLKB. Jakarta.
Kemenkes RI, 2021, Pedoman Pelayanan Kontrasepsi dan Keluarga Berencana. Jakarta
Kemenkes RI, 2021, Modul Pelatihan Kontrasepsi bagi Dokter dan Bidan di fasilitas
pelayanan Kesehatan. Jakarta
Sri Rahayu, Ida Pujiastutik, 2016. Praktikum Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Jakarta
Bahan tayang Penapisan Medis Menggunakan Metode Kriteria Kelayakan Medis Untuk
Kontrasepsi (KLOP), POKJA KB – KESPRO PP POGI, 2021, pada Pelatihan
Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi di
120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended
Learning. Ditkesga Kemenkes RI. Jakarta
dr. Nadia Octavia dari Tim Redaksi Klikdokter, Mengetahui Kb Yang Tepat Dengan
Lingkaran Kontraseps,i https://www.durex.co.id/blogs/explore-sex/mengetahui-
kb-yang-tepat-dengan-lingkaran-kontrasepsi/

113
BIODATA PENULIS

Sondang Ratna Utari lahir tanggal 14 Januari tahun 1971 di


Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Mengawali Pendidikan SD di Sekolah Dasar Sukorejo, Desa
Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kediri, kemudian melanjutkan
ditingkat SLTP di SMP Negeri 1 Kediri, dan tingkat SLTA di
SMA Negeri 1 Kediri. Pada tahun 1992 meraih sarjana S1 dari
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Jember
dan pada tahun 2007 lulus S2 jurusan Manajemen Sumber
Daya Manusia dari STIE ABI, Surabaya. Karirnya di BKKBN berawal 1994 sebagai
Penyuluh Keluarga Berencana di Kota Blitar, 2003 beralih profesi menjadi Widyaiswara
di Balatbang BKKBN Provinsi JATIM. 2007 mutasi ke BKKBN Pusat sebagai widyaiswara
di Pusat Pelatihan dan Kerjasama Internasional. 2010 mutasi ke Pusat Pelatihan
Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan sebagai Widyaiswara, BKKBN Pusat dan
pada tahun 2011 mutasi ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana, BKKBN sebagai Widyaiswara Ahli Madya dan berpengalaman
melatih di BKKBN dan instansi lain, BMKG, BNN, TNI, LEMSANEG, BIN, FK UNAIR, FKM
UNAIR, FK Hang Tuah, FK Wijaya Kusuma dan LSM/LSOM serta swasta baik perusahaan
nasional maupun asing. Juga sebagai Narasumber Seminar, Talkshow tingkat Nasional,
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Agustus 2017 dilantik menjadi Kepala Bidang Advokasi,
Penggerakan dan Informasi di Perwakilan BKKBN Provinsi KALBAR. April Tahun 2018
menjadi Kepala Bidang Latbang di Perwakilan BKKBN Provinsi KALBAR. 17 Juli 2020
dilantik menjadi Widyaiswara Ahli Madya di BKKBN Pusat hingga saat ini. Selama 28
tahun di BKKBN berkesempatan mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan,
di dalam dan luar negeri serta terlibat dalam berbagai kegiatan di tingkat nasional dan
internasional. Seorang seniman, sebagai musisi, pencipta lagu, vokalis, pelukis dan

114
koreografer yang berpengalaman hingga manca negara. Email:
sondangratna@gmail.com

Retnoningsih Suharno, S.Pd, lahir di Klaten,


sebuah kota kecil diantara Yogyakarta dan Solo pada
tanggal 11 Maret 1982, merupakan anak sulung dari 3
bersaudara. Mengawali pendidikan pada Sekolah
Dasar Negeri 01 Manjung dan tamat tahun 1994,
kemudian melanjutkan ditingkat SLTP dan SMA yang
semuanya diselesaikan di Klaten, pada tahun 2005
gelar sarjana pendidikan berhasil diraih di Universitas
Negeri Semarang (UNNES), yang dulu bernama IKIP
Semarang jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan. Sempat menjadi guru di sebuah sekolah
di Klaten, dan menjadi tim monitoring evaluasi
program DBE2 di Klaten, Jawa Tengah. Sekarang
tengah menempuh jenjang magister di UNJ.

Pada tahun 2009 mulai bekerja di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang
sekarang berganti nama menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, ditempatkan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Tenaga
program (PULAP) yang sekarang menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (PUSDIKLAT KKB) hingga sekarang. Tahun 2011
mengikuti Diklat Calon Widyaiswara, dan sejak tahun 2012 sampai sekarang menjadi
widyaiswara pada Pusdiklat KKB.

115
116
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNofficial

Anda mungkin juga menyukai