PENDAHULUAN
Nama mahasiswa:
Rama Ardi N
Diagnosa medis:
OSTEOMIELITIS
A. DEFINISI
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang
dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall,
2011). Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang
tulang yang disebabkan oleh organism piogenik, walaupun berbagai agen infeksi
lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum.
(Dorland, 2002).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa osteomyelitis adalah infeksi pada tulang
yang disebabkan oleh bakteri tertentu yang disebarkan melalui pembuluh darah.
B. KLASIFIKASI
Menurut Hendarson, 1997 dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua
macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer
Osteomielitis Primer yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder
Osteomielitis Sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeks osteomielitis terbagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut
mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
2) Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
3) Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
b. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.
C. ETIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia,
2000) yaitu :
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang
tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada
tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari
benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus
di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus
dekubitus yang terinfeksi).
D. POTOFISIOLOGI
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya
tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran
darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat
menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta
empifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya adalah tejadi
hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan pus.
Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat bersekpensi, menyebabkan
tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang
menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulng dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses yang di
sebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam
poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu
lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya.
proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus menembus
tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang yang di sebut
kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya,
penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat
terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
osteomielitis
fagositosis
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar mampu melaksanakan
tindakan kolaboratif adalah sebagai berikut ;
1. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai dan traksi
4. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
staphylococcus aureus sambil menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan
selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan endap darah klien.
5. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah endap darah normal.
6. Drainase bedah
Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal (tidak
ada perbaikan keadaan umum), dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada
drainase bedah, pus periosteal di evakuasi untuk mengurangi tekanan intra-
useus. Disamping itu , pus juga di gunakan untuk biakan kuman. Drainase
dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan antibiotic.
H. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik
sehingga resiko komplikasi dapat dihindari adalah sebagai berikut.
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang terjadi atau ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastase ke tulang/sendi
lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi
pada klien dengan status gizi buruk.
3. Artritis supratif. Artritis supratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng epifis
bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsuler (mis ; pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastastatuk
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar, akan terjadi hiperemia pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi bagitulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronik. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan,
osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronis.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa pre-operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
( inflamasi dan pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
c. infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
d. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang
yang berkurang.
e. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
f. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan dan kemungkinan
dilakukannya amputasi.
g. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau
ulserasi.
2. Diagnosa post-operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post
pembedahan,luka post pembedahan.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan pembedahan (amputa
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume
3. Jakarta: EGC Kedokteran
Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC
Mansoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius