Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

1.1. Konsep Penyakit Gastroenteritis


1.1.1. Pengertian
Gastrointeritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tampa disertai
muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2013).
Gastroenteritis adalah infeksi yang terjadi pada usus atau perut
yang disebabkan oleh beberapa jenis virus. Kondisi ini juga dikenal
dengan istilah flu perut, flu lambung, atau virus perut. Infeksi ini
menyebabkan terjadinya mual, muntah, diare, kram perut, dan
terkadang demam (Haryantoro, 2015).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung
dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi
disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang
lebih banyak dari biasa (Marinda, 2013).
Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit
yang banyak terjadi di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang
pada semua kelompok usia. Tidak jarang penyakit ini menyebabkan
kematian pada si penderita. Hal ini dikarenakan oleh
ketidakmampuan penderita menoleransi kehilangan elektrolit dan
cairan dari tubuhnya (Marinda, 2013)
Sangat banyak definisi dari diare, tetapi pada situasi
gastroenteritis, diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan
frekuensi, konsistensi feces yang lebih cair, feces dengan kandungan
air yang banyak dan feces bisa disertai dengan darah atau lendir
(Muttaqin, 2013).
Dari pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Gstroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus

1
2

yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari


biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis dapat menyerang segala usia, karena ia
disebabkan oleh mikroorganisme yang merupakan bagian dari flora
yang menghuni tempat di seluruh permukaan bumi (Pramono, 2011).

1.1.2 Etiologi Gastroenteritis


Menurut Amiruddin (2007) penyebab dari gastroenteritis sangat
beragam adalah sebagai berikut :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral adalah : infeksi saluran makanan yang
merupakan penyebab utama gastroenteritis. Meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri: vibrio, E coli, Salmonella, Shigela,
Compylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus: Enterovirus (virus echo, coysackie,
poliomyelitis) adeno virus, roto virus astri virus dan lain-
lain
c) Infeksi paratis: cacing (ascasis) paratis: cacing (trichusis,
oxyusis, strongtoides protozoa lantamoeba histolytica,
Giardia lambia, Trichomonas, jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan
makanan seperti otosis media akut (OMA),
tonsilitis/tonsilofaringitis, bronkopne umonia, encevalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah dua tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbis karbohidrat: disakasida (intoleransi laktosa,
malkosa dan subkrosa) monokasida (intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering intoleransi talatosa.
2) Malabsorbsi lemak dan protein
3) Faktor makanan
3

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.


4) Faktor Psikologi
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar)
Menurut Widoyono, (2012) penyebab gastroenteritis dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Virus : Rotavirus, adenovirus
b. Bakteri : E coli, Salmonella, Shigela, Compylobakter, Yersinia,
dan lain-lain.
c. Parasit : Entamoeba histolytica, giardia lamblia, cryptosporidium.
d. Keracunan makanan basi, tidak hygenis
e. Malabsorpsi : karbohidrat, lemak dan protein
f. Alergi : Makanan, susu
g. Imunodefisiensi : AIDS
Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan risiko
mengalami gastroenteritis menurut Haryantoro (2015) yaitu.
a. Anak Kecil
Anak-anak lebih sering terserang infeksi virus karena belum
memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat.
b. Anak sekolah dan yang tinggal di asrama
Di semua tempat di mana banyak orang berkumpul dengan jarak
dekat bisa menjadi faktor dalam mempermudah penularan infeksi
yang terjadi.
c. Orang lanjut usia
Sistem kekebalan pada orang tua akan menurun.
d. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah
Orang dengan kondisi medis tertentu, seperti HIV dan menjalani
kemoterapi, lebih berisiko tertular infeksi karena kekebalan tubuh
mereka diserang oleh kondisi yang mereka derita.
4

e. Tidak mencuci tangan dengan bersih


Hal ini bisa meningkatkan risiko jika dilakukan oleh orang yang
bertugas mengurusi atau memasak makanan.
f. Mengkonsumsi makanan kotor
Makan kerang-kerangan yang kurang matang atau berasal dari air
yang terkontaminasi juga bisa membuat kita terinfeksi. Camilan
yang dibeli dari tempat yang kebersihannya tidak terjamin juga
meningkatkan risiko terkena infeksi ini.

1.1.3 Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2013), secara umum kondisi peradangan
pada gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau
memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan peningkatan
sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Mekanisme
dasar yang menyebabkan diare atau gastroenteritis meliputi hal-hal
sebagai berikut :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus
meninggi sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk untuk mengeluarkanya sehingga timbulnya diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi pengikatan sekresi, air dan elektrolit kedalam
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.
c. Gangguan Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
5

Sebaliknya bila penstaltik usus menurun akan mengakibatkan


bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula.
Menurut Ngastiyah (2008), sebagai akibat dari gastroenteritis
baik akut maupun kronik akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic,
hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Kekurangan kadar glukosa didalam darah
d. Gangguan sirkulasi darah

1.1.4 Pathway Gastroenteritis


Infeksi Malabsorbsi Makanan

gastroenteritis

BAB sering dan Infeksi saluran


Konsistensi encer pencernaan

Kulit disekitar anus Cairan keluar Frekuensi Agen Mual dan muntah
Lecet/iritasi banyak defekasi pirogenic

Kemerahan dan Dehidrasi BAB encer


Gatal dengan/tanpa darah
Suhu tubuh Anoreksia
Meningkat

Kerusakan Kurang Gangguan cairan


Integritas kulit volume cairan dan elektrolit
Hipertemia Gangguan
Nutrisi

Kurang pengetahuan

Sumber : Ngastiyah, (2008).

Gambar 1.1 : Pathway gastroenteritis


6

1.1.5 Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2008), komplikasi gastroenteritis adalah
sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat hipotrik, isotosik, hipertonik)
b. Penjataan hipovolemik
c. Hipokalimea (dengan gejalah metodismus, hipotonik otot,
lemah brakikardi, perubahan elektro kardiogram)
d. Syok hipovolemik
e. Kejang
f. Malnutrisi Energi protein
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus.

1.1.6 Faktor Resiko Terjadinya Gastroenteritis


Menurut Ngastiyah (2008), faktor resikonya yaitu:
a. Resiko terjadi gangguan sirkulasi darah
Gastroenteritis menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit,
mengakibatkan pasien menderita dehidrasi dan jika tidak segera
diatasi menyebabkan terjadinya dehidrasi asidosis, bila masih
berlanjut akan terjadi asidosis metabolik, gangguan sirkulasi darah
dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok).
b. Kebutuhan nutrisi
Pasien yang menderita gastroenteritis biasanya juga
menderita anoreksia sehingga masukan nutrisinya menjadi
kurang. Kekurangan kebutuhan nutrisi akan bertambah jika pasien
juga menderita muntah-muntah atau diare, keadaan ini
menyebabkan makin menurunnya daya tahan tubuh sehingga
penyembuhan tidak lekas tercapai bahkan dapat timbul
komplikasi. Pasien yang sering menderita gastroenteritis atau
menderita diare kronis seperti pasien malabsorbsi akhirnya dapat
menderita mal energi protein (MEP) kalau tidak mendapatkan
penanganan yang baik.
Pada pasien yang menderita malabsorbsi pemberian jenis
makanan yang menyebabkan malabsorbsi harus di hindarkan.
7

Pemberian makanan mempertimbangkan berat badan dan


kemampuan anak menerimanya.
c. Resiko terjadi komplikasi
Komplikasi pada pasien gastroenteritis yang paling sering
ialah dehidrasi asidosis, tetapi komplikasi dapat juga terjadi
sebagai akibat tindakan pengobatan seperti :
1) Infeksi pada bagian yang dipasang infus atau terjadi hematoma,
flebitis
2) Kelebihan cairan, terutama pada bayi yang kecil (neonatus
prematur).
3) Komplikasi pada kulit akibat seringnya berak-berak dan adanya
asam laktat dalam tinja dapat menyebabkan iritasi dan lecet
pada anus dan sekitarnya. Untuk menjaga lecet pada kulit,
setiap habis buangan air besar bersihkan dengan air kapas
yang dibasahi dengan minyak sayur/kelapa tetapi jangan
dibedak lagi karena akan lengket. Jika telah lecet setelah
dibersihkan dengan minyak, keringkan dengan tisue
kemudian dioleskan salep (misalnya boorsalep).
4) Kejang-kejang pada pasien yang diare bila bukan karena
kebanyakan cairan dapat karena hipoglikemia. Karena itu bila
ada kejang pada pasien diare periksalah gula darahnya dan
tindakan selanjutnya setelah ada instruksi dokter.
5) Komplikasi lain bila gastroenteritis menjadi kronis dapat
menyebabkan pasien menderita malnutrisi energi protein.
Oleh karena itu, pasien diare harus di obati sesuai dengan
penyebabnya agar dapat disembuh benar dan orang tua harus
diikut sertakan untuk mencegah berulangnya gastroenteritis.
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Pasien yang menderita gastroenteritis akan merasakan
gangguan aman dan nyaman karena sering buang air sehingga
melelahkan, apalagi pada pasien kolera yang penyebabnya terus
menerus disertai muntah. Untuk mengurangi kelelahan pasien
8

tersebut sebaiknya di rawat diatas eltor bed, yaitu tempat tidur


dari terpal yang dilubai ditengahnya dan dibawahnya di tempati
ember penampung kotoran.di dalam ember tersebut diisi dengan
desinfektan. Selain kelelahan jika adanya rasa tak enak diperut
serta kurang istirahat karena sering buang air besar.
Pasien yang dilakukan biopsy usus sangat lelah karena
biopsy dilakukan berjam-jam sedangkan pasien harus hanya
miring kekanan saja. Untuk mengurangi ini biasanya orang tua
diminta membantu menunggu sambil mengusap-usap serta
membujuknya agar dapat tenang, kepada orang tua sebelumnya
harus diterangkan untuk apa biopsy tersebut karena orang tua
akan ikut merasakan kelelahan akibat menunggu. Biopsi usus
dapat berlangsung 2-3 jam karena menunggu kapsul kedalam usus
halus.
e. Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit
Menurut Notoatmodjo (2008) penyebab gastroenteritis telah
dikemukakan lebih dahulu baik karena infeksi enteral maupun
parenteral. Serta faktor lainya. Tetapi mengingat ada beberapa
faktor resiko yang ikut berperan dalam timbulnya diare yang
kebanyakan karena kurangnya pengetahuan maka penyuluhan
perlu diberikan. Hal-hal tersebut adalah: hygiene yang kurang,
baik perorangan maupun lingkungan, pola pemberian makanan,
sosial ekonomi dan sosial lainnya.

1.1.7 Tingkat Derajat Dehidrasi


Dari komplikasi Gastroentritis, tingkat dehidrasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum
jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata cekung, minum
normal, kencing normal.
9

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam. gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat,
ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun,
warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek,
ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau minum.
Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata
25ml/kgBB.
b. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata
75ml/kgBB.
c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata
125ml/kgBB.

1.1.8 Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:


a. Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali
perhari BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih
dari empat kali perhari BAB.
b. Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali
dalam 2 jam buang air besar.
10

1.1.9 Pencegahan Gastroenteritis


Menurut Haryantoro (2015), berikut ini beberapa cara untuk
mencegah terjadinya infeksi usus:
a. Mencuci tangan.
Cucilah tangan hingga bersih dan juga menyeluruh. Anda
bisa menggunakan sabun dan juga air hangat lalu menggosok
tangan setidaknya 20 detik. Bersihkan hingga menyeluruh,
termasuk di sela-sela kuku Anda. Jika tidak ada sabun maupun air,
persiapkan tisu dan pembersih tangan khusus yang bisa anda bawa
ke mana-mana.
b. Selalu memakai peralatan pribadi.
Disarankan untuk memakai peralatan makan dan minum
sendiri, seperti gelas, piring, sendok, dan garpu. Hindari memakai
alat makan secara bergantian dengan orang lain. Pastikan setiap
anggota keluarga memiliki handuk sendiri-sendiri.
c. Menjaga jarak.
Jika Anda terpaksa melakukan kontak dengan orang yang
terinfeksi gastroenteritis, usahakan untuk menjaga jarak
dengannya, atau menghindari bersentuhan langsung dengan orang
tersebut atau menyentuh barang-barang yang digunakan oleh orang
yang terinfeksi.
d. Membersihkan barang-barang.
Bersihkan barang-barang, tempat, dan juga permukaan yang
disentuh oleh orang yang sudah terinfeksi. Benda-benda seperti
permukaan meja, keran, gagang pintu, sendok, garpu, dan
perlengkapan lain yang digunakan oleh pasien gastroenteritis yang
tinggal serumah dengan Anda.

1.1.10 Pemeriksaan Penunjang.


Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
11

1. Makroskopis dan mikroskopis.


2. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan
tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
3. Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji
resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
1. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium,
Kalium, Kalsium, dan Fosfor) dalam serum untuk
menentukan keseimbangan asama basa.
2. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Intubasi Duodenum (Doudenal Intubation)
1. Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif
dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare
kronik.

1.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2008), Penatalaksanaan
Gastroenteritis adalah :
a. Pemberian cairan
1). Belum ada dehidrasi
Per oral sebanyak penderita mau minum (ad libitum)
seperti cairan air tajin, cairan gula dan garam, air putih
matang biasa dan oralit 1 gelas tiap defekasi.
2). Dehidrasi ringan
a) Jam pertama : 25 – 50 ml/gBB per oral (ontragastrik)
b) Selanjutnya : 125 ml/kgBB /hari ad libitum
3) Dehidrasi sedang
a) Jam pertama : 50 – 100 ml/kgBB per oral / intragastrik
(sonde)
b) Selanjutnya : 125 ml/kgBB/hari ad libitum
4) dehidrasi berat
a). 1 jam pertama: Berikan 40 ml/kg BB/jam = 10
tetes/kg BB/menit (set infus berukuran 1 ml = 15
12

tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 15 tetes) atau 4


tetes /kg BB/menit (set infus ml = 20 tetes).
b). 6 jam pertama: 125 ml/kg BB/menit = 3 tetes/kg
BB/menit (1 ml = 15 tetes) atau 4 tetes/kg BB/menit
(1 ml = 20 tetes).
c). 16 jam berikutnya: 125 ml/kg BB oralit per oral atau
intralgrastik. Bila anak tidak mau minum, teruskan
DG aa intravena 2 tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml =
15 tetes) atau tetes/kg BB/menit (set infus 1 ml = 20
tetes).
a. Cairan Oralit
Menurut Depkes RI (2006), cara memberikan oralit adalah
1). Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak di bawah
umur dua tahun.
2). Berikan beberapa teguk dari gelas untuk oran lebih tua.
3). Bila muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan
lebih lama (contoh satu sendok setiap 2-3 menit).

1.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastroenteritis


1.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang
masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah terhadap
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat
bergantung pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
13

b. Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang
mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang
disertai muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu
peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi
cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam,
lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa
disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya
masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan
dengan : perjalanan kearea geogratis lain.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang
pernah di derita anggota keluarga.
2. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri),
berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak
atau sering dari kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan
peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi
makanan akibat adanya gangguan mobilitas usus. Sehingga
menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa
mual atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi
menjadi terganggunya karena asupan yang kurang.
14

d. Pola istirahat tidur.


Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala
yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut,
sehingga Kx sering terjaga.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan
TB.
b. Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku
bisa sampai pucat.
c. Kepala dan leher
d. Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
e. Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
f. Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan
bila di Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus
sehingga meningkat.
g. Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb
kusmaul).
h. Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi
cepat (lebih dari 120x/menit).
i. Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan
perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
j. Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya
terjadi mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
15

k. Sistem musculoskeletal
Tidak ada gangguan.
l. Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.

1.3.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan actual
atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan atau sesuai dengan
kewenangan perawat, semua diagnose keperawatan harus didukung
oleh data (Nursalam, 2001).
Tipologi diagnosa keperawatan menurut Nurarif, (2015) meliputi :
a. Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
b. Diagnosa resiko atau resiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga
ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien dengan
Gastroenteritis menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut :
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus,
muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penderita
mengalami kram abdomen penurunan nafsu makan, mual, mukosa
bibir kering, tulang pipi menonjol
16

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi


BAB yang berlebihan.
4.  Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
5.   Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.

1.3.3 Perencanaan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Secara tradisional, rencana
keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi (Moraira, 2011).
1. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus,
muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi dalam waktu 6 – 8 jam.
Kriteria Hasil :
a. Penderita tidak diare lagi, tidak haus.
b. Tidak muntah.
c. Mukosa bibir lembab.
d. Turgor kulit normal.
Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarganya.
Rasionalisasi : Dengan komunikasi terapeutik penderita
diharapkan lebih kooperatif.
2. Catat frekuensi, jumlah dan konsistensi feces yang keluar.
Rasionalisasi : Memudahkan membuat asuhan keperawatan
secara tepat untuk intervensi selanjutya.
3. Anjurkan penderita untuk minum banyak (sedikit-sedikit sering).
Rasionalisasi : Untuk mengganti cairan yang hilang.
17

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian infus dan obat anti


diare.
Rasionalisasi : Terapi yang cepat dan membuat mempercepat
kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.
5. Monitoring tanda-tanda dehidrasi.
Rasionalisasi : Mendeteksi secara dini tanda-tanda dehidrasi
6. Observasi TTV tiap 8 jam.
Rasionalisasi : Untuk memantau perkembangan kesehatan
penderita.
7. Anjurkan penderita untuk tidak makan makanan yang
merangsang timbulnya diare.
Rasionalisasi : Untuk mencegah diare lebih parah lagi.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penderita
mengalami kram abdomen penurunan nafsu makan, mual, mukosa
bibir kering, tulang pipi menonjol
Tujuan : Gangguan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria hasil :
a. Intake nutrisi yang adekuat.
b. Mual, muntah tidak ada.
Rencana tindakan :
a. Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah.
Rasionalisasi: berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya
masalah dan pilihan intervensi yang tepat.
b. Kaji pola diet yang disukai atau tidak disukai
Rasionalisasi: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/
kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
c. Monitor intake dan output secara periodik
Rasionalisasi: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan.
d. Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan
tinggi protein karbohidrat.
18

Rasionalisasi: Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa


kelemahan yang perlu/kebutuhan energi dari makanan yang
banyak menurunkan iritasi gaster.
e. Konsul keahli diet untuk menentukan komposisi diet
Rasionalisasi: memberikan bantuan dalam perencanaan diet
dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik
f. Berikan obat penetralisir asam lambung sesuai indikasi
Rasionalisasi: dapat membantu menurunkan insiden mual dan
muntah sehingga dengan obat atau efek pengobatan pernapasan
perut yang penuh.
g. Berikan terapi parenteral sesuai indikasi
Rasionalisasi: membantu terpenuhinya kebutuhan cairan dan
pengobatan parenteral.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi
BAB yang berlebihan.
Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit kembali normal
b. Iritasi tidak ada
c. Tanda-tanda infeksi tidak ada
Rencana Tindakan :
1. Ganti celana atau popok penderita jika basah.
Rasionalisasi : Untuk menghindari kelembaban yang menjadi
tempat berkembang biak bakteri.
2. Bersihkan bokong secara perlahan dengan sabun non alcohol.
Rasionalisasi : Untuk membunuh kuman atau bakteri desekitar
bokong.
3. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit
Rasionalisasi : Untuk mempercepat proses penyembuhan.
4. Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
Rasionalisasi : Untuk menghindari terjadinya komplikasi
lanjutan.
19

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi


sesuai indikasi.
Rasionalisasi : Untuk memberikan therafi dan mempercepat
proses penyembuhan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi
abdomen.
Tujuan : Nyeri dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Nyeri dapat berkurang atau hilang.
b. Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1. Observasi tanda-tanda vital.
Rasionalisasi : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Kaji tingkat rasa nyeri.
Rasionalisasi : Untuk mengetahui tingkat keparahan dan nyeri
pasien
3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Rasionalisasi : Untuk memberikan perasaan yang nyaman bagi
pasien
4. Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
Rasionalisasi : Untuk mengurangi rasa nyeri pasien
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik
sesuai indikasi..
Rasionalisasi : Untuk memberikan therapy dan mengurangi rasa
nyeri klien.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang penyakit, prognosis dan pengobatan.
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat.
Kriteria hasil :
a. Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
b. Ekspresi wajah tenang
20

c. Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit


klien..
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan tentang penyakit pasien.
Rasionalisasi : Keluarga atau orang tua mengerti tentang
penyakit yang diderita.
2. Jelaskan tentang pembatasan pada pasien.
Rasionalisasi : Orang tua dapat membatasi makanan yang akan
diberikan pada penderita.
3. Anjurkan untuk mengenal dan melaporkan tanda-tanda bahaya.
Rasionalisasi : Untuk mengantisipasi terhadap bahaya yang
sewaktu-waktu dapat timbul.
4. Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan
cairan.
Rasionalisasi : Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
5. Jelaskan tindakan untuk mencegah terjadinya gastroenteritis.
Rasionalisasi : Menambah wawasan dan pengetahuan keluarga
tentang penyakit gastroenteritis.

1.3.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan klien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil,
sebagaimana digambarkan dalam perencanaan. Fokus utama dari
komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang
aman dan individual dengan pendekatan multifokal (Christensen &
Kenney, 2009).

1.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis
dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan
membandingkangkan status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang
21

diinginkan, serta menilai derajat pencapai hasil klien. Evaluasi adalah


suatu aktivitas yang terus menerus (Christensen & Kenney, 2009).
Evaluasi dibagi menjadi 2 komponen, yaitu :
1. Formatif
a. Setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan
b. Evaluasi proses
c. Biasanya berupa catatan perkembangan
2. Sumatif
a. Rekapan terakhir secara paripurna
b. Catatan naratif
c. Penderita pulang atau pindah
Metode evaluasi dengan pendekatan SOAP, yaitu :
a. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan yang diberikan
b. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
c. Analisi adalah membandingkan antara informasi sebjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi
d. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai