Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PENDAHULUAN

Nama mahasiswa:
Rama Ardi N

Diagnosa medis:

OSTEOMIELITIS
A. DEFINISI
Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang
dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall,
2011). Dalam kepustakaan lain dinyatakan bahwa osteomielitis adalah radang
tulang yang disebabkan oleh organism piogenik, walaupun berbagai agen infeksi
lain juga dapat menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar
melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum.
(Dorland, 2002).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa osteomyelitis adalah infeksi pada tulang
yang disebabkan oleh bakteri tertentu yang disebarkan melalui pembuluh darah.

B. KLASIFIKASI
Menurut Hendarson, 1997 dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua
macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer
Osteomielitis Primer yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
2. Osteomielitis Sekunder
Osteomielitis Sekunder yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeks osteomielitis terbagi menjadi 2 macam yaitu:

a. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi
dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut
terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut
mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
2) Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
3) Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
b. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur.

C. ETIOLOGI
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi
saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi
ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis.


Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis.
Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang


nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien
yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum
operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia,
2000) yaitu :
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang
tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada
tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka,
cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari
benda yang tercemar yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang
mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus
di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah(misalnya ulkus
dekubitus yang terinfeksi).

D. POTOFISIOLOGI
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya
tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran
darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat
menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta
empifisis pada daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya adalah tejadi
hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan pembentukan pus.
Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat bersekpensi, menyebabkan
tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang
menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah
tulng dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses yang di
sebutkan di atas, pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam
poreosteus sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu
lingkuangan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di dalamnya.
proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus menembus
tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang yang di sebut
kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya,
penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat
terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang
kronis (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.


Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan–stadium 1) dan sering berhubngan dengan  penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau
lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan
nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan
dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan
insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
PATHWAY
Faktor predisposisi: usia, virulensi kuman, riwayat
trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Infasi mikroorganisme dari tempat lain Fraktur terbuka


yang beredar melalui sirkulasi darah

Kerusakan pembuluh darah


Masuk ke juksta epifisis dan adanya port de entree
tulang panjang
Infasi kuman ke
tulang dan sendi

osteomielitis

fagositosis

Proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi,


pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan

Proses inflamasi Keterbatasan pergerakan Peningkatan Pembentukan pus,


secara umum tekanan jaringan nekrosis jaringan
Penurunan kemampuan tulang dan medula
Demam, malaise, pergerakan
penurunan nafsu makan, Iskemia dan Penyebaran Kompli
penurunan kemampuan Hambatan Risiko tinggi nekrosis tulang infeksi ke kasi
tonus otot mobilitas trauma organ
fisik penting
Defisit Pembentukan
perawatan abses tulang Resiko Kurang
diri Infeksi
Ketidakseimba terpajan
Nyeri
ngan nutrisi: pengeta
Involuctum Akut
kurang dari huan
Kelemahan fisik (pertumbuhan
kebutuhan dan
tulang baru)
tubuh informas
pengeluaran pus Defisiensi
Tirah baring lama, i
dari luka pengetahuan
penekanan lokal
Gangguan dan informasi
Kerusakan citra diri
integritas kulit
E. TANDA DAN GEJALA KLINIS
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi
dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi
cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala
lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan
nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau


kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
1. Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)
2. Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan,
pembengkakan lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsi larsa) dan nyeri tekan
3. Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang
terkena nanah dan bengkak
4. LAB : Leukositosis, anemia, LED meningkat
Osteomyelitis menurut perlangsungannya mempunyai gejala klinis sebagai
berikut:
a. Steomyelitis akut
1) Nyeri daerah lesi
2) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
3) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
4) Pembengkakan lokal
5) Kemerahan
6) Suhu raba hangat
7) Gangguan fungsi
8) Lab .anemia, leukositosis
b. Osteomyelitis kronis
1) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
2) Gejala-gejala umum tidak ada
3) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
4) Lab.LED meningkat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Peningkatan laju endap eritrosit
b. Leukosit dan LED meningkat
2. Rontgen
Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian
tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang kemudian dapat
meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom.
3. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan agar mampu melaksanakan
tindakan kolaboratif adalah sebagai berikut ;
1. Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai dan traksi
4. Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu
staphylococcus aureus sambil menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan
selama 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum dan endap darah klien.
5. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah endap darah normal.
6. Drainase bedah
Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal (tidak
ada perbaikan keadaan umum), dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada
drainase bedah, pus periosteal di evakuasi untuk mengurangi tekanan intra-
useus. Disamping itu , pus juga di gunakan untuk biakan kuman. Drainase
dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan antibiotic.
H. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik
sehingga resiko komplikasi dapat dihindari adalah sebagai berikut.
1. Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang memadai,
kematian akibat septikemia pada saat ini jarang terjadi atau ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastase ke tulang/sendi
lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal dan biasanya terjadi
pada klien dengan status gizi buruk.
3. Artritis supratif. Artritis supratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng epifis
bayi (yang bertindak sebagai barier) belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsuler (mis ; pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastastatuk
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar, akan terjadi hiperemia pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi bagitulang untuk bertumbuh. Pada keadaan ini tulang
bertumbuh lebih cepat dan menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronik. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan,
osteomielitis akut akan berlanjut menjadi osteomielitis kronis.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN FOKUS


1. Wawancara
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan
system musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan
adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis
meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis, anamnesis dilakukan untuk mengetahui :
1.) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST :
Provoking Incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma
akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor
predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.

Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan


klien bersifat menusuk.

Region, Radiation, Relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi


atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar.

Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara


subjektif antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.

Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah


buruk pada malam hari atau siang hari.

2.) Riwayat penyakit sekarang


Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh
darah, edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar
sehingga pada fraktur terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat
operasi tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi
eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah) dan
pada osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3.) Riwayat penyakit dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis.
Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes mellitus, malnutrisi,
adiksi obat-obatan, atau pengobatan dengan imunosupresif.
4.) Riwayat psikososial – spiritual
Perawat menkaji respon emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga serta masyarakat,
respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
keluarga maupun dalam masyarakat. Pada kasus osteomielitis,
akan timbul ketakutan akan terjadi kecacatan dan klien harus
menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulang. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, konsumsi alkohol yang dapat
mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan
olahraga. Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
masyarakat karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang
timbul pada klien osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan
kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak
mampu melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (gangguan citra diri).

2. Pemeriksaan Fisik Fokus


Pemeriksaan fisik terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat ( local).
1. Keadaan umum meliputi :
a) Tingkat kesadaran ( apatis, sopor, koma, gelisah, compos mentis yang
bergantung pada keadaan klien).
b) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan
pada kasus osteomielitis biasanya akut).
c) Tanda-tanda vital tidak normal, terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septicemia.
● Kepala : tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala)
● Leher : tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
refleks menelan ada).
● Wajah : terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
● Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan).
Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya
mengalami konjungtiva anemis.
● Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. tidak
ada lesi atau nyeri tekan.
● Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping
hidung.
● Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
● Status mental : observasi penampilan dan tingkah laku klien
biasanya status mental tidak mengalami perubahan.
● Pemeriksaan refleks : biasanya tidak terdapat refleks patologis
2. System muskuloskeletal
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Conjungtiva : anemis / tidak, muka : anemis/tidak
c. Warna kulit pucat/tidak
d. Kemampuan pergerakan/ ROM
e. Kemampuan berjalan pasien
f. Gaya berjalan pasien
g. Ekspresi wajah saat bergerak
h. Kesimetrisan ekstremitas
i. Adanya luka fraktur atau tidak : luka terbuka atau tertutup
j. Tes bulge : untuk mengecek adanya cairan di sendi
k. Periksa adanya edema atau tidak
l. Adanya sindrom kompartemen atau tidak bila : nyeri hebat, nadi
perifer tidak teraba, perifer pucat dan dingin
m. Periksa akral dingin/ hangat
n. Pengkajian kekuatan otot
o. Mengkaji karakteristik luka akut
● Ada nanah atau tidak
● Ada bau atau tidak
● Ada epitelisasi atau tidak
● Jahitan intak, tidak ada jaringan terbuka (khusus untuk luka
● post operasi berupa sutura)

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa pre-operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
( inflamasi dan pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
c. infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
d. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang
yang berkurang.
e. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
f. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan dan kemungkinan
dilakukannya amputasi.
g. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau
ulserasi.

2. Diagnosa post-operasi
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post
pembedahan,luka post pembedahan.
c. Gangguan gambaran diri berhubungan dengan pembedahan (amputa
K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Kriteria Hasil INTERVENSI AKTIVITAS


Keperawatan (NOC) (NIC) (NIC)
1. Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri Pain management
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam ● Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan agen klien menunjukkan nyeri komprehensif termasuk lokasi,
pencedera fisik
berkurang dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi
(abses,
 Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan faktor presipitasi
prosedur
penyebab nyeri, mampu ● Observasi reaksi non verbal dari
operasi,
menggunakan tehnik dan ketidaknyamanan
trauma)
farmakologi untuk mengurangi ● Gunakan teknik komunikasi
nyeri) terapeutik untuk mengetahui
 Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan manajemen ● Ajarkan teknik nonfarmakologi
nyeri ● Anjurkan untuk meningkatkan
 Mampu mengenali nyeri istirahat
( sekala, intensitas, prekuensi, ● Kolaborasi dengan pemberian obat
ean tanda nyeri) analgesic untuk mengurangi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
2. Hambatan Setelah dilakukan asuhan Terapi ambulasi ● Monitoring vital sign
Mobilitas Fisik keperawatan selama 2 x 24 jam sebelum/sesudah latihan dan lihat
berhubungan diharapkan dapat melakukan respon pasien saat latihan
dengan
mobilisasi fisik dengan kriteria ● Bantu klien untuk menggunakan
kerusakan
hasil : tongkat saar berjalan dan cegah
integritas
 Klien meningkat dalam terhadap cidera
struktur tulang
aktivitas fisik ● Ajarkan pasien atau keluarga
 Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
peningkatan mobilitas ● Kaji kemampuan pasien dalam
 Memverbalisasikan perasaan mobilisasi
dalam meningkatkan kekuatan ● Latih pasien dalam pemenuhan
dan kemampuan berpindah kebutuhan ADL secara mandiri

 Memperagakan penggunaan sesuai kemampuan

alat bantu untuk mobilisasi ● Damping dan bantu pasien saat

(walker) mobilisasi dan bantu pemenuhan


kebutuhan ADL pasien
● Berikan alat bantu jika klien
membutuhkan
● Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
3. Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perawatan Luka ● Anjurkan klien menggunakan
Integritas keperawatan selama 3x24 jam pakaian yang longgar
Jaringan klien menunjukkan perbaikan luka ● Jaga kulit agar tetap bersih dan
berhubungan
dengan kriteria hasil : kering
dengan adanya
- Perfusi jaringan normal ● Mobilisasi pasien setiap dua jam
luka terbuka
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sekali
dan hambatan
- Menunjukkan pemahaman ● Monitor kulit akan adanya
mobilitas fisik
dalam proses perbaikan kulit kemerahan
dan mencegah terjadinya ● Oleskan lotion atau minyak/baby
cidera berulang oil pada daerah yang tertekan
- Menunjukan terjadinya proses ● Monitor aktivitas dan mobilisasi
penyembuhan luka pasien
● Monitor status nutrisi klien
● Observasi luka : lokasi, dimensi,
kedalaman luka, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi lokal
● Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP
● Lakukan teknik perawatan luka
dengan steril
● Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
● Kolaborasi dengan pemberian obat
antibiotik
4. Defisit Setelah dilakukan tindakan Pendidikan ● Kaji tingkat pengetahuan klien
pengetahuan keperawatan 1x24 jam kesehatan mengenai kondisinya
berhubungan pengetahuan klien meningkat ● Jelaskan jenis tindakan yang akan
dengan kurang
dengan kriteria hasil : dihadapi klien
pajanan
 Klien dan keluarga ● Anjurkan klien untuk makan
informasi
menyatakan pemahaman makanan yang dapat mempercepat
mengenai
tentang penyakit osteomyelitis proses penyembuhan luka
penyakit
osteomielitis  Klien dan keluarga mampu ● Berikan pendidikan kesehatan
menjelaskan kembali apa yang terkait penyakit yang diderita oleh
dijelaskan perawat klien
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume
3. Jakarta: EGC Kedokteran

Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan klien gangguan system
muskuloskletal. Jakarta: EGC

Mansoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

NANDA,2015-2017. Dioagnosa Keperawatan. Edisi 10. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai