Anda di halaman 1dari 149

MODUL 8

TEKNIK KOMUNIKASI
INNFORMASI DAN
EDUKASI (KIE)/PENYULUHAN

Revisi
2022

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2022
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Tahun 2022
Hak Cipta @ 2022

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

Edisi Tahun 2022

TEKNIK KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI DAN PENYULUHAN

Tim Penyusun Pejabat Fungsional :


Sondang Ratna Utari, SE, MM
Retno Ningsih Suharno, SPd

Pengarah :
Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si
Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH
Iwan Tri Hariyanto, SPd

Tim Editor :
Tri Aryadi, S.Psi
Sri Agustien, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Undang - Undang nomor : 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Saat ini program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga masih menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah RI, sehingga
program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan


program Kependudukan dan Keluarga Berencana, maka dikeluarkanlah Undang - Undang
nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana pada pasal 12 ayat 2
menyebutkan bahwa pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan salah
satu pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pada lampiran Undang -
Undang nomor : 23 tahun 2014 dalam urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana dicantumkan pada sub urusan keempat tentang standarisasi
pelayanan KB yang harus disiapkan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


semakin mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang - Undang
Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara
Pemerintah Pusat, daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten dan Kota pada huruf N
(Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)
menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana yang harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan pemerintah yaitu: (1)
sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga Berencana, (3) sub urusan
Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan Standarisasi.

i
Penyusunan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar (LFD) Penyuluh Keluarga Berencana
yang berkualitas di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam rangka mendukung program Banggakencana, maka diperlukan suatu
pelatihan yang secara sistematis dirancang untuk mencapai tujuan penyusunan tersebut.
Selanjutnya, Pelatihan yang dilaksanakan di BKKBN peruntukkannya oleh tenaga Fasilitator
yang akan membentuk Penyuluh KB di lapangan menjadi lebih profesional.

Saya sangat menyambut baik diterbitkannya perangkat pelatihan ; Modul dan media/Bahan
Tayang Pelatihan Fungsional Dasar sebagai upaya Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung program Banggakencana
di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan
perkembangan terkini.

Akhirnya kepada semua pihak diucapkan terima kasih atas partisipasi, kontribusi, masukan,
saran dan koreksi, hingga tersusunnya Perangkat pelatihan ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa meridhoi upaya kita dalam mendukung dan mengelola Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga secara profesional, hingga terwujudnya
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Berencana itu Keren.

Jakarta, 30 Maret 2022


Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian dan Pengembangan,

Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc., PhD.

ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kami telah
menyelesaikan penyusunan Paket Perangkat Pelatihan
Fungsional Dasar dengan tepat dan berkualitas guna
kepentingan menjaga mutu penyelenggaraan dan memenuhi
standarisasi program pelatihan yang disyaratkan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana – Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah secara berkesinambungan
mengembangkan Perangkat Pelatihan Fungsional Dasar yang dirancang khusus untuk
meningkatkan kompetensi bagi Penyuluh Keluarga Berencana/PLKB. Dengan demikian, para
fasilitator, pengelola dan pelaksana dapat melakukan Pengelolaan program Bangga Kencana
sesuai dengan standar dari pelaksanaan sampai dengan di tingkat Lini Lapangan.

Pelatihan Fungsional Dasar ini khususnya untuk memantapkan keterampilan peserta dalam
pelaksanaan Pengelolaan yang terkini dalam rangka mendukung program Banggakencana.

Perangkat pelatihan ini adalah acuan untuk menyelenggarakan Pelatihan Fungsional Dasar.
Tujuan pedoman pelatihan teknis ini adalah menciptakan panduan yang layak mengenai
tahapan pelaksanaan dan evaluasi yang harus dikerjakan oleh penyelenggara pelatihan yang
dimasud untuk mewujudkan good governance.

Untuk tercapainya tujuan pelatihan sebagaimana yang diharapkan, maka kurikulum dan bahan
pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar dilengkapi dengan berbagai media antara lain
handout slide, dan video yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat menguatkan proses belajar

iii
mengajar dan meningkatkan kompetensi kepada peserta Pelatihan Fungsional Dasar bagi
Penyuluh KB.

Penyempurnaan dan pengembangan perangkat pelatihan kekinian tentunya akan terus


dilakukan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan wilayah, masyarakat, serta
perkembangan program, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerbitan Paket Perangkat)
Pelatihan Fungsional Dasar ditujukan untuk lebih memantapkan Sumber Daya Manusia dalam
pelaksanaan program Bangga kencana.

Semoga dengan diterbitkannya paket pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh
KB di Kabupaten dan Kota, dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pengelolaan program
Banggakencana.

Akhir kata, penghargaan dan apresiasi yang setingi-tingginya serta ucapan terima kasih
disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan Paket Perangkat
Pelatihan ini. Semoga paket pelatihan ini bermanfaat untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan Pelatihan Fungsional Dasar yang berkualitas.

Jakarta, 25 Maret 2022


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................................................1
B. DESKRIPSI SINGKAT ........................................................................................................................................... 3
C. MANFAAT MODUL .............................................................................................................................................. 3
D. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................................................................................... 3
E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK........................................................................................... 4
F. PETUNJUK BELAJAR .......................................................................................................................................... 5
BAB II KONSEP DASAR KIE/PENYULUHAN ................................................................................. 6
A. PENGERTIAN KIE/PENYULUHAN ................................................................................................................. 6
B. TUJUAN KIE/PENYULUHAN ............................................................................................................................ 8
C. SASARAN KIE/PENYULUHAN ........................................................................................................................ 9
D. KOMPONEN KIE/ PENYULUHAN.................................................................................................................. 9
E. RANGKUMAN ......................................................................................................................................................... 11
F. LATIHAN .................................................................................................................................................................... 11
G. EVALUASI FORMATIF ....................................................................................................................................... 12
H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ...................................................................................................... 13
BAB III JENIS, BENTUK, PRINSIP, POKOK-POKOK PENGELOLAAN KIE/PENYULUHAN
............................................................................................................................................................... 14
A. JENIS KIE/PENYULUHAN.................................................................................................................................15
B. BENTUK KIE/ PENYULUHAN ......................................................................................................................... 16
C. PRINSIP KIE/PENYULUHAN ........................................................................................................................... 19
D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KIE/PENYULUHAN .................................. 20
E. POKOK-POKOK PENGELOLAAN KIE/PENYULUHAN ................................................................... 22

v
F. KECAKAPAN YANG DIPERLUKAN DALAM KIE ........................................................................... 23
H. LATIHAN ........................................................................................................................................................... 25
I. EVALUASI FORMATIF................................................................................................................................ 26
J. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ............................................................................................... 27
BAB IV MEDIA DAN MATERI KIE/PENYULUHAN .................................................................... 28
A. MEDIA KIE/ PENYULUHAN ..................................................................................................................... 28
B. MATERI KIE/PENYULUHAN .................................................................................................................... 44
C. RANGKUMAN................................................................................................................................................. 99
D. LATIHAN ......................................................................................................................................................... 100
E. EVALUASI FORMATIF................................................................................................................................ 101
F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ............................................................................................ 102
BAB V LANGKAH-LANGKAH KIE/PENYULUHAN .................................................................103
A. LANGKAH-LANGKAH KIE/PENYULUHAN.................................................................................... 103
B. PRAKTIK KIE/PENYULUHAN ................................................................................................................. 106
C. MASALAH KOMUNIKASI DAN STRATEGI INTERVENSINYA ................................................ 112
D. HAMBATAN DAN KIAT MEMPERBAIKI DIRI DALAM KIE/PENYULUHAN ...................... 122
E. RANGKUMAN................................................................................................................................................ 124
F. LATIHAN .......................................................................................................................................................... 124
G. EVALUASI FORMATIF............................................................................................................................... 124
H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ............................................................................................. 126
BAB VI P E N U T U P ...................................................................................................................... 127
A. KESIMPULAN ................................................................................................................................................. 127
B. EVALUASI SUMATIF .................................................................................................................................. 129
C. KUNCI JAWABAN ....................................................................................................................................... 134
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 135

vi
A. LATAR BELAKANG
Sesuai Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2018 dan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Nomor 3 Tahun 2021, Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga
Berencana adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab,
wewenang untuk melakukan pelaksanaan kegiatan terkait Program
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga yang sekarang
biasa disebut dengan Program Bangga Kencana (Program Pembangunan Keluarga,
Ke[pendudukan dan Keluarga Berencana). Pejabat Fungsional Penyuluh Keluarga
Berencana yang selanjutnya disebut Penyuluh KB adalah PNS yang memenuhi
kualifikasi dan standar kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan Program Bangga
Kencana. Dan selanjutnya disebut Penyuluh KB adalah PNS yang memenuhi
kualifikasi dan standar kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada Instansi
Pembina dan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sesuai dalam


Undang Undang RI No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, maka Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan Penduduk
Tumbuh Seimbang (PTS) dan Keluarga Berkualitas dengan melaksanakan Program

1
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga
Kencana). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, TFR
berada pada angka 2,4, sementara CPR modern mencapai 57,2 %. Sementara
untuk mencapai PTS diperlukan Total Fertility Rate (TFR) = 2,1 dan Net
Reproductive Rate (NRR) = 1. TFR = 2,1 berarti wanita selama masa suburnya
mempunyai anak 2 sampai dengan 3 saja. Dan NRR = 1 adalah Jumlah anak yang
dilahirkan seorang ibu hanya 1 orang perempuan untuk menggantikan peran ibu
setelah dewasa nanti. Jadi untuk mencapai TFR menjadi 2,1 perlu adanya upaya
lebih keras lagi dari seluruh jajaran BKKBN utamanya Penyuluh KB yang
melaksanakan Program Bangga Kencana dilini lapangan.

Untuk mencapai TFR = 2,1, maka perlu adaya upaya untuk meningkatkan CPR
modern, mengurangi Unmet Need dan Drop Out, serta meningkatkan capaian
Peserta KB Baru dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang, maka peran
Penyuluh KB sebagai Penyuluh, Penggerak Masyarakat dan Penyanan KB, maka
Penyuluh KB haruslah memberikan Komunikasi. Informasi dan Edukasi (KIE)/
Penyuluhan yang biasa juga disebut dengan penyuluhan. KIE/ Penyuluhan tidak
hanya memberikan penerangan saja, namun merupakan bentuk komunikasi yang
memberikan informasi serta edukasi/ mendidik kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat bertambah pengetahuan, pemahaman dan perubahan
perilakunya sesuai dengan program Bangga Kencana.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluaraga Berencana BKKBN,


pada tahun 2022 ini mengembangkan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar bagi
Penyuluh KB, yang didalam Kurikulumnya terdapat modul “Teknik
KIE/Penyuluhan”. Modul ini menjadi bacaan Penyuluh KB agar dapat
melaksanakan KIE Program Bangga Kencana, sehingga dapat meningkatkan
kesertaan berKB yang berkesinambungan pada masyarakat dan mempercepat
tercapainya tujuan Program Bangga Kencana, yaitu mewujudkan Penduduk

2
Tumbuh Seimbang (PTS) dan keluarga yang berkualitas. Namun dianjurkan juga
agar PKB berusaha mencari dan membaca buku-buku lain yang dapat digunakan
untuk melengkapi pengetahuannya sehingga dalam segala perubahan situasi
seperti isu Stunting dan perubahan lingkungan yang terjadi seperti dalam situasi
Pandemi Covid-19 dapat tetap terampil memberikan KIE/Penyuluhan secara
profesional dan andal.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Modul ini membahas tentang konsep dasar tentang komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE)/Penyuluhan, jenis dan prinsip KIE, media dan materi KIE serta
Langkah-langkah KIE, sehingga Penyuluh KB dapat mempraktikkan bagaimana
memberikan pelayanan KIE/ Penyuluhan Program Bangga Kencana dengan baik
sesuai dengan kondisi masyarakat dilini lapangan.

C. MANFAAT MODUL
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali
keterampilan KIE/Penyuluhan sehingga dapat meningkatkan profesionalisme
sebagai Penyuluh Keluarga Berencana dalam melaksanakan Program Bangga
Kencana untuk percepatan pencapaian visi BKKBN, yaitu Penduduk Tumbuh
Seimbang dan keluarga yang berkualitas.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu melakukan
KIE/Penyuluhan Program Bangga Kencana diwilayah binaannya.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah selesai pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan dapat:
a. Menjelaskan Konsep Dasar KIE/Penyuluhan

3
b. Menjelaskan Jenis dan Prinsip KIE/Penyuluhan
c. Menjelaskan Media dan Materi KIE/Penyuluhan
d. Mempraktikkan Langkah-Langkah KIE/Penyuluhan

E. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


1. Konsep Dasar KIE/Penyuluhan
a. Pengertian KIE/Penyuluhan
b. Tujuan KIE/Penyuluhan
c. Sasaran KIE/Penyuluhan
d. Komponen KIE/Penyuluhan
2. Jenis, Bentuk, Prinsip dan Pokok-Pokok Pengelolaan KIE/Penyuluhan
a. Jenis-jenis KIE/Penyuluhan
b. Bentuk KIE/Penyuluhan
c. Prinsip KIE/Penyuluhan
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam KIE/Penyuluhan
e. Pokok-Pokok Pengelolaan KIE/Penyuluhan
f. Kecakapan yang Diperlukan dalam KIE
3. Media dan Materi KIE/Penyuluhan
a. Media KIE/Penyuluhan
b. Materi KIE/Penyuluhan
4. Langkah-Langkah KIE/Penyuluhan
a. Langkah-Langkah KIE/Penyuluhan
b. Praktik KIE/Penyuluhan
c. KIE/Penyuluhan dimasa Pandemi Covid-19
d. Masalah Komunikasi dan Strategi Intervensinya

e. Hambatan dan kiat memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan

4
F. PETUNJUK BELAJAR
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa
petunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Berdo’alah terlebih dahulu jika akan memulai belajar.
2. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan kegiatan belajar 1 (satu)
dan seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada
tahap awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan
pengulangan pada halaman tersebut sampai Anda benar-benar
memahaminya.
3. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang
sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
4. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya
Anda mengerjakan latihan-latihan.
5. Bersyukurlah kepada Tuhan YME dan berdo’alah agar diberikan pemahaman
dan keterampilan dalam melakukan KIE/ Penyuluhan.

5
Sumber: www.istockphoto.com

Penyuluh Keluarga Berencana mempunyai tugas memberikan pelayanan


penyuluhan, penggerakan masyarakat, pelayanan KB dan melakukan pengembangan
dalam pelaksanaan program Bangga Kencana. Dalam pelaksanaan program Bangga
Kencana yang melipuiti keempat hal tersebut, Penyuluh KB tidak hanya sekedar
meberikan penerangan, namun harus terampil dalam memberikan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE). Derikut ini kita bahas Bersama tentang Konsep Dasar KIE.

A. PENGERTIAN KIE/PENYULUHAN
Penyuluh KB mempunyai tugas memberikan pelayanan penyuluhan, penggerakan
masyarakat, pelayanan KB dan Pengembangan. Dalam menjalankan tugasnya tak
lepas dari kata penyuluhan.

6
Penyuluhan adalah suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada individu ataupun
kelompok, memberi pengetahuan, informasi-informasi dan berbagai kemampuan
agar dapat membentuk sikap dan perilaku hidup yang seharusnya. Hakekatnya
penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan
(Notoatmodjo, 2012).

Dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana, sekarang Penyuluh KB lebih


mengenal penyuluhan dengan kata KIE dan biasa disebut KIE/ Penyuluhan.
Penyuluh KB menjalankan tugas Komunikasi, Informasi dan Edukasi atau KIE
program Bangga Kencana. Hal ini dimaksudkan bahwa Penyuluh KB melakukan
Komunikasi dengan masyarakat, terdapat unsur komunikasi dua arah, memberikan
informasi yang benar dan terkini serta mengedukasi/ mendidik masyarakat
sehingga masyarakat meningkat pengetahuannya, membentuk sikap positif
terhadap informasi dan berperilaku sesuai dengan Program Bangga Kencana.

KIE merupakan gabungan dari tiga konsep yaitu Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
Pengertian ketiga konsep tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain.

Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung atau tidak langsung


melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan
tanggapan. Tanggapan (respon) diperoleh karena telah terjadi penyampaian pesan
yang dimengerti oleh masing-masing pihak.

Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui


masyarakat (pesan yang disampaikan) dan dimanfaatkan seperlunya.

7
Edukasi adalah sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya penambahan
pengetahuan, perubahan sikap, perilaku dan ketrampilan seseorang/ kelompok
secara wajar

BKKBN mendefinisikan Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian isi pesan


dari seseorang kepada pihak lain untuk mendapatkan tanggapan, Informasi sebagai
data dan fakta untuk diketahui dan dimanfaatkan oleh siapa saja, sementara
Edukasi didefinisikan sebagai sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya
perubahan (pengetahuan, sikap, perilaku dan keterampilan) seseorang, kelompok
dan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan program Bangga Kencana, Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE)/Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam program Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN, 2011).

B. TUJUAN KIE/PENYULUHAN
Tujuan KIE/Penyuluhan adalah mengubah sikap mental, kepercayaan nilai-nilai dan
perilaku individu serta kelompok masyarakat (BKKBN, 2011). Ditambahkan dalam
Soleh (2011), dalam kaitannya dengan program KB, tujuan dilaksanakannya Program
KIE/Penyuluhan adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik KB sehingga tercapai
penambahan peserta baru.
2. Membina kelestarian peserta KB.
3. Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-kultural yang dapat menjamin
berlangsungnya proses penerimaan.
4. Mendorong terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik masyarakat (klien) secara wajar
sehingga masyarakat melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang
sehat dan bertanggung jawab.

8
Jadi tujuan KIE/Penyuluhan program Bangga Kencana untuk mempercepat
pencapaian suatu perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga
dan masyarakat tentang kependudukan dan KB yang dapat dilakukan melalui
berbagai saluran komunikasi.

C. SASARAN KIE/PENYULUHAN
Sasaran KIE/Penyuluhan program Bangga Kencana adalah sebagai berikut:
1. Individu
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di
dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya.
2. Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

3. Masyarakat
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung
satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu
sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

D. KOMPONEN KIE/ PENYULUHAN


Penyuluh KB harus mengetahui apa saja komponen KIE/Penyuluhan program
Bangga Kencana, yaitu:
1. Pemberi KIE/Penyuluhan
Yaitu orang yang memberikan pesan tentang program Bangga Kencana bisa
Penyuluh KB, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adar atau Kader kepada
masyarakat dengan menggunakan metode dan media yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan.

9
2. Penerima KIE/Penyuluhan (Individu, Keluarga, Masyarakat)
Yaitu seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat yang membutuhkan
informasi tentang program Bangga Kencana.

3. Isi KIE/Penyuluhan
Yaitu materi/substansi dari program Bangga Kencana. Misalnya tentang
Pembangunan Keluarga (8 Fungsi Keluarga, PUP, Orangtua Hebat, Tumbuh
Kembang Balita, Mencegah Stunting, BKB, BKR, BKL, UPPKA dan PIK R),
Kependudukan (Sekolah Siaga Kependudukan, Pojok Kependudukan, Dampak
Kependudukan), Keluarga Berencana (Alat dan obat kontrasepsi, merencanakan
kehamilan, menjaga jarak kehamilan) dll.

4. Cara/Metode menyampaikan KIE/Penyuluhan


Yaitu cara/metode menyampaikan pesan, bisa dengan Ceramah Tanya Jawab,
mengajak diskusi, bermain peran, dll.

5. Media penyampaian KIE/Penyuluhan


Pada saat memberikan KIE/Penyuluhan menggunakan Media yang sesuai
dengan Isi pesan. Bisa dengan menggunakan lembar balik, Q-Chart, celemek,
Alokon Kit, Permainan partisipatif (Kantong Wasiat, Puzzle), Video, dll.

6. Hasil KIE/Penyuluhan
Yaitu apa yang didapatkan setelah pemberian KIE/Penyuluhan kepada individu/
kelompok/ masyarakat. Hasil tersebut mungkin bertahap, misalnya ada
penerima pesan mengetahui macam-macam alokon, kemudian ada yang sudah
memahami dan merasa perlu memakai alat kontrasepsi, dan hasil yang
menyangkut perilaku, yaitu ketika PUS menggunakan alat kontrasepsi, misalnya
IUD.

10
E. RANGKUMAN
Penyuluh Keluarga Berencana mempunyai tugas memberikan pelayanan
penyuluhan, penggerakan masyarakat, pelayanan KB dan melakukan
pengembangan dalam pelaksanaan program bangga kencana. Seorang Penyuluh
KB harus terampil dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). KIE
sering disebut dengan penyuluhan.

Dikaitkan dengan program bangga kencana, Komunikasi, Informasi dan Edukasi


(KIE)/ Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program
bangga kencana. Tujuannya adalah untuk mempercepat pencapaian suatu
perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
tentang kependudukan dan KB yang dapat dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi.

Sasaran KIE/Penyuluhan adalah individu, keluarga dan masyarakat. Penyuluh KB


harus mengetahui apa saja komponen KIE/Penyuluhan antara lain siapa pemberi
KIE/Penyuluhan, penerima KIE/Penyuluhan, isi pesan, cara/metode menyampaikan,
media penyampaian, dan hasil KIE/Penyuluhan.

F. LATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan tugas sebagai seorang Penyuluh KB!
2. Jelaskan yang Saudara ketahui tentang KIE/Penyuluhan!
3. Jelaskan tujuan dari KIE/Penyuluhan program bangga kencana!
4. Jelaskan siapa yang menjadi sasaran KIE/Penyuluhan!
5. Jelaskan tentang komponen yang ada dalam KIE/Penyuluhan!

11
G. EVALUASI FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Berikut yang bukan merupakan tugas Penyuluh KB adalah …
a. Pelayanan
b. Pencatatan
c. Penyuluhan
d. Penggerakan
e. Pengembangan
2. Kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program bangga kencana
adalah pengertian dari…
a. Komunikasi
b. Informasi
c. Edukasi
d. Sosialisasi
e. KIE/Penyuluhan
3. Tujuan dari KIE/Penyuluhan adalah…
a. Mempercepat suatu perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
individu, keluarga dan masyarakat tentang program bangga kencana
b. Memperkenalkan program bangga kencana sampai kemanca negara
c. Membantu pemahaman individu, keluarga dan kelompok tentang
program bangga kencana yang terupdate
d. Membantu individu untuk mengambil keputusan tentang alokon yang
mau dipakai
e. Mempercepat akses informasi program bangga kencana sampai
kepenjuru negeri

12
4. Yang bukan termasuk komponen KIE/Penyuluhan antara lain …
a. Cara/metode penyampaian
b. Media penyampaian
c. Hasil
d. Pelaporan
e. Pemberi pesan
5. Yang menjadi sasaran penerima KIE/Penyuluhan adalah …
a. Individu dan masyarakat
b. Individu, kelompok dan masyarakat
c. Individu, keluarga dan masyarakat
d. Individu, kelompok dan massal
e. Individu dan massal

H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut, dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan dapat melanjutkan ke BAB berikutnya. Apabila
jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal, sebaiknya Saudara perlu kembali
mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan lebih baik.

13
Sumber: www.istockphoto.com

Penyuluh KB dalam mempelajari KIE/Penyuluhan harus mengetahui apa saja


jenis, bentuk, prinsip, pokok-pokok pengelolaannya dan harus juga mencermati hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam KIE/Penyuluhan serta kecakapan yang diperlukan dalam
KIE. Dalam Bab II ini akan kita pelajari semua hal tersebut.

14
A. JENIS KIE/PENYULUHAN
Terdapat 3 jenis KIE/Penyuluhan yang harus diketahui, antara lain:
1. KIE/Penyuluhan Individu
KIE/Penyuluhan individu merupakan suatu proses KIE/Penyuluhan yang timbul
secara langsung antara Pemberi pesan (Penyuluh KB, TOMA, TOGA, TODAT/
Kader) dengan individu sasaran program Bangga Kencana. Biasanya dilakukan
oleh Penyuluh KB dalam kegiatan kunjungan rumah atau jika sasaran individu
mendatangi Penyuluh KB (atau pemberi pesan lainnya) untuk mendapatkan
KIE/Penyuluhan sesuai yang dibutuhkannya.

2. KIE/Penyuluhan Kelompok
KIE/Penyuluhan kelompok merupakan suatu proses KIE/Penyuluhan yang timbul
secara langsung antara Pemberi pesan (Penyuluh KB, TOMA, TOGA, TODAT/
Kader) dengan kelompok yang terdiri dari 2-15 orang.

Biasanya terdapat jadwal pertemuan rutin kader Institusi Masyarakat Pedesaan


(IMP) dan jadwal pertemuan kelompok kegiatan (Poktan) Bina Keluarga Balita
(BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL), Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) dan Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK R) dimana Penyuluh KB dapat memberikan KIE/
Penyuluhan pada kelompok kegiatan tersebut dengan memberikan KIE/
Penyuluhan sesuai isu permasalahan yang ada di wilayah binaannya.

3. KIE/Penyuluhan Massa
KIE massa merupakan suatu proses KIE tentang program Bangga Kencana yang
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat
dalam jumlah yang besar.

15
Biasanya dilakukan pada saat ada kegiatan momentum, pada malam hari
sebelum ada kegiatan pelaksanaan pelayanan KB misalnya, akan diputarkan Film
yang menarik, namun sebelumnya diputarkan video misalnya kampanye
program KB atau penggunaan alat kontrasepsi. Ditengah-tengah pemutaran film,
dihentikan dan diberikan kuis atau pertanyaan tentang program KB dan
disiapkan hadiah, kemudian film dilanjutkan sampai selesai dan diakhir film,
diberikan pengumuman bahwa besok pagi akan dilaksanakan pelayanan KB
secara gratis di tempat pelayanan yang telah disediakan. Tentu saja dalam hal
ini diperlukan bantuan Mobil Penerangan dari OPDKB.

B. BENTUK KIE/ PENYULUHAN


Penyuluh KB juga harus mengetahui bentuk KIE/ Penyuluhan agar pelaksanaan KIE/
Penyuluhan dapat dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan. Adapun bentuk KIE/
Penyuluhan adalah sebagai berikut:

1. KIE/ Penyuluhan Tatap Muka Langsung


KIE/ Penyuluhan tatap muka merupakan bentuk KIE/ Penyuluhan dimana
Penyuluh KB (pemberi pesan) bertatap muka langsung dengan sasaran
(penerima pesan). Sasaran yang dimaksud adalah sasaran individu atau PUS dan
sasaran pada kelompok (beberapa orang, 2 sd 15 orang) serta sasaran
masyarakat yang bersifat masal (lebih dari 15 orang).

a. Sasaran Individu
Pada tatap muka langsung dengan sasaran individu dilakukan pada saat
Penyuluh KB kunjungan rumah ke sasaran, atau bisa terjadi apabila sasaran
sudah berjanji akan menjumpai Penyuluh KB di Balai Penyuluhan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

16
b. Sasaran Kelompok
Pada tatap muka langsung dengan sasaran kelompok dilakukan pada saat
Penyuluh KB memberikan KIE/ Penyuluhan pada suatu kegiatan kelompok,
misalnya pada pertemuan rutin Kader IMP, pertemuan poktan BKB, BKR, BKL,
UPPKA atau PIK R. Pesan yang diberikan sesuai dengan isu/ permasalahan
yang sesuai dengan kebutuhan sasaran di wilayah binaan tersebut.

c. Sasaran Masyarakat
Pada tatap muka langsung dengan sasaran yang bersifat massal (lebih dari 15
orang) dilakukan pada saat Penyuluh KB memberikan KIE/ Penyuluhan pada
kegiatan momentum (misalnya pada saat sebelum pelayanan KB sejuta
akseptor pada saat Hari Keluarga Nasional atau pada momentum yang
lainnya). Biasanya dilakukan malam sebelum pelaksanaan hari-H atau pagi
hari sebelum pelaksanaan pelayanan KB. Pada kegiatan ini biasanya dibantu
dengan mobil penerangan KB yang dipunyai OPDKB yang akan memutarkan
film yang menarik. Penyampaian KIE/ Penyuluhan oleh Penyuluh KB bisa diawal
sebelum memutar film, ditengah pemutaran film dan biasanya diberikan kuis
dan hadiah berupa souvenir dan kemudian dilanjutkan lagi. Diakhir pemutaran
film akan diberikan pengumuman tentang pelaksanaan pelayanan KB.

2. KIE/ Penyuluhan Tatap Muka Tidak Langsung


Pada saat ini terdapat perubahan baik lingkungan dan teknologi. Sejak tahun
2020 terjadi pandemi Covid-19 yang mengakibat perubahan dalam perilaku
yaitu harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker,
menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Beruntung
pada saat ini perkembangan teknologi sangat luar biasa cepat, sehingga dalam
berkomunikasi bisa dilakukan dengan KIE/ Penyuluhan Tatap Muka Tidak
Langsung dapat kita pelajari sebagai berikut:

17
a. KIE/ Penyuluhan menggunakan Aplikasi
Penyuluh KB, pada saat memberikan KIE/ Penyuluhan dengan sasaran baik
individu, kelompok dan masyarakat tidak dilakukan secara tatap muka
langsung dengan menggunakan teknologi, antara lain:
1) Aplikasi WhatsApp
Penyuluh KB dapat melakukan video call dengan sasaran individua tau
dengan sasaran kelompok (beberapa orang) dalam pelaksanaan KIE/
Penyuluhannya.
2) Aplikasi Zoom meeting
Aplikasi ini memungkinkan untuk melakukan KIE/ Penyuluhan dengan
kelompok, bahkan dengan masyarakat dengan kapasitas sesuai dengan
kuota yang tersedia pada fitur Aplikasi Zoom meeting ini (bisa sampai
dengan 1.000 orang)
3) Aplikasi Webex
Aplikasi Webex hamper sama dengan Zoom meeting, bisa digunakan
untuk melakukan KIE/ Penyuluhan kepada kelompok maupun masyarakat
sesuai kuota pada aplikasi Webex.
4) Melakukan Streaming melalui Media Sosial
Penyuluh KB dapat melakukan streaming melalui media sosial seperti
Facebook, Instagram dan Youtube Channel. Hal ini sangat memudahkan
untuk berinteraksi dengan sasaran yang berada pada pertemanan media
sosial tersebut. Dan biasanya sebelum melakukan streaming, Penyuluh KB
harus membuat flyer sebagai undangan bagi sasaran atau teman dalam
media sosial tersebut.

Dengan menggunakan teknologi yang ada baik Aplikasi komunikasi dan Media
Sosial, maka ini merupakan terobosan solusi pada KIE/ Penyuluhan dalam
situasi pandemi Covid-19 ini.

18
b. KIE/ Penyuluhan melalui Media Digital
Penyuluh KB dapat melakukan KIE/ Penyuluhan dengan mengembangkan
kreatifitas dan inovasinya dengan membuat Media KIE/ Penyuluhan secara
Digital. Yang popular saat ini adalah membuat media Video pendek dengan
memilih pesan yang akan disampaikan.

Video pendek tersebut dapat disebarkan pada Aplikasi WhatsApp Group,


atau diunggah ke media sosial seperti Facebook, Instagram maupun Youtube
Channel, Penyuluh KB dapat mengoptimalkan KIE/Penyuluhan sesuai
kebutuhan masyarakat meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19.

C. PRINSIP KIE/PENYULUHAN
Pada dasarnya kegiatan KIE/penyuluhan adalah untuk melakukan perubahan
peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku, maka akan selalu ada
resistensi, oposisi, dan konflik. Tidak ada faktor tunggal yang menjamin keberhasilan
KIE/penyuluhan. Beberapa prinsip di bawah ini dapat dijadikan pedoman dalam
melakukan KIE/penyuluhan yang sukses antara lain:
1. Realistis
KIE yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang spesifik, jelas, dan terukur.
Biasanya berdasarkan identifikasi permasalahan atau hasil dari analisis
pendataan keluarga.

2. Sistematis
KIE adalah seni tetapi bukan lukisan abstrak sehingga diperlukan perencanaan
yang akurat. KIE/ Penyuluhan memerlukan perencanaan yang matang mulai dari
persiapan sampai tahapan pelaksanaan dan evaluasi.

19
3. Taktis
KIE tidak mungkin dilakukan secara sendiri sehingga harus membangun
kemitraan. PKB hendaknya selalu membangun hubungan baik dengan mitra kerja,
antara lain Kepala Desa/ Lurah, Kepala Puskesmas, dokter, bidan, tokoh agama,
tokoh masyarakat, PKK, LSM lainnya, kader dan masyarakat.

4. Strategis
KIE/ Penyuluhan tidak selalu menjadi kegiatan yang berdiri sendiri namun bisa
dilakukan secara integratif dengan kegiatan lainnya di lini lapangan (bersifat
luwes sesuai karakteristik wilayahnya).

5. Berani
KIE/ penyuluhan yang bertujuan mengubah sikap mental, kepercayaan nilai-nilai
perilaku individu serta kelompok masyarakat haruslah bersifat berani
memberikan informasi yang jujur apa adanya. Contohnya efek samping alat dan
obat kontrasepsi.

D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM KIE/PENYULUHAN


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan adalah:
1. Memperlakukan sasaran dengan sopan, baik ramah.
Hal ini dilakukan dalam tahapan observasi dan memantapkan hubungan baik
dengan sasaran, sehingga KIE/ Penyuluhan berjalan lancar sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya pada sasaran.
2. Memahami, menghargai dan menerima keadaan sasaran (status pendidikan,
sosial ekonomi dan emosi) sebagaimana adanya
3. Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami
Hal ini dengan memperhatikan:
a. Berbicara secukupnya.

20
Banyak orang yang salah mengira, bahwa semakin banyak bicara semakin
banyak yang dapat dimengerti. Padahal, manusia memiliki keterbatasan dalam
mengelola stimulus dalam pikirannya (ranah kognitif). Kemampuan otak
menyerap pelajaran misalnya, hanya 20 menit pertama. Setelah itu
kemampuan otak menyerap informasi menurun. Apabila seseorang berbicara
secara terus-menerus lebih dari 20 menit, penerima pesan cenderung gelisah.
Kemungkinan yang terbesar adalah ia akan tetap terlibat dalam komunikasi
tetapi hanya beberapa bagian saja yang dipahami, Itu sebabnya pendekatan
interaktif sering disebut jauh lebih efektif ketimbang pendekatan satu arah.
b. Bicara dengan ritme.
Cara kita berkata menentukan persepsi orang lain. bicara terlalu cepat bisa
mengesankan terburu-buru, bahkan memperlihatkan emosi tinggi. Sebaliknya,
bicara terlalu lambat bisa mengesankan seseorang tidak menguasai materi
sehingga tampak menjadi tidak menguasai materi atau terkesan ogah-ogahan.
Itulah yang disebut ritme. Memang tidak ada ukuran yang baku berapa kata
untuk setiap detik, namun dengan membiasakan diri mengevaluasi
pembicaraan, seseorang akan terlatih berkomunikasi secara tepat.
c. Berpikir sebelum bicara.
Kata-kata yang terformulasikan dari proses berpikir tentu jauh lebih jernih dan
sistematis ketimbang yang mengandalkan spontanitas. Banyak kasus konflik
terjadi karena orang mengandalkan spontanitas dan akibatnya menyesal di
belakang. Spontanitas acapkali kurang terkendali apabila pikiran tidak jalan,
yang mengemuka emosi. Karena itu, penting dalam komunikasi yang baik
membutuhkan persiapan (prepare). Paling tidak ada catatan kecil tentang
point yang akan dibicarakan, sehingga komunikasi menjadi terarah.
d. Bersabarl menjadi pendengar yang baik.
Pendengar yang baik adalah yang mampu menahan diri untuk tidak menyela
sampai seseorang selesai mengutarakan maksudnya. Kesabaran tersebut

21
menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang. Orang yang suka menyela
pembicaraan orang lain tampak egois dan kekanak-kanakan

4. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan
sehari-hari dan sesuai dengan kebutuhan.
5. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki sasaran..

E. POKOK-POKOK PENGELOLAAN KIE/PENYULUHAN


Pokok-pokok pengelolaan KIE/Penyuluhan meliputi hal-hal berikut:
1. Analisis
Kegiatan analisis meliputi analisis khalayak, analisis kebutuhan program, analisis
isi pesan dan analisis potensi pendukung.
2. Penetapan Strategi
Penetapan strategi meliputi penetapan tahapan, penetapan tujuan/ sasaran/
target, pemilihan media KIE/ Penyuluhan, perumusan isi pesan dan pengaturan
pendayagunaan sumber dukungan (tenaga, dana, sarana) termasuk penyiapan
sumber daya manusia.
3. Penyusunan isi pesan
Penyusunan isi pesan merupakan penjabaran dari program yang ingin
disampaikan dalam bentuk tulisan, suara atau gambar yang dapat dimengerti
sasaran.
4. Pemilihan Media
Pemilihan media harus sesuai dengan isi pesan dari program yang akan
disampaikan kepada sasaran. Media boleh berupa lembar balik, poster, leaflet,
Q-Chart, alat peraga. Contoh media untuk KIE/ Penyuluhan KB bisa berupa
leaflet tentang alokon, lembar balik tentang alat dan obat kontrasepsi.
5. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan, Penyuluh KB hendaknya memperhatikan Isi pesan dan
media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan kondisi sasaran dan

22
tujuan dari KIE yang ingin dicapai. Susunlah sedemikian rupa, mana yang harus
disampaikan terlebih dahulu dan selanjutnya. Demikian juga penentuan waktu
dan tempatnya haruslah sesuai dengan karakteristik wilayah.
6. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan mengacu kepada rencana KIE/ Penyuluhan yang telah
disusun, sedangkan evaluasi dilakukan secara berkala untuk melihat proses, hasil
ataupun dampak dari KIE Bangga Kencana yang dilakukan. Contoh: setelah 3
(tiga) bulan apakah sasaran calon abseptor pada saat KIE/ Penyuluhan sudah
mendapatkan pelayanan KB.

F. KECAKAPAN YANG DIPERLUKAN DALAM KIE


Penyuluh KB sebagai pengelola dan pelaksana KIE/Penyuluhan program Bangga
Kencana memerlukan pemahaman dan penguasaan teknis akan kecakapan-
kecakapan sebagai berikut:

1. Pemahaman akan aspek perilaku individu dan masyarakat. Hal tersebut


merupakan aspek sosiologis dan budaya yang melingkupi individu
2. Pemahaman akan aspek perubahan perilaku individu. Hal tersebut merupakan:
a. rujukan individu dalam mencari informasi/pengetahuan, bersikap dan
berperilaku (psikologi komunikasi)
b. aspek perilaku komunikasi dan media (media behavior)
3. Kecakapan dalam pengembangan dan implementasi strategi komunikasi,
antara lain:
a. Identifikasi problem komunikasi dan perilaku
b. Identifikasi perilaku yang diharapkan
c. Identifikasi hambatan dan peluang atas perubahan perilaku yang
diharapkan
d. Perumusan dan pembingkaian pesan kunci dan manfaat perubahan
perilaku bagi khalayak sasaran (key benefit)

23
e. Kecakapan mengembangkan isi media (content creation) secara
multimedia (teks, audio, visual dan audio visual)
f. Pengetahuan akan fungsi dan fitur berbagai saluran komunikasi dan
teknologi komunikasi
g. Kecakapan mengembangkan bauran media (media mix) yang paling
efektif dan efisien dalam menjangkau khalayak sasaran, baik melalui
komunikasi massa, kelompok dan antar pribadi. Termasuk di dalamnya
adalah pemanfaatan media baru dalam era digital seperti media sosial
dan mobile apps
h. Kecakapan belanja media (media buying dan media placement)
i. Kecakapan pemantauan dan evaluasi program komunikasi
j. Kecakapan memahami hasil evaluasi untuk merevisi strategi komunikasi
dalam periode implementasi berikutnya
4. Kecakapan manajerial dalam mengelola suatu program kampanye
komunikasi yang dikembangkan dari pokok-pokok kecakapan di atas.

G. RANGKUMAN
Penyuluh KB harus mengetahui apa saja jenis, bentuk, prinsip, pokok-pokok
pengelolaannya dan harus juga mencermati hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
KIE/Penyuluhan serta kecakapan yang diperlukan dalam KIE.

Jenis KIE/Penyuluhan ada 3 yaitu KIE/Penyuluhan individu, keluarga dan massa.


Penggunaan teknologi yang ada baik aplikasi komunikasi dan Media Sosial
merupakan terobosan solusi untuk KIE/Penyuluhan dalam situasi pandemi Covid-
19.

Kegiatan KIE/penyuluhan adalah untuk melakukan perubahan peningkatan


pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku, maka akan selalu ada resistensi,
oposisi, dan konflik. Tidak ada faktor tunggal yang menjamin keberhasilan

24
KIE/penyuluhan. Penyuluh KB bisa memegang prinsip realistis, sistematis, taktis,
strategis dan berani dalam menghadapi sasaran.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan yaitu


memperlakukan sasaran dengan sopan, baik ramah; memahami, menghargai dan
menerima keadaan sasaran (status pendidikan, sosial ekonomi dan emosi)
sebagaimana adanya; memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami; menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh
dari kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan kebutuhan; serta menyesuaikan isi
penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki sasaran.

Sebagai pengelola dan pelaksana KIE/Penyuluhan program bangga kencana,


Penyuluh KB harus memahami dan menguasai teknis akan aspek perilaku individu
dan masyarakat, aspek perubahan perilaku individu, kecakapan dalam
pengembangan dan implementasi strategi komunikasi, serta kecakapan manajerial
dalam mengelola suatu program kampanye.

H. LATIHAN
Jawablah pertanyaan berikut dengan benar dan tepat!
1. Jelaskan macam-macam jenis KIE/Penyuluhan!
2. Jelaskan macam-macam bentuk KIE/Penyuluhan!
3. Jelaskan prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh Penyuluh KB dalam
menghadapi penolakan KIE/Penyuluhan!
4. Jelaskan hal-hal yang harus selalu dipegang oleh Penyuluh KB dalam
melaksanakan KIE/Penyuluhan!
5. Jelaskan kecakapan yang diperlukan dalam KIE/Penyuluhan!

25
I. EVALUASI FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1. KIE/Penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran 2-15 orang merupakan …
a. KIE/Penyuluhan individu
b. KIE/Penyuluhan massa
c. KIE/Penyuluhan kelompok
d. KIE/Penyuluhan keluarga
e. KIE/Penyuluhan masyarakat
2. KIE/Penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh KB dalam masa pandemic Covid-
19 adalah …
a. KIE/Penyuluhan kelompok
b. KIE/Penyuluhan tatap muka tidak langsung
c. KIE/Penyuluhan individu dengan kunjungan rumah
d. KIE/Penyuluhan tatap muka langsung
e. KIE/Penyuluhan massa
3. KIE/Penyuluhan harus memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami artinya yaitu …
a. Berbicara secukupnya
b. Lebih banyak bicara agar sasaran paham
c. Menghargai keadaan sasaran
d. Menyesuaikan isi pesan
e. Menyesuaikan bahasa sasaran
4. Berikut yang bukan merupakan pokok-pokok KIE/Penyuluhan adalah …
a. Analisis
b. Penetapan strategi
c. Penyusunan isi pesan
d. Pemilihan media
e. Pencatatan dan pelaporan

26
5. Yang merupakan kecakapan yang diperlukan dalam KIE/Penyuluhan oleh
Penyuluh KB adalah …
a. Pengembangan media KIE/Penyuluhan yang canggih
b. Pemahaman akan aspek perilaku individu dan masyarakat
c. Pemahaman aspek sosial budaya yang berkembang
d. Pemahaman akan kebiasaan masyarakat
e. Penguasaan Bahasa dan budaya setempat

J. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut, dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan dapat melanjutkan ke BAB berikutnya. Apabila
jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal, sebaiknya Saudara perlu kembali
mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan lebih baik.

27
Sumber: www.istockphoto.com

Dalam KIE/Penyuluhan Program Bangga Kencana, seorang Penyuluh KB


hendaknya memperhatikan media yang digunakan haruslah sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Dalam Bab ini akan dibahas tentang Media dan Materi
KIE/Penyuluhan Program Bangga Kencana.

A. MEDIA KIE/ PENYULUHAN


Media berarti wadah atau sarana. Media merupakan salah satu unsur dalam
komunikasi yang memainkan peranan penting dalam proses pelaksanaan KIE/
Penyuluhan karena efektifitas KIE/Penyuluhan itu tergantung pada ketepatan
media yang digunakan. Media KIE/Penyuluhan berperan sebagai perantara dalam

28
penyampaian pesan dari pemberi Advokasi, KIE/Penyuluhan kepada penerima
KIE/Penyuluhan.

1. Jenis-jenis media komunikasi


Berdasarkan sifatnya terdapat tiga jenis media komunikasi, yaitu: media
komunikasi audial, media komunikasi visual, dan media komunikasi audio-visual,
serta KIE Kit.
Ketiga jenis media komunikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Media Komunikasi Audial
Yaitu alat komunikasi yang dapat ditangkap, didengar dan dipahami oleh alat
pendengaran. Misalnya telepon, intercom, radio serta tape recorder.
b. Media Komunikasi Visual
Yaitu alat komunikasi yang dapat ditangkap, dilihat dan dipahami oleh alat
penglihatan. Misalnya surat, KIE Kit, surat kabar, faksimili, majalah, buku,
buletin dan sejenisnya.
c. Media Komunikasi Audio-visual
Yaitu alat komunikasi yang dapat ditangkap, dilihat, didengar dan dipahami
melalui alat pendengaran dan penglihatan. Misalnya televisi, film layar lebar,
VCD, internet dan sejenisnya.

Berdasarkan penggunaanya, media atau saluran komunikasi dapat dibagi dua,


yaitu media personal dan non-personal. Saluran komunikasi personal adalah
meliputi dua orang atau lebih yang berkomunikasi langsung secara tatap muka,
pembicara dengan audiensnya, menggunakan telepon, atau e-mail, dan bisa
lebih efektif karena adanya peluang untuk mengindividualisasikan penyampaian
pesan dan umpan baliknya. Sementara dalam saluran komunikasi non personal
atau media massa mempunyai karakteristik yang berbeda. Cangara (2003)
memaparkan lima karakteristik media massa sebagai berikut:

29
a. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan
banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada
penyajian informasi.
b. Kedua, bersifat satu arah.
c. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk
menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu. Juga,
bergerak secara luas dan simultan di mana dalam waktu bersamaan
informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu.
d. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa
membedakan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa, dan
bahkan tingkat pendidikan.
e. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa memakai peralatan teknis
dan mekanis.

Tetapi dalam konteks pembelajaran KIE, yang akan dipelajari dalam bab ini
adalah media non personal atau media massa, karena KIE adalah kegiatan
komunikasi yang mempunyai sasaran banyak orang sehingga media massa
banyak digunakan.

Dalam Amri (2010) berdasarkan bentuknya media terbagi menjadi 3 jenis yaitu:
a. Media Cetak
Media cetak merupakan sekumpulan bahan-bahan informasi yang di cetak
di atas kertas, dengan maksud untuk mencapai tujuan seperti memotivasi
tingkat perhatian dan perilaku seseorang, menyampaikan informasi dan
pengetahuan serta memberikan instruksi.
1) Kelebihan:
a) Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau
menglipingnya.
b) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti

30
2) Kekurangan :
a) Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena
media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi
kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak
sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh
media lainnya.
b) Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu
saja tidak dapat didengar.
c) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual
berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
d) Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak
harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati
masyarakat.
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik untuk
mengakses kontennya.
1) Kelebihan:
a) Cepat, dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam
menyebarkan berita ke masyarakat luas.
b) Ada audio visual, media elektronik mempunyai audio visual yang
memudahkan para audiensnya untuk memahami berita.(khusus
televisi)
c) Terjangkau luas, media elektronik menjangkau masyarakat secara
luas.
2) Kekurangan :
Tidak ada pengulangan, media elektronik tidak dapat mengulang apa
yang sudah ditayangkan.

31
c. Media Online
Media online adalah media massa yang dapat ditemukan di internet memiliki
kelebihan dan kekurangan (Jonru, 2006).
1) Kelebihan:
a) Sangat cepat, dari segi waktu media online sangat cepat dalam
menyampaikan beritanya;
b) Audio visual, media online juga mempunyai audio visual dengan
melakukan streaming;
c) Praktis dan Fleksibel, media online dapat diakses dari mana saja
dan kapan saja yang kita mau.
2) Kekurangan :
Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang
dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.

2. Jenis-jenis media dalam KIE/Penyuluhan


Sebagai sebuah bentuk komunikasi, KIE tidak bisa terlepas dari penggunaan
media karena media berperan membantu proses KIE berjalan efektif dan efisien.
Karena KIE memiliki sasaran khalayak yang banyak, maka media komunikasi
massa merupakan media yang paling banyak digunakan karena mampu
menjangkau khalayak yang banyak dan tersebar di wilayah yang luas.

KIE merupakan aktivitas promosi atau pemasaran, oleh karena itu harus
dipahami bahwa media dalam dunia promosi atau pemasaran terbagi menjadi
tiga (BKKBN, 2010b) yaitu:

a. Media lini atas (above the line media)


Media lini atas adalah media untuk aktifitas marketing/promosi yang
biasanya dilakukan oleh manajemen pusat sebagai upaya membentuk brand

32
image yang diinginkan atau strategi promosi yang dilakukan secara terbuka
melalui media massa (Triadi dan Bharata, 2010).

b. Media lini bawah (below the line media)


Sedangkan media lini bawah adalah aktifitas marketing atau promosi yang
dilakukan di tingkat retail/konsumen dengan salah satu tujuannya adalah
merangkul konsumen supaya sadar dengan suatu produk atau strategi
promosi yang dilakukan dengan melakukan penjualan langsung ke konsumen
(Triadi dan Bharata, 2010).

c. Media lini atas-lini bawah (through the line media)


Media lini atas-lini bawah merupakan kombinasi dari dua jenis media
tersebut yaitu strategi promosi yang dilakukan secara terbuka melalui media
massa dilakukan di tingkat retail/konsumen (Triadi dan Bharata, 2010).

KIE dilakukan menggunakan ketiga jenis media tersebut. Contoh-contoh dari


jenis-jenis media tersebut dapat dilihat dalam table berikut:

33
Tabel 4.1 Jenis Media Massa
No Nama Media Jenis Media
1 Media lini atas (above the line media) 1. Televisi
2. Radio
3. Surat Kabar
4. Majalah/Tabloid
5. Internet

2 Media lini bawah (below the line media) 1. Pamflet


2. Leaflet
3. Booklet
4. Lembar Balik
5. Fact Sheet
6. Jurnal
7. Folder
8. Kartu Ucapan
9. Kaset CD
10. Kaset Audio Video

3 Media lini atas-lini bawah (through the 1. Poster


line media) 2. Neon sign
3. Billboard
4. Umbul-umbul
5. Spanduk
6. Mobil Unit Penerangan
7. Transit Media
8. Mobil Media

Sumber: BKKBN, 2010

Setiap jenis media memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Hal yang
harus diperhatikan adalah tidak selamanya semua media bisa digunakan pada
semua wilayah atau daerah meskipun media memiliki keunggulan dalam
menembus batas wilayah, ruang dan waktu. Agar penggunaan media yang tepat
sasaran, tepat guna dan tepat wilayah, yang kita diperlukan adalah kejelian,
kecerdasan, kreativitas, inovasi dan modifikasi. Oleh karena itu, pemahaman

34
tentang jenis media dan karakteristiknya sangat penting untuk mengidentifikasi
media mana yang tepat untuk sebuah program.

Contoh-contoh media dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Jenis Media dan Karakteristiknya


No Jenis Media Karakteristik
1. Pamflet Transmisi informasi. Terbaik jika hasil/akibat
(outcome) yang diinginkan kognisi daripada emosi
2. Lembar Informasi Informasi yang singkat dan sesuai. Digunakan sebagai
rangkaian dengan folder penyimpanan informasi,
tidak tepat untuk perubahan perilaku yang kompleks.
3. Laporan Berkala Kontinuitas, lebih pribadi, menuntut banyak tenaga
untuk mengerjakan dan komitmen dan penilaian
kebutuhan yang detail sebelum dimiliki
4. Poster Fungsi penyusunan agenda. Pesan visual.
Membutuhkan masukan kreatif. Kemungkinan graffiti
jadi bahan pertimbangan
5. T-Shirt Bisa menonjolkan emosi personal. Digunakan untuk
menyatakan sikap dan komitmen terhadap
program/ide.
6. Stiker Pesan singkat untuk mengidetifikasi/memotivasi
pengguna, menyatakan komitmen serta murah dan
persuasive
7. Video Instruksional, motivasional, berguna untuk ditonton
dnegan orang dewasa sebagai cadangan untuk
program lain
8. Televisi Menumbuhkan kesadaran, peran penciptaan,
kebangkitan, permodelan, dan gambar. Dapat
menjadi lebih berguna dalam pelatihan informasi dan
keterampilan saat kesadaran dan minat terhadap
kesehatan meningkat. Menimbulkan dampak yang
kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayak.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki adalah sangat
mahal, banyak gangguan, khalayak tidak selektif

35
9. Radio Informatif, interaktif (percakapan dua arah). Berbiaya
rendah namun efektif dan berguna dalam
menciptakan kesadaran dan menyediakan informasi
10. Surat Kabar Lembar informasinya panjang dan pendek.
Material/bahan tergantung pada kertas dan hari-hari
dalam seminggu, keunggulannya fleksibel, diterima
luas, merupakan referensi yang bisa dibawa-bawa,
memuat hal-hal yang aktual. Sedangkan
kelemahannya adalah hanya dibaca dalam waktu
singkat
11. Majalah Berguna dalam peran pendukung dan untuk
menginformasikan dan menyediakan bukti sosial.
Khalayak pembaca cukup luas dan khusus. Kualitas
reproduksi sangat bagus, dapat digunakan sebagai
media humas dan sales promotion. Sedangkan
kelemahannya adalah waktu edar sangat lambat,
biaya mahal, pemesanan tempat iklan di majalah
harus jauh hari.

Sumber: Egger dalam Donovan et. al., 2003 dalam BKKBN (2010) dan berbagai sumber

Sebagaimana telah disebutkan di atas, media massa adalah media yang paling
banyak digunakan dalam Advokasi, KIE/Penyuluhan karena kemampuannya
menjangkau khalayak yang sangat besar (banyak) dan tersebar di wilayah yang
sangat luas. Dalam jenis-jenis media yang disebutkan di atas, media massa yang
memiliki karakter demikian adalah jenis media above the line atau media lini
atas. Selain itu, media-media tersebut banyak digunakan karena memilliki daya
tarik yang tinggi atau banyak digunakan masyarakat.

Contoh-contoh penggunaan media lini atas tersebut antara lain:


a. Televisi
Televisi banyak digunakan, baik televisi nasional dan televisi lokal. Contoh
penggunaannya adalah mempromosikan Genre (Generasi Berencana)

36
sebagai bagian dari program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja,
yaitu antara lain:
1) GenRe (Generasi Berencana) Talkshow yaitu acara talkshow tentang
permasalahan remaja yang dikemas dalam drama di televisi.
2) Pesan sisipan melalui Sandiwara/Humor dan program-program popular.
3) KB File dalam berita, management issue yang dikemas menjadi Video
Teks yang disisipkan dalam program berita.
4) Iklan bermuatan pesan-pesan Genre.

b. Radio
Radio banyak digunakan karena mempunyai pendengar yang setia. Contoh
penggunaanya dapat dilihat pada upaya mempromosikan Genre (Generasi
Berencana) sebagai bagian dari program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga
bagi Remaja, yaitu:
1) Pembentukan opini melalui Media Massa baik melalui pejabat dan/atau
penentu kebijakan melalui program talkshow yang sudah ada (sisipan
pertanyaan/inspirasi).
2) Memberikan inspirasi pembentukan PIK Remaja atau PIK Mahasiswa
sebagai bagian dari Genre melalui ide-ide yang disampaikan oleh penyiar,
sehingga terkesan menjadi bagian dalam siaran.
3) Seluruh informasi tentang Genre di radio selalu diakhiri dengan Mars KB
untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya Genre.
c. Surat Kabar
Surat kabar banyak digunakan karena merupakan sumber informasi
terpercaya dan banyak pembacanya. Contoh penggunaanya antara lain:
1) Pembentukan opini melalui media massa melalui penulisan, baik oleh
wartawan, pejabat maupun penulis ahli.
2) Mengangkat profil keluarga yang berhasil menjalankan konsep KB dalam
majalah-majalah atau.

37
3) Memberikan inspirasi tentang pentingnya memelihara kesehatan
reproduksi ibu agar bisa mengoptimalkan potensinya.
4) Memberikan inspirasi kesehatan reproduksi dan penundaan usia
perkawinan demi persiapan pembentukan keluarga yang lebih baik,
dengan membuka rubrik remaja.

d. Internet
Internet banyak digunakan dalam KIE karena saat ini internet merupakan
media yang banyak digunakan oleh masyarakat. Berbeda dengan media lain,
tidak ada intervensi dalam mengakses informasi apapun di internet.
Pengguna bebas mengakses informasi apapun dan dalam waktu yang
bersamaan. Contoh penggunaanya antara lain membuat website khusus
untuk kalangan remaja yang menyediakan banyak informasi dengan isi pesan
yang member inspirasi tentang kesehatan reproduksi dan penundaan usia
perkawinan.

3. Macam-Macam Media KIE/ Penyuluhan yang digunakan oleh Penyuluh KB di


Lini Lapangan
Penyuluh KB dalam melaksanakan KIE/Penyuluhan disarankan memakai alat
bantu atau media KIE/ Penyuluhan agar memudahkan pemahaman sasaran
sehingga sasaran dapat memahami pesan yang disampaiakn terkait dengan
Program Bangga Kencana. Adapun macam-macam media KIE/Penyuluhan yang
bisa digunakan antara lain:
a. Lembar balik
Lembar balik Alat Kontrasepsi merupakan media yang menyerupai album
gambar pada sisi luar yang diperlihatkan kepada sasaran dan terdapat
keterangan pada sisi dalamnya yang digunakan Penyuluh KB untuk
menjelaskan.
Penggunaanya:

38
1) Memasukkan lembar balik pada lengan kiri dan memperlihatkan gambar
kepada sasaran dan jari tangan kanan yang digunakan untuk menunjuk,
lembar keterangannya berada disisi Penyuluh KB untuk menjelaskan
gambar yang ditunjukkan.
2) Meletakkan lembar balik di meja dengan memperlihatkan gambar
kepada sasaran dan isi keterangan menghadap ke Penyuluh KB.

Gambar 4.1 Lembar Balik

Sumber: BKKBN

b. Q-Chard
Q-Chart adalah kumpulan kartu bergambar disertai keterangan yang
dijadikan satu, dikaitkan dengan cincin pada sudut kiri atas. Kelebihan dari
Q-Chart adalah mudah dibawa dan ringan serta mudah dalam penjelasan
karena terdapat keterangannya. Penggunaannya tangan kiri memegang
kartu, dan tangan kanan menunjuk pada kartu dan membalik kartu setelah
selesai menerangkan kartu sebelumnya. Gambar Q-Chard dapat dilihat
dibawah ini:
Gambar 4.2 Q-Chard

Sumber: Direktorat Bina Kualitas Pelayanan KB

39
c. Leaflet
Leaflet adalah satu lembar kertas yang berisi gambar dan keterangan,
biasanya dilipat sehingga terdapat 6 halaman bolak balik. Mudah dibawa
dan biasanya bisa dibagikan kepada sasaran.

Gambar 4.3 Contoh Leaflet

Sumber: https://cdn.projects.co.id/upload/usr4ff117/201903255c98260c3925e.jpg

40
d. Buku Saku Alat Kontrasepsi
Buku Saku Alat Kontrasepsi adalah buku berbentuk seukuran saku yang
berisikan gambar dan keterangan tentang alat kontrasepsi yang disediakan
oleh BKKBN.
Gambar 4.4 Buku Saku Alat Kontrasepsi

Sumber: pixabay.com, BKKBN dan Sondang

e. Poster
Poster adalah media dalam ukuran agak besar ditempelkan di dinding,
biasanya berupa kertas yang berisi gabungan antara gambar dan tulisan
yang bertujuan untuk memberikan informasi atau publikasi kepada
masyarakat. Contoh poster alat kontrasepsi seperti dibawah ini:

41
Gambar 4.5 Poster Alat Kontrasepsi

Sumber: Desain Materi Media AKIE, BKKBN Jawa Timur, 2018

f. Celemek Alat Reproduksi (Wanita dan Pria)


Celemek adalah kain yang digunakan untuk melindungi pakaian yang kita
pakai dari kotoran pada saat memasak atau pada saat berkebun. Namun
Celemek yang satu ini diberikan gambar tentang alat kontrasepsi dan
sedikit keterangan. Contoh celemek untuk KIE/ Penyuluhan KB sebagai
berikut:

42
Gambar 4.6 Celemek KIE dan Konseling Alat Kontrasepsi

Sumber: pixabay.com, facebook Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dan Sondang

g. Alokon Kit
Alat dan Obat Kontrasepsi Kit (Alokon Kit) merupakan kotak yang berisi
dengan contoh alat kontrasepsi, sehingga Penyuluh KB dapat menjelaskan
dengan mudah dan sasaran/calon akseptor bisa melihat dengan jelas
bentuk dari alat kontrasepsi tersebut. Alokon kit jika dibuka seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 4.7 Alat dan Obat Kontrasepsi Kit

Sumber: BKKBN

43
h. Video Alat dan Obat Kontrasepsi
Video yang telah diproduksi BKKBN adalah video yang berisikan informasi
tentang alat kontrasepsi dengan informasi lengkap tentang cara pemakaian,
kelebihan dan efek sampingnya. Hal tersebut memudahkan Penyuluh KB
untuk menjelaskan tentang alokon yang dibutuhkan oleh calon akseptor.

Gambar 4.8
DVD KIE Alat Reproduksi dan Alat Kontrasepsi KB

Sumber: BKKBN

B. MATERI KIE/PENYULUHAN
Penyuluh KB sebagai pelaksana Program Bangga Kencana harus memahami
program Bangga Kencana itu sendiri, yaitu Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana. Tiga substansi program Bangga Kencana
merupakan materi pokok dalam KIE/Penyuluhan Program Bangga Kencana. Dan
terdapat 1 substansi tambahan dimana sejak awal tahun 2021, BKKBN diberi
Amanah dari Presiden RI Bapak Joko Widodo untuk mengemban tugas dalam
pelaksanaan Program Percepatan Penurunan Stunting. Mari kita bahas substansi
pokok Program Bangga Kencana dan Program Percepatan Penurunan Stunting
sebagai berikut:

44
1. Pembangunan Keluarga
Program Pembangunan Keluarga bertujuan untuk membentuk keluarga yang
memiliki keuletan dan ketangguhan fisik, materiil dan psikis mental spiritual,
hidup mandiri serta mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis
sesama anggota keluarga dan lingkungannya, dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan batin. Program Pembangunan Keluarga antara lain:

a. Bina Keluarga Balita (BKB)


1) Pengertian
Wadah kegiatan keluarga yang mempunyai balita-anak (0-10) tahun,
bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua (ayah
dan ibu) dan anggota keluarga lain, untuk mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak melalui kegiatan rangsangan fisik, mental,
intelektual, emosional, spiritual, sosial dan moral untuk mewujudkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB bagi
Pasangan Usia Subur (PUS) anggota kelompok kegiatan.
2) Tujuan
Meningkatkan pengetahuan keluarga yang mempunyai balita tentang
tumbuh kembang anak secara optimal.
3) Sasaran
Ibu hamil dan keluarga dengan balita/anak umur 0-6 tahun, 6-10 tahun
(dikelompokkan menurut umur anak).
4) Prinsip-prinsip
a) Menitik beratkan pada pembinaan orang tua dan anggota keluarga
lainnya yang mempunyai balita
b) Membina tumbuh kembang melalui stimulasi

45
c) Menggunakan media interaksi: APE, nyanyian/lagu, dongeng, gerak/tari
(sesuai kelompok usia)
d) Menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA) sebagai alat pantau
perkembangan anak
e) Tidak membedakan perlakuan terhadap anak laki-laki dan perempuan
5) Bentuk Layanan
a) Penyuluhan kepada orangtua meliputi semua materi “pengasuhan
tumbuh kembang anak” sesuai kelompok usia
b) Pertemuan dengan keluarga minimal sebulan sekali
c) Melakukan rujukan bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang
d) Seluruh materi (sesuai kelompok usia) diselesaikan dalam waktu 1
(satu) tahun.

6) Klasifikasi Kelompok
a) BKB Dasar
b) BKB Berkembang
c) BKB Paripurna

b. Bina Keluarga Remaja (BKR)


1) Pengertian
Bina Keluarga Anak dan remaja (BKR) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok keluarga/orang tua untuk meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan sikap serta perilaku orang tua, sehingga dapat
melakukan komunikasi dan hubungan harmonis antara keluarga dan
remaja.
2) Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, wawasan orangtua anak dan remaja tentang
pentingnya hubungan yang setara dan harmonis, menumbuhkan rasa
cinta dan kasih sayang antara orangtua dan anak remajanya,

46
melaksanakan deteksi dini terhadap setiap gejala kesenjangan hubungan
orangtua dan anak remaja, sehingga dapat meningkatkan hubungan yang
serasi dan harmonis yang didukung sikap dan perilaku yang rasional dan
bertanggung jawab terhadap pembinaan proses tumbuh kembang anak
dan remajanya.
3) Sasaran
Adalah keluarga yang mempunyai anak remaja
4) Ruang Lingkup Kegiatan
Pendataan keluarga yang punya remaja, penyuluhan, pertemuan berkala,
kunjungan rumah, rujukan ke konselor, pencatatan dan pelaporan.
5) Klasifikasi Kelompok
a) BKR Dasar
BKR dasar adalah kelompok BKR yang telah mempunyai pengurus
yang terdiri dari ketua dan tiga anggota, mempunyai 4 orang kader/
fasilitator, dan telah melaksanakan kegiatan kelompok berupa
pertemuan penyuluhan.

b) BKR Berkembang
BKB berkembang adalah kelompok BKR yang telah mempunyai
pengurus yang terdiri dari ketua dan tiga anggota, mempunyai 6 orang
kader, 2 – 4 diantaranya telah dilatih tentang BKR, telah melaksanakan
kegiatan kelompok berupa penyuluhan, konseling, dan telah
mempunyai tenaga konselor.
c) BKR Paripurna
BKR paripurna adalah kelompok BKR yang telah mempunyai pengurus
yang terdiri dari ketua dan tiga anggota atau sesuai dengan
kebutuhan, mempunyai 8 orang kader, yang semuanya telah dilatih
tentang BKR, telah melaksanakan kegiatan kelompok berupa
penyuluhan, konseling, rujukan, serta telah mempunyai tenaga

47
konselor dan pakar, yang dapat membimbing kelompok tersebut
dalam melakukan berbagai kegiatan di lapangan, termasuk program-
program pengentasan kemiskinan.

c. Bina Keluarga Lansia (BKL)


1) Pengertian
Adalah wadah kegiatan keluarga yang mempunyai lansia, untuk
mewujudkan lanjut usia yang sehat, mandiri, produktif dan bertaqwa,
sehingga dapat diberdayakan dalam pembangunan dengan
memperhatikan kearifan, pengetahuan, keahlian dan pengalamannya
sesuai usia dan kondisi fisiknya.
2) Tujuan
Meningkatkan kesejateraan Lansia melalui kepedulian dan peran keluarga
dalam mewujudkan lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mandiri, produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
3) Sasaran
Keluarga yang seluruh anggotanya lanjut usia atau keluarga yang
mempunyai anggota lanjut usia.
4) Ruang Lingkup Kegiatan
Penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan , pencatatan dan pelaporan oleh
kader.
5) Stratifikasi Kelompok
a) BKL Dasar
Adalah kelompok BKL yang telah mempunyai pengurus yang terdiri
dari dari ketua dan 3 anggota atau sesuai dengan kebutuhan,
mempunyai 4 orang kader/fasilitator dan telah melaksanakan kegiatan
kelompok berupa pertemuan penyuluhan.

48
b) BKL Berkembang
Adalah kelompok BKL yang telah mempunyai pengurus yang terdiri
dari ketua dan 3 anggota, mempunyai 6 orang kader, 2-4 diantaranya
telah dilatih tentantg BKL, telah melaksanakan kegiatan kelompok
berupa penyuluhan, konseling dan telah mempunyai tenaga
“konselor”.
c) BKL Paripurna
Adalah kelompok BKL yang telah mempunyai pengurus yang terdiri
dari ketua dan 3 anggota atau sesuai kebutuhan, mempunyai 8 orang
kader yang semuanya telah dilatih tentang BKL, telah melaksanakan
kegiatan kelompok berupa penyuluhan, konseling, rujukan, serta telah
mempunyai tenaga “konselor” yang dapat membimbing kelompok
tersebut dalam melakukan berbagai kegiatan di lapangan, termasuk
program pengentasan kemiskinan seperti kegiatan ekonomi produktif.
6) Materi pokok penyuluhan BKL
Materi pokok penyuluhan BKL terdiri dari:
a) Materi Dasar
• Program KB Nasional
• Konsep Dasar BKL
b) Materi Inti
• Pemantapan 8 fungsi keluarga
• Peran keluarga
• Pembinaan kehidupan beragama
• Pembinaan psikis/ mental
• Pembinaan sosial, ekonomi dan budaya
• Pola hidup sehat
c) Materi Penunjang
• Pengelolaan Program BKL untuk kader
• Materi lain yang diperlukan

49
d. Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)
1) Pengertian
Kelompok UPPKA adalah kelompok usaha ekonomi produktif yang
beranggotakan sekumpulan anggota keluarga yang saling berinteraksi
dan terdiri dari berbagai tahapan KS, baik PUS yang sudah ber-KB
maupun yang belum ber-KB dalam rangka meningkatkan tahapan
kesejahteraan dan memantapkan kesertaan ber-KB.
2) Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan peserta KB terutama keluarga Pra S dan KS I
anggota kelompok UPPKA melalui proses pembelajaran usaha dalam
rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan dan kemandirian ber-KB

e. Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK R)


Pusat Informasi dan Konseling Remaja merupakan wadah bagi remaja untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang program Generasi
Berencana (GENRE) sehingga remaja berperilaku menjadi Generasi yang
berencana, yaitu merencanakan kehidupan di masa depan dalam berumah
tangga. Remaja harus memahami tentang Pendewasaan Usia Perkawinan
(PUP), Kesehatan Reproduksi Remaja, Seksualitas, HIV/ AIDS dan Infeksi
Menular Seksual. Remaja juga dibekali dengan Life Skill sehingga menjadi
remaja berencana yang Tangguh, bertanggung jawab dan mandiri.

f. Delapan Fungsi Keluarga


Untuk mewujudkan keluarga Indonesia yang berkualitas perlu masing-masing
keluarga memahami dan melaksanakan fungsi-fungsi yang terangkum dalam
8 fungsi keluarga. Dalam setiap fungsi terdapat nilai-nilai moral yang harus
diterapkan keluarga melalui sikap dan perilaku orang tua yang akan menjadi
teladan bagi anaknya.

50
Adapun 8 fungsi keluarga tersebut adalah:
1) Fungsi Agama
Fungsi ini untuk membangun insan yang agamis yang bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Fungsi ini dimungkinkan untuk dijalankan oleh
setiap keluarga karena pada kenyataannya disamping agama sudah
menjadi pegangan bangsa Indonesia, juga adalah sebagai landasan idiil
negara kita yaitu sila pertama Pancasila. Keluarga dibangun untuk mampu
menjadi wahana yang pertama dan utama membawa seluruh anggotanya
melaksanakan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dengan penuh iman dan taqwa
terhadap TYME.
Contoh: iman, taqwa, kejujuran, tenggang rasa, rajin, kesolehan, ketaatan,
suka membantu, disiplin, sopan santun, kesabaran, kasih sayang,
tanggung jawab terhadap anak, gotong royong, sopan santun, kerukunan,
kepedulian, kebersamaan, toleransi, kebangsaan.

2) Fungsi Sosial Budaya


Fungsi ini merupakan fungsi pelestarian budaya bangsa melalui keluarga,
dimana keluarga dibangun menjadi wahana untuk melestarikan budaya
nasional yang luhur dan bermartabat yang mencerminkan tingkah laku
suatu bangsa.
Contoh: gotong royong, sopan santun, kerukunan, kepedulian,
kebersamaan, toleransi, kebangsaan.

3) Fungsi Cinta Kasih


Fungsi ini adalah suatu perwujudan bahwa pada hakekatnya manusia
haruslah mencintai dan mengasihi sesama anggota keluarga dan
kemudian untuk mengasihi masyarakat dimana mereka berada. Keluarga
menjadi wahana yang pertama dan utama untuk menumbuhkan cinta

51
kasih antar sesama anggotanya, antar orang tua dengan pasangannya,
antara anak dengan orangtuanya, dan antara sesama anak-anak sendiri.
Contoh: empati, akrab, adil, pemaaf, setia, pengorbanan, suka menolong,
bertanggung jawab.

4) Fungsi Perlindungan
Keluarga menjadi perlindungan yang utama dan kokoh dalam
memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak dan
keturunannya. Fungsi ini harus diciptakan rasa aman dan nyaman dalam
lingkungan keluarga. Contoh: aman, pemaaf, tanggap, tabah.

5) Fungsi Reproduksi
Fungsi ini adalah suatu fungsi yang hakiki karena manusia harus dapat
melanjutkan keturunannya dan yang diharapkan adalah keturunan yang
berkualitas. Keluarga menjadi pengatur reproduksi keturunan secara
sehat dan berencana sehingga anak-anak bangsa Indonesia menjadi
berkualitas, menjadi anak yang memiliki daya saing global.
Contoh: tanggung jawab, sehat, keteguhan.

6) Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Keluarga menjadi wahana sebagai sekolah dan guru yang pertama dan
utama dalam mengantarkan anak menjadi panutan masyarakat dan
dirinya sendiri. Fungsi ini mempersiapkan generasi yang lebih baik dengan
memperkenalkan Bina Keluarga Balita.
Contoh: percaya diri, luwes, bangga, rajin, kreatif, tanggung jawab,
kerjasama.

52
7) Fungsi Ekonomi
Upaya yang dilakukan dalam memberikan suatu kegiatan yang bersifat
ekonomis yang sangat produktif untuk meningkatkan perekonomian,
kesejahteraan dan kemandirian keluarga, menjadi keluarga yang sejahtera
lahir batin.
Contoh: hemat, teliti, disiplin, peduli, ulet.

8) Fungsi Pemeliharaan Lingkungan


Keluarga siap dan sanggup untuk menjadi pemelihara dan menjamin
terkondisinya kelestarian lingkungan hidup dalam mendukung
pembangunan nasional berwawasan kependudukan yang berkelanjutan.
Contoh: bersih, disiplin, teratur.

g. Orangtua Hebat
Menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak, sudah barang tentu tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Ada banyak upaya yang harus
dilakukan. Dalam pemikiran penulis, setidaknya ada empat upaya yang harus
dilakukan orangtua agar menjadi orangtua hebat dalam mengasuh anak.
Keempat hal yang dimaksud adalah:
1. Orangtua harus benar-benar mempersiapkan diri sebagai pengasuh
anak yang baik.
Orangtua harus mengetahui apa yang harus dilakukan selama mengasuh
anak, mampu menumbuhkembangkan harapan anak, senantiasa
memberikan saran dan nasehat yang positif pada anak, membentuk
lingkungan yang kondusif, melakukan pembiasaan yang baik pada anak
dan pengulangan selama diperlukan serta memberikan hadiah berupa
pujian disaat anak berhasil melakukan hal-hal yang baik dan
memberikan hukuman bila anak melanggar aturan yang disepakati.
2. Orangtua harus memiliki konsep diri yang positif.

53
Memiliki konsep diri yang positif artinya mampu memandang dirinya
secara positif. Terkait dengan hal ini, orangtua harus percaya diri bahwa
mereka mampu mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik.
Kepercayaan pada diri sendiri ini penting untuk menumbuhkan
keyakinan bahwa orangtua akan berhasil dalam menjalankan tugas-
tugas mengasuh anak sehingga apa yang menjadi harapannya dapat
tercapai. Agar dapat lebih percaya diri, orangtua harus terus berupaya
untuk menemukenali potensi dan kemampuan diri yang dapat dijadikan
bekal sekaligus dukungan dalam mengasuh dan mendidik anak.
3. Orangtua dalam hal ini ayah dan ibu harus berbagi peran dalam
pengasuhan anak sesuai dengan porsinya masing-masing.
Ayah dengan segala “ketegasan” sikapnya dapat mendidik anak agar
dapat lebih mandiri dan memiliki keteguhan dalam pendirian dan
tindakan serta tetap tegar ketika menghadapi tantangan dan hambatan.
Sementara ibu dengan segala “kelembutan” hatinya dapat menanamkan
jiwa sosial dan rasa kemanusiaannya. Juga menanamkan sikap saling
menghormati, menghargai dan berperilaku yang mendasarkan pada
norma agama dan budaya yang dianut. Dengan demikian karakter anak
akan terbentuk yang menjadikannya sebagai anak yang berkepribadian
luhur.
4. Orangtua harus mampu menjaga anak dari pengaruh buruk media.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, telah menyebabkan
media cetak dan elektronik berkembang pesat sehingga semua
informasi dapat diakses oleh anak dengan leluasa. Persoalannya banyak
informasi yang belum saatnya diketahui anak atau memang tidak layak
dikonsumsi oleh anak. Di sinilah pentingnya peran orangtua sebagai
pengendali atau filter yang efektif agar pengaruh media tidak
berdampak buruk pada pola piker, sikap dan perilaku anak.

54
Dengan memperhatikan empat hal diatas, maka orangtua akan berhasil
membawa anak sebagai generasi yang berkualitas dan berkarakter. Apabila
ini dipadukan dengan pendidikan formal dan non formal yang baik, dapat
dipastikan bahwa generasi masa depan yang handal akan dapat terwujud.
Bukan saja cerdas, sehat dan trampil, tetapi juga selalu ceria, bersemangat
menggapai masa depan, berkepribadian luhur dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

h. GENRE
GENRE atau generasi berencana adalah sebuah program dari BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana) yang membahas Substansi sebagai
berikut:
1. Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Seksualitas
3. Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
4. Alat dan Obat Kontrasepsi
5. HIV/ AIDS
6. Infeksi Menular Seksual
7. Life Skill
8. 8 Fungsi Keluarga
9. Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
10. PIK Remaja sebagai wadah remaja untuk memahami program GENRE.

i. Lansia Tangguh
Penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia)
diperkirakan meningkat menjadi 80 juta pada 2030, atau naik 23 sampai 24
persen.

55
Lansia tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia yang berumur diatas
60 tahun bercirikan Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif. Untuk mewujudkan
lansia Tangguh melalui Promotif (promosi), Preventif (pencegahan), Kuratif
(pengobatan) dan Rehabilitatif (pemulihan).

Terdapat 7 Dimensi Lansia Tangguh, yaitu dimensi:


1. spiritual,
2. intelektual,
3. fisik,
4. emosional,
5. sosial kemasyarakatan,
6. profesional vokasional, dan
7. lingkungan

j. Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)


Institusi Masyarakat adalah organisasi kelompok, maupun perorangan yang
mempunyai pengaruh dalam masyarakat dan pranata serta mempunyai
tujuan yang ingin dicapai. IMP merupakan suatu wadah pengorganisasian dan
pembinaan keluarga serta wadah pengelolaan dan pelaksanaan gerakan KB
nasional ditingkat desa kebawah. Wadah tersebut secara nasional disebut
Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) (Desa/ Kelurahan),
Sub PPKBD ( RW).

PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau


beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/
mengelola program KB Nasional di tingkat desa/kelurahan. Memiliki tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang
sebagai pembantu pembina penyelenggaraan program KB di desa/kelurahan
untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB dan KS,

56
membina kelompok kegiatan, mencatat dan melaporkan kegiatan yang
dilakukan secara rutin.

Sub PPKBD (Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah


seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif
melaksanakan/mengelola program KB Nasional di tingkat dusun/Rukun
Warga (RW).

Pada tingkatan RT, maka terdapat KKBS RT, yang mana kadernya adalah kader
setingkat RT yang membantu Sub PPKBD untuk memantau dan mencatat
data tentang KK, PUS, KB, Hamil, Jumlah anak dan data tahapan keluarganya.

2. Kependudukan
Masalah kependudukan di Indonesia dewasa ini, sudah merupakan masalah
yang perlu mendapat perhatian dan penggarapan yang serius dari kita, yaitu
pemerintah bersama dengan masyarakat kita semua dan menjadi bahan
analisis yang menarik karena berbagai aspek pembangunan berkaitan dengan
masalah kependudukan.
a. Masalah pokok kependudukan di Indonesia dipengaruhi antara lain:
1) Masalah jumlah penduduk yang besar
2) Masalah pertumbuhan penduduk yang cepat
3) Masalah penyebaran penduduk yang timpang/tidak merata
4) Masalah komposisi umur penduduk
5) Masalah mobilitas penduduk
6) Masalah tingkat kelahiran yang tinggi
7) Karakteristik sosial ekonomi penduduk

b. Implikasi terhadap pembangunan


1) Peningkatan kesejahteraan lambat

57
2) Pemanfaatan sumber alam berlebihan
3) Pinjaman luar negeri meningkat
4) Penanggulangan kemiskinan sulit
5) Masalah ketenaga kerjaan meningkat
6) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) rendah, rangking 108 dari 179 negara

c. Kebijakan dan perencanaan bidang kependudukan


Kebijakan dan perencanaan dalam bidang kependudukan yang segmentatif
adalah mutlak sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis
(pembangunan berwawasan kependudukan), yang meliputi antara lain:
1) Pengendalian kuantitas penduduk
2) Peningkatan kualitas penduduk
3) Mobilitas diarahkan sesuai visi BKKBN dan sasaran MDG’s
4) TFR diharapkan konstan pada angka 1,6 - 2,1
5) Komitmen program KKB harus tetap tinggi di berbagai tingkatan wilayah

Terdapat tiga komponen dasar kependudukan, yaitu fertilitas, mortalitas dan


migrasi.
a. Fertilitas
1) Konsep dan Definisi Fertilitas
a) Fertilitas dan Fekunditas
Fertilitas, adalah kemampuan seorang wanita untuk melahirkan hidup
seorang anak, sedangkan potensi seorang wanita untuk melahirkan
disebut FEKUNDITAS.
Berbeda dengan Fertilitas, dalam fekunditas yang dilihat adalah
potensi untuk melahirkan tanpa melihat apakah wanita tersebut
benar-benar melahirkan seorang anak atau tidak.
b) Jumlah Kelahiran

58
Yang dimaksud jumlah kelahiran adalah banyaknya kelahiran hidup
yang terjadi pada waktu tertentu di wilayah tertentu.
c) Anak Lahir Hidup (ALH – Children Ever Born)
Kelahiran yang dimasukkan dalam perhitungan adalah anak yang lahir
hidup. Untuk bayi yang lahir hidup sesaat kemudian meninggal/mati
maka seharusnya dimasukkan dalam penghitungan dan registrasi
sebagai kelahiran.
Konsep kelahiran Hidup menurut World Health Organization (WHO).
Didefinisikan sebagai kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan
lamanya di dalam kandungan, di mana si bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan pada saat dilahirkan, misalnya ada nafas (bernafas),
ada denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan
otot.
d) Anak Masih Hidup (AMH – Children Still Living)
Yaitu jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang wanita
sampai saat wawancara dilakukan.
e) Abortus
Adalah kematian janin dalam kandungan dengan umur kehamilan
kurang dari 28 minggu
Abortus dapat terjadi disebabkan karena :
• Disengaja (induced)
• Tidak disengaja (spontaneous)
f) Masa Reproduksi (childbearing Age)
Yaitu masa dimana perempuan mampu melahirkan dimulai dari saat
menarche hingga memasuki masa menopause yang disebut juga usia
subur (15 – 49 tahun).
g) Sumber Data Fertilitas
Sumber data fertilitas dapat diperoleh melalui:
• Registrasi penduduk

59
• Sensus penduduk
• Survei penduduk Antar Sensus ( Supas )
• Survei-survei lain yang mempunyai cakupan nasional, misal Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2) Ukuran-ukuran Fertilitas
Ukuran-ukuran fertilitas dapat dikelompokkan ke dalam istilah:
a) Yearly performance current fertility yang meliputi
(CBR;GFR;ASFR;TFR)
• CBR: Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)
Yaitu angka yang menunjukkan jumlah kelahiran pada suatu
periode per 1000 penduduk pada periode yang sama.
• GFR: General Fertility Rate (Angka Kelahiram Umum)
Yaitu banyaknya kelahiran pada suatu periode per 1000 penduduk
perempuan usia 15-49 tahun atau 15-44 tahun pada pertengahan
periode yang sama.
• ASFR: Age Specific Fertility (Angka Fertilitas Umur tertentu)
Yaitu banyaknya kelahiran pada perempuan kelompok umur
tertentu pada suatu periode per 1000 penduduk perempuan pada
kelompok umur yang sama pada pertengahanperiode yang sama.
• TFR: Total Fertility Rate ( Angka Fertilitas Total)
Adalah angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak yang dimilki
oleh wanita usia subur, sepanjang siklus kehidupan reproduksinya.

60
b) Reproductive History (comulative fertility) yang meliputi (CEB,CWR)
• CEB: Children ever born (jumlah anak yang pernah dilahirkan
hidup (ALH)
Anak Lahir hidup ini mencerminkan banyaknya kelahiran
sekelompok atau beberapa kelompok perempuan selama masa
reproduksinya (disebut juga paritas).
• CWR: Child Woman Ratio
Merupakan ratio antara jumlah anak berusia di bawah lima tahun
(0-4 tahun) dengan jumlah penduduk perempuan usia reproduksi.
c) Ukuran-ukuran Reproduksi
Berkaitan dengan ukuran reproduksi dikenal istilah Angka Reproduksi.
Angka Reproduksi adalah: ukuran yang berkenaan dengan
kemampuan suatu penduduk untuk menggantikan dirinya. Oleh
karenanya yang dihitung adalah bayi perempuan saja.
Yang termasuk ukuran Reproduksi meliputi (GRR dan NRR)
• GRR : Gross Reproduction Rate (Angka Reproduksi Kotor)
Yaitu banyaknya perempuan yang dilahirkan oleh suatu kohor
perempuan.
• NRR : Nett Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih)
Yaitu angka memperhitungkan kemungkinan si bayi perempuan
meninggal sebelum masa reproduksinya.
Asumsi: bayi perempuan mengikuti pola fertilitas dan pola
mortalitas ibunya.
Contoh : missal ada NRR = 1,00623 per ibu
Artinya bahwa rata-rata banyaknya anak perempuan yang dimiliki
oleh suatu kohor perempuan yang akan tetap hidup hingga masa
reproduksinya adalah satu dan dua orang.

61
3) Metode-metode pengukuran fertilitas
a) Metode Langsung
Metode langsung dapat diperoleh dengan menghitung jumlah bayi
yang lahir dalam suatu periode pengamatan kemudian dibagi dengan
jumlah perempuan yang terpapar kepada peristiwa melahirkan
(woman years lived). Informasi ini diperoleh dari sejarah kelahiran
lengkap (full birth histories) selama periode tertentu dengan
menggunakan data kalender.
Estimasi TFR dengan menggunakan metode langsung di Indonesia
pertamakali dilakukan dengan menggunakan hasil Survei Prevalensi
Kontrasepsi Indonesia ( SPI ) 1987, kemudian Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991,1994 dan 1997 serta hasil Supas 1995
juga dilakukan estimasi TFR dengan menggunakan metode langsung.
b) Metode Tidak Langsung
Metode tidak langsung diperoleh dengan menggunakan informasi
tentang jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup (Children ever born)
serta jumlah anak masih hidup (surving children).
Estimasi TFR untuk Indonesia dan propinsi-propinsi telah dilakukan
dengan menggunakan metode tidak langsung, yaitu yang dihitung:
Anak kandung (own-Children/OC)
• Rele
• Palmore
• Anak lahir hidup yang terlahir (Last Live Birth/ LLB )
Data yang telah digunakan adalah hasil Sensus Penduduk 1971,1980
dan 1990 serta survei Penduduk Antar Sensus (Supas) 1976, 1985 dan
1995.
Khusus untuk metode LLB data yang digunakan adalah hasil Supas
1985 dan 1995. Estimasi dengan metode yang berbeda menghasilkan

62
angka yang berbeda karena masing-masing metode menggunakan
asumsi serta penyesuaian yang berbeda.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas


a) Secara langsung:
• Jumlah WUS
• Jumlah PUS
• Rata-rata usia kawin pertama
• Lama status kawin
• Keguguran
• Abstinensi
• Kontrasepsi
b) Secara tidak langsung : sosial, ekonomi, demografi, budaya, dan
lingkungan

b. Mortalitas
1) Definisi Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu komponen demografi
selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan
komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai
suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara
permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah terjadi kelahiran hidup.
Definisi kematian tersebut harus diketahui, untuk mendapatkan data
kematian yang benar. Kematian hanya bisa terjadi kalau sudah terjadi
kelahiran hidup atau keadaan mati selalu didahului dengan keadaan
hidup.
Lahir hidup (live birth).

63
Yaitu peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu secara
lengkap tanpa memandang lamanya kehamilan dan setelah perpisahan
tersebut terjadi; hasil konsepsi bernafas dan mempunyai tanda-tanda
hidup lainnya, seperti denyut jantung, denyut tali pusat, atau gerakan-
gerakan otot, tanpa memandang apakah tali pusat sudah dipotong atau
belum.
Lahir mati (fetal death)
Yaitu peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi
sebelum hasil konsepsi tersebut dikeluarkan dari rahim ibunya.

2) Sumber data kematian


Beberapa sumber data kematian yaitu:
a) Sensus penduduk
b) Survei
c) Sumber-sumber lain seperti: Rumah Sakit, Dinas Pemakaman, Kantor
Polisi, dll

3) Indikator Mortalitas
Bermacam-macam Indikator Mortalitas atau angka kematian yang umum
dipakai adalah:

a) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death rate (CDR)


Angka Kematian Kasar (Crude death Rate) adalah angka yang
menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu
tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk.
Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur
penduduk, penduduk tua mempunyai resiko kematian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih muda
b) Angka Kematian Bayi (AKB) / Infant Mortality Rate (IMR)

64
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka Kematian
Bayi (AKB)/ Infant Mortality Rate adalah banyaknya kematian bayi
berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.
c) Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 th)
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang
baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun 11
bulan 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0- 4 tahun.
Angka kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0 – 4
tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama
pada pertengahan tahun ini (termasuk kematian bayi).
d) Angka Kematian Anak (AKA 1 - 5 th)
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun )disini adalah penduduk
yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai
dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
e) Angka Kematian Anak
Adalah jumlah kematian anak berusia 1–4 tahun selama satu tahun per
1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu.
f) Angka Kematian Ibu (AKI) / MMR
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau
dkematian dalan kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll.
g) Angka Kematian Ibu (AKI) / (Maternal Mortality Rate)
Adalah angka yang menunjukkan jumlah kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup per tahun.

65
h) Angka Harapan Hidup ( UHH ) atau Life Expectancy
Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial
ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan
hidup penduduk suatu negara. Meningkatnya perawatan kesehatan
melalui puskemas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu
memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunya pendidikan
yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan
yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
i) Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah:
Rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang
telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam
situasi mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakatnya.
Angka harapan hidup saat lahir adalah; rata-rata tahun hidup yang
akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.

c. Migrasi
Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam Demografi.
Komponen ini bersama dengan komponen lainnya, kelahiran dan kematian
mempengaruhi dinamika kependudukan di suatu wilayah seperti
pertumbuhan, juml;ah, komposisi, dan distribusi keruangan. Tinjauan migrasi
secara regional sangat penting dilakukan tertama terkait dengan kepadatan
penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik
bagi penduduk untuk melakukan migrasi, kelancaran sarana transportasi
antar wilayah dan pembangunan.

66
1) Definisi Migrasi
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi
internal) atau batas politik/Negara (migrasi internasional).
2) Jenis-jenis Migrasi
Ditinjau dari dimensi ruang atau/daerah, secara garis besar migrasi
dibedakan atas :
a) Perpindahan antar Negara, yaitu perpindahan penduduk dari suatu
Negara ke Negara lain atau yang disebut sebagai Migrasi International.
b) Perpindahan yang terjadi dalam suatu Negara. Misalnya antar
propinsi, antar kabupaten dan kota, migrasi pedesaan ke perkotaan
atau suatu administratif lainnya yang lebih rendah daripada tingkat
kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan dan seterusnya. Jenis
Migrasi Internal.

Dalam kenyataan sehari-hari dikenal jenis perpindahan yang bersifat


tidak menetap karena berkaitan pekerjaan yaitu:
a) Migrasi Sirkuler atau musiman
Yakni migrasi yang terjadi jika seseorang berpindah tempat tetapi
tidak bermaksud menetap di tempat tujuan, apalagi biasanya orang
tersebut masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat
asal.
b) Migrasi Ulang-Alik (commuter)
Yakni orang yang setiap hari meninggalkan tempat tinggalnya pergi ke
kota lain untuk bekerja berdagang dan sebagainya tetapi pulang pada
sore harinya.

67
Urbanisasi (Urbanization)
Yaitu bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah
perkotaan uang disebabkan oleh pertambahan penduduk alami,
perpindahan penduduk ke perkotaan, dan atau akibat dari perluasan
daerah perkotaan.

c) Transmigrasi (Transmigration)
Adalah salah satu bagian dari migrasi yang direncanakan pemerintah
maupun oleh sekelompok penduduk yang berangkat bermigrasi
bersama-sama. Transmigrasi adalah pemindahan dan/ kepindahan
penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah yang lain yang
ditempatkan di dalam wilayah RI guna kepentingan pembangunan
Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-
undang transmigrasi di Indonesia, diatur dengan Undang-Undang
No.3 Tahun 1972.

3) Ukuran-ukuran Migrasi
Ada beberapa pengertian tentang ukuran-ukuran yang digunakan dalam
perhitungan migrasi antar kabupaten/kota. Ukuran-ukuran tersebut
adalah:
• Angka Migrasi Masuk (MI): yaitu angka menunjukkan banyaknya
migrant yang masuk per 1000 penduduk dia suatu Kabupaten atau
kota tujuan dalam satu tahun.
• Angka Migrasi ke Luar (MO): menunjukkan banyaknya migrant yang
keluar per 1000 penduduk di suatu Kab/kota tujuan dalam satu tahun.
• Angka Migrasi Netto (MN): yaitu selisih banyaknya migrant yang
masuk dan keluar ked an dari suatu kabupaten atau kota per 1000
penduduk dalam satu tahun.

68
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi
Pada dasarnya ada dua pengelompokkan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong
(push factor) dan faktor penarik (pull factor).
a) Faktor pendorong (push factor)
Faktor pendorong disebabkan anatara lain:
• Makin berkurang sumber-sumber kehidupan
• Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal
• Adanya tekanan pokitik atau agama / suku,
• Sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asal
• Alasan pendidikan
• Adanya bencana alam
b) Faktor penarik (full factor)
Faktor penarik disebabkan antara lain:
• Adanya harapan akan memperoleh kesempatan memperbaiki taraf
hidup
• Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang baik.
• Kondisi lingkungan yang nyaman dan keadaan hidup yang
menyenangkan
• Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat hiburan yang
banyak, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang
daerah.

Dalam program Kependudukan terdapat pula program Kampung Keluarga


Berkualitas (Kampung KB), Program Pojok Kependudukan dan Program Sekolah
Siaga Kependudukan.

69
a. Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB)
Program Kampung Keluarga Berkualitas, mula-mula bernama Kampung
Keluarga Berencana yang dicanangkan Presiden Joko Widodo pada tanggal
14 Januari 2016 di Cirebon. Seiring perjalanan waktu karena intervensi
kegiatan yang dilakukan di Kampung berasal dari seluruh lintas sector dan
mitra kerja yang bertujuan untuk meningkatkan capaian program nasional,
maka nama program tersebut diganti menjadi Kampung Keluarga Berkualitas
yang singkatannya tetap Kampung KB.

Kampung KB merupakan wilayah setingkat desa yang menpunyai capaian


program nasional yang rendah. Tujuan dibentuknya Kampung KB adalah
untuk mengentas kampung KB tersebut menjadi desa yang capaian program
nasionalnya meningkat dengan cara dilakukan intervensi kegiatan dari
seluruh bidang yang dilakukan oleh BKKBN dan lintas sector serta mitra kerja.

b. Sekolah Siaga Kependudukan dan Pojok Kependudukan


Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) adalah sekolah yang mengintegrasikan
pendidikan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga
kedalam beberapa mata pelajaran dan atau muatan lokal khusus
kependudukan. Disamping itu juga penerapan pendidikan kependudukan
melalui berbagai kegiatan kesiswaan dan bimbingan konseling SSK ini
didukung dengan Pojok Kependudukan (population corner) sebagai salah
satu smber dan bacaan belajar peserta didik sebagai upaya pembentukan
karakter generasi berencana.

Fungsi Pojok Kependudukan sebagai wahana pembelajaran dan pengenalan


serta pendalaman tentang program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana). Merupakan sebuah ruang yang
strategis, dilengkapi perangkat teknologi informasi berupa Signage (papan

70
informasi digital), komputer, jaringan internet serta display berupa buku-
buku, leaflet dan lainnya.

3. Keluarga Berencana
Dalam substansi Keluarga Berencana tak lepas dari kesehatan reproduksi
(kespro). Kesehatan Reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan


kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga
dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996). Pasangan Usia Subur (PUS)
diharapkan mengetahui betapa pentingnya memahami pola pemakaian alat
kontrasepsi secara rasional. BKKBN menganjurkan usia penikahan ideal bagi
perempuan adalah usia 21 tahun dan untuk laki-laki 25 tahun.

PUS hendaknya mempunyai perencanaan yang matang untuk kehamilan


isterinya. Jika ibu dibawah usia 20 tahun hendaknya menunda kehamilannya.
Sedangkan pada usia diantara 20 – 30 tahun dapat mengatur/ menjarangkan
jarak kehamilannya. Jika isteri umurnya 30 – 35 tahun dan diatas 35 tahun
maka harus mengakhiri kesuburan atau kehamilannya. Dengan demikian
diharapkan Kesehatan ibu dan anak terjamin. Adapun pola pemakaian alat KB
secara rasional dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

71
Gambar 4.9
Pola Pemakaian Alat KB secara Rasional

Selanjutnya Penyuluh KB harus memahami tentang alat dan obat kontrasepsi,


yaitu:

a. Metode Operasi Wanita (MOW)/ Tubektomi


MOW merupakan metode kontrasepsi mantap bagi pasangan yang ingin
membatasi anak. MOW dilakukan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan (FKRTL).

1) Cara Kerja
Terdiri dari dua jenis proses tubektomi pada seorang perempuan
yaitu melalui cara sebagai berikut:
a) Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan
penyakit kandungan yang terlatih agar mampu dilaksanakan
secara aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8
minggu pasca persalinan atau pasca keguguran (tanpa
komplikasi).
b) Minilaparotomi

72
Metode ini merupakan penyederhanaan teknik laparotomi yang
telah dilakukan selama ini. Teknik minilaparotomi dilakukan
dengan membuat sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah
perut bawah maupun pada lingkar pusat bawah. Tindakan ini
dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat
dilakukan oleh dokter yang diberi pelatihan khusus.
Operasi ini juga tergolong aman dan efektif baik untuk masa
interval maupun pascapersalinan karena pengambilan tuba
dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat kemudian
dikeluarkan, diikat, dan dipotong sebagian, setelah itu dinding
perut ditutup kembali, luka sayatan dapat ditutup dengan kassa
yang kering dan steril apabila tidak ditemukan masalah yang
berarti, klien dapat dipulangkan segera setelah 2-4 jam pasca
operasi
2) Petunjuk Penggunaan
a) Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan
b) Dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila
diyakini secara rasional klien tidak dalam kondisi hamil atau hari
ke-6 hingga hari ke-13 dari siklus menstruasi
c) Klien Pasca persalinan:
(1) Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu
(2) Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
d) Klien Pascakeguguran :
(1) Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan
laparoskopi dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti
infeksi
(2) Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu
7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi

73
e) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan
f) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman setelah
operasi dilakukan
g) Lakukan kunjungan pemeriksaan rutin antara 7 dan 14 hari
setelah pembedahan atau kembalilah sesegera mungkin bila
dirasakan tanda-tanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan:
(1) Metode kontrasepsi yang sangat efektif dan tidak
menimbulkan efek samping baik jangka panjang maupun
jangka pendek
(2) Mempunyai efek perlindungan terhadap kehamilan dan
penyakit radang panggul (PID), serta kanker ovarium
(3) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
(4) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi
lokal
(5) Tidak ada perubahan pada fungsi seksual
4) Keterbatasan:
(1) Perlu dipertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali) kecuali
dengan operasi rekanalisasi
(2) Klien perlu mendapat dukungan dari keluarga atau
pasangan karena dapat merasa menyesal di kemudian
hari
(3) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
(4) Hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih (dokter
spesialis ginekologi atau dokter spesialisasi bedah untuk
proses laparoskopi)

74
(5) Tidak melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS.

5) Kontraindikasi
(1) Sudah terdeteksi atau dicurigai bahwa klien sedang hamil
(2) Adanya pendarahan vaginal
(3) Tidak sedang menjalani proses pembedahan
(4) Masih ragu untuk memutuskan berhenti memiliki
keturunan
(5) Belum melakukan persetujuan tertulis
Gambar 4.12
Metode Operatif Wanita

Sumber: jatim.bkkbn.go.id

b. Metode Operasi Pria (MOP)/ Vasektomi


MOP merupakan metode jangka panjang dengan bagi pasangan yang ingin
membatasi anak dan ditujukan bagi peran suami. MOP dapat dilakukan
kapan saja, di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) apabila tersedia
tenaga medis yang terlatih dan peralatan yang memadai.

1) Cara Kerja

75
Metode vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui
vasdeferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada
saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen.

Gambar 4.13
Metode Operatif Pria

Sumber: BKKBN

Vasektomi di Indonesia lebih dikenal dengan nama VTP (Vasektomi


Tanpa Pisau) dilakukan tanpa menggunakan pisau melainkan
menggunakan gunting. Operasi dilakukan di bagian atas skrotum yang
ditusuk dengan alat yang ujungnya runcing kemudian disobek
sehingga saluran spermanya dapat ditarik ke atas. Saluran sperma
bagian atas diikat lalu dipotong bertujuan agar saluran sperma tidak
akan menyambung kembali dan selanjutnya dikembalikan ke dalam
lubangnya semula, luka segera diplester. Keuntungan teknik
vasektomi ini adalah luka yang dihasilkan lebih kecil sehingga luka
akan lebih cepat kering, pendarahan minimal, nyeri pascaoperasi
lebih ringan.

76
2) Petunjuk Penggunaan
a) Pertahankan pembalut luka selama 3 hari
b) Hindari menggaruk luka selama proses penyembuhan
c) Tidak membasahi daerah luka dalam kurun waktu 24 jam setelah
pembedahan setelah 3 hari diperbolehkan luka dicuci dengan
sabun dan air
d) Hindari mengangkat barang berat untuk 3 hari setelah operasi
e) Boleh melakukan hubungan seksual setelah hari ke-2 atau hari
ke-3 namun wajib mengunakan kondom atau jenis kontrasepsi
lain pada pasangan selama 3 bulan atau 20 kali ejakulasi
f) Pemeriksaan kembali untuk memastikan cairan semen tidak
mengandung sperma dalam kurun waktu 3 bulan setelah
vasektomi dilakukan.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan:
(1) Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi jangka
panjang
(2) Tidak membuat klien lemah libido karena tidak
mengganggu fungsi seksual atau disfungsi ereksi
(3) Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka
panjang

b) Keterbatasan:
(1) bersifat permanen (non-reversibel) dan timbul masalah
bila klien mau menikah kembali atau ingin memiliki anak
(2) Perlu persiapan psikologis yang matang karena ada
kemungkinan penyesalan di kemudian hari
(3) Perlu tenaga pelaksana terlatih
(4) Tidak melindungi klien terhadap PMS, HIV dan AIDS

77
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/IUD
AKDR merupakan metode pilihan kontrasepsi jangka panjang. AKDR
Cooper T merupakan pilihan metode kontrasepsi non hormonal dan
bekerja secara mekanik

AKDR Keluarga Berencana Paska Persalinan/ Paska Persalianan/ Paska


Keguguran (KB PP/PK) dapat dipasang 10 (sepuluh) menit setelah plasenta
terlepas dari rahim.

AKDR sebaiknya dipasangkan pada peserta KB sebelum 48 (empat puluh


delapan) jam atau diatas 4 (empat) minggu pasca persalinan.

AKDR tidak menggangu produksi ASI, sehingga dapat digunakan bagi ibu
yang akan menyusui bayinya.

AKDR dipasang ke dalam rahim melalui vagina tanpa melalui prosedur


pembiusan. Setelah dipasang, benang AKDR akan menggantung hingga
saluran vagina namun tidak keluar dari vagina. Pemasangan AKDR
dilakukan pada masa menstruasi.

1) Kandungan
Cooper T model Tcu 380A.
2) Cara Kerja
- Menghambat sperma untuk masuk ke saluran indung telur.
Menghambat pertemuan sperma dan sel telur sehingga
mencegah terjadinya kehamilan.

78
- Membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
melakukan pembuahan
3) Efektifitas
Efektivitas pemakaian AKDR sebesar 99,2 - 99,4 %. Fertilitas akan
kembali segera setelah berhenti menggunakan AKDR.
4) Keuntungan
a) Mencegah risiko terjadinya kehamilan secara jangka panjang
hingga 10 tahun.
b) Membantu melindungi dari kanker dinding rahim
(endometrium).
c) Tidak mempengaruhi kualitas dan jumlah ASI
d) Tidak mempunyai efek samping hormonal
e) Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau keguguran
(abortus)
f) Mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
g) Tidak ada interaksi dengan obat-obat lainnya
5) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan bahwa terdapat perubahan pola
menstruasi (terutama pada 3 hingga 6 bulan pertama) yang meliputi:
a) Menstruasi yang memanjang dan lebih banyak
b) Siklus menstruasi tidak teratur
c) Lebih kram dan nyeri selama menstruasi
Gambar 4.14
Cooper T model Tcu 380A

79
Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

d. Alat Kontrasepsi bawah Kulit (AKBK)/Implan


AKBK/Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi jangka panjang.
AKBK/Implan merupakan pilihan metode kontrasepsi hormonal.
AKBK/Implan dapat segera dipasangkan pada ibu sesaat setelah bersalin.
AKBK/Implan tidak menggangu produksi ASI sehingga dapat digunakan
bagi ibu yang akan menyusui bayinya.
1) Kandungan
Etonogestrel 75 mg
2) Aturan Pemakaian
Pemasangan implan dilakukan dalam satu minggu pertama sejak hari
pertama menstruasi dengan bantuan bius lokal.
3) Cara Kerja
Hormon yang terdapat pada implan dilepaskan secara perlahan-
lahan sehingga mengentalkan lendir pada mulut rahim dan
mengakibatkan terhambatnya pergerakan sperma. Hal ini membuat
kemungkinan bertemunya sperma dan sel telur lebih kecil sehingga
dapat mencegah terjadinya pembuahan.
Selain itu hormon ini juga mengganggu pembentukan lapisan dinding
rahim atau endometrium sehingga sel telur yang sudah dibuahi sulit
menempel pada dinding rahim dan mencegah terjadinya kehamilan.
4) Efektifitas

80
Efektivitas implan sebesar 99,9%. Setelah berhenti penggunaan
kontrasepsi implant, fertilitas akan kembali rata-rata sekitar 1 bulan
lebih lama dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.
5) Keuntungan
Membantu mencegah:
a) Risiko terjadinya kehamilan
b) Penyakit radang panggul
Dapat melindungi dari: Anemia
a) defisiensi besi
b) Tidak memerlukan pemeriksaan organ reproduksi (vagina)
c) Mengurangi nyeri saat menstruasi dan jumlah perdarahan
menstruasi
d) Tidak mengganggu hubungan seksual
6) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan hal-hal berikut:
a) Perubahan pola menstruasi
b) Sakit Kepala
c) Nyeri Perut
d) Jerawat (dapat membaik atau memburuk)
e) Perubahan Berat Badan
f) Nyeri Payudara
g) Pusing
h) Perubahan suasana hati (emosi)
i) Mual

81
Gambar 4.15
Implan 2 Batang

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

e. Suntikan KB
Suntikan KB adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Suntikan KB
merupakan pilihan metode kontrasepsi bersifat hormonal.

Suntikan KB progestin 3 (tiga) bulanan baru dapat diberikan diatas 6


(enam) minggu setelah persalinan. Suntikan KB 3 bulanan tidak
menggangu produksi ASI sehingga dapat digunakan bagi ibu yang akan
menyusui bayinya dan Suntikan KB kombinasi 1 (satu) bulanan tidak dapat
diberikan pada ibu yang menyusui bayinya, karena akan mengganggu
produksi ASI.
1) Kandungan
Medroxyprogesterone acetate (DMPA) 150 mg/ 3 ml.
2) Aturan Pemakaian
Penyuntikan dilakukan secara intramuskular pada otot gluteal
(bokong) atau deltoid (bahu) setiap 3 bulan (13 minggu).

3) Cara Kerja
- Mencegah pelepasan sel telur dari indung telur

82
- Mengentalkan lendir rahim sehingga dapat menghambat
pertemuan antara sperma da sel telur.
4) Efektifitas
Memiliki efektivitas >99% bila digunakan secara tepat waktu. Setelah
berhenti penggunaan kontrasepsi suntik, fertilitas akan kembali rata-
rata sekitar 1 bulan lebih lama dibandingkan metode kontrasepsi
lainnya.
5) Keuntungan
Membantu mencegah:
a) Risiko terjadinya kehamilan
b) Kanker endometrium
c) Fibroid uterus
Dapat mencegah:
a) Penyakit radang panggul
b) Anemia defisiensi besi
Mengurangi:
a) “Sickle Cell Crisis” pada wanita dengan anemia sel sabit
b) Gejala endometriosis (nyeri panggul, siklus menstruasi yang
tidak teratur)
6) Efek Samping
Beberapa akseptor melaporkan hal-hal berikut:
a) Perubahan pola menstruasi Peningkatan berat badan
b) Nyeri kepala
c) Pusing
d) Perut kembung dan rasa tidak nyaman
e) Perubahan suasana hati (emosi) Penurunan libido
7) Tidak bisa digunakan jika:
a) Sedang hamil atau diduga hamil

83
b) Sedang menyusui kurang dari 6 minggu, atau sedang menyusui
secara eksklusif selama 6 bulan
c) Perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya
d) Memiliki salah satu kondisi: hipertensi, perokok berat (lebih dari
15 batang per hari) atau usia lebih dari 35
e) Peradangan hati akut (virus hepatitis)
f) Pernah terserang stroke atau memiliki hepatitis
g) Sedang menderita kanker payudara

Gambar 4.16
Suntikan KB

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

f. Pil KB Progestin (mini pil) dan Pil Kombinasi


Pil KB adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Pil KB merupakan pilihan
metode kontrasepsi yang bersifat hormonal. Pil KB progestin (mini pil)
dapat segera digunakan pada ibu paca bersalin. Pil KB progestin (mini pil)
tidak menggangu produksi ASI sehingga dapat digunakan bagi ibu yang
akan menyusui bayinya. Pil KB Kombinasi tidak dapat diberikan pada ibu
yang menyusui bayinya, karena akan mengganggu produksi ASI.

84
Pil Progestin (Mini pil)
1) Cara kerja
Minipil bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
menghambat penetrasi sperma
2) Petunjuk Penggunaan
a) Minum minipil setiap hari pada saat yang sama
b) Minum pil yang pertama pada hari pertama pada hari pertama
haid
c) Bila klien muntah setelah meminum pil dalam kurun waktu 2 jam,
minumlah pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi lain
bila klien berniat hubungan seksual pada 48 jam berikutnya
d) Bila kilen lupa meminum pil lebih dari 3 jam maka minumlah segera
ketika ingat dan gunakan metode pelindung sampai 48 jam ke
depan
e) Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa
sesegera ketika klien ingat, gunakan metode pelindung sampai
akhir bulan
f) Akan terjadi perubahan pola haid terutama 2 atau 3 bulan
pertama.
3) Keuntungan
a) Sangat efektif bila digunakan secara benar
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Tidak mempengaruhi produksi ASI
d) Kesuburan cepat Kembali
e) Nyaman dan mudah digunakan
f) Sedikit efek samping karena tidak mengandung estrogen
g) Pemakaian dapat dihentikan setiap saat
h) Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid

85
i) Dapat mengurangi keluahan premenstrual sindrom (sakit kepala,
perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, mudah marah)
4) Keterbatasan
a) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (pendarahan sela,
spotting, amenorea)
b) Permasalahan penurunan/peningkatan berat badan
c) Pemakaian harus rutin setiap hari pada waktu yang sama (disiplin
pemakaian) karena bila lupa satu pil saja dapat menimbulkan
kegagalan
d) Organ payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat
e) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi yang ditunjukkan pada
angka 4 perempuan diantara 100 kehamilan
f) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan
obat tuberkolosis atau obat epilepsy
g) Timbulnya gejala hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di
daerah muka) tetapi sangat jarang terjadi
h) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV dan AIDS

Pil Kombinasi
1) Cara Kerja
Pil kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks
sehingga sulit dilalui sperma sehingga mampu menekan ovulasi dan
mencegah implantasi.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Harus diminum setiap hari dan yakin bahwa kondisi tidak sedang
hamil
b) Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi baik yang sudah
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak
c) Tidak dianjurkan bagi Ibu yang menyusui

86
d) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat karena
efektivitasnya sangat tinggi
3) Keuntungan
a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi) bila digunakan setiap hari ditunjukkan dengan angka 1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan
b) Tidak mengganggu hubungan seksual
c) Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid
d) Dapat digunakan dalam kurun waktu jangka panjang selama klien
menginginkan sebagai alat pencegah kehamilan
e) Kesuburan dapat kembali dengan segera apabila penggunaan pil
dihentikan.
4) Keterbatasan
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap
hari
b) Selama 3 bulan pertama menggunakan akan menimbulkan
beberapa tanda antara lain: rasa mual, perndarahan bercak atau
pendarahan sela, nyeri payudara
c) Tidak boleh diberikan pada wanita yang menyusui
d) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi,
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seks berkurang
e) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga
risiko stroke serta pembekuan darah terutama pada perempuan
usia >35 tahun dan merokok.

87
Gambar 4.17 Pil Kombinasi

Sumber: BKKBN

g. Kondom
Kondom adalah metode kontrasepsi jangka pendek. Kondom merupakan
pilihan metode kontrasepsi barrier. Kondom digunakan pada pria. Kondom
apabila digunakan secara baik dan benar akan sangat efektif sebagai alat
kontrasepsi.
1) Kandungan
Bahan lateks
2) Cara Kerja
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan. Selain sebagai pencegah kehamilan, kondom juga
dapat mencegah penyakit menular seksual.
3) Aturan Pemakaian
Dapat digunakan kapan saja klien menginginkan
4) Cara Kerja
a) Menghalangi masuknya sperma ke dalam vagina sehingga
mencegah kehamilan.
b) Menghalangi masuknya bakteri, virus atau jamur ke vagina
sehingga mencegah penularan infeksi menular seksual dan HIV

88
c) Kondom hanya untuk satu kali pakai
5) Efektifitas
a) Efektifitas kondom sebesar 90% apabila dipakai dengan benar.
b) Fertilitas akan segera kembali segera setelah berhenti
menggunakan kondom.
6) Keuntungan
a) Membantu mencegah
(1) Risiko terjadinya kehamilan
(2) IMS (infeksi menular seksual), termasuk HIV
b) Dapat mencegah:
(1) Kondisi yang disebabkan oleh IMS
(2) Penyakit radang panggul berulang dan nyeri panggul
kronis
(3) Kanker serviks
(4) Infertilitas (pada pria dan wanita)
7) Keterbatasan
a) Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan
benar sesuai petunjuk penggunaan kondom.
b) Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit
klien yang sensitif.
c) Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena
mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
d) Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga
diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
e) Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum
karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang
pengguna kondom.
f) Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam
hal limbah yang mencemari lingkungan.

89
Gambar 4.18 Kondom

Sumber: Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB era JKN

h. Metode Amenoroe Laktasi (MAL)


Metode Amenoroe Laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi alamiah.
MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
ekslusif, tanpa pemberian tambahan makanan ataupun minuman apapun
lainnya.
Persyaratan menggunakan MAL sebagai kontrasepsi sebagaimana
disebutkan ada 3 (tiga) antara lain:
1) memberikan ASI ekslusif
2) bayi kurang dari 6 bulan dan
3) ibu belum mendapatkan menstruasi

Jika ibu menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat


memproteksi sekurangnya selama enam bulan, dan setelah 6 bulan keatas
peserta KB harus mempertimbangkan penggunaan metode tambahan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam MAL, antara lain:

90
1) Cara Kerja
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama
6 bulan, artinya periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa
makanan dan minuman tambahan lainnya. Proses ini akan
menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan
tidak akan terjadinya kehamilan. MAL mampu dijadikan metode
kontrasepsi bila Ibu menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan
belum haid (masa nifas), usia bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus
dilanjutkan menggunakan jenis kontrasepsi lainnya setelah berjalan
lebih dari enam bulan.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Ibu harus menyusui secara penuh
b) Pendarahan selama 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan
selama tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena
ketika Ibu sudah mendapat haid pertanda bahwa kembalinya
kesuburan
c) Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari
botol
d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi
lahir
e) Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
f) Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan
menyusui dari kedua payudara secara bergantian
g) Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu
selama 24 jam termasuk malam hari
h) Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam
3) Keuntungan
a) Keuntungab bagi Bayi

91
(1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi
perlindungan lewat ASI)
(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk
tumbuh kembang bayi optimal
(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari
air, susu lain atau susu formula, atau dari bahan peralatan
minum yang digunakan
b) Keuntungan bagi Ibu
(1) Mengurangi pendarahan pascapersalinan
(2) Mengurangi risiko anemia
(3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi
4) Keterbatasan
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pascapersalinan
b) Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena
kondisi sosial atau psikologis Ibu dan bayi
c) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan periode 6 bulan
d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV
dan AIDS

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi BKKBN ditetapkan kebijakan keluarga
berencana mengarah pada peningkatan kesertaan ber-KB khususnya Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang memiliki efektifitas dan efisiensi yang
tinggi terhadap pengendalian kelahiran dan percepatan pencapaian target
prevalensi perserta KB aktif terhadap PUS.

92
4. Program Percepatan Penurunan Stunting
Stunting merupakan isu strategis dan kompleks karena ditenggarai multiple
faktor dan membutuhkan kerjasama lintas sektor untuk mengatasinya. Laporan
TNP2K pada tahun 2017 menyebutkan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi terjadinya Stunting: 1) Praktek pengasuhan yang dipengaruhi
oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang kesehatan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan serta sesudah melahirkan; 2) Pelayanan ANC– Antenatal
Care dan Post-Natal Care yang berkualitas; 3) Akses ke makanan bergizi yang
masih kurang; 4) dan kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi yang dapat
mempengaruhi terjadinya infeksi berulang yang berdampak pada
perkembangan anak.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan


Penurunan Stunting, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang
ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang
ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan. Secara lebih teknis, stunting didefinisikan sebagai keadaan
dimana status gizi pada anak menurut TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2
Standar Deviasi yang menunjukan keadaan tubuh yang pendek atau sangat
pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Keadaan gagalnya pertumbuhan anak
akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam masa yang panjang, terutama
pada 1000 hari pertama kehidupannya (1000 HPK).

Sesuai hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30.8 persen
atau sekitar 7 juta balita menderita stunting. Saat ini, prevelensi stunting dari
tahun ke tahun cenderung fluktuatif, 37,2 meningkat dari 35,6 persen di tahun
2007, 36,8 persen di tahun 2010, persen di tahun 2013 dan mulai menurun
menjadi 30,8 persen di tahun 2018 serta kembali turun menjadi 27,7 persen

93
pada tahun 2019. Namun demikian, disparitas yang lebar antar provinsi serta
rerata penurunan yang masih cukup lambat merupakan tantangan dalam
kerangka perecepatan penurunan stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Tubuh pendek pada anak yang berada di bawah standar normal merupakan
akibat dari kondisi kurang gizi yang telah berlangsung dalam waktu lama. Hal
tersebut yang kemudian membuat pertumbuhan tinggi badan anak terhambat
sehingga mengakibatkan dirinya tergolong Stunting. Jadi singkatnya, anak
dengan tubuh pendek belum tentu serta merta mengalami Stunting. Kondisi ini
hanya terjadi ketika asupan nutrisi harian anak kurang sehingga memengaruhi
perkembangan tinggi badannya.

Perlu dipahami bahwa tidak semua anak balita yang berperawakan pendek
mengalami Stunting. Masalah kesehatan ini merupakan keadaan tubuh yang
sangat pendek dilihat dari standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia
berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Menurut Kemenkes RI,
balita bisa diketahui Stunting bila sudah diukur panjang atau tinggi badannya,
lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada pada
kisaran di bawah normal.

Seorang anak dapat dikatakan Stunting atau tidak, bergantung pada hasil
pengukuran tersebut di atas. Jadi tidak hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa
pengukuran tubuh. Selain lebih pendek, terdapat ciri-ciri lain sebagai berikut:
a. Pertumbuhan melambat.
b. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
c. Pertumbuhan gigi terlambat.
d. Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
e. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan
kontak mata terhadap orang di sekitarnya.

94
f. Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun.
g. Perkembangan tubuh anak terhambat, seperti
telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan).
h. Anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.

Sementara, untuk tahu apakah tinggi anak normal atau tidak, Orangtua harus
secara rutin memeriksakannya ke pelayanan kesehatan terdekat. Orangtua
bisa membawa si kecil ke dokter, bidan, posyandu, atau pun puskesmas setiap
bulan.

Berbagai faktor penyebab terjadinya stunting, misalnya asupan gizi yang buruk,
berkali-kali terserang penyakit infeksi, bayi lahir prematur, serta berat badan
lahir rendah (BBLR). Kondisi tidak tercukupinya asupan gizi anak ini biasanya
tidak hanya terjadi setelah ia lahir saja. Melainkan bisa dimulai sejak ia masih di
dalam kandungan. Berikut beberapa hal yang menjadi penyebab Stunting pada
anak. Penyebab Stunting dikarenakan beberapa hal:
a. Kurang asupan gizi selama hamil
World Health Organization (WHO) sebagai Badan Kesehatan Dunia,
menyatakan bahwa sekitar 20 persen kejadian Stunting sudah terjadi saat
bayi masih berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh asupan ibu
selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi yang
diterima janin cenderung sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam
kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran. Oleh
karena itu, penting untuk mencukupi berbagai nutrisi penting selama hamil.
b. Kebutuhan Gizi Anak Kurang tercukupi
Kebutuhan gizi anak yang kurang tercukupi, kondisi ini juga bisa terjadi
akibat makanan balita saat masih di bawah usia 2 tahun yang tidak
tercukupi. Entah posisi menyusui yang kurang tepat, tidak diberikan ASI

95
eksklusif, ataupun MPASI (makanan pendamping ASI) yang diberikan
kurang mengandung zat gizi yang berkualitas.

Banyak teori yang menyatakan bahwa kurangnya asupan makanan juga bisa
menjadi salah satu faktor utama penyebab Stunting. Khususnya asupan
makanan yang mengandung zinc, zat besi, serta protein ketika anak masih
berusia balita. Melansir dari buku Gizi Anak dan Remaja, kejadian ini umumnya
sudah mulai berkembang saat anak berusia 3 bulan. Proses perkembangan
tersebut lambat laun mulai melambat ketika anak berusia 3 tahun. Setelah itu,
grafik penilaian tinggi badan berdasarkan umur (TB/U), terus bergerak mengikuti
kurva standar tapi dengan posisi berada di bawah. Ada sedikit perbedaan
kondisi Stunting yang dialami oleh kelompok usia 2-3 tahun dan anak dengan
usia lebih dari 3 tahun.
Pada anak yang berusia di bawah 2-3 tahun, rendahnya pengukuran grafik tinggi
badan menurut usia (TB/U) bisa menggambarkan proses Stunting yang sedang
berlangsung. Sementara, pada anak yang berusia lebih dari itu, kondisi tersebut
menunjukkan kalau kegagalan pertumbuhan anak memang telah terjadi. Selain
itu, sudah disebutkan di atas, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
Stunting pada anak, yaitu:
a. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil,
dan setelah melahirkan.
b. Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan
dan postnatal (setelah melahirkan).
c. Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
d. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
Untuk mencegahnya, ibu hamil perlu menghindari faktor di atas.

Sesuai pemaparan Bapak Kepala BKKBN tentang Peran TPK dalam PPS,
Desember 2021, disampaikan bahwa stunting disebabkan oleh faktor

96
multidimensi, dan diperlukan intervensi paling menentukan pada 1000 HPK.
Faktor multidimensi tersebut antara lain:
a. Praktik Pengasuhan yang tidak baik
Praktik pengasuhan yang tidak baik dikarenakan:
1) Kurangnya pengetahuan tentang Kesehatan dan gizi sebelum dan
pada masa kehamilan.
2) 30% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI Eksklusif
3) 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping
ASI
b. Kurangnya Akses ke makanan bergizi
1) Mengakibatkan 1 dari 3 Ibu hamil anemia
2) Ada pemahaman bahwa makanan bergizi dianggap mahal
c. Terbatasnya layanan Kesehatan termasuk layanan Ante natal care (ANC),
post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
1) 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan anak usia
dini
2) 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang
memadai
3) Menurunnya tingkat kehadiran anak di posyandu
4) Tidak mendapat akses yg memadai ke layanan imunisasi
d. Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi
1) 1 dari 5 rumah tangga masih buang air besar di ruang terbuka
2) 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

Terjadinya stunting dimulai dari pra konsepsi khususnya pada remaja puteri dan
Wanita Usia Subur (WUS) dengan proses sebagai berikut:
a. Mulai dari pra konsepsi
1) Ketika seorang remaja puteri sudah mengalami kurang gizi dan
anemia.

97
2) Pada saat hamil tidak mendapatkan asupan gizi yang mencukupi.
3) Ibu yang hidup dilingkungan dengan sanitasi dan kesehatan
lingkungan yang kurang memadai.
b. Remaja Puteri (15 – 19 tahun)
Menurut Riskesdas 2018, terdapat 36,3% remaja puteri mempunyai kondisi
berisiko kurang energi kronik.
c. WUS (15 – 49 tahun)
Menurut Riskesdas 2018, terdapat:
1) 33,5% WUS hamil dengan risiko kurang energi kronik
2) 37,1% WUS mengalami anemia

Stunting yang tidak ditangani dengan baik sedini mungkin berdampak:


a. Dampak jangka pendek:
1) Terganggunya perkembangan otak.
2) Kecerdasan berkurang.
3) Gangguan pertumbuhan fisik.
4) Gangguan metabolism dalam tubuh.

b. Dampak jangka Panjang


1) Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar.
2) Menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah terpapar penyakit.
3) Meningkatnya risiko memiliki penyakit diabetes, obesitas, penyakit
jantung, pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia
tua.

Ketika sudah dewasa nanti, anak dengan tubuh pendek akan memiliki tingkat
produktivitas yang rendah dan sulit bersaing di dalam dunia kerja. Bagi anak
perempuan yang mengalami Stunting, ia berisiko untuk mengalami masalah
kesehatan dan perkembangan pada keturunannya saat sudah dewasa. Hal

98
tersebut biasanya terjadi pada wanita dewasa dengan tinggi badan kurang dari
145 cm karena mengalami Stunting sejak kecil. Pasalnya, ibu hamil yang bertubuh
pendek di bawah rata-rata (maternal Stunting) akan mengalami perlambatan
aliran darah ke janin serta pertumbuhan rahim dan plasenta. Bukan tidak
mungkin, kondisi tersebut akan berdampak buruk pada kondisi bayi yang
dilahirkan.

Bayi yang lahir dari ibu dengan tinggi badan di bawah rata-rata berisiko
mengalami komplikasi medis yang serius, bahkan pertumbuhan yang terhambat.
Perkembangan saraf dan kemampuan intelektual bayi tersebut bisa terhambat
disertai dengan tinggi badan anak tidak sesuai usia. Selayaknya Stunting yang
berlangsung sejak kecil, bayi dengan kondisi tersebut juga akan terus mengalami
hal yang sama sampai ia beranjak dewasa.

Dalam mendukung program percepatan penurunan stunting, terdapat program


DAHSAT, yaitu Dapur Sehat Atasi Stunting. DAHSAT bertujuan untuk menjamin
ketersediaan dan akses makanan sehat bagi anak stunting, khususnya ibu hamil,
ibu menyusui, dan balita, serta peningkatan pengetahuan terkait gizi seimbang,
terutama untuk keluarga yang berisiko stunting dan juga Food Bank. Kegiatannya
berupa webinar tentang bagaimana membuat menu sehat atasi stunting dengan
mengutamakan kearifan lokal, yaitu mengangkat menu lokal.

C. RANGKUMAN
Untuk mencapai hasil KIE/Penyuluhan yang optimal, Penyuluh KB harus
memperhatikan media yang digunakan. Media harus sesuai dengan materi yang
akan disampaikan.

Media merupakan salah satu unsur dalam komunikasi yang memainkan peranan
penting dalam proses pelaksanaan KIE/Penyuluhan. Efektifitas KIE/Penyuluhan

99
tergantung pada ketepatan media yang digunakan. Media KIE/Penyuluhan
berperan sebagai perantara dalam penyampaian pesan dari pemberi
KIE/Penyuluhan kepada penerima KIE/Penyuluhan untuk memudahkan
pemahaman sasaran sehingga sasaran dapat memahami pesan yang disampaikan
terkait dengan program bangga kencana. Macam-macam media yang sering
digunakan adalah lembar balik, q-chard, leaflet, buku saku, poster, celemek alat
reproduksi (Wanita dan Pria), video alat dan obat kontrasepsi,

Penyuluh KB sebagai pelaksana program bangga kencana harus memahami


program bangga kencana. Materi/substansi dari program bangga kencana,
misalnya tentang Pembangunan Keluarga (8 Fungsi Keluarga, PUP, Orangtua Hebat,
Tumbuh Kembang Balita, Mencegah Stunting, BKB, BKR, BKL, UPPKA dan PIK R),
Kependudukan (Sekolah Siaga Kependudukan, Pojok Kependudukan, Dampak
Kependudukan), Keluarga Berencana (Alat dan obat kontrasepsi, merencanakan
kehamilan, menjaga jarak kehamilan)

D. LATIHAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan tentang media KIE/Penyuluhan!
2. Jelaskan manfaat penggunaan media dalam KIE/Penyuluhan!
3. Jelaskan jenis-jenis media yang digunakan dalam KIE/Penyuluhan!
4. Jelaskan macam-macam media KIE/Penyuluhan yang digunakan oleh
Penyuluh KB di Lini Lapangan!
5. Jelaskan materi program bangga kencana yang harus dikuasai oleh Penyuluh
KB!

100
E. EVALUASI FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Yang berperan sebagai perantara dalam penyampaian pesan dari pemberi
KIE/penyuluhan kepada penerima adalah …
a. Pemberi KIE/Penyuluhan
b. Cara/metode
c. Materi
d. Media
e. Teknik
2. KIE Kit berdasarkan sifatnya merupakan jenis media …
a. Audial
b. Audio-visual
c. Visual
d. Cetak
e. Elektronik
3. Contoh media lini bawah (below the line media) seperti …
a. Leaflet
b. Surat Kabar
c. Majalah
d. Poster
e. Spanduk
4. Marketing atau promosi dengan merangkul konsumen/sasaran supaya sadar
dengan suatu produk/program yang ditawarkan merupakan aktivitas KIE yang
menggunakan media …
a. Media lini atas (above the line media)
b. Media lini bawah (below the line media)
c. Media lini atas-lini bawah (through the line media)
d. Media online

101
e. Media audio-visual
5. Materi program bangga kencana sebagai bahan KIE/Penyuluhan yaitu …
a. Tribina dan Kependudukan
b. Keluarga Berencana dan Stunting
c. Kependudukan dan Keluarga Berencana
d. Pembangunan keluarga, Kependudukan,dan Keluarga Berencana
e. Kependudukan dan stunting

F. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut, dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan dapat melanjutkan ke BAB berikutnya. Apabila
jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal, sebaiknya Saudara perlu kembali
mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan lebih baik.

102
Sumber: www.istockphoto.com

A. LANGKAH-LANGKAH KIE/PENYULUHAN
Penyuluh KB dalam melaksanakan KIE/Penyuluhan haruslah mengetahui langkah-
langkah teknisnya agar tujuan dari KIE/Penyuluhan tercapai secara efektif dan
efisien. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Persiapan
a. Identifikasi dan analisis permasalahan
Permasalahan di wilayah binaan didapatkan dari data basis (hasil pendataan
keluarga), kondisi wilayah geografi, topografi, sosial budaya serta hasil
pelaksanaan program KB.

Contohnya: Desa Karangrejo merupakan daerah pesisir pantai.


Masyarakatnya mayoritas nelayan. Peserta KB aktif pada Desa Karangrejo

103
adalah 51% dan alat kontrasepsi yang paling diminati adalah suntik 3
bulanan. Puskesmas letaknya di Kecamatan Sumbermina yang berjarak 7 km
dari desa Karangrejo. Jadi dapat disimpulkan bahwa permasalahannya
adalah kesertaan ber-KB masih rendah dan kontrasepsi yang diminati
adalah suntik 3 bulanan.

b. Mengetahui sasaran yang akan diberi KIE/Penyuluhan


Penyuluh KB harus mengetahui kondisi sasaran yang akan dihadapi dalam
pelayanan KIE/Penyuluhan. Beberapa hal yang perlu diketahui antara lain
adalah jenis pekerjaan, latar belakang pendidikan, rata-rata jumlah anak
yang dipunyai pada tiap keluarga.

Kita sudah mempelajari sasaran KIE/Penyuluhan pada bab sebelumnya,


dimana sasaran KIE/Penyuluhan bisa individu, keluarga atau masyarakat.
Adapun penentuan sasaran KIE/Penyuluhan adalah sebagai berikut:
1) Disesuaikan dengan permasalahan yang ada di wilayah binaan (kondisi
data base KB dan KS yang ada)
2) Sesuai dengan materi KIE/Penyuluhan yang akan disampaikan
3) Sesuai dengan tujuan KIE/Penyuluhan yang ingin dicapai
4) Disesuaikan dengan kondisi wilayah binaan menyangkut: geografi,
topografi dan sosial budaya

c. Menetapkan tujuan KIE/Penyuluhan yang akan dicapai


Sangatlah diperhatikan apa yang sebenarnya ingin dicapai dalam pelayanan
KIE/Penyuluhan. Hal ini harus disepakati dengan Pemerintah/ pihak Desa,
Toma dan Toga sehingga Penyuluh KB dapat mengetahui secara jelas tujuan
pelayanan KIE/Penyuluhan sesuai dengan kondisi wilayah binaan.

104
d. Menentukan bahan/materi KIE/Penyuluhan
Bahan/ materi yang disiapkan disesuaikan dengan permasalahan/isu yang
telah ditentukan

e. Menentukan metode KIE/Penyuluhan


PKB harus memperhatikan kehidupan sosial budaya dan agama di wilayah
binaannya. Bisa dengan menyampaikan KIE/Penyuluhan dengan metode
ceramah tanya jawab, dengan memperagakan atau dengan cara diskusi.

f. Menentukan media KIE


Penentuan media KIE yang digunakan hendaknya yang sesuai dengan latar
belakang masyarakat. Bisa dengan cara memberikan KIE sebelum dan
ditengah-tengah pemutaran film. Media KIE dapat juga digunakan KIE Kit.

g. Menentukan tempat KIE/Penyuluhan


Pertimbangan pemilihan tempat adalah salah satu kunci sukses kegiatan
KIE/Penyuluhan KKB. Bisa di Balai Kelurahan, bisa juga di Balai RW, bisa
dilakukan dari rumah ke rumah (kunjungan rumah) sesuai dengan kondisi
alam dan letak rumah penduduk.

h. Menentukan Waktu KIE/Penyuluhan


Menentukan waktu pelayanan KIE/Penyuluhan KKB juga harus
memperhatikan pekerjaan masyarakat.

i. Menyiapkan diri (percaya diri, penampilan, penguasaan materi, kualitas


suara, penggunaan bahasa dan memperhatikan adat budaya setempat)

105
2. Pelaksanaan
a. Mengucapkan salam pembuka
b. Memperkenalkan diri
c. Menyampaikan isi pesan dengan baik
d. Mengunakan media KIE/Penyuluhan yang sesuai
e. Menggunakan metoda yang sudah ditentukan termasuk tanya jawab
f. Menyampaikan kesimpulan

3. Monitoring dan Evaluasi


a. Mengetahui keadaan (pengetahuan, sikap dan perilaku) sebelum
mendapatkan KIE/Penyuluhan
b. Memperhatikan respon sasaran pada saat diberikan KIE/Penyuluhan
c. Mengetahui perubahan (pengetahuan, sikap dan perilaku) sesudah diberi
KIE/Penyuluhan. (Bisa melalui kunjungan rumah atau hasil kesertaan ber KB
atau pelaksaan KIE berikutnya)

4. Pencatatan dan Pelaporan


Seluruh kegiatan KIE/ Penyuluhan harus selalu dicatat dan didokumentasikan
serta dilaporkan kepada Kepala Desa/ Lurah dan OPDKB serta dimasukkan
dalam e-visum. Jika hal ini dilakukan dengan tertib, maka Penyuluh KB tidak
akan kesulitan jika menyusun Daftar Usulan Angka Kreditnya.

B. PRAKTIK KIE/PENYULUHAN
1. Praktik Mandiri
Setiap peserta harus melakukan praktik KIE/Penyuluhan sesuai dengan
langkah-langkah KIE/Penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang ada di
wilayah binaanya. Dengan membuat perencanaan KIE/Penyuluhannya. Praktik
KIE/Penyuluhan harus divideokan.

106
2. Praktik Kelompok
a. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 8
orang.
b. Buatlah Rencana KIE/Penyuluhan dengan membuat scenario sesuai dengan
permasalahannya apa, siapa berperan sebagai apa.
c. Silahkankan BERMAIN PERAN tentang Pelaksanaan KIE/Penyuluhan di
wilayah binaan Penyuluh KB.
d. Diskusi Kelompok dilakukan selama 15 menit.
e. Bermain peran selama 10 menit

Contoh yang harus dipersiapkan dalam Praktik KIE/Penyuluhan adalah:


1. Persiapan
a. Identifikasi permasalahan: PA rendah, Animo masyarakat Non MKJP
b. Sasaran KIE: PUS belum ber KB RW 01 dan 02
c. Tujuan KIE/Penyuluhan: Meningkatkan PB Non MKJP utamanya IUD
d. Metode Ceramah Tanya Jawab
e. Menggunakan Media Lembar Balik
f. Tempat di Balai Desa Karangrejo
g. Waktu, pukul 09.00 WIB s/d 11.30 WIB
h. Menyiapkan diri dengan belajar tentang alokon IUD dan menggunakan
pakaian adat Jawa Tengah (memakai blangkon dan surjan)

2. Pelaksanaan
Membuat Rencana KIE/Penyuluhan
Contoh rencana KIE/Penyuluhan:

107
RENCANA KIE/ PENYULUHAN

Desa : Karangrejo
PKB : Sastro Birowo, S.Sos
Tema : IUD
Waktu : 60 menit
Tempat : Balai Desa Karangrejo
Sasaran : PUS belum ber KB RW 01 dan 02 (10 orang)
Tujuan : Sasaran faham dan ikut ber KB IUD

No. Tahapan Kegiatan Metode Media Alokasi


Kegiatan Waktu
Penyuluh KB Sasaran

1. Pembukaan Mengucap salam Mejawab salam CTJ Daftar 15


dan Yel Yel dan Yel Yel Hadir menit

Perkenalan. Memperhatikan Yel-Yel


Mengenal dan
sasaran dengan mengenalkan
membaca daftar diri
hadir

2. KIE/ Bertanya apakah Menjawab CTJ Lembar 30


Penyuluhan ada sasaran Balik menit
yang
mengetahui IUD

Menyampaikan Memperhatikan
KIE tentang IUD

108
Membuka tanya Bertanya
jawab.

Menjawab

3. Penutup Bertanya Menjawab CTJ Lembar 15


Balik menit
Menutup dan Memperhatikan
memberikan dan membalas
salam salam

Pada saat melaksanakan KIE/Penyuluhan harus di videokan.

3. Monitoring dan Evaluasi


Penyuluh KB melakukan:
a. Penyuluh KB mencatat kondisi awal sasaran, apakah sudah tahu tentang
IUD apa belum. Berapa orang yang sudah tahu dan berapa orang yang
belum tahu.
b. Penyuluh KB mencatat respon sasaran dan mencatat siapa yang bertanya,
siapa yang antusias ingin tahu, berapa orang yang aktif dan berapa orang
yang pasif.
c. Mencatat perubahan sikap dan perilaku sasaran, dengan menyakan siapa
yang sudah mengerti atau faham tentang IUD, cara kerja, kelebihan dan
kelemahan serta efek sampingnya. Catat siapa yang ingin ikut KB IUD.

Untuk tugas kelompok, maka kelompok harus menentukan siapa berperan


sebagai apa, karena tugasnya adalah bermain peran pelaksanaan
KIE/Penyuluhan di wilayah binaannya.

109
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Penyuluh KB harus mencatat dan melaporkan kegiatan KIE/Penyuluhan sebagai
tertib administrasi kegiatan yang dilakukan di lini lapangan.

B. KIE/Penyuluhan dimasa Pandemi Covid-19/Penyuluhan


Sejak awal tahun 2020, Indonesia mengalami situasi dimana penyebaran virus
corona yang biasa disebut covid-19 sedang meluas diseluruh wilayah. Kemudian
diberlakukan, kita wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan.
Demikian juga pelaksanaan kelompok kegiatan di lini lapangan mengalami kendala,
bahkan beberapa bulan tidak terlaksana. Kelompok kegiatan tersebut antara lain
Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia (BKL),
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor dan (UPKA) dan Pusat Informasi
dan Konseling Remaja (PIK R).

Ketika situasi pandemi covid-19 mereda, maka boleh berkumpul melakukan


kegiatan, namun masih dibatasi jumlah orangnya dan harus mematuhi protocol
Kesehatan.

Dengan situasi pendemi covid-19 ini, kegiatan KIE/Penyuluhan kepada sasaran juga
terganggu. Namun dalam situasi ini, KIE/Penyuluhan harus tetap berjalan sehingga
harus mencari solusi terbaik agar target program Bangga Kencana utamanya
capaian Peserta KB Baru (PB) dan Peserta KB Aktif (PA) dapat terwujud.

Dalam situasi seperti ini Penyuluh KB tetap melakuka KIE/Penyuluhan kepada


sasaran dengan melakukan KIE/Penyuluhan secara online. Beruntung saat ini kita
tetap diuntungkan dengan perkembangan teknologi yang luar biasa hebat.

110
Penyuluhan tetap dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah KIE/Penyuluhan.
Materi tetap Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting, namun
media yang digunakan dalam berkomunikasi sudah bukan lagi tatap muka langsung
berjumpa, namun bisa dengan cara Telepon, Video Call, menggunakan aplikasi
WhatsApp, menggunakan aplikasi Zoom meeting dan melalui media sosial yang
ada (Instagram, Facebook, Youtube Channel, Aplikasi SiLili, dll).

Dalam situasi pandemic Covid-19 juga harus menjadikan motivasi diri bagi
Penyuluh KB membuat terobosan berupai kreatifitas dan inovasi, misalnya
membuat Video KIE tentang Alat Kontrasepsi MKJP. Kemudian Videonya bisa
diupload di Youtube Channel, Instagram atau Facebook. Jika perlu bisa diupload
ke WA Group, sehingga bisa langsung diakses oleh anggota WA Groupnya. Atau
Penyuluh KB membuat WA Group dengan Kader, sehingga jika Video
KIE/Penyuluhan diupload ke WA Group Kder KB, setelah itu meminta Kader
tersebut membagikan ke WA Group warga RW atau RT yang ada, sehingga Video
tersebut dapat diakses seluruh keluarga di desa binaannya.

Gambar 5.1 KIE/Penyuluhan secara Online

Sumber: www.istockphoto.com

Penyuluh KB harus merubah cara berfikirnya, dan saling memberikan informasi


nomor handphone yang digunakan. Setiap saat kader dan calon akseotor dapat

111
menelepon Penyuluh KB. Sehingga Kader bahkan calon akseptor dapat melakukan
panggilan telepon maupun WA secara pribadi.

Dapat disimpulkan bahwa, meskipun dalam situasi pandemic covid-19, namun


Penyuluh KB masih dapat melaksankan tugasnya dengan baik dan selalu berusaha
mengembangkan kreatifitas dan inovasinya serta berdoa, agar diberikan kesehatan
yang baik. Pandemi covid-19 ini, agar tujuan program Bangga Kencana tercapai dan
tercapai pula Keluarga Indonesia yang sehat dan berkualitas.

C. MASALAH KOMUNIKASI DAN STRATEGI INTERVENSINYA


Di tingkat khalayak sasaran dan lingkungan, permasalahan yang muncul adalah:
1. Pengetahuan yang tidak akurat.
2. Sikap yang tidak positif.
3. Kondisi di mana lingkungan terdekat dan sosial tidak sepenuhnya
mendukung keputusan menjadi akseptor KB

Untuk mengetahui masalah komunikasi dan strategi intervensinya, maka dapat kita
lihat pada table berikut ini:

Tabel 5.1 Masalah Komunikasi dan Strategi Intervensinya

MASALAH KOMUNIKASI STRATEGI INTERVENSI

1. Pengetahuan yang tidak akurat 1. Mengembangkan materi informasi


Hanya pengetahuan permukaan, yang mendalam namun ringkas dan
tidak mengetahui KB secara akurat mengenai
mendalam:
a. metoda KB,
a. Jenis metode KB b. proses penggunaannya dan
c. manfaatnya.

112
b. Manfaat bagi pribadi dan 2. Mendekatkan informasi yang akurat
keluarga ke tingkat masyarakat.
2. Mendengarkan gosip/informasi 1. Merevitalisasi Tim KB Desa.
yang tidak akurat mengenai risiko 2. Memanfaatkan media baru (media
KB dan MKJP sosial, mobile apps).
3. Membangun sejenis layanan hotline
yang dapat dihubungi.
4. Memaksimalkan distribusi materi
below the line.
5. Membangun pendidik sebaya (peer
educator) di lingkungan dan di
sekolah.
3. Sikap Yang Tidak Positif 1. Menyampaikan informasi yang
a. Lingkungan terdekat dan sosial akurat bahwa metoda KB IUD dan
tidak sepenuhnya mendukung Implan bersifat aman, mudah,
b. Banyak tetangga yang tidak murah ( jika diperhitungkan dalam
menjadi akseptor KB. jangka waktu yang panjang) dan
c. Banyak akseptor yang reversible atau bisa segera
menggunakan metode jangka mengembalikan kesuburan,
pendek. sehingga sangat bisa digunakan
d. Pasangan tidak mendukung. untuk menunda kehamilan pertama.
e. Petugas tidak selalu 2. Strategi untuk pengetahuan juga
menyarankanMKJP. berimplikasi di masalah ini karena
f. Di beberapa tempat masih ada sikap yang tidak positif terbangun
hambatan dari sisi persepsi akibat pengetahuan yang tidak
bahwa KB tidak sesuai dengan akurat)
agama yang dianut.
g. Memberikan rekomendasi
metode yang paling

113
menguntungkan bagi akseptor
(walau pilihan akhir metode KB
dalam sistem kafetaria
ditentukan oleh calon akseptor,
namun dalam kenyataannya
calon akseptor membutuhkan
saran).
h. Memaksimalkan peran tokoh
yang berpengaruh (tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan
lainnya) dalam memberikan
informasi dan membangun
motivasi.
i. Mensalinghubungkan antara
calon akseptor dengan
akseptor yang memiliki
pengalaman positif dengan KB
(baik secara tatap muka,
maupun bermedia, misalnya
testimoni melalui materi
komunikasi (cetak maupun
audio visual, media sosial, dll)).
4. Bagi pasangan yang belum 1. Menyampaikan informasi yang
mendukung, program KB perlu akurat bahwa metoda KB IUD dan
membangun motivasi untuk Implan bersifat aman, mudah, murah
mendapatkan manfaat dari nilai ( jika diperhitungkan dalam jangka
keluarga kecil, sehat dan sejahtera, waktu yang panjang) dan reversible
dari aspek: atau bisa segera mengembalikan

114
a. Kesehatan ibu kesuburan, sehingga sangat bisa
b. Manfaat ekonomi digunakan untuk menunda
c. Manfaat kualitas hubungan kehamilan pertama.
keluarga 2. Strategi untuk pengetahuan juga
d. Manfaat pendidikan berimplikasi di masalah ini karena
e. Manfaat sosial Di daerah yang sikap yang tidak positif terbangun
masih memiliki problem terkait akibat pengetahuan yang tidak
dengan aspek agama, program akurat)
KB merevitalisasi Kerjasama
dengan Fapsedu.
f. Merasa takut akan proses
pemasangan KB terutama
MKJP.
g. Miskonsepsi akan MKJP:
(Mahal, Risiko besar, IUD bisa
berpindah, Implan bisa hilang,
dll)

Terkait dengan permasalahan di seputar pesan program yang didiskusikan di


bagian sebelumnya, maka strategi intervensi yang dapat dilakukan adalah
sebagaimana dituangkan dalam tabel berikut:

115
Tabel 5.2 Strategi Intervensi dan Strategi Pesan Berdasarkan Segmentasi
Khalayak

Strategi Intervensi dan Strategi Pesan Berdasarkan Segmentasi Khalayak

Masalah Strategi Intervensi dan Strategi Pesan

Perlunya Sebelum menikah


segmentasi
1. Menanamkan nilai perencanaan dalam setiap aspek
berdasarkan
kehidupan dan manfaatnya.
tahapan kehidupa
2. Membangun motivasi untuk mendapatkan manfaat
mendewasakan usia perkawinan.
3. Membangun motivasi untuk mencegah hubungan
seks pranikah
4. Memberikan informasi yang akurat mengenai
risikohubungan seks pranikah, termasuk cara
melindungi diri darikehamilan (sejenis harm
reduction).
5. Membangun nilai baru mengenai usia perkawinan
yang memberikan manfaat terbesar pada pasangan
dari aspek fisik, mental dan sosial.

Menunda kehamilan pertama

1. Membangun motivasi untuk menyiapkan aspek


kesiapan fisik dan mental menghadapi kehamilan/
kelahiran.
2. Membangun nilai baru bahwa mengatur kelahiran
adalah hal yang positif (tidak harus menikah dan
segera memiliki anak).
3. Membangun motivasi untuk mendapatkan manfaat
dari menunda kelahiran (fisik, mental dan sosial).

116
4. Menyampaikan informasi yang akurat bahwa
metoda KB IUD dan Implan bersifat reversible atau
bisa segera mengembalikan kesuburan, sehingga
sangat bisa digunakan untuk menunda kehamilan
pertama.

Menjaga jarak kehamilan

1. Membangun motivasi untuk mendapatkan manfaat


menjaga jarak kelahiran, bagi ibu, anak dan keluarga.
2. Menyampaikan informasi yang akurat bahwa
metoda KB IUD dan Implan bersifat reversible atau
bisa segera mengembalikan kesuburan, sehingga
sangat bisa digunakan untuk menjaga jarak
kehamilan.

Menghentikan kelahiran karena jumlah anak sudah


cukup

1. Membangun motivasi untuk mendapatkan manfaat


dari nilai keluarga kecil, sehat dan sejahtera, dari
aspek:
a. Kesehatan ibu
b. Manfaat ekonomi
c. Manfaat kualitas hubungan keluarga
d. Manfaat pendidikan
e. Manfaat sosial
f. Membangun persepsi bahwa menggunakan
MOW atau MOP jauh lebih memudahkan

117
dibandingkan MKJP, terlebih lagi jika dibandikan
dengan metoda jangka pendek.

Saat menjadi Orang Tua

1. Membangun motivasi untuk membangun kualitas


kehidupan keluarga dengan menjalankan fungsi
keluarga secara maksimal.
2. Memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi remaja dan perencanaan keluarga
sebagai dasar dalam penundaan usia perkawinan
pertama.
3. Membangun motivasi orang tua dalam
mempersiapkan masa depan generasi berikutnya
sejak 1000 hari pertama kehidupan, selama masa
pertumbuhan menjadi dewasa dan melakukan
penundaan usia perkawinan pertama.
4. Membangun motivasi untuk mendapatkan informasi
dan dukungan dalam membangun keluarga kecil,
sehat dan sejahtera melalui kegiatan BKB/BKL.
5. Membangun motivasi bagi keluarga pra-sejahtera
untuk membangun masa depan anggota keluarga
yang lebih baik melalui keterlibatan dalam kegiatan
UPPKS.

Investasi di bidang media bisa menjadi investasi yang tidak efektif dan efisien jika
tidak dilihat dalam konteks bauran media. Hanya dengan cara pandang bauran
media, perancang program dapat memaksimalkan potensi masing-masing media

118
sehingga terjadi efek yang saling mendukung. Berikut adalah strategi bauran media
yang disarankan.

Tabel 5.3 Strategi Bauran Media Berdasarkan Saluran Komunikasi Informasi KB


yang diandalkan

Strategi Bauran Media Berdasarkan Saluran Komunikasi Informasi KB yang


Diandalkan

Media Massa (Above Media massa televisi dan koran masih dominan
the line) sebagai sumber informasi yang diandlkan dari sisi
media. Diperlukan strategi untuk memadu-
padankan antara media above the line dengan
below the line:

1. Media above the line menjadi payung bagi


pesan kunci, manfaat dan anjuran aksi (call to
action).
2. Media below the line memberikan kedalaman
dalam memberikan informasi dan membangun
motivasi.
3. Ke dua media ini harus nampak koheren dan
integratif (pesan dan tampakan visual).
4. Melanjutkan dan memaksimalkan advokasi
media dan kerjasama dengan media.
5. Mempertimbangkan rentang keragaman
khalayak yang mengkonsumsi media dengan
memastikan pesan yang diberikan mudah
dipahami.

119
Masyarakat** Tetangga dan saudara menjadi sumber informasi
yang dominan di tingkat masyarakat:

1. Membangun pendidik sebaya (peer educator)


di lingkungan.
2. Merevitalisasi Tim KB Desa (di mana anggotanya
sesungguhnya adalah juga tetangga).
3. Memberikan alat bantu bagi peer educator ini
dalam menjalankan fungsinya sebagai sumber
informasi misalnya:
a. Cue card
b. Mobile apps (sehingga peer educator
memiliki materi KIE yang selalu siap dibawa)

Petugas Kesehatan** Di sisi petugas kesehatan, bidan dan dokter


menjadi sumber informasi yang diandalkan:

1. Memaksimalkan distribusi media below the line


sampai ke tingkat layanan.
2. Mendistribusikan salinan media audio visual ke
tingkat layanan sehingga dapat diputar di
fasilitas layanan yang memiliki peralatan
penayangan (televisi, dll).
3. Mengembangkan apps konseling dengan
muatan multimedia yang akan memudahkan
proses penyampaian informasi yang akurat dan
mendalam.
Media Luar Ruang dan Media below the line dalam strategi untuk
Media yang Dibagikan merespon masalah di atas sangat strategis. Apa
(Below the line)

120
yang sudah dilakukan dapat dilanjutkan dengan
mempertimbangkan aspek berikut:

1. Dalam bauran media tidak dikenal istilah


overdosis, semakin beragam media yang
digunakan semakin besar potensi akses
informasi. Namun ini hanya dapat dilakukan jika
biaya yang dibutuhkan tersedia.
2. Dalam kasus biaya pengembangan, produksi
dan distribusi materi komunikasi terbatas, maka
diperlukan penentuan prioritas berdasarkan
profil masalah dan profil khalayak di daerah itu.
Temuan menunjukkan bahwa intervensi yang
sangat diperlukan adalah intervensi di tingkat
masyarakat melalui komunikasi antar pribadi.
Dalam konteks ini adalah bijak jika materi
komunikasi yang diproduksi adalah yang
mendukung para peer educator atau petugas
lapangan (misalnya memproduksi cue card ).
3. Pesan antara media above the line dan below
the line harus nampak koheren dan integratif
(pesan dan tampakan visual).
Media Baru: SMS, 1. Memaksimalkan pemanfaatan media baru yang
Internet, Media Sosial mulai disebut sebagai sumber informasi seperti
dan Mobile apps internet, media sosial, SMS dan mobile apps,
baik yang dikembangkan BBANGGA KENCANAN
maupun berjejaring dengan komunitas potensial
(SKATA, komunitas Ayah ASI, SMS Bunda, dll).

121
2. Mengingat potensi penggunanya yang sangat
besar serta sangat beragamnya potensi
pemanfataan mobile apps dalam program KB,
menjadi penting bagi BBANGGA KENCANAN
masuk ke ranah ini
3. Pengembangan juga lebih efisien (apps hanya
cukup sekali dikembangkan di tingkat nasional
dan seterusnya tinggal disalin atau diunduh di
seluruh Indonesia).
** Saluran komunikasi antar pribadi dapat berupa kunjungan rumah, konseling di
layanan, posyandu atau tempat pertemuan lainnya. Selain itu kegiatan
BKB/BKL/UPPKS juga merupakan sarana komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk
menyampaikan pesan-pesan BANGGA KENCANAPK yang relevan. Dalam kontak
komunikasi ini diperlukan materi-materi pendukung seperti disebutkan dalam
bagian Media Luar Ruang dan Media yang Dibagikan (Below the line) serta Media
Baru di atas. Cue cards dan mobile apps dapat digunakan dalam kegiatan-kegiatan
seperti ini

D. HAMBATAN DAN KIAT MEMPERBAIKI DIRI DALAM KIE/PENYULUHAN


Dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan Program Bangga terkadang Penyuluh KB akan
mengalami hambatan sesuai dengan keterbatasan manusia, maka sesuai
pengalaman Ibu Sondang Ratna Utari yang pernah menjadi Penyuluh KB dan selama
menjadi Widyaiswara telah banyak menjumpai Penyuluh KB yang mengalami
hambatan selama praktik KIE/Penyuluhan dan apa saja kiat untuk mengatasinya:

122
1. Hambatan KIE/Penyuluhan
Dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan BANGGA KENCANA, tidak jarang Penyuluh
KB mengalami kesulitan atau hambatan, maka perlu diketahui beberapa
hambatan dalam KIE, yaitu:
a. Percaya diri dan penguasaan materi kurang.
b. Waktu terbatas.
c. Budaya yang berbeda antara sasaran dan PKB (pemberi KIE /Penyuluhan).
d. Gaduh.
e. Waktu yang kurang tepat (rawan ngantuk)
f. Penerima pesan acuh tak acuh.
g. Pertanyaan yang sulit.
h. Penerima pesan yang nakal atau melecehkan

2. Kiat memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan


Untuk meningkatkan kualitas pelayanan KB, maka PKB diharapkan mampu untuk
selalu memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan. Berikut adalah poin-poin kiat
memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan:
a. Belajar dan berlatih terus menerus.
b. Bekerja sesuai perencanaan.
c. Mengoptimalkan media KIE/Penyuluhan.
d. Mencatat semua yang akan dikerjakan (bisa dijadikan Angka Kredit)
e. Mengevaluasi program dan diri sendiri
f. Meningkatkan kreativitas dan inovasi
g. Meningkatkan Koordinasi dan kerjasama dengan Instansi lain, Kepala Desa,
PKK, LSOM, TOMA dan TOGA.
h. Membuang penyakit MALAS.

123
E. RANGKUMAN
Langkah-langkah teknisnya agar tujuan dari KIE/Penyuluhan tercapai secara
efektif dan efisien yaitu dimulai dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi serta pencatatan dan pelaporan. Dalam pembelajaran praktik
dilakukan secara mandiri dan kelompok dengan tetap memperhatikan langkah-
langkah KIE/Penyuluhan.

Dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan, tidak jarang Penyuluh KB mengalami


kesulitan atau hambatan yang berasal dari dalam diri PKB sendiri maupun yang
berasal dari luar, maka dari itu PKB harus mampu untuk selalu memperbaiki diri
dalam KIE/Penyuluhan dengan terus belajar dan berlatih terus menerus.

F. LATIHAN
Jawablah pertanyaan berikut dengan baik dan benar!
1. Jelaskan langkah-langkah KIE/Penyuluhan!
2. Jelaskan hambatan KIE/Penyuluhan yang sering dijumpai oleh Penyuluh KB!
3. Jelaskan yang harus dilakukan oleh Penyuluh KB untuk memperbaiki diri
dalam KIE/Penyuluhan!
4. Praktikkan KIE secara mandiri dengan memilih permasalahan yang sering
ditemui di wilayah binaannnya dengan tetap mengikuti langkah-langkah KIE!
5. Praktikkan KIE kelompok dengan mengikuti langkah-langkah KIE!

G. EVALUASI FORMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Langkah-langkah KIE/Penyuluhan adalah …
a. Persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
b. Persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pencatatan
dan pelaporan

124
c. Persiapan, identifikasi dan analisis masalah, serta pelaksanaan.
d. Persiapan, pelaksanaan, penutup
e. Persiapan, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan
2. Yang merupakan langkah pelaksanaan dalam KIE/Penyuluhan adalah …
a. Menyiapkan diri sebaik mungkin
b. Identifikasi dan analisis permasalahan
c. Mengetahui sasaran yang akan diberi KIE/Penyuluhan
d. Menentukan bahan/materi KIE/Penyuluhan
e. Menyampaikan isi pesan dengan baik
3. Tujuan monitoring dan evaluasi dalam KIE/Penyuluhan adalah …
a. Menentukan waktu KIE/Penyuluhan
b. Menentukan tempat KIE/Penyuluhan
c. Menentukan media KIE/Penyuluhan
d. Mengetahui perubahan (pengetahuan, sikap dan perilaku) sesudah
diberi KIE/Penyuluhan
e. Mencatat dan mendokumentasikan semua kegiatan yang sudah
dilakukan
4. Hambatan KIE/Penyuluhan yang berasal dari dalam diri Penyuluh KB adalah

a. Percaya diri yang kurang
b. Waktu yang kurang tepat
c. Budaya yang berbeda
d. Penerima pesan yang acuh
e. Pertanyaan yang sulit
5. Berikut yang merupakan kiat memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan adalah

a. Menyalahkan diri sendiri
b. Penguasaan materi yang kurang
c. Meningkatkan kreativitas dan inovasi

125
d. Perencanaan yang tidak matang
e. Waktu yang harus diperbanyak

H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Setelah mengerjakan Tes Formatif pada BAB II ini, silahkan Saudara nilai hasil dari
tes tersebut, dan cocokkan dengan kunci jawaban yang tersedia dalam modul ini.
Apabila Saudara dapat menjawab 5 soal dengan benar, maka Saudara dianggap
menguasai Pokok Bahasan ini, dan dapat melanjutkan ke BAB berikutnya. Apabila
jawaban benar Saudara belum mencapai 4 soal, sebaiknya Saudara perlu kembali
mendalami Pokok Bahasan tersebut dengan lebih baik.

126
A. KESIMPULAN
Penyuluh Keluarga Berencana mempunyai tugas memberikan pelayanan
penyuluhan, penggerakan masyarakat, pelayanan KB dan melakukan
pengembangan dalam pelaksanaan program bangga kencana. Seorang Penyuluh KB
harus terampil dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE). KIE
sering disebut dengan penyuluhan.

Dalam program bangga kencana, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)/


Penyuluhan adalah kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program
bangga kencana. Tujuannya adalah untuk mempercepat pencapaian suatu
perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
tentang kependudukan dan KB yang dapat dilakukan melalui berbagai saluran
komunikasi.

Sasaran KIE/Penyuluhan yaitu individu, keluarga dan masyarakat. Penyuluh KB harus


mengetahui apa saja komponen KIE/Penyuluhan antara lain siapa pemberi
KIE/Penyuluhan, penerima KIE/Penyuluhan, isi pesan, cara/metode menyampaikan,
media penyampaian, dan hasil KIE/Penyuluhan, serta jenis, bentuk, prinsip, pokok-
pokok pengelolaannya dan harus juga mencermati hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam KIE/Penyuluhan serta kecakapan yang diperlukan dalam KIE. Penggunaan
teknologi yang ada baik aplikasi komunikasi dan Media Sosial merupakan terobosan
solusi untuk KIE/Penyuluhan dalam situasi pandemi Covid-19.

127
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan yaitu
memperlakukan sasaran dengan sopan, baik ramah; memahami, menghargai dan
menerima keadaan sasaran (status pendidikan, sosial ekonomi dan emosi)
sebagaimana adanya; memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami; menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh
dari kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan kebutuhan; serta menyesuaikan isi
penyuluhan dengan keadaan dan resiko yang dimiliki sasaran.

Sebagai pengelola dan pelaksana KIE/Penyuluhan program bangga kencana,


Penyuluh KB harus memahami dan menguasai teknis akan aspek perilaku individu
dan masyarakat, aspek perubahan perilaku individu, kecakapan dalam
pengembangan dan implementasi strategi komunikasi, serta kecakapan manajerial
dalam mengelola suatu program kampanye.

Untuk mencapai hasil KIE/Penyuluhan yang optimal, Penyuluh KB harus


memperhatikan media yang digunakan. Media harus sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Efektifitas KIE/Penyuluhan tergantung pada ketepatan media
yang digunakan. Macam-macam media yang sering digunakan adalah lembar balik,
q-chard, leaflet, buku saku, poster, celemek alat reproduksi (Wanita dan Pria),
video alat dan obat kontrasepsi,

Penyuluh KB sebagai pelaksana program bangga kencana harus memahami


program bangga kencana. Materi/substansi dari program bangga kencana,
misalnya tentang Pembangunan Keluarga (8 Fungsi Keluarga, PUP, Orangtua Hebat,
Tumbuh Kembang Balita, Mencegah Stunting, BKB, BKR, BKL, UPPKA dan PIK R),
Kependudukan (Sekolah Siaga Kependudukan, Pojok Kependudukan, Dampak
Kependudukan), Keluarga Berencana (Alat dan obat kontrasepsi, merencanakan
kehamilan, menjaga jarak kehamilan).

128
Langkah-langkah teknisnya agar tujuan dari KIE/Penyuluhan tercapai secara efektif
dan efisien yaitu dimulai dari persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta
pencatatan dan pelaporan. Dalam pembelajaran praktik dilakukan secara mandiri
dan kelompok dengan tetap memperhatikan langkah-langkah KIE/Penyuluhan.

Dalam pelaksanaan KIE/Penyuluhan, tidak jarang Penyuluh KB mengalami kesulitan


atau hambatan yang berasal dari dalam diri PKB sendiri maupun yang berasal dari
luar, maka dari itu PKB harus mampu untuk selalu memperbaiki diri dalam
KIE/Penyuluhan dengan terus belajar dan berlatih terus menerus.

B. EVALUASI SUMATIF
Jawablah pertanyaan berikut dengan memilih salah satu jawaban yang paling
tepat!
1. Berikut yang bukan merupakan tugas Penyuluh KB adalah …
a. Pelayanan
b. Pencatatan
c. Penyuluhan
d. Penggerakan
e. Pengembangan
2. Kegiatan penyampaian informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam program bangga kencana
adalah pengertian dari…
a. Komunikasi
b. Informasi
c. Edukasi
d. Sosialisasi
e. KIE/Penyuluhan

129
3. Tujuan dari KIE/Penyuluhan adalah…
a. Mempercepat suatu perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat tentang program bangga kencana
b. Memperkenalkan program bangga kencana sampai kemanca negara
c. Membantu pemahaman individu, keluarga dan kelompok tentang program
bangga kencana yang terupdate
d. Membantu individu untuk mengambil keputusan tentang alokon yang mau
dipakai
e. Mempercepat akses informasi program bangga kencana sampai kepenjuru
negeri
4. Yang bukan termasuk komponen KIE/Penyuluhan antara lain …
a. Cara/metode penyampaian
b. Media penyampaian
c. Hasil
d. Pelaporan
e. Pemberi pesan
5. Yang menjadi sasaran penerima KIE/Penyuluhan adalah …
a. Individu dan masyarakat
b. Individu, kelompok dan masyarakat
c. Individu, keluarga dan masyarakat
d. Individu, kelompok dan massal
e. Individu dan massal
6. KIE/Penyuluhan yang dilakukan dengan sasaran 2-15 orang merupakan …
a. KIE/Penyuluhan individu
b. KIE/Penyuluhan massa
c. KIE/Penyuluhan kelompok
d. KIE/Penyuluhan keluarga
e. KIE/Penyuluhan masyarakat

130
7. KIE/Penyuluhan yang dilakukan oleh Penyuluh KB dalam masa pandemic Covid-
19 adalah …
a. KIE/Penyuluhan kelompok
b. KIE/Penyuluhan tatap muka tidak langsung
c. KIE/Penyuluhan individu dengan kunjungan rumah
d. KIE/Penyuluhan tatap muka langsung
e. KIE/Penyuluhan massa
8. KIE/Penyuluhan harus memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami artinya yaitu …
a. Berbicara secukupnya
b. Lebih banyak bicara agar sasaran paham
c. Menghargai keadaan sasaran
d. Menyesuaikan isi pesan
e. Menyesuaikan bahasa sasaran
9. Berikut yang bukan merupakan pokok-pokok KIE/Penyuluhan adalah …
a. Analisis
b. Penetapan strategi
c. Penyusunan isi pesan
d. Pemilihan media
e. Pencatatan dan pelaporan
10. Yang merupakan kecakapan yang diperlukan dalam KIE/Penyuluhan oleh
Penyuluh KB adalah …
a. Pengembangan media KIE/Penyuluhan yang canggih
b. Pemahaman akan aspek perilaku individu dan masyarakat
c. Pemahaman aspek sosial budaya yang berkembang
d. Pemahaman akan kebiasaan masyarakat
e. Penguasaan Bahasa dan budaya setempat

131
11. Yang berperan sebagai perantara dalam penyampaian pesan dari pemberi
KIE/penyuluhan kepada penerima adalah …
a. Pemberi KIE/Penyuluhan
b. Cara/metode
c. Materi
d. Media
e. Teknik
12. KIE Kit berdasarkan sifatnya merupakan jenis media …
a. Audial
b. Audio-visual
c. Visual
d. Cetak
e. Elektronik
13. Contoh media lini bawah (below the line media) seperti …
a. Leaflet
b. Surat Kabar
c. Majalah
d. Poster
e. Spanduk
14. Marketing atau promosi dengan merangkul konsumen/sasaran supaya sadar
dengan suatu produk/program yang ditawarkan merupakan aktivitas KIE yang
menggunakan media …
a. Media lini atas (above the line media)
b. Media lini bawah (below the line media)
c. Media lini atas-lini bawah (through the line media)
d. Media online
e. Media audio-visual

132
15. Materi program bangga kencana sebagai bahan KIE/Penyuluhan yaitu …
a. Tribina dan Kependudukan
b. Keluarga Berencana dan Stunting
c. Kependudukan dan Keluarga Berencana
d. Pembangunan keluarga, Kependudukan,dan Keluarga Berencana
e. Kependudukan dan stunting
16. Langkah-langkah KIE/Penyuluhan adalah …
a. Persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
b. Persiapan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pencatatan dan
pelaporan
c. Persiapan, identifikasi dan analisis masalah, serta pelaksanaan.
d. Persiapan, pelaksanaan, penutup
e. Persiapan, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan
17. Yang merupakan langkah pelaksanaan dalam KIE/Penyuluhan adalah …
a. Menyiapkan diri sebaik mungkin
b. Identifikasi dan analisis permasalahan
c. Mengetahui sasaran yang akan diberi KIE/Penyuluhan
d. Menentukan bahan/materi KIE/Penyuluhan
e. Menyampaikan isi pesan dengan baik
18. Tujuan monitoring dan evaluasi dalam KIE/Penyuluhan adalah …
a. Menentukan waktu KIE/Penyuluhan
b. Menentukan tempat KIE/Penyuluhan
c. Menentukan media KIE/Penyuluhan
d. Mengetahui perubahan (pengetahuan, sikap dan perilaku) sesudah diberi
KIE/Penyuluhan
e. Mencatat dan mendokumentasikan semua kegiatan yang sudah dilakukan
19. Hambatan KIE/Penyuluhan yang berasal dari dalam diri Penyuluh KB adalah
a. Percaya diri yang kurang
b. Waktu yang kurang tepat

133
c. Budaya yang berbeda
d. Penerima pesan yang acuh
e. Pertanyaan yang sulit

20. Berikut yang merupakan kiat memperbaiki diri dalam KIE/Penyuluhan adalah
a. Menyalahkan diri sendiri
b. Penguasaan materi yang kurang
c. Meningkatkan kreativitas dan inovasi
d. Perencanaan yang tidak matang
e. Waktu yang harus diperbanyak

C. KUNCI JAWABAN
Kunci Jawaban Tes Sumatif
NO. JAWAB NO. JAWAB NO. JAWAB NO. JAWAB

1. B 6. C 11. D 16. B
2. E 7. B 12. C 17. E

3. A 8. A 13. A 18. D
4. D 9. E 14. B 19. A
5. C 10. B 15. D 20. c

134
Sumber Undang-Undang dan Peraturan:
BKKBN, UU RI No.52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21
Tahun 2018 Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.
Peraturan Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Badan Kependudukan
Dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Keluarga Berencana.

Sumber Buku, Bahan Ajar dan Bahan Tayang:


BKKBN, 2006. Advokasi dan KIE Program KB Nasional. Jakarta
BKKBN, 2009. Pedoman KIE Program KB Nasional. Jakarta
BKKBN, 2018, Buku Saku Alokon untuk Provider Pelayanan KB Era JKN. Jakarta
BKKBN, 2017. Strategi Komunikasi dan Advokasi, Program KKBPK. Jakarta
BKKBN, 2018., Panduan Kampung KB Percontohan, Jakarta
Sondang dan Retno, BKKBN, 2014, Advokasi, KIE/Penyuluhan Kependudukan dan
Keluarga Berencana pada Pelatihan Dasar Umum PKB, Pusdiklat KKB Jakarta
Retno Suharno dkk, BKKBN, 2020, Perencanaan Kehidupan Berkeluarga, Jakarta
Sondang Ratna Utari, 2017, Bahan Ajar Program GENRE, Jakarta
Sondang Ratna Utari, 2020, Bahan Ajar Kampung KB, Perwakilan BKKBN Provinsi
Kalimantan Barat
BKKBN, 2020, Bahan Tayang Sekolah Siaga Kependudukan dan Pojok Kependudukan,
Perwaklian BKKBN Provinsi Kalimantan Barat.

135
Sumber Website:
https://www.istockphoto.com/id/search/2/image?mediatype=&phrase=animasi%20
konseling%20kelompok&page=2

https://www.istockphoto.com/search/search-by-
asset?searchbyasset=true&assettype=image&page=4&assetid=1316482144

136
BIODATA PENULIS

Sondang Ratna Utari lahir tanggal 14 Januari tahun 1971 di


Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Mengawali Pendidikan SD di Sekolah Dasar Sukorejo, Desa
Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kediri, kemudian melanjutkan
ditingkat SLTP di SMP Negeri 1 Kediri, dan tingkat SLTA di
SMA Negeri 1 Kediri. Pada tahun 1992 meraih sarjana S1
dariFakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas
Jember dan pada tahun 2007 lulus S2 jurusan Manajemen
Sumber Daya Manusia dari STIE ABI, Surabaya. Karirnya di BKKBN berawal 1994 sebagai
Penyuluh Keluarga Berencana di Kota Blitar, 2003 beralih profesi menjadi Widyaiswara
di Balatbang BKKBN Provinsi JATIM. 2007 mutasi ke BKKBN Pusat sebagai widyaiswara
di Pusat Pelatihan dan Kerjasama Internasional. 2010 mutasi ke Pusat Pelatihan
Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan sebagai Widyaiswara, BKKBN Pusat dan
pada tahun 2011 mutasi ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan
Keluarga Berencana, BKKBN sebagai Widyaiswara Ahli Madya dan berpengalaman
melatih di BKKBN dan instansi lain, BMKG, BNN, TNI, LEMSANEG, BIN, FK UNAIR, FKM
UNAIR, FK Hang Tuah, FK Wijaya Kusuma dan LSM/LSOM serta swasta baik perusahaan
nasional maupun asing. Juga sebagai Narasumber Seminar, Talkshow tingkat Nasional,
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Agustus 2017 dilantik menjadi Kepala Bidang Advokasi,
Penggerakan dan Informasi di Perwakilan BKKBN Provinsi KALBAR. April Tahun 2018
menjadi Kepala Bidang Latbang di Perwakilan BKKBN Provinsi KALBAR. 17 Juli 2020
dilantik menjadi Widyaiswara Ahli Madya di BKKBN Pusat hingga saat ini. Selama 28
tahun di BKKBN berkesempatan mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan,
di dalam dan luar negeri serta terlibat dalam berbagai kegiatan di tingkat nasional dan
internasional. Seorang seniman, sebagai musisi, pencipta lagu, vokalis, pelukis dan

137
koreografer yang berpengalaman hingga manca negara. Email:
sondangratna@gmail.com

Retnoningsih Suharno, S.Pd, lahir di Klaten,


sebuah kota kecil diantara Yogyakarta dan Solo pada
tanggal 11 Maret 1982, merupakan anak sulung dari 3
bersaudara. Mengawali pendidikan pada Sekolah
Dasar Negeri 01 Manjung dan tamat tahun 1994,
kemudian melanjutkan ditingkat SLTP dan SMA yang
semuanya diselesaikan di Klaten, pada tahun 2005
gelar sarjana pendidikan berhasil diraih di Universitas
Negeri Semarang (UNNES), yang dulu bernama IKIP
Semarang jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan. Sempat menjadi guru di sebuah sekolah
di Klaten, dan menjadi tim monitoring evaluasi
program DBE2 di Klaten, Jawa Tengah. Sekarang
tengah menempuh jenjang magister di UNJ.

Pada tahun 2009 mulai bekerja di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang
sekarang berganti nama menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, ditempatkan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Tenaga
program (PULAP) yang sekarang menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (PUSDIKLAT KKB) hingga sekarang. Tahun 2011
mengikuti Diklat Calon Widyaiswara, dan sejak tahun 2012 sampai sekarang menjadi
widyaiswara pada Pusdiklat KKB.

138
139
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNofficial

Anda mungkin juga menyukai