Anda di halaman 1dari 67

MODUL 1

PROGRAM
BANGGA KENCANA

Revisi
2022

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2022
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Tahun 2022
Hak Cipta @ 2022

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

Edisi Tahun 2022

PROGRAM BANGGA KENCANA

Tim Penyusun Pejabat Fungsional :


Dr. Wendy Hartanto, MA
Firma Novita, S.IP., MSi
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pengarah :
Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si
Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH
Iwan Tri Hariyanto, SPd

Tim Editor :
Tri Aryadi, S.Psi
Sri Agustien, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Undang - Undang nomor : 52 tahun 2009 tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera. Saat ini program Kependudukan, KB dan
Pembangunan Keluarga masih menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah RI, sehingga
program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan


program Kependudukan dan Keluarga Berencana, maka dikeluarkanlah Undang - Undang
nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dimana pada pasal 12 ayat 2
menyebutkan bahwa pengendalian penduduk dan keluarga berencana merupakan salah
satu pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Pada lampiran Undang -
Undang nomor : 23 tahun 2014 dalam urusan pemerintahan bidang pengendalian penduduk
dan keluarga berencana dicantumkan pada sub urusan keempat tentang standarisasi
pelayanan KB yang harus disiapkan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


semakin mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang - Undang
Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara
Pemerintah Pusat, daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten dan Kota pada huruf N
(Pembagian Urusan Pemerintah Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana)
menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana yang harus dilaksanakan oleh masing-masing tingkatan pemerintah yaitu: (1)

i
sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan Keluarga Berencana, (3) sub urusan
Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan Standarisasi.

Penyusunan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar (LFD) Penyuluh Keluarga Berencana


yang berkualitas di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dalam rangka mendukung program Banggakencana, maka diperlukan suatu
pelatihan yang secara sistematis dirancang untuk mencapai tujuan penyusunan tersebut.
Selanjutnya, Pelatihan yang dilaksanakan di BKKBN peruntukkannya oleh tenaga Fasilitator
yang akan membentuk Penyuluh KB di lapangan menjadi lebih profesional.

Saya sangat menyambut baik diterbitkannya perangkat pelatihan ; Modul dan media/Bahan
Tayang Pelatihan Fungsional Dasar sebagai upaya Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung program Banggakencana
di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan
perkembangan terkini.

Akhirnya kepada semua pihak diucapkan terima kasih atas partisipasi, kontribusi, masukan,
saran dan koreksi, hingga tersusunnya Perangkat pelatihan ini. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa meridhoi upaya kita dalam mendukung dan mengelola Program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga secara profesional, hingga terwujudnya
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Berencana itu Keren.

Jakarta, 30 Maret 2022


Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian dan Pengembangan,

Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc., PhD.

ii
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kami telah
menyelesaikan penyusunan Paket Perangkat Pelatihan
Fungsional Dasar dengan tepat dan berkualitas guna
kepentingan menjaga mutu penyelenggaraan dan memenuhi
standarisasi program pelatihan yang disyaratkan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana – Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah secara berkesinambungan
mengembangkan Perangkat Pelatihan Fungsional Dasar yang dirancang khusus untuk
meningkatkan kompetensi bagi Penyuluh Keluarga Berencana/PLKB. Dengan demikian, para
fasilitator, pengelola dan pelaksana dapat melakukan Pengelolaan program Bangga Kencana
sesuai dengan standar dari pelaksanaan sampai dengan di tingkat Lini Lapangan.

Pelatihan Fungsional Dasar ini khususnya untuk memantapkan keterampilan peserta dalam
pelaksanaan Pengelolaan yang terkini dalam rangka mendukung program Banggakencana.

Perangkat pelatihan ini adalah acuan untuk menyelenggarakan Pelatihan Fungsional Dasar.
Tujuan pedoman pelatihan teknis ini adalah menciptakan panduan yang layak mengenai
tahapan pelaksanaan dan evaluasi yang harus dikerjakan oleh penyelenggara pelatihan yang
dimasud untuk mewujudkan good governance.

Untuk tercapainya tujuan pelatihan sebagaimana yang diharapkan, maka kurikulum dan bahan
pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar dilengkapi dengan berbagai media antara lain
handout slide, dan video yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
lapangan. Media pembelajaran tersebut diharapkan dapat menguatkan proses belajar

iii
mengajar dan meningkatkan kompetensi kepada peserta Pelatihan Fungsional Dasar bagi
Penyuluh KB.

Penyempurnaan dan pengembangan perangkat pelatihan kekinian tentunya akan terus


dilakukan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan wilayah, masyarakat, serta
perkembangan program, ilmu pengetahuan dan teknologi. Penerbitan Paket Perangkat)
Pelatihan Fungsional Dasar ditujukan untuk lebih memantapkan Sumber Daya Manusia dalam
pelaksanaan program Bangga kencana.

Semoga dengan diterbitkannya paket pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh
KB di Kabupaten dan Kota, dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pengelolaan program
Banggakencana.

Akhir kata, penghargaan dan apresiasi yang setingi-tingginya serta ucapan terima kasih
disampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan Paket Perangkat
Pelatihan ini. Semoga paket pelatihan ini bermanfaat untuk menjamin terlaksananya
penyelenggaraan Pelatihan Fungsional Dasar yang berkualitas.

Jakarta, 25 Maret 2022


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
KATA SAMBUTAN ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................................................... 1
B. Diskripsi Singkat................................................................................................................................................ 3
C. Manfaat Modul ................................................................................................................................................... 3
D. Tujuan Pembelajaran ..................................................................................................................................... 3
E. Materi pokok ....................................................................................................................................................... 4
F. Petunjuk Belajar ................................................................................................................................................. 4
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PROGRAM KB ......................................................... 5
A. Sejarah Program KB ........................................................................................................................................ 5
B. Perkembangan BKKBN Setelah Terbitnya UU No.52 tahun 2009 hingga masa
sebelum rebranding ..................................................................................................................................... 16
C. Rebranding BKKBN ........................................................................................................................................ 19
D. Rangkuman ........................................................................................................................................................20
E. Latihan ...................................................................................................................................................................21
BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM .................................................................... 22
BANGGA KENCANA BKKBN .............................................................................................................................. 22
A. Visi dan Misi Pemerintah Periode tahun 2020-2024............................................................ 22
B. Visi, Misi dan Tujuan BKKBN.................................................................................................................... 23
C. Tujuan Program Bangga Kencana BKKBN....................................................................................... 25
D. Sasaran Strategis .......................................................................................................................................... 25
E. Rangkuman ........................................................................................................................................................ 27
F. Latihan ................................................................................................................................................................. 27
BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, .................................................. 28

v
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ................................................................................................................. 28
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ........................................................................................ 28
B. Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN ............................................................................................30
C. Kerangka Regulasi ................................................................................................................................... 34
D. Kerangka Kelembagaan .......................................................................................................................40
E. Rangkuman................................................................................................................................................... 41
F. Latihan ........................................................................................................................................................... 42
BAB V BKKBN DI ERA YANG TELAH BERUBAH ..................................................................................... 43
A. Rebranding tahun 2020-2022 ....................................................................................................... 43
B. Flagship Campaign (Kampanye unggulan) BKKBN ........................................................... 50
C. Rangkuman................................................................................................................................................... 51
D. Latihan ........................................................................................................................................................... 52
BAB VI PENUTUP ....................................................................................................................................................... 53
A. Kesimpulan .................................................................................................................................................. 53
B. Evaluasi .......................................................................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................................... 56

vi
A. Latar Belakang
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagaimana
diamanatkan pada Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, khususnya pada
Pasal 56 ayat (1) menyebutkan bahwa BKKBN memiliki tugas untuk melaksanakan
pengendalian penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Pada akhir
tahun 2019 yang lalu, BKKBN melakukan rebranding dengan mengemas dan
memperkenalkan istilah Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga (KKBPK) menjadi Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana atau yang disingkat menjadi Bangga
Kencana.

Perubahan nama program dari KKBPK menjadi Bangga Kencana meiliki tujuan
untuk memudahkan penyebutan program, yang seringkali sulit untuk diucapkan.
Penempatan kata Pembangunan Keluarga di awal menunjukan bahwa BKKBN
merupakan lembaga yang ingin memberikan manfaat kepada seluruh keluarga
Indonesia. Selain itu, BKKBN harus dapat mewujudkan keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dan
lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa
tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik atau mandiri dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

1
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN
diberi mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh)
agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu
untuk “Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya
Saing”, serta mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”.
Dalam PN Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya
Saing, BKKBN berperan dalam 3 Program Prioritas (PP) yang masing-masing
memiliki Kegiatan Prioritas (KP) sebagai berikut: PP 1) Perlindungan Sosial dan Tata
Kelola Kependudukan, dengan KP; (1) Integrasi Sistem Administrasi
Kependudukan, dan (2) Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian
Penduduk. PP 2) Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP;
Kesejahteraan Sosial. PP 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan,
dengan KP; (1) Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi, dan (2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.

Pada PN Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, BKKBN memiliki peran


pada PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju,
Modern, dan Berkarakter, dengan KP pada Revolusi mental dalam sistem sosial
untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran keluarga serta masyarakat
dalam pembentukan karakter.

Oleh sebab itu, sebagai langkah awal dalam pengenalan terhadap program
Bangga Kencana yang ada di BKKBN, maka modul ini disusun agar para peserta
Pelatihan Fungsional Dasar dapat memanfaatkan dan menggunakan modul ini
dengan baik. Dengan mempelajari seluruh pokok bahasan yang ada di dalam
modul ini, diharapkan pada pembaca, terutama peserta pelatihan mampu
memahami ruang lingkup kebijakan dan strategi yang ada di BKKBN.

2
B. Diskripsi Singkat
Selamat!
Anda sedang mempelajari modul pembelajaran Program Bangga Kencana. Modul
ini akan membahas dan memberikan penjelasan secara lengkap dan
komprehensif tentang sejarah program KB, perkembangan program, visi dan misi
serta tujuan dan sasaran program Bangga Kencana hingga kebijakan dan strategi
yang dilakukan BKKBN. Modul ini disusun diantaranya berdasarkan Rencana
Strategis (Renstra) BKKBN 2020-2024 cetakan 2010.

C. Manfaat Modul
Setelah membaca modul ini peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman
mengenai program Bangga Kencana mulai dari sejarah program KB,
perkembangan program, visi dan misi serta tujuan dan sasaran program Bangga
Kencana hingga kebijakan dan strategi yang dilakukan BKKBN. Peserta pelatihan
dapat memanfaatkan modul ini sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi di wilayah kerja masing-masing. Melalui modul ini
diharapkan para peserta pelatihan maupun pembaca dapat lebih memahami
BKKBN beserta kebijakan dan strateginya.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami
tentang peserta diharapkan memiliki pemahaman tentang sejarah dan
perkembangan program KB di Indonesia, visi, misi, tujuan, kebijakan dan
program Bangga Kencana serta BKKBN di era yang sudah berubah.

3
2. Indikator Hasil belajar
Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan sejarah KB dan perkembangan program Bangga Kencana
b. Menjelaskan Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran Program Bangga Kencana
c. Menjelaskan Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan Kerangka
Kelembagaan Menjelaskan BKKBN di Era yang sudah berubah
d. Menjelaskan BKKBN di Era yang sudah berubah

E. Materi pokok
1. Sejarah dan perkembangan program Bangga Kencana
2. Visi dan Misi, Tujuan dan sasaran Program Bangga Kencana
3. Kebijakan dan Strategi Program Bangga Kencana
4. BKKBN di Era yang sudah berubah

F. Petunjuk Belajar
Agar dapat memahami isi modul ini dengan cepat, Anda perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Sebelum anda benar-benar paham
tentang materi pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman
berikutnya. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai anda
benar-benar memahaminya.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
sub bahasan tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang
sekiranya dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya
anda mengerjakan latihan-latihan dengan menjawab soal-soal.
4. Lakukan pengulangan untuk mengerjakan soal latihan hingga Anda
memahami materi tiap bab.
4
A. Sejarah Program KB
Tak kenal maka tak sayang... Istilah ini tentunya sangat melekat bagi
seseorang apabila dihadapkan pada sesuatu yang baru. Anda, sebagai peserta
pelatihan dan sebagai ASN di lingkungan BKKBN tentunya perlu memiliki
pengetahuan mengetahui sejarah bagaimana Program KB berkembang di
Indonesia. Pada Bab ini akan dibahas tentang sejarah program Keluarga Berencana
di Indonesia berdasarkan periode perkembangan dan sejarah munculnya program
KB di Indonesia.
Membahas tentang penduduk dan kependudukan sangat erat kaitannya
dengan seorang ahli bernama Malthus. Malthus merupakan seseorang yang
pertama kali mengemukakan teori tentang penduduk. Dalam “Essay on
Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk
kelangsungan hidup, dimana nafsu manusia tidak dapat ditahan dan pertumbuhan
penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Menurut pendapatnya, faktor
pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia antara lain Preventive
checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan kawin)
serta Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan
peperangan). (Bidadarti, 2020). Teori Malthus ini menuai kontroversi karena
mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan perencanaan

5
produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism) berpendapat bahwa salah satu
upaya untuk mencegah laju cepatnya peningkatan penduduk adalah denfan
dilakukannya Birth Control Method dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Sebelum abad ke-20, di negara barat sudah ada usaha pencegahan
kelangsungan hidup anak karena berbagai alasan. Beberapa cara yang dilakukan
diantaranya dengan membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortus dan
mencegah/mengatur kehamilan. Keluarga buruh diantaranya menggunakan cara-
cara sederhana seperti kondom dan pantang berkala yang dapat digunakan unutk
mengatur jumlah kelahiran dalam keluarga sebagai upaya untuk perbaikan
ekonomi. Di Amerika Serikat, seorang aktivis perempuan dan keluarga berencana
yakni Margareth Sanger (1879-1966) menulis buku “Family
Limitation” (Pembatasan Keluarga). Ia menemukan berbagai pengalaman
perempuan Amerika termasuk ibunya sendiri yang bertaruh nyawa akibat terlalu
seringnya melahirkan dan adanya kebijakan pelarangan penggunakan alat
kontrasepsi secara pribadi di Amerika Serikat.
Sanger memperjuangkan bahwa seorang perempuan berhak hidup lebih baik,
berhak memilih dan menggunakan alat kontrasepsi. Menurutnya upaya
pengendalian kelahiran yang diantaranya dapat dilakukan dengan penggunaan alat
kontrasepsi dapat menyelamatkan para ibu di usia muda dari ancaman kematian.
Kondisi ekonomi dan layanan kesehatan yang buruk, serta berbagai kebijakan yang
menurutnya tidak menguntungkan perempuan dan ibu hamil akan semakin
memperburuk nasib perempuan apabila pengendalian kelahiran di setiap keluarga
tidak dilakukan. Untuk mendukung dan menyuarakan uoaya tersebut, Sanger
mendirikan Liga Keluarga Berencana Amerika Serikat, yang saat ini lebih dikenal
sebagai Planned Parenthood. Perjuangan Sanger inilah yang kemudian diantaranya
menjadi salah satu tonggak permulaan berdirinya program pengendalian kelahiran
di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Latar belakang atau dasar pemikiran lahirnya program keluarga berencana
(KB) di Indonesia juga disebabkan karena adanya permasalahan kependudukan.
Aspek-aspek yang penting dalam kependudukan meliputi: 1) besarnya jumlah
6
penduduk, 2) Jumlah pertumbuhan penduduk, 3) Jumlah kematian penduduk, 4)
Jumlah kelahiran penduduk dan 5) Jumlah perpindahan penduduk mempunyai sisi
yang mengandung permasalahan tersendiri bagi Indonesia. Menurut Bidadarti
(2020) menjelaskan bahwa di Indonesia sendiri, karakteristik yang menonjol dari
masalah kependudukan adalah 1) jumlah penduduk yang besar, 2) pertambahan
penduduk yang tinggi, 3) persebaran yang tidak merata dan 4) komposisi
penduduk yang muda.
Di Indonesia sendiri sejarah dan perkembangan program KB di dapat
diuraikan berdasarkan periode penyelenggaraan program pemerintah. Berikut
adalah periodeisasi lebih rinci terkait dengan sejarah perkembangan program KB
di Indonesia.
1. Periode Perintisan (1950-an – 1966)
Sebelum 1957, pembatasan kelahiran dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan cara-cara tradisional diantaranta penggunaan ramuan, pijet,
absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus. Untuk mendukung upaya
pengendalian kelahiran di daerah pada masa tersebut, diantaranya di
Yogyakarta didirikan klinik Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK). Di Semarang
berdiri klinik BKIA dan terbentuk PKBI tahun 1963. Dan di Jakarta Prof. Sarwono
P, memulai di poliklinik bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali,
Palembang, Medan).
Perkembangan selanjutnya tentang perintisan keluarga berencana
dimulai dengan pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal
23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu
sendiri berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan
terwujudnya keluarga-keluarga yang sejahtera melalui 3 (tiga) macam usaha
pelayanan yaitu mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan, mengobati
kemandulan serta memberi nasihat perkawinan.

7
PKBI berdiri atas prakarsa dr. Soeharto yang didukung oleh Prof.
Sarwono Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr.
Hurustiati Subandrio. Visi PKBI adalah mewujudkan masyarakat yang
sejahtera melalui keluarga. Sedangkan, misi PKBI adalah memperjuangkan
penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab dalam keluarga
Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan
kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang
kependudukan secara umum, dan secara khusus di bidang kesehatan
reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan gender.
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan
pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air.
Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan Maret 1966 masalah kependudukan
menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai
perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut
berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah
simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres
Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1967.

2. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional (1967-1968)


Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan
sebagai berikut: “PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga
berencana yang akan dijadikan program pemerintah. PKBI mengharapkan
agar Keluarga Berencana sebagai Program Pemerintah segera dilaksanakan.
PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan Program KB
sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat dirasakan seluruh
lapisan masyarakat”.
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya
8
menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran
dalam keluarga sebagai hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967 di
depan Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), Presiden
Soeharto pada pidatonya:
“Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius
mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi
keluarga berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan
moral Pancasila”.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menteri
Kesejahteraan Rakyat (Menkesra) membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas
mempelajari kemungkinan Program KB dijadikan Program Nasional.
Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi
Presiden Nomor 26 Tahun 1968 kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang
isinya antara lain :
a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
b. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang
dapat menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta
terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, Menkesra pada tanggal 11


Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968
tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi
Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-
pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh
masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, maka pada tanggal 17 Oktober 1968
dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat
Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga ini statusnya adalah sebagai
Lembaga Semi Pemerintah.

9
3. Periode Pelita I (1969-1974)
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN
adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. BKKBN dibentuk sebagai badan untuk
melakukan pengelolaan program KB yang telah dicanangkan sebagai program
nasional. Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ini adalah
presiden dan pelaksanaan tugas sehari-hari dilakukan oleh Menteri Negara
Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.
Dasar pertimbangan pembentukan BKKBN pada saat itu adalah:
a. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.
b. Program keluarga berencaba perlu digiatkan dengan melibatkan
masyarakat maupun pemerintah secara maksimal.
c. Program keluarga berencana perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Selanjutnya yang menjadi tugas Pokok BKKBN antara lain adalah:


a. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh
unit-unit pelaksana.
b. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok
kebijaksanaan dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga
Berencana Nasional.
c. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-
pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
d. Mengadakan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara asing
maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga
berencana selaras dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
10
e. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis
bantuan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 terbit Keppres No. 33 Tahun 1972
sebagai penyempurnaan terhadap organisasi dan tata kerja BKKBN yang telah
dibentuk sebelumnya. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah
Non Departemen yang berkedudukan langsung di bawah Presiden. Untuk
melaksanakan Program Keluarga Berencana di masyarakat dikembangkan
berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan situasi
serta kondisi masyarakat.
Pada Periode Pelita I dikembangkan periode pendekatan Klinik (Clinical
Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide Keluarga
Berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan
menjadi pendekatan yang paling tepat. Pada saat pelaksanaan Pelita I ini, daerah
program Keluarga Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Provinsi tersebut
diatas merupakan daerah perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-
program integral (Beyond Family Planning) dan gagasan tentang fase program
pencapaian akseptor aktif. Berdasar Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah
besar jangkauan programnya tidak terbatas hanya KB tetapi juga program
Kependudukan.

4. Periode Pelita II (1974-1979)


Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai lembaga
pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan Program KB Nasional dan Kependudukan yang
mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta

11
mengkoordinasikan penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan.Periode ini
pembinaan dan pendekatan program yang semula berorientasi pada kesehatan
mulai dipadukan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya, yang dikenal dengan
Pendekatan Integratif (Beyond Family Planning). Dalam kaitan ini pada tahun 1973-
1975 mulai dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project.

5. Periode Pelita III (1979-1984)


Periode ini dilakukan pendekatan kemasyarakatan (partisipatif) yang didorong
peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi masyarakat
dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan mempertahankan
peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah peserta KB baru. Pada
periode juga dikembangkan strategi operasional yang baru yang disebut Panca
Karya dan Catur Bhava Utama yang bertujuan mempertajam segmentasi sehingga
diharapkan dapat mempercepat penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga
strategi baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan
bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

6. Periode Pelita IV (1983-1988)


Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono
sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr.Suwardjono Suryaningrat yang dilantik
sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara lain
melalui pendekatan koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan
masyarakat lebih disinkronkan pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut.
Peran koordinasi ditingkatkan menjadi koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu
selain sebagai dinamisator juga sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan
pula strategi pembagian wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program. Pada
periode ini juga secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari
1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di Taman
Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan Kampanye LIngkaran

12
BIru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat pelayanan dengan logo
Lingkaran Biru KB.

7. Periode Pelita V (1988-1993)


Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono
Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas
petugas dan sumber daya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian
diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis
kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas, maka untuk
pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis kontrasepsi, yaitu ada
16 jenis kontrasepsi.
Pada periode ini ditetapkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sektor Keluarga
Sejahtera dan Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi Gerakan KB
Nasional diadakan untuk mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui
penundaan usia perkawinan, penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga.

8. Periode Pelita VI (1993-1998)


Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga”
yang bertujuan untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam Gerakan KB
Nasional. Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai
dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri
Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN
setingkat Kementerian. Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono
diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan
Pengentasan Kemiskinan merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan
berselang dengan terjadinya gerakan reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI

13
mengalami perubahan menjadi Kabinet Reformasi Pembangunan Pada tanggal
21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra
dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida
Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan.

9. Periode Pasca Reformasi


Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang
telah ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program
untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan
dan kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan
kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan
kesejahteraan keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan
Keluarga Berencana Nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai
dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi
Keppres Nomor 09 Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen
menyatakan bahwa sebagian urusan di bidang Keluarga Berencana diserahkan
kepada pemerintah kabupaten dan kota selambat-lambatnya Desember 2003.
Hal ini sejalan dengan esensi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 (telah
diubah menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004). Dengan demikian
tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga Berencana Nasional dalam era
desentralisasi.
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian:
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar
Parawansa. Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun
2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang
14
kemudian terjadi kekosongan. Pada tanggal 10 November 2003, Kepala
Litbangkes Departemen Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi
Kepala BKKBN oleh Menteri Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki
masa pensiun pada tahun 2006. Setelah itu digantikan oleh dr. Sugiri Syarief,
MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006.
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal
29 Oktober 2009, berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi
BKKBN. Undang-Undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan
BKKBN yang semula adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN
adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan
pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera”.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan
fungsi melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang tersebut
di atas. Dalam rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana di daerah, pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat
provinsi dan kabupaten dan kota yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
memiliki hubungan fungsional dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2)
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan
Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor

15
92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana
BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi
badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr.
Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya, pada tanggal 13 Juni 2013
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) hingga tahun 2014.
Pada masa Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo, setelah mengalami
kekosongan selama delapan bulan, posisi Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) akhirnya terisi oleh dr. Surya Chandra
Surapaty, MPH, PhD yang dilantik pada 26 Mei 2015. Selanjutnya masih pada Era
Pemerintahan yang sama, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dilantik menjadi Kepala
BKKBN dimana sebelumnya beliau menjabat sebagai Bupati Kulon Progo.
Jabatan sebagai Kepala BKKBN resmi diemban oleh beliau pada tanggal 1 Juli
2019.

B. Perkembangan BKKBN Setelah Terbitnya UU No.52 tahun 2009 hingga masa


sebelum rebranding
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan dasar
pelaksanaan program KB. Namun dalam perkembangannya UU tersebut
diperbaharui menjadi UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Berdasarkan pada perubahan UU

16
tersebut, selanjutnya penyebutan program KB berubah menjadi program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Perubahan ini membawa dampak dan implikasi terhadap program dan kegiatan
selanjutnya.

Visi BKKBN menjadi keluarga berkualitas pada tahun 2015. Visi ini pun
didukung dengan misi yakni Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki
anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak
reproduksinya melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi,
fasilitasi, perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB. Fisilosofi yang digunakan adalah menggerakkan peran
serta masyarakat dalam keluarga berencana. Selanjutnya Tugas pokok BKKBN
adalah melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana dan
keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dalam pelaksanaan tugas pokok ini, BKKBN menjalan setidaknya 5 (lima)
grand strategy yakni:

1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.


2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi tersebut adalah integritas,


energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran,
kreatif/ inovatif. Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan
pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan
kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak
(rightbased), pendekatan lintas sektor.

17
Strategi yang dilakukan BKKBN untuk mencapai target dan sasaran kinerja
adalah:
1. Re-Establishment adalah membangun kembali sendi-sendi
pogram KB nasional sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan
kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan
tingkat daerah.

Program yang diusung oleh BKKBN sebelum dilakukannya Rebanding


adalah program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
yang disingkat menjadi program KKBPK. Tujuan dari program KKBPK ini terdiri dari:
1. Keluarga dengan anak ideal.
2. Keluarga sehat.
3. Keluarga berpendidikan.
4. Keluarga sejahtera.
5. Keluarga berketahanan.
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Selanjutnya dalam pelaksanaannya program KKBPK tersebut meliputi:


1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM aparatur
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

18
C. Rebranding BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagaimana
diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas untuk melaksanakan
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah Program KKBPK
menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana.
Perubahan penyebutan dari program KKBPK menjadi program Bangga
Kencana tersebut bertujuan untuk memudahkan penyebutan program, yang
seringkali agak sulit untuk diucapkan. Peletakan kata Pembangunan Keluarga di
depan menunjukan bahwa BKKBN merupakan lembaga yang ingin memberikan
manfaat kepada seluruh keluarga Indonesia. Selain itu, BKKBN harus dapat
mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas,
dan persebaran penduduk dan lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik
atau mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN
diberi mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh)
agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu
untuk “Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”,
serta mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”.
Dalam PN Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan
Berdaya Saing, BKKBN berperan dalam 3 Program Prioritas (PP) yang masing-
masing memiliki Kegiatan Prioritas (KP) sebagai berikut: 1) Perlindungan Sosial dan
Tata Kelola Kependudukan, dengan KP; (1) Integrasi Sistem Administrasi
Kependudukan, dan (2) Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian
Penduduk. 2) Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP;

19
Kesejahteraan Sosial. Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 2 3) Peningkatan akses
dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP; (1) Peningkatan Kesehatan Ibu Anak,
Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi, dan (2) Percepatan Perbaikan
Gizi Masyarakat. Sedangkan pada PN Revolusi Mental dan Pembangunan
Kebudayaan, BKKBN memiliki peran pada PP Revolusi Mental dan Pembinaan
Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk
Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan Berkarakter, dengan KP pada Revolusi
mental dalam sistem sosial untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran
keluarga serta masyarakat dalam pembentukan karakter.
Selanjutnya, saat ini salah satu persoalan terkait SDM yang perlu
mendapatkan intervensi segera adalah stunting. Presiden Republik Indonesia, Joko
Widodo memberikan amanat melalui Peraturan Presiden Nomor: 72 tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan Perpres RI tersebut, BKKBN
ditugaskan sebagai koordinator pelaksanaan percepatan penurunan stunting di
lapangan. Dalam upaya penurunan stunting peran keluarga merupakan sesuatu
yang perlu dioptimalkan. Keluarga perlu memperhatikan periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dalam pencegahan stunting dan perlu didampingi oleh
pendampingan petugas BKKBN yang bersinergi dengan Kader PKK maupun bidan,
yang disebut sebagai pendamping keluarga. Pembahasan lebih lengkap mengenai
hal ini dibahas pada materi Kebijakan Program Percepatan Penurunan Stunting.

D. Rangkuman
Sejarah munculnya dan berkembangnya Program Keluarga Berencana di
Indonesia pada dasarnya meliputi proses yang sangat panjang. Pada awalnya
program ini tercetus dari sebuah organisasi keluarga berencana yakni
Perkumpulan Keluarga Berencana yang berkembang menjadi Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood
Federation (IPPF). Upaya ini berkembang karena pemerintah, saat itu Presiden
Soeharto memasukkan program ini ke dalam program pemerintah. Bentuk
nyatanya adalah pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi

20
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan
atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga
sebagai hak asasi manusia. Sejak saat ini Program Keluarga Berencana berkembang
hingga kini. Bahkan dalam proses menuju pendewasaannya program yang diusung
oleh BKKBN ini telah di rebranding. Namun demikian tentunya tujuan pelaksanaan
program ini tidak berubah, yakni tentunya tetap bertujuan untuk melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan
keluarga berencana.

E. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Uraikanlah sejarah Program KB pada periode perintisan!
2. Uraikanlah bagaimana kondisi dari BKKBN pada era desentralisasi!
3. BKKBN adalah lembaga non kementerian yang bergerak dalam program
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Jelaskanlah
dasar pertimbangan dibentuknya BKKBN!
4. Uraikanlah bagaimana perkembangan KB di Indonesia berdasarkan
periodenya!
5. Jelaskanlah bagaimana konsekuensi dari diterbitkannya Undang-undang
Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera terhadap BKKBN!

21
A. Visi dan Misi Pemerintah Periode tahun 2020-2024
Presiden RI Presiden dan Wakil Presiden RI telah menyampaikan Visi dan Misi
Pemerintah Periode tahun 2020-2024 dalam rangka “meneruskan jalan perubahan
untuk Indonesia maju” yang menjadi acuan Kementerian PPN/Bappenas dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 dan harus dijadikan acuan oleh seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) dalam
menyusun Rencana Strategis (Renstra) K/L periode tahun 2020-2024.
1. Visi
Visi Pemerintah yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden adalah
“Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong”, yang mengandung harapan kinerja Pemerintah
untuk periode 5 (lima) tahun kedepan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai
persatuan, akhlakul karimah, dan semangat gotong royong dapat membawa
Indonesia menjadi negara yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian, sesuai
amanat Pancasila dan UUD 1945.
2. Misi
Kemudian dalam upaya meneruskan jalan perubahan untuk mewujudkan
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong. Presiden telah menetapkan 9 (sembilan) Misi, yaitu:

22
a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.
b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.
d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.
f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan
terpercaya.
g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada
seluruh warga.
h. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Sembilan misi ini merupakan pengembangan, percepatan dan pemajuan


Nawa Cita I dengan tetap konsisten menerapkan Trisakti sebagai pijakan
strategis operasional dengan senantiasa mengutamakan pembangunan
manusia (berpusat pada manusia).

B. Visi, Misi dan Tujuan BKKBN


Dalam mendukung Visi, Misi dan Janji Presiden RI 2020-2024 sebagaimana
tertera diatas, maka Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berkomitmen atas Visi, Misi dan Tujuan sebagai berikut:
1. Penyelarasan Visi
Terwujudnya Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang
Seimbang guna mendukung tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Visi tersebut mengandung pengertian:

23
a. Keluarga berkualitas, yaitu tentram, mandiri dan bahagia. Untuk
mencapai keluarga berkualitas angka kelahiran total (TFR) diturunkan
menjadi 2.26 pada tahun 2020 sampai dengan 2.1 pada tahun 2024.
b. Kebijakan pengendalian penduduk dilaksanakan untuk mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan menghasilkan Bonus Demografi.
Pengendalian penduduk berkontribusi pada pembangunan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.
c. Pengaturan kelahiran melalui berbagai kegiatan prioritas Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) yang komprehensif dan
pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang merupakan salah satu upaya
pokok dalam menurunkan TFR. Bidang KBKR meningkatkan kesehatan
ibu dan anak guna membangun manusia berkualitas dan berdaya saing.
d. Pembangunan keluarga yang holistic integrative sesuai siklus hidup
sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas keluarga yang
berketahanan dan berkarakter.
2. Penyelarasan Misi
Dalam penjabaran upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi
BKKBN tersebut diatas, maka dirumuskan Misi sebagai berikut:
a. Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka menjaga kualitas dan
struktur penduduk seimbang.
b. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara
komprehensif.
c. Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik integratif sesuai
siklus hidup.
d. Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan kerjasama
global.
e. Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi.
f. Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan SDM
aparatur.

24
C. Tujuan Program Bangga Kencana BKKBN
Selama periode pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024, BKKBN
memiliki tujuan untuk:
1. Mewujudkan keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang tentram, mandiri dan
bahagia.
2. Mengendalikan struktur penduduk menuju Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS)
dengan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga terwujud bonus
demografi yang bermanfaat bagi pembangunan.

D. Sasaran Strategis
Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian Visi, Misi dan
Janji Presiden 2020-2024 dan Prioritas Pembangunan Nasional yang tertera dalam
RPJMN 2020-2024, serta untuk memastikan Visi, Misi dan Tujuan BKKBN yang telah
ditetapkan dapat tercapai, diperlukan suatu ukuran keberhasilan atas seluruh
Program dan Kegiatan Prioritas yang dilakukan dalam bentuk Sasaran Strategis.
Dalam Renstra BKKBN 2020-2024 ditetapkan Sasaran Strategis yang harus dicapai
sebagai berikut:
1. Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dapat mencapai
2,26 pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 2,1 pada 2024.
2. Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) 61,78 persen pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.
3. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/UnmetNeed 8,6 persen
pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 persen pada 2024.
4. Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age
SpecificFertilityRatio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25 per-1.000
kelahiran pada tahun 2020 dan ditagetkan menjadi 18 per 1.000 kelahiran
pada 2024.

25
5. Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sebesar 53,57 pada
tahun 2020 serta ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
6. Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dari 21,9 tahun pada 2020
dan menjadi 22,1 tahun pada 2024.

Sebagaimana tertera sebelumnya, seluruh Sasaran Strategis diatas dirumuskan


guna mencapai Visi, Misi dan Tujuan BKKBN. Agar upaya pencapaian Visi, Misi dan
Tujuan tersebut dapat tetap terukur, maka BKKBN menggunakan Indikator Dampak
“Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)”. LPP merupakan indikator yang upaya
pencapaiannya harus secara komprehensif melibatkan lintas sektor/bidang serta
harus dikoordinasikan dengan baik oleh Pemerintah Indonesia. Target LPP dalam
Renstra BKKBN 2020-2024 ini mengacu pada Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-
2045 dengan interval 5 (lima) tahunan, yang disusun pada tahun 2018 oleh Badan
Pusat Statistik (BPS), Kementerian PPN/Bappenas, dan UNFPA. Ditetapkan target LPP
dalam periode 2015-2020 dapat mencapai 1,11 persen, dan diharapkan penurunan LPP
dapat mencapai 0,95 persen selama periode 2020-2025.
Rencana Strategis (Renstra BKKBN) 2020-2024 telah secara resmi disahkan melalui
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6 Tahun
2020 dan telah masuk di dalam Lembaran Negara Nomor 466 Tahun 2020. Dokumen
Renstra BKKBN 2020-2024 tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan utama
baik dalam perencanaan/penyusunan program/kegiatan prioritas, pelaksanaannya,
maupun dalam evaluasi capaian program, kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan di
lingkungan BKKBN selama periode tahun 2020-2024.
Pada dasarnya Renstra BKKBN 2020-2024 mengalami Redesign Program, dimana
sebelumnya terdapat 4 (empat) Program di BKKBN, untuk periode 2021-2024
dilakukan re-design menjadi 2 (dua) Program yaitu Program Bangga Kencana (KSPK,
Dalduk, KBKR, ADPIN dan Lalitbang) dan Program Dukungan Manajemen (DKM) yang
terdiri dari Settama dan Irtama.

26
E. Rangkuman
Dalam pengelolaan Program Bangga Kencana yang lebih efektif dan efisien,
dengan memperhatikan kerangka waktu dalam pencapaian sasaran
program/kegiatan prioritas, baik selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan,
maupun di setiap tahunnya (program/kegiatan jangka pendek/ tahunan), BKKBN
mengacu kepada Renstra BKKBN 2020-2024. Pembangunan Program Bangga
Kencana diharapkan mampu mengikuti perkembangan isu dan lingkungan strategis
sebagai rangkaian yang tidak terpisahkan untuk pencapaian tujuan BKKBN.

F. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkanlah visi dan misi BKKBN (2020-2024)!
2. Jelaskanlah tujuan BKKBN salam rangka mencapai sasaran program prioritas
Presiden untuk periode 2020-2024!
3. Uraikanlah sasaran strategis yang dimiliki oleh BKKBN yang mengacu pada
prioritas pembangunan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020-2024
serta memperhatikan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan!
4. Menurut pendapat Saudara, bagaimanakah cara Angka Kelahiran Total/Total
Fertility Rate (TFR) dapat mencapai target menjadi 2,1 pada 2024?
5. Menurut pendapat Saudara bagaimana visi dari BKKBN tersebut berkaitan
dengan tugas Saudara sebagai seorang PKB?

27
Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Agenda pembangunan nasional selama 20 tahun telah di tuangkan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yang
merupakan acuan, arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang
dilakukan secara bertahap dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional
dan keberlanjutan dari pembangunan sebelumnya. Saat ini Indonesia memasuki
periode terakhir RPJMN IV tahun 2020-2024, dimana visi dan misi pembangunan
dalam RPJPN menjadi landasan sasaran pembangunan jangka menengah 2020-
2024 untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan
menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Lebih lanjut sebagaimana tertera dalam Lampiran I Peraturan Presiden
Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020-2024, Presiden telah menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi
dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045.
Kelima arahan tersebut mencakup (1) Pembangunan Sumber Daya Manusia, (2)
Pembangunan Infrastruktur, (3 )Penyederhanaan Regulasi, (4) Penyederhanaan
Birokrasi, dan (5) Transformasi Ekonomi. RPJPN 2005-2025, Visi Indonesia 2045,

28
Visi Misi dan 5 (lima) arahan utama Presiden menjadi landasan utama RPJMN
2020-2024, yang selanjutnya diterjemahkan kedalam 7 agenda pembangunan
(Prioritas Nasional/PN).
Dalam hal ini, BKKBN diberi mandat untuk turut berkontribusi secara
langsung pada PN “Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan
Berdaya Saing”, dan PN “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”, dengan
penjabaran sebagai berikut:
1. Prioritas Nasional (PN) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
Berkualitas dan Berdaya Saing;
a. Program Prioritas (PP) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan,
dengan KP; 1) Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan, dan 2)
Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian Penduduk.
b. PP Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP; Kesejahteraan
Sosial.
c. PP Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP; 1)
Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi, dan 2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.
Dari Program Prioritas tersebut, BKKBN memiliki kontribusi terhadap KP
Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan fokus
strategi untuk:
a. Peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya pengasuhan,
tumbuh kembang anak dan gizi;
b. Perluasan cakupan KB dan kesehatan reproduksi berkualitas sesuai
karakteristik wilayah melalui penguatan kemitraan dengan pemerintah
daerah;
c. Peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan reproduksi bagi
remaja dan praremaja yang responsif gender;
d. Peningkatan kompetensi PKB/PLKB;

29
e. Penguatan jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
khususnya praktik mandiri bidan, dokter swasta dan organisasi profesi;
dan
f. penguatan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) Program Bangga
Kencana serta konseling KB dan Kesehatan Reproduksi secara
komprehensif.

2. Prioritas Nasional (PN) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan: PP


Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh
Ketahanan Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju,
Modern, dan Berkarakter, dengan KP Revolusi mental dalam sistem sosial
untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran keluarga dan masyarakat
dalam pembentukan karakter sejak usia dini. Dari KP tersebut, BKKBN
berkontribusi melalui beberapa fokus strategi, diantaranya:
a. Peningkatan pemahaman peran keluarga yang memiliki anak remaja
dalam pengasuhan dan pembentukan karakter remaja.
b. Peningkatan penyampaian informasi dan edukasi pada remaja dalam
pembentukan karakter.
c. Peningkatan pemahaman keluarga dalam pola pengasuhan dan
pendampingan anak sejak usia dini.
d. Penguatan pemberdayaan ekonomi keluarga guna meningkatkan kualitas
keluarga.

Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN


Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah
kebijakan dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024,
terutama dalam menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas (PP)
dan Kegiatan Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus
penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun
arah kebijakan dan strategi BKKBN adalah sebagai berikut:
30
1. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik dan
integratif sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di
keluarga melalui strategi:
a. Penguatan pemahaman 8 fungsi keluarga.
b. Optimalisasi pola asuh dan pendampingan balita dan anak, serta
pembentukan dan penguatan karakter sejak dini melalui keluarga.
c. Peningkatan pola asuh dan pendampingan remaja, peningkatan kualitas
dan karakter remaja, serta penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
d. Peningkatan kemandirian ekonomi keluarga, dengan sasaran khusus
keluarga-keluarga akseptor KB lestari, keluarga peserta MKJP khususnya
MOP dan MOW, serta peserta KB Mandiri di wilayah Kampung KB.
e. Peningkatan ketahanan dan kemandirian keluarga rentan.
f. Penguatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh) dimensi lansia
tangguh dan pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia.
g. Peningkatan kemitraan pembangunan keluarga.

2. Menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk


melalui strategi:
a. Pengembangan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
b. Penguatan sinergitas kebijakan penyelenggaraan pengendalian
penduduk.
c. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan.
d. Peningkatan sinkronisasi dan pemanfaatan data/informasi
kependudukan.

3. Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang komprehensif


berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran melalui strategi:
a. Penguatan kapasitas faskes dan jaringan/jejaring yang melayani KBKR.
b. Penguatan kemitraan kualitas pelayanan KBKR.

31
c. Peningkatan jangkauan pelayanan KBKR di wilayah dan sasaran khusus.
d. Peningkatan KB Pria.
e. Penguatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi berdasarkan
siklus hidup, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan
peningkatan pelayanan KB Pasca Persalinan (KB PP).
f. Peningkatan kemandirian PUS dalamber-KB.

4. Meningkatkan Advokasidan Penggerakan Program Bangga Kencana sesuai


dengan karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran, yang dapat diwujudkan
melalui strategi:
a. Peningkatan penyebarluasan materi KIE Program Bangga Kencana sesuai
segmentasi sasaran dan wilayah.
b. Peningkatan kinerja tenaga Penyuluh KB/PLKB dan pemberdayaan
masyarakat melalui penggerakan kader PPKBD/Sub PPKBD.

5. Memperkuat system informasi keluarga yang terintegrasi, dengan strategi:


a. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan data/informasi Program Bangga
Kencana berbasis teknologi informasi di seluruh tingkatan Wilayah.
b. Pengembangan Smart Technology/Smart Program untuk memperkuat
pengelolaan Program Bangga Kencana.

Berbagai arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tersebut diatas tentunya
memerlukan dukungan untuk membantu agar operasionalisasi Program Bangga
Kencana dapat berjalan dengan baik, diantaranya:
1. Dari sisi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Program BanggaKencana, arah
kebijakan yang diambil diantaranya untuk meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Inovasi, serta
Penguatan Kerjasama Global Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan
melalui strategi:

32
a. peningkatan kualitas SDM Program Bangga Kencana melalui pendidikan
dan pelatihan yang terstandarisasi berbasis teknologi informasi;
b. peningkatan kualitas, pemanfaatan hasil Penelitian dan Pengembangan
Inovasi Program Bangga Kencana sebagai input/masukan atas rumusan
kebijakan;
c. peningkatan kemitraan dan kerjasama global di bidang pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan untuk memperkuat kelembagaan.
2. Dari sisi Dukungan Manajemen, Sekretariat Utama memiliki arah kebijakan
untuk dukungan manajemen yang berkualitas dalam mendukung
Penyelenggaraan Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan melalui
strategi: Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 27
a. penyediaan dan sinkronisasi landasan hukum Kependudukan dan KB,
serta Pengelolaan Organisasi dan Tatalaksana;
b. peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan BMN;
c. penguatan Perencanaan Program dan Anggaran;
d. peningkatan kualitas pengelolaan administrasi kepegawaian dan
Pengembangan SDM Aparatur; dan e. penyediaan pelayanan administrasi
perkantoran dan kerumahtanggaan yang berkualitas.
3. Dari sisi pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, Inspektorat Utama
memiliki arah kebijakan untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan
Program Bangga Kencana guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik, yang akan diwujudkan melalui strategi:
a. mendorong pengelolaan keuangan BKKBN secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, ekonomis, efisien, dan efektif;
b. mendorong pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
Reformasi Birokrasi dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seluruh
Unit Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN Provinsi;

33
c. mendorong seluruh kebijakan yang ditetapkan Kepala BKKBN
dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan
Perwakilan BKKBN Provinsi; dan
d. mendorong pencapaian sasaran strategis BKKBN secara efektif dan
efisien.

Dalam menjabarkan arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tertera


diatas, terutama dalam implemetasinya, BKKBN akan terus memperhatikan
perkembangan situasi/kondisi dan isu strategis nasional serta prioritas strategi
pembangunan nasional. Salah satu strategi pembangunan nasional yang perlu
mendapat perhatian adalah Pengarusutamaan Gender yang telah diamanatkan
dalam Instruksi Presiden (Inpres) No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam Pembangunan Nasional. Pengarusutamaan Gender merupakan
isu lintas sektor yang tanggung jawab implementasinya harus didukung baik
oleh Pemerintah Pusat (lintas K/L) maupun oleh Pemerintah Daerah. BKKBN
berkomitmen untuk memastikan setiap orang (laki-laki dan perempuan)
mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan Program Bangga Kencana serta
memperhatikan konsep Pegarusutamaan Gender dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi Program/Kegiatan
Bangga Kencana yang inklusif gender.

Kerangka Regulasi
Untuk mengimplementasikan Program Bangga Kencana secara maksimal
diseluruh tingkatan wilayah, diperlukan dukungan kerangka regulasi selain dari apa
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. Upaya implementasi
Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah juga telah didukung dengan
telah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 90 Tahun 2019
tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan
Keuangan Daerah yang telah memasukan kegiatan-kegiatan prioritas lapangan
34
Program Bangga Kencana di Tk. Provinsi dan Kabupaten/Kota. Akan tetapi, integrasi
kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan tetap harus disusun guna
mensinergikan kerangka pendanaan dan kerangka pelayanan umum dan investasi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dan Peraturan Menteri
PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Renstra K/L
Tahun 2020-2024, yang menyatakan bahwa Kerangka Regulasi adalah perencanaan
pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Oleh sebab itu, kerangka regulasi BKKBN diarahkan untuk menjamin terwujudnya
pencapaian target/sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra BKKBN 2020-
2024. Secara umum, diperlukan dukungan regulasi yang dapat memperkuat posisi dan
pelaksanaan Program Bangga Kencana, diantaranya:
1. Harmonisasi UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 23 Tahun 2014 terkait dengan
Kelembagaan Program Bangga Kencana di daerah Provinsi dan Kab/Kota serta
penguatan Program Bangga Kencana di Desa, sebagai dukungan untuk:
a. Kelembagaan Program Bangga Kencana di Provinsi, dan Kabupaten/ Kota
sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
b. Penyelenggaraan Program Bangga Kencana di Daerah, baik tingkat
Provinsi, Kabupaten /Kota, maupun Desa.
c. Penguatan implementasi Program Bangga Kencana oleh tenaga lini
lapangan. Hasil harmonisasi ini juga dapat menjadi acuan dalam
merumuskan regulasi lain (baik baru, revisi, maupun regulasi turunan) dari
UU No.52 Tahun 2009 dan UU No.23 Tahun 2014, yang sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan Program Bangga Kencana di seluruh
tingkatan wilayah.
2. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN, Kementerian Dalam Negeri,
dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Rencana Strategis

35
BKKBN 2020-2024 29 Transmigrasi tentang Penguatan Program Bangga
Kencana di Desa, sebagai dukungan untuk:
a. UU No. 6 Tahun 2014 terkait sistem pemerintahan desa yang
mengambarkan posisi yang equal/setara antara pemerintah desa dengan
masyarakat desa dan pengelola desa sebagai organ pemerintah dan
organ kemasyarakatan. Dalam hal ini, model kelembagaan untuk
mendukung Program Bangga Kencana harus menyesuaikan dengan
desain pemerintahan desa. Kelembagaan yang masuk dalam lingkup local
self government agar keseluruhan program akan mendapatkan dukungan
politis dan operasional dari pemerintah desa.
b. Tenaga lini lapangan yang memiliki kualifikasi sebagai perencana,
pelaksana dan sekaligus penggerak. Tenaga lini lapangan harus dapat
bekerja selaku birokrasi Program Bangga Kencana dan sebagai role model
yang mampu menggerakkan potensi masyarakat agar dapat
berpartisipasi secara optimal. Kemampuan komunikasi dan negosiasi
dengan kepala Desa, perangkat Desa dan tokoh masyarakat akan menjadi
titik kekuatan keberhasilan program. Oleh karena itu, tenaga lini lapangan
harus diberikan dukungan terkait dengan posisi kelembagaan program
dalam perangkat desa sebagai kelembagaan pemerintahan desa
sehingga kinerja para tenaga lini lapangan dapat dijalankan secara
profesional, terencana, terukur serta memiliki dampak terhadap kebijakan
nasional di bidang pengendalian penduduk, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga.
c. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Bangga Kencana lintas
sektor yang dilaksanakan di Kampung KB. Sinkronisasi kegiatan lintas
sektor dapat meningkatkan manfaat Kampung KB bagi masyarakat,
terlebih apabila dapat dilaksanakan dengan tepat sasaran (segmentasi
sasaran wilayah) atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat (segmentasi
kebutuhan masyarakat). Selain itu, koordinasi juga dapat dilakukan untuk
mewujudkan sinergitas data yang dimiliki oleh Kementerian Desa,
36
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT),
terutama data terkait daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar
Indonesia) sebagai basis data penetapan segmentasi sasaran
wilayah/lokasi Kampung KB yang perlu segera mendapat perhatian
khusus.
3. Kebijakan yang sistematis dan strategis dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan pembangunan Program Bangga Kencana. Program Bangga
Kencana harus dapat diselenggarakan secara terpadu dengan menggunakan
pendekatan lintas sektoral dari seluruh potensi yang ada Rencana Strategis
BKKBN 2020-2024 baik dari pemerintah, swasta, maupun peran
serta/inisiatif masyarakat. Penguatan landasan hukum dalam bentuk
Peraturan Presiden RI sebagai dukungan regulasi terhadap Penyelenggaraan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan
penyerasian kebijakan pembangunan Program Bangga Kencana terhadap
beberapa permasalahan sangat diperlukan, antara lain:
a. Penerbitan landasan hukum dan penyerasian kebijakan yang saat ini
belum memadai, dimana masih terdapat beberapa peraturan pemerintah
dari UU nomor 52 tahun 2009 yang belum disusun dan ditetapkan, dan
masih banyak kebijakan pembangunan sektor lain yang belum sinergi
dengan pembangunan Program Bangga Kencana.
b. Penegasan komitmen dan dukungan pemerintah pusat dan daerah
terhadap kebijakan Program Bangga Kencana yang masih relatif rendah.
Diperlukan regulasi untuk meningkatkan pemahaman pemerintah pusat
dan daerah tentang Program Bangga Kencana, sinergitas kebijakan
perencanaan program dan penganggaran yang terkait dengan Program
Bangga Kencana di dalam perencanaan daerah, dan peraturan
perundangan yang mendukung penguatan kelembagaan.
c. Penguatan koordinasi pembangunan Program Bangga Kencana dengan
program pembangunan lainnya, antara lain koordinasi dengan program

37
bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan/ PKH, Jampersal
dan SJSN Kesehatan, serta penanganan atas kebijakan pembangunan
Program Bangga Kencana yang selama ini masih bersifat parsial. 4)
Penerbitan Peraturan Presiden tentang Pedoman Penyelenggaraan
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang
merupakan amanat/perintah dari Pasal 14 Peraturan Pemerintah 87 Tahun
2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,
Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga.
4. Standarisasi pelayanan KB yang mempertimbangkan aspek penggerakan,
pelayanan di fasilitas kesehatan yang merujuk pada Peraturan
Perundangundangan yang berlaku di Sistem Kesehatan Nasional dan aspek
pembinaan kepesertaanber-KB. Program Bangga Kencana merupakan upaya
pokok dalam pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan
keluarga sebagai bagian integral pembangunan nasional. Peraturan Kepala
BKKBN Nomor: 55/HK-010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota perlu
disesuaikan dengan perkembangan regulasi yang Rencana Strategis BKKBN
2020-2024 31 ada (termasuk target/indikator kinerja 2020-2024). Selain itu,
pengaturan mengenai pelayanan KB juga perlu dilakukan pembaruan dan
pengayaan materi yang mempertimbangkan aspek penggerakan, pelayanan di
fasilitas kesehatan, Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan kesertaan
ber-KB.
5. MoU antara BKKBN dengan Lembaga Administrasi Negara dalam rangka
akreditasi lembaga/balai pendidikan dan pelatihan (Diklat) BKKBN. Tenaga
PenyuluhKB/PLKB yang merupakan PNS/ASN memiliki fasilitas untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU No. 5/2014.
Dari ketentuan Pasal 11 tersebut menunjukkan bahwa adanya tuntutan bagi ASN
untuk bekerja secara professional dan berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan
penilaian akreditasi terhadap lembaga pendidikan dan pelatihan BKKBN yang
fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas standar kualitas pendidikan
38
dan pelatihan, termasuk pelatihan kompetensi manajerial, dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan bagi tenaga Penyuluh KB/PLKB.
6. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka
peningkatan profesionalitas tenaga lini lapangan KB di Desa. Sinkronisasi UU No.
52 Tahun 2009 dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam memperkuat
basis program di tingkat lini lapangan sangat diperlukan mengingat sasaran
terdepan dan wujud keberhasilan Program Bangga Kencana adalah pada tingkat
lini lapangan yakni di perdesaan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi
kelembagaan di desa juga harus menyesuaikan kebijakan nasional di desa yang
dituangkan dalam UU No. 6 Tahun 2014.
7. Peraturan Kepala BKKBN Tentang Sertifikasi tenaga Penyuluh KB/ petugas
lapangan KB (PKB/PLKB) yang memperhatikan penjenjangan/ pengembangan
kompetensi sesuai tuntutan program dan memperhatikan pemerataan
distribusi tenaga PKB/PLKB di desa.
8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pendayagunaan Tenaga
Penyuluh Bangga Kencana BKKBN yang intinya sebagai acuan dan pedoman
kerja bagi OPD Bidang Dalduk dan KB yang menangani bidang Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten/ Kota namun belum mengatur
secara teknis tentang bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga
Kencana di tingkat kecamatan. Untuk itu perlu disusun regulasi dalam bentuk
Peraturan Kepala BKKBN Tentang Balai Penyuluhan sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat Kecamatan agar program-
program Bangga Kencana dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
rancangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Menteri Dalam Negeri sebagai kementerian yang membawahi organisasi
pelaksana kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang
tertentu pada Dinas atau Badan Daerah, telah mengeluarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman

39
Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
Peraturan teknis tersebut dibentuk atas perintah Pasal 19 ayat (5), Pasal 22 ayat
(8), Pasal 28 ayat (5), Pasal 41 ayat (5), dan Pasal 49 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Oleh karena itu,
dalam menyusun regulasi tentang Balai Penyuluhan sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat Kecamatan diperlukan
harmonisasi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas dan
Unit Pelaksana Teknis Daerah agar tidak ada kontradiksi antar peraturan.

Kerangka Kelembagaan
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden, BKKBN
harus didukung oleh perangkat organisasi, proses bisnis (tata laksana), dan sumber
daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada BKKBN
secara efektif dan efisien baik di tingkat Kantor Pusat maupun di tingkat kantor
perwakilan di wilayah. Dalam perspektif ini kegiatan pengembangan dan penataan
kelembagaan mutlak dilaksanakan secara efektif, intensif, dan berkesinambungan. Dari
sisi regulasi yang berlaku, penataan kelembagaan BKKBN berangkat dari Undang-
undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga,
Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional, Peraturan Presiden No.3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh
atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non
Kementerian, dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedelapan
atas Keputuan Presiden No. 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon
I Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
Memperhatikan bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi BKKBN
dewasa ini dan dimasa mendatang semakin kompleks dan dinamis, pengembangan
dan penataan kelembagaan BKKBN perlu berorientasi pada sekurang-kurangnya lima
prioritas sebagai berikut:
40
1. Memperkuat budaya organisasi yang mengacu pada nilai-nilai good corporate
governance (tata kelola organisasi yang baik) dan berorientasi pada outcome;
2. Merevisi model operasional dengan prioritas penataan pada penyempurnaan
dan percepatan proses bisnis dengan mengoptimalisasikan penggunaan
teknologi informasi, digitalisasi dan big data;
3. Menyempurnakan sistem birokrasi melalui penataan struktur organisasi yang
lebih “adaptif” terhadap lingkungan bisnis (adaptive organization), dan dapat
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien
(“fit-for-purpose”);
4. Meningkatkan kontribusi dan prestasi kerja pegawai melalui pengembangan
manajemen talenta yang sekurang-kurang mencakup peningkatan kinerja,
kompetensi dan komitmen pegawai; dan
5. Menjadi lebih proaktif dalam mengedukasi dan bekerjasama dengan
stakeholders untuk menghasilkan berbagai terobosan dalam pembangunan
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga, baik di tingkat
nasional mapun daerah.

Rangkuman
Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan proses yang
cukup panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan, strategi, tujuan,
sasaran strategis serta sasaran program dan Indikator Kinerja Utama per-unit Eselon I
yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra BKKBN periode 2020- 2024, juga harus
memperhatikan sinergitas lintas sektor/lintas Kementerian/ Lembaga (KL) serta
memperhatikan arahan Presiden RI terkait penyederhanaan struktur organisasi K/L,
pemangkasan alur birokrasi (pemangkasan Tk. Eselon III dan Eselon IV), serta
penambahan Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk mempercepat
pelaksanaan pelayanan fungsional sesuai dengan keahlian/ keterampilannya.

41
Untuk melaksanakan program bangga kencana ini maka perlu memperhatikan
arah kebijakan, strategi, kerangka regukasi serta kjerangka kelembagaan yang secara
keseluruhannya telah tercantum di dalam Renstra BKKBN 2020-2024.

Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1) Jelaskanlah arah kebijakan nasional Indonesia terkini yang diharapkan akan


dapat dicapai melalui strategi prioritas pembangunan nasional!
2) Jelaskanlah arah kebijakan dan strategi nasional di dalam RPJMN yang
terkait langsung dengan BKKBN!
3) Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah
kebijakan dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024,
terutama dalam menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas
(PP) dan Kegiatan Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai
fokus penggarapan Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024.
Jelaskanlah Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN!

42
Pada hakikatnya pembangunan manusia harus didasarkan pada manusia
sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan. Saat ini seluruh masyarakat
Indonesia menjadi khalayak program BKKBN, terutama generasi X, generasi Milenial dan
generasi Zilenial. Struktur penduduk yang saat ini telah berubah membuat para
generasi milenial menjadi konstituen utama yang disasar oleh BKKBN.

Generasi milenial ini adalah penduduk yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga
tahun 2000-an. Generasi milenial menjadi istimewa karena generasi ini sangat
berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan
konsep diri, konsep hidup, dan penggunaan teknologi. Dari toal jumlah penduduk di
Indonesia yang mencapai 265 juta penduduk, terdapat 81 juta diantaranya merupakan
generasi milenial atau berusia antara 15 hingga 39 tahun. Oleh sebab itu, maka
pendekatan pelaksnaan program BKKBN perlu diubah. Pendekatan lama yang dahulu
digunakan untuk era Baby Boomer, yakni penduduk yang lahir di antara tahun 1946 –
1955, menjadi tidak relevan untuk terus digunakan. BKKBN memerlukan pendekatan
jenis baru yang sesuai dengan sasaran saat ini, yakni generasi milenial.

A. Rebranding tahun 2020-2022


Awal tahun 2020, BKKBN melakukan rebranding pada berbagai hal. Rebranding
ini diawali dengan adanya studi formatif yang melibatkan publik untuk mengetahui
persepsi masyarakat terhadap BKKBN dan tema-tema terkait program

43
BKKBN. Studi formatif dilakukan pada tingkat nasional (Jakarta) dan di 3 provinsi
terpilih (Sumatera Utara, Jawa Timur dan Maluku). Hasil studi formatif
menyebutkan bahwa persepsi masyarakat terhadap program Keluarga Berencana
sangat lekat dengan perencanaan keluarga dan kontrasepsi. Bahkan sebagian
besar masyarakat masih hafal slogan “Dua Anak Cukup”. Hal ini terutama
dikesankan oleh generasi pra-milenial, yang umumnya tumbuh pada masa
kampanye KB begitu masih dilakukan oleh pemerintah pada masa itu. Namun pada
saat yang sama, masyarakat usia milenial muda dan generasi Z (zillenials) tidak
begitu mengenal BKKBN. Padahal jumlah kelompok tersebut merupakan komposisi
terbesar di Indonesia saat ini, dan mereka adalah sasaran dari program- program
BKKBN.

BKKBN ingin terus relevan dengan masyarakat. Jaman berubah, tantangan pun
berbeda dari masa ke masa. Saat ini, pilihan media lebih beragam dan dekat
dengan keseharian Milenial dan Zillenial, yang menjadi khalayak utama BKKBN.
Generasi Milenial dan Zillenial adalah generasi sangat aktif, pilihan aktivitasnya
beragam, mengandalkan internet dan gadgetsmartphone sebagai saluran interaksi
dan aktualisasinya. Milenial dan Zillenial adalah generasi yang hanya mau menerima
sesuatu jika hal itu relevan dengan hidup mereka. BKKBN yang pernah eksis dan
diingat publik di era 70an-90an, ingin eksis dan relevan dengan konteks kekinian
bagi Milenial dan Zillenial.

Satu hal yang bisa membuat BKKBN tetap relevan dengan dunia Milenial dan
Zillenial adalah Rencana atau Perencanaan. Kata ‘rencana’ sendiri sudah tersirat
dan tersurat dalam kata ‘Berencana’ di nama ‘Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional’. Juga, tujuan ideal dari kata ‘Kependudukan’ hanya mungkin
terwujud jika masyarakat bisa diajak untuk punya orientasi perencanaan dalam
hidup mereka, utamanya bagi kalangan remaja. Dari masa remajanya hingga
mereka beranjak dewasa/tua dan nanti berkeluarga, Milenial dan Zillenial
membutuhkan perencanaan dalam hidupnya. Mereka perlu perencanaan dari hal
kecil/sepele hingga perkara yang penting dan menentukan hidup. Dengan kata

44
lain, ‘perencanaan’ ingin dikomunikasikan sebagai gagasan yang penting dan dirasa
punya banyak manfaat bagi Milenial dan Zillenial. Bukan sebagai anjuran dari sosok
yang menempatkan diri lebih tua, lebih paham dan punya kuasa tapi saran dari
sosok yang dekat di hati dan dunia remaja. Bukan BKKBN sebagai suara orang tua
yang coba ‘sok muda’, tapi memang BKKBN adalah suara anak muda itu sendiri.

‘Perencanaan’ sebetulnya merupakan konsep yang bisa dijadikan sebagai sikap


hidup atau mind-set. BKKBN ingin menyampaikan gagasan perencanaan dengan
cara yang fun bagi generasi remaja (Milenial dan Zillenial), bukan dengan cara top-
down, menggurui, taglineistik, jargonistik dan terkesan memerintah. BKKBN ingin
dilihat sebagai teman dan sahabat bagi generasi remaja dalam menjalani hidup
mereka. BKKBN ingin diterima sebagai teman kaum remaja merencanakan hidup
mereka agar mereka bisa menikmati hidup secara maksimal sesuai cita-cita
mereka. Karenanya, perencanaan (dengan segala spektrumnya) adalah kata kunci
dan menjadi tema lomba ini. Rencana atau perencanaan diharapkan bisa langsung
terasa dari karya-karya yang dikirimkan.

Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya dengan


generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Milenial dan Zillenial). BKKBN
adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan generasi baru yang
unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju. BKKBN hari ini ingin hadir secara
berbeda dari BKKBN yang dulu, karena BKKBN menyadari setiap zaman memiliki
keunikannya sendiri, setiap masa mempunya tantangannya sendiri. BKKBN ingin
tampil beda karena tantangan zaman yang juga berbeda. Di masa lalu, nama BKKBN
diingat publik karena lagu Marsnya yang liriknya menarik dan selalu konsisten
menampilkan karakter/figur ayah-ibu-2 anak. Di tambah adanya tagline ‘Dua anak
cukup’. Padahal BKKBN sejatinya lebih luas dari itu. BKKBN, memang mencakup tapi
bukan semata soal jumlah 2 anak dan kontrasepsi. BKKBN memiliki program dengan
cakupan yang luas, yaitu Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga, yang dijalankan secara nasional.

45
Mengapa harus BKKBN melakukan rebranding?
Tujuan utama pembangunan Indonesia adalah Manusia yang Berkualitas.
Pembangunan manusia menjadi yang lebih berkualitas tentunyta harus dilakukan
secara sinergis dan menyeluruh. Pembangunan Manusia yang berkualitas dimulai dari
hulu yaitu penyiapan kehidupan berkeluarga. Saat ini, generasi Zillenial dan Milenial
merupakan generasi yang berada pada fase terdepan dalam pembangunan siklus
keluarga. Oleh sebab itulah kemudian BKKBN melakukan Rebranding yang merupakan
perubahan yang dilakukan oleh BKKBN agar relevan dan terhubung dengan sasaran
utamanya.
Di era dengan khalayak sasaran yang sudah berubah dan kondisi arus informasi
yang bebas, BKKBN perlu membangun posisi baru yang menjadikannya tetap relevan
dan terpercaya dalam informasi pembangunan keluarga berkualitas dalam
membangun hubungan antara program pemerintah dan khalayaknya. Langkah yang
dilakukan untuk bergerak dari era formal seremonial ke era sahabat keluarga BKKBN
memposisikan diri sebagai “Sahabat yang membantu keluarga Indonesia dalam
merencanakan kehidupan yang berkualitas” dan mengembangkan tagline kampanye
yang relevan sesuai zaman dan cocok di seluruh karakteristik daerah di Indonesia
yakni “Berencana Itu Keren”.
Untuk mendukung rebranding yang dilakukan oleh BKKBN, juga diluncurkan logo,
tagline dan jingle terbaru.
2. Logo BKKBN
Pada dasarnya BKKBN telah melakukan beberapa kali perubahan logo, yakni
padatahun 1970, 2009 dan 2010. Masing-masing logo memiliki nilai filosofis
tersendiri yang mewakili visi dan misi serta tujuan dari program yang
diselenggarakan oleh BKKBN. Berikut adalah transformasi logo BKKBN yang pernah
ada:

46
Tahun

1970

Tahun

2009

Tahun

2010

Setelah dilakukan rebranding, BKKBN turut melakukan perubahan logo. Berikut


adalah logo terbaru BKKBN pada tahun 2020:

Penggunaan logo ini didasarkan kepada Peraturan Badan Kependudukan dan


Keluarga Berencana Nasional No. 1 Tahun 2020 tentang LOGO BKKBN. Makna dari
simbol yang tergambar di dalam simbol tersebut adalah sebagai berikut:

47
Simbol “Tak Terbatas” memiliki arti bahwa kependudukan
merupakan potensi tak terbatas. Perencanaan dan
pengelolaan yang tepat akan menghasilkan berbagai
manfaat dan keuntungan sebesar-besarnya untuk
pembangunan Bangsa Indonesia yang semakin unggul di
masa-masa mendatang

Simbol “Cinta” memiliki arti bahwa awal dari sebuah


perencanaan adalah dari cinta kasih sayang yang tulus dan
keharmonisan keluarga yang didukung dengan lingkungan
yang saling mendukung

Simbol “Kupu-kupu” merupakan lambang proses


metamorphosis sempurna, karena proses metamorphosis
kupu-kupu dari seekor ulat, kepompong hingga menjadi
kupu-kupu yang indah
Simbol “Merangkul” memiliki arti bahwa BKKBN bertekad
untuk selalu dapat merangkul setiap individu dan keluarga,
menjadi sahabat, memfasilitasi dan menjadi mitra dalam
perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat maupun
keluarga di setiap fase kehidupannya.

Selanjutnya arti warna pada logo baru BKKBN adalah:


a. Warna Biru pada logo menunjukkan keberlanjutan kerja BKKBN dari waktu-waktu
sebelumnya, sekaligus nuansa tenang, bersahabat dan stabil. Gradasi (kiri ke
kanan) dari biru gelap bergerak menuju biru lebih terang menyampaikan pesan
masa depan yang cerah untuk masa depan generasi Indonesia
b. Warna Biru Dongker/ Navy pada Logo melambangkan unsur ketulusan,
kesungguhan dan kehangatan. Dimana BKKBN dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab yang diemban sesuai dengan amanat Undang-Undang
memegang prinsip tulus dan sungguh-sungguh, serta menjadi mitra yang hangat

48
(dekat) dengan penduduk Indonesia dalam hal perencanaan keluarga.
c. Warna Biru/ Kobalt melambangkan semangat seluruh insan BKKBN untuk
menjadikan BKKBN sebagai lembaga yang dinamis, bersemangat muda,
sekaligus berintegritas dan terpercaya untuk menjalankan tugas serta tanggung
jawab dibidang kependudukan yang semakin menantang; yang dampaknya akan
sangat dirasakan oleh seluruh penduduk, bangsa dan negara.

3. Program BKKBN
Agar masyarakat lebih mudah mengenali program yang diusung oleh BKKBN,
maka juga diilakukan perubahan singkatan dari program yang dilaksanakan.
Sebelum rebranding diketahui bahwa BKKBn memiliki program Kependudukan,
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang disingkat dengan Program
KKBPK. Setelah dilakukan Rebranding, program yang diusung oleh BKKBN adalah
program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana yang
disingkat menjadi Program Bangga Kencana. Penyebutan nama program Bangga
Kencana menjadi lebih mudah diingat dan diucapkan. s

4. Brand Association BKKBN


Selain melakukan perubahan logo, brand assosiation BKKBN juga berubah.
Sebelum rebranding brand association BKKBN adalah koservatif, KB, kontrasepsi,
jaman dulu dan lama, sedangkan setelah rebranding menjadi inovatif, progesif,
kekinian dan modern.

5. Target Audience BKKBN


Target BKKBN, seperti yang telah diulas sebelumnya telah beralih kepada generasi
Milenial dan generasi Zilenial di seluruh Indonesia dari berbagai latar belakang dan
psikografi. Oleh sebab itu dalam setiap kampanye program, generasi milenial dan
zilenial menjadi target sasaran paling utama.

49
6. Tagline BKKBN
BKKBN mengajak target sasaran utama yakti generasi milenial dan zilenial agar
dapat merencanakan hidup agar menjadi manusia yang berkualitas. Beberapa hal
yang harus direncanakan antara lain pendidikan, finansial, pernikahan, rencana
jumlah anak, pekerjaan/ karir, liburan, pendidikan anak hingga persiapan di hari tua.
Oleh sebab itu BKKBN muncul dengan tagline yang lebih baru yakni “Berencana Itu
Keren”.

7. Mars KB dan Jingle BKKBN


Setelah rebranding, Mars KB diberikan aransemen baru yang lebih, selanjutnya juga
terdapat jingle terbaru BKKBN yang berjudul “Berencana Itu Keren”.

B. Flagship Campaign (Kampanye unggulan) BKKBN


Selain melakukan berbagai perubahan dalam bentuk logo, penyebutan program,
hingga melakukan aransemen ulang pada Mars Keluarga Berencana (KB), untuk
mewujudkan visi dan misinya, BKKBN yang saat ini menyasar target utama sasaran
program yakni generasi milenial dan zilenial telah mengelompokkan kampanye
unggulan pada setiap bidang.
Berikut adalah flagship campaign yang dilakukan oleh BKKBN:
1. Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
− Kesejahteraan keluarga milenial
2. Lansia
− Mempersiapkan pensiun dan hari tua
− Merawat lansia
3. Remaja
− Masa depan remaja
− Karakter remaja masa depan

50
4. Balita dan Anak
− Pendidikan usia dini dengan orang tua milenial
− Generasi milenial mempersiapkan balita dan anak
5. Pemberdayaan ekonomi
− Keluarga milenial yang berdaya ekonomi
6. Kependudukan
− Awarness terhadap bonus demografi dari sisi milenial
7. Kesehatan Reproduksi
− Pendidikan kesehatan reproduksi terhadap milenial dan zilenial.
8. Kolaborasi
− Berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain dengan target
milenial dan zilenial.

Strategi yang dilakukan oleh BKKBN dalam sosialiasi rebranding program Bangga
Kencana dan flagship campaign ini adalah dengan melakukan sosialisasi yang
dilaksanakan secara terintegrasi dalam setiap momentum sosialisasi, komunikasi
dan advokasi.

C. Rangkuman
Dinamisnya perubahan zaman dan semakin besarnya tantangan masa kini
dan masa depan membuat BKKBN selalu ingin terus relevan dengan kebutuhan
masyarakat. BKKBN ingin menjadi lebih dekat dengan generasi Milenial dan Zilenial,
yang saat ini menjadi target sarasan utama BKKBN. BKKBN telah melakukan
rebranding untuk menjawab perubahan dan tantangan yang muncul. Rebranding
adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya dengan generasi baru
zaman now, yaitu generasi remaja (Milenial dan Zillenial). BKKBN adalah lembaga
yang sangat strategis untuk menyiapkan generasi baru yang unggul, agar Indonesia
menjadi lebih maju.

51
D. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskanlah esensi dari dilakukannya rebranding oleh BKKBN!


2. Jelaskanlah apa saja yang telah dilakukan oleh BKKBN dalam rangka rebranding!

52
A. Kesimpulan
Perkembangan Program Keluarga Berencana di Indonesia pada dasarnya
meliputi proses yang sangat panjang. Pada awalnya program ini tercetus dari
sebuah organisasi keluarga berencana yakni Perkumpulan Keluarga Berencana
yang berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). Upaya ini berkembang
karena pemerintah, saat itu Presiden Soeharto memasukkan program ini ke dalam
program pemerintah. Bentuk nyatanya adalah pada tahun 1967 Presiden Soeharto
menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran
betapa pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan
menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia. Sejak saat ini
Program Keluarga Berencana berkembang hingga kini. Bahkan dalam proses
menuju pendewasaannya program yang diusung oleh BKKBN ini telah di
rebranding. Namun demikian tentunya tujuan pelaksanaan program ini tidak
berubah, yakni tentunya tetap bertujuan untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga
berencana.Pembangunan Program Bangga Kencana diharapkan mampu
mengikuti perkembangan isu dan lingkungan strategis sebagai rangkaian yang
tidak terpisahkan untuk pencapaian tujuan BKKBN.

Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan proses


yang cukup panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan, strategi,
tujuan, sasaran strategis serta sasaran program dan Indikator Kinerja Utama per-
unit Eselon I yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra BKKBN periode 2020-

53
2024, juga harus memperhatikan sinergitas lintas sektor/lintas Kementerian/
Lembaga (KL) serta memperhatikan arahan Presiden RI terkait penyederhanaan
struktur organisasi K/L, pemangkasan alur birokrasi (pemangkasan Tk. Eselon III
dan Eselon IV), serta penambahan Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk
mempercepat pelaksanaan pelayanan fungsional sesuai dengan keahlian/
keterampilannya.Untuk melaksanakan program bangga kencana ini maka perlu
memperhatikan arah kebijakan, strategi, kerangka regukasi serta kjerangka
kelembagaan yang secara keseluruhannya telah tercantum di dalam Renstra
BKKBN 2020-2024.
Perubahan zaman dan semakin besarnya tantangan membuat BKKBN
selalu ingin terus relevan dengan kebutuhan masyarakat. BKKBN ingin menjadi
lebih dekat dnegan generasi Milenial dan Zilenial, yang saat ini menjadi target
sarasan utama BKKBN. BKKBN telah melakukan rebranding untuk menjawab
perubahan dan tantangan yang muncul. Rebranding adalah cara baru BKKBN
untuk menguatkan relevansinya dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi
remaja (Milenial dan Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk
menyiapkan generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju.

Sesuai dengan tujuan utama pembangunan Indonesia yakni membangun


manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan secara sinergis dan
menyeluruh. Pembangunan Manusia yang berkualitas dimulai dari hulu yaitu
penyiapan kehidupan berkeluarga. Saat ini, generasi Zillenial dan Milenial
merupakan generasi yang berada pada fase terdepan dalam pembangunan siklus
keluarga. Oleh sebab itulah kemudian BKKBN melakukan Rebranding yang
merupakan perubahan yang dilakukan oleh BKKBN agar relevan dan terhubung
dengan sasaran utamanya. BKKBN perlu membangun posisi baru yang
menjadikannya tetap relevan dan terpercaya dalam informasi pembangunan
keluarga berkualitas dalam membangun hubungan antara program pemerintah
dan khalayaknya. Langkah yang dilakukan untuk bergerak dari era formal
seremonial ke era sahabat keluarga BKKBN memposisikan diri sebagai “Sahabat

54
yang membantu keluarga Indonesia dalam merencanakan kehidupan yang
berkualitas” dan mengembangkan tagline kampanye yang relevan sesuai zaman
dan sesuai di seluruh karakteristik daerah di Indonesia yakni “Berencana Itu
Keren”.

B. Evaluasi
Kerjakan soal latihan berikut untuk memperkaya pemahaman Anda!
1. Uraikanlah secara singkat sejarah program BKKBN!
2. Jelaskanlah visi dan misi yang dimiliki oleh BKKBN!
3. Uraikanlah sasaran strategis yang dimiliki oleh BKKBN yang mengacu pada
prioritas pembangunan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020-2024 serta
memperhatikan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan!
4. Jelaskanlah arah dan kebijakan strategi BKKBN!
5. Bagaimana menurut Saudara peran dan kedudukan BKKBN dalam
pembangunan manusia?

55
Arjoso, S. 1981. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program
Kependudukan. BKKBN. Jakarta

Bidadarti, Agustina. 2020. Teori Kependudukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Tahun 2009
Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5080);

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Rencana Strategis


Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2020-2024.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Peraturan BKKBN nomor 1 tahun 2020 tentang Logo Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional.

Peraturan BKKBN nomor 6 tahun 2020 tentang Rencana Strategis BKKBN tahun 2020-
2024

Peraturan BKKBN Nomor 157/PER/B5/2007 tentang Pedoman Tata Cara Penyusunan


Peraturan Perundang undangan dilingkungan BKKBN Peraturan Presiden Nomor
62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional

Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Website resmi BKKBN:


www.bkkbn.go.id
https://rebranding.bkkbn.go.id/

56
57
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNofficial

Anda mungkin juga menyukai