Anda di halaman 1dari 37

Makalah Kebijakan PKRS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Kepemimpinan Dan Manajemen Pelaanan Kesehatan

Oleh :

1. Afrah Hasna Fadhila 22020121410015


2. Dikki Saputra 22020121410045
3. Fetty Yublika Pasole 22020121410016
4. Ricky Prawira 22020121410002
5. Rovica Probowati 22020121410007
6. Samuel Saiselar 22020121410047
7. Surtania 22020121410006

Program Studi Magister Keperawatan


Departemen Ilmu Keperawatan

1
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Oktober , 2021
Hormat Kami

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
BAB 2.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
BAB 3.......................................................................................................................................................25
ANALISA KASUS...................................................................................................................................25
BAB 4.......................................................................................................................................................36
PENUTUP................................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan pada masa lalu lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya
menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi
pengobatan. Jika telah merasa sakit atau berada pada keadaan sakit maka akan dirawat di
Rumah saki dan sesudah sembuh akan dipulangkan, siklus ini terus berulang hingga pada
titik timbul kesadaran bahwa dalam pemeliharaan Kesehatan masyarakat diperlukan
suatu usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan di rumah sakit adalah
salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.

Efektif atau tidaknya suatu pengobatan dan perawatan yang dilakukan di rumah sakit
dipengaruhi oleh pola pelayanan yang ada pada rumah sakit tersebut. Faktor-faktor
pendukung keefektivab pengobatan di Rumah Sakit diantarnaya dilihat dari sikap dan
keterampilan para pelaksananya, factor lingkungan sekitar, serta sikap dan pola hidup
pasien dan keluarganya.

Untuk menjawab masalah yang ada, maka dibuatlah standar operasional prosedur untuk
pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit yang diatur dalam permenkes No 44
Tahun 2018 tentang petunjuk teknis promosi kesehatan rumah sakit. Permenkes No 44
sangat jelas terkait pentingnya pelaksanaan promosi kesehatan pada seluruh unit
pelayanan rumah sakit serta petugas kesehatan berperan sebagai penyuluh atau pemberi
edukasi.

4
Promosi Kesehatan rumah sakit merupakan upaya rumah sakit dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat agar dapat
mandiri dalam rangka mempercepat kesembuhan dan reabilitasinya, dapat mandiri dalam
meningkatkan Kesehatan, mencegah masalah Kesehatan dan mengembangkan upaya
Kesehatan bersumber daya masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan
Bersama yang sesuai dengan sosial-budaya serta didukung kebijakan public yang
berwawasan Kesehatan (Sinegar, 2020).

Melalui Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), para pelaksana dapat mengembangkan
pengertian dan pengetahuan para pengunjung yang sehat, serta pasien dan keluarganya
tentang upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit. Selain itu, PKRS juga
berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga pasien dan para pengunjung
rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha penyembuhan dan pencegahan penyakit.
Hal ini membuktikan bahwa, PKRS merupakan program yang sangat penting dan tidak
dapat dipisahkan dari sebuah pelayanan rumah sakit, untuk menunjang perkembangan
dan kemajuan rumah sakit karena dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
serta membuat pasien, keluarga pasien dan para pengunjung merasa puas dan nyaman
terhadap pelayanan rumah sakit yang mereka pilih.

B. RUMUSAN MASALAH

Pertanyaan yang menjadi focus dari makalah ini adalah bagaimana kedudukan dan
penerapan PKRS pada Charitas Hospital?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar memperkaya pemahaman seputar
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) dengan memahami :

1. Defisini dari PKRS

2. Tujuan dilakukannya PKRS

5
3. Fungsi PKRS

4. Kedudukan PKRS

5. Tugas pokok PKRS

6. Analisa PKRS pada Charitas Hospital

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengantar Konsep Promosi Kesehatan

Mungkin sebagian dari anda mengira bahwa promosi kesehatan merupakan cara
seseorang menawarkan/"menjual" produknya yang berhubungan dengan kesehatan,
atau sama saja seperti pendidikan kesehatan/penyuluhan pada masyarakat yang sering
dilakukan para tenaga kesehatan terdahulu bila ada program yang harus
disebarluaskan. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah bila dikaitkan dengan arti promosi
dan kesehatan itu sendiri, namun sebenarnya ada beberapa hal yang menjadi
kesepakatan bersama dan poin yang patut kita pahami agar tidak salah kaprah dalam
pelaksanaannya. Sebelum kita membahas lebih banyak mengenai teori dasar promosi
kesehatan, ada baiknya kita mengulas sesaat mengenai pergeseran istilah dalam
promosi kesehatan.

6
Tentu Anda pernah mendengar semua istilah di atas bukan? Dapatkah
membedakannya?? Mari kita uraikan perubahan istilah tersebut dalam topik-1 ini, yang
akan mengupas tentang sejarah singkat istilah promosi kesehatan, konsep piagam
Ottawa dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan, Determinan yang
mempengaruhi promosi kesehatan.
B. Sejarah Singkat Istilah Promosi Kesehatan (Promkes)

Jika kita 'flashback' sejenak, perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari
perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh
perkembangan Promosi Kesehatan International yaitu dimulainya program
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975 dan tingkat
Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Ata tentang Primary Health Care tersebut
sebagai tonggak sejarah cikal bakal Promosi Kesehatan (Departemen Kesehatan,
1994). Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada tahun 1986, ketika diselenggarakannya Konferensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1986.
Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi
serta prinsip-prinsip dasar Promosi kesehatan. Namun istilah tersebut pada waktu itu di
Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup
terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pula istilah- istilah populer
lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran
Sosial) dan Mobilisasi Sosial. Selanjutnya perkembangan Promosi Kesehatan di
Indonesia adalah seperti uraian berikut ini:

1. Sebelum Tahun 1965


Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program
kesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan,
terutama pada saat terjadi keadaan kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb.
Sasarannya perseorangan (individu), supaya sasaran program lebih kepada perubahan
pengetahuan seseorang.

2. Periode Tahun 1965-1975

7
Pada periode ini sasaran program mulai perhatian kepada masyarakat. Saat itu juga
dimulainya peningkatan tenaga profesional melalui program Health Educational
Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau
sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan.

3. Periode Tahun 1975-1985.


Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluhan Kesehatan. Di tingkat Departemen
Kesehatan ada Direktorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan
Community Development. Saat itu mulai diperkenalkannya Dokter Kecil pada program
UKS di SD. Departemen Kesehatan sudah mulai aktif membina dan memberdayakan
masyarakat. Saat itulah Posyandu lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi
masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang
kesehatan. Pendidikan kesehatan pada era tahun 80-an menekankan pada pemberian
informasi kesehatan melalui media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat
dengan harapan masyarakat mau melakukan perilaku hidup sehat.

Namun kenyataannya, perubahan tersebut sangat lamban sehingga dampaknya


terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil. Dengan kata lain, peningkatan
pengetahuan yang tinggi tidak diikuti dengan perubahan perilaku. Seperti yang
diungkap hasil penelitian, 80% masyarakat tahu cara mencegah demam berdarah
dengan melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur) tetapi hanya 35% dari
masyarakat yang benar-benar melakukan 3M tersebut.

Oleh sebab itu, agar pendidikan kesehatan tidak terkesan ‘tanpa arti’, maka para ahli
pendidikan kesehatan global yang dimotori oleh WHO, pada tahun 1984
merevitalisasi pendidikan kesehatan tersebut dengan menggunakan istilah promosi
kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja
tetapi juga perubahan lingkungan yang menfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Disamping itu promosi kesehatan lebih menekankan pada peningkatan kemampuan
hidup sehat bukan sekedar berperilaku sehat.

8
4. Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas
memberdayakan masyarakat. Direktoral PKM berubah menjadi Pusat PKM, yang
tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang
kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu
adalah perubahan perilaku. Pandangan (visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’
tentang Promosi Kesehatan.

5. Periode Tahun 1995-Sekarang


Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi
massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk
advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan tidak hanya perubahan perilaku tetapi
perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan
kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi Internasional Promosi Kesehatan
dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’st Century, Indonesian Policy for
The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’.

Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter, 1986) sebagai hasil rumusan Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan Di Ottawa-Canada, menyatakan bahwa Promosi
Kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau
dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan
promosi kesehatan ini mencakup 2 dimensi yaitu kemauan dan kemampuan. Sehingga
tujuan dari Promosi Kesehatan itu sendiri adalah memampukan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka dan menciptakan suatu keadaan,
yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dengan demikian
penggunaan istilah Promosi Kesehatan di Indonesia tersebut dipicu oleh
perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di
Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO India, juga sudah berubah menjadi unit
Health Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan
menjadi International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah

9
Promosi Kesehatan tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan
kesehatan di Indonesia sendiri yang mengacu pada paradigma sehat. Salah satu
tonggak promosi kesehatan ialah Deklarasi Jakarta, yang lahir dari Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan ke IV.

Deklarasi Jakarta Merumuskan bahwa :


a. Promosi kesehatan adalah investasi utama yang memberikan dampak pada
determinan kesehatan, dan juga memberikan kesehatan terbesar pada masyarakat.
b. Promosi kesehatan memberikan hasil positif yang berbeda dibandingkan
upaya lain dalam meningkatkan kesetaraan bagi masyarakat dalam kesehatan.
c. Promosi kesehatan perlu disosialisasikan dan harus menjadi tanggung jawab
lintas sektor.

Deklarasi juga merumuskan prioritas-prioritas promosi kesehatan di abad 21 yaitu:


meningkatkan tanggung jawab dalam kesehatan, meningkatkan investasi untuk
pembangunan kesehatan, meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemberdayaan
individu serta menjamin infrastruktur promosi kesehatan.

C. Konsep Piagam Ottawa Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan


Piagam Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi
Internasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa, Canada tahun 1986, telah
membawa perubahan dalam pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi
kesehatan. Piagam ini mendefinisikan Promosi Kesehatan sebagai “Proses yang
memungkinkan individu mengendalikan dan memperbaiki kesehatannya. Untuk
mencapai kesehatan jasmani, rohani dan sosial yang sempurna, seseorang atau
kelompok harus mampu mengidentifikasi dan mewujudkan aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan, mampu mengubah atau beradaptasi dengan lingkungan”.
Piagam tersebut merumuskan upaya promosi kesehatan mencakup 5 butir.
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy). Ditujukan kepada
policy maker agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik yang mendukung
kesehatan.
10
2. Lingkungan yang Mendukung (Supportive Environment). Ditujukan kepada para
pengelola tempat umum termasuk pemerintah kota, agar menyediakan prasarana
sarana yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service). Selama ini yang
menjadi penyedia (provider) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta
sedangkan masyarakat adalah sebagai pengguna (customers) pelayanan kesehatan.
Pemahaman ini harus diubah, bahwasanya masyarakat tidak sekedar pengguna
tetapi bisa sebagai provider dalam batas-batas tertentu melalui upaya
pemberdayaan.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill). Kesehatan masyarakat akan terwujud
apabila kesehatan individu, keluarga dan kelompok tersebut terwujud.
5. Gerakan Masyarakat (Community Action). Adanya gerakan-gerakan atau kegiatan-
kegiatan di masyarakat yang mendukung kesehatan agar terwujud perilaku yang
kondusif dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka.

Pengertian promosi kesehatan yang tertuang dalam piagam ottawa ini kemudian
diperbarui WHO menjadi: “Proses pemberdayaan rakyat (individu dan masyarakat)
yang memungkinkan mereka mampu mengendalikan determinan-determinan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya ”.

D. Determinan-Determinan Yang Mempengaruhi Promosi


Kesehatan Inti dari definisi promosi kesehatan, baik yang berasal dari Ottawa Charter,
maupun modifikasinya dari WHO adalah masyarakat menjalankan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, baik berupa perilaku pencegahan dan pemeliharaan
kesehatan, perilaku memilih dan memperbaiki lingkungan maupun perilaku penggunaan
pelayanan kesehatan, bahkan perilaku yang berkenaan dengan aspek genetika dan
kependudukan.

Dewasa ini semakin banyak orang yang memahami dan menerima bahwa kesehatan
sangat dipengaruhi oleh determinan- determinan sosial dan lingkungan, disamping
determinan fisik dan biologik. Determinan fisik seperti kebersihan lingkungan, cuaca,
iklim dll, sedangkan determinan biologik misalnya mikroorganisme (virus, bakteri),

11
parasit dan lain-lain. Sementara itu determinan-determinan sosial yang sangat
mempengaruhi kesehatan antara lain: kemiskinan, pengangguran, kelestarian lingkungan,
diskriminasi dan ketidakberdayaan (La Bonte and Feather, 1996).

Sarjana Marmot (1999) menyebutkan bahwa ada 10 determinan sosial yang


mempengaruhi kesehatan, yaitu:

1. Kesenjangan sosial
Pada masyarakat kelas sosial-ekonomi rendah, biasanya lebih beresiko dan rentan
terhadap penyakit dan umur harapan hidup juga lebih rendah.
2. Stress
Kegagalan dalam menanggulangi stress baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan
sehari-hari sangat mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Kehidupan dini
Kesehatan di masa dewasa sangat ditentukan oleh kondisi kesehatan di usia dini atau
awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat dan dukungan emosional yang kurang
baik di awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, emosi dan
kemampuan intelektual di masa dewasa.
4. Pengucilan sosial
Pengucilan menghasilkan perasaan kehilangan dan tak berharga, mengungsi ke tempat
lain yang asing, merasa dikucilkan, kehilangan harga diri, sangat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental seseorang.
5. Pekerjaan
Stress di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan kerja sangat membantu dalam
meningkatkan derajat kesehatan pekerja.
6. Pengangguran
Jaminan adanya pekerjaan meningkatkan derajat kesehatan dan rasa sejahtera, bukan
hanya untuk pekerja tapi juga seluruh keluarganya. Keadaan yang sebaliknya terjadi pada
penganggur.
7. Dukungan sosial

12
Persahabatan, hubungan sosial dan kekerabatan yang baik memberikan dampak
kesehatan yang baik dalam keluarga, di tempat kerja dan di masyarakat.
8. Ketergantungan pada narkoba
Pemakaian narkoba sangat memperburuk kondisi kesehatan dan kesejahteraan. Alkohol,
narkoba dan merokok sangat erat hubungannya dalam memberikan dampak buruk pada
kehidupan sosial dan ekonomi.
9. Pangan
Cara makan yang sehat dan ketersediaan pangan merupakan hal utama dalam kesehatan
dan kesejahteraan seseorang dan masyarakat. Baik kekurangan gizi maupun kelebihan
gizi sama-sama menimbulkan masalah kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi
Transportasi yang sehat berarti mengurangi waktu mengendarai dan meningkatkan gerak
fisik yang sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain itu, mengurangi kendaraan
berarti membantu mengurangi polusi. Dengan meningkatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, berkembangnya peradaban, serta dampak globalisasi,
determinan-determinan kesehatan pun selalu berubah dan akan selalu ada yang baru.
Misalnya perdagangan senjata, seks bebas, eksploitasi anak, dan lain-lain. Pada
penyelenggaraan konferensi sedunia di Alma Ata secara gamblang menyatakan bahwa
kondisi fundamental dan sumberdaya untuk sehat adalah: perdamaian, perumahan,
pangan, pendapatan, ekosistem yang stabil, kelestarian sumberdaya, keadilan sosial, dan
kesetaraan. Hal ini disebut juga sebagai prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk
kesehatan

Green dan Kreuter (2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi
upaya-upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk
mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang menguntungkan
kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
Definisi/pengertian yang dikemukakan Green ini dapat dilihat sebagai operasionalisasi
dari definisi WHO (hasil Ottawa Charter) yang lebih bersifat konseptual. Di dalam
rumusan pengertian diatas terlihat dengan jelas aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan
dalam kerangka “promosi kesehatan”. Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan

13
Republik Indonesia merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut:
“Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-
faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia
harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di
Indonesia. Dalam Undang-Undang Kesehatan RI no 36 tahun 2009, disebutkan bahwa
visi pembangunan kesehatan adalah “Meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi- tingginya, sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomi”. Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi
pembangunan kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat
dirumuskan: “Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya” (Soekidjo Notoatmodjo, 2010).

E. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah


Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi
dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi
dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana,
kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of
health, mulai diterima, meninggalkan medical model. Pada model sosial, masalah
kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati
penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.

14
2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan
Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi
kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat
pencegahan dari Leavell and Clark (1967):

a. Pencegahan primer, yang terdiri dari:


 Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
 Perlidungan khusus (specific protection)

b. Pencegahan sekunder
 Diagnosis dini dan pengobatan segera
 Pembatasan cacat (disability limitation)
c. Pencegahan tertier:
Rehabilitasi (rehabilitation)

Ruang lingkup promosi kesehatan yang bersifat komprehensif harus mencakup kelima
tingkat pencegahan tersebut.

F. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar


Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk semua tahun 2000”
menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health Care), yang meliputi:
Acute primary care; Health education; Health promotion; Disease surveilance and
monitoring; Community Development.

Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat pelayanan


dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14)
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion)
b. Pencegahan penyakit (prevention of disease)
c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease)
d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)

15
WHO menggarisbawahi seperangkat kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam
pelayanan kesehatan dasar, beberapa diantaranya sangat berkaitan dengan determinan
kesehatan yang telah diuraikan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan itu ialah:
a. Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah kesehatan
serta cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi
b. Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi
c. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar
d. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Imunisasi
f. Pencegahan dan penaggulangan penyakit endemik lokal
g. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan
h. Penyediaan obat yang esensial

1. Ruang lingkup aktivitas


Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh WHO
menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan. Ottawa
Charter mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan
(yang bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu:
a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat)
b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung)
c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat)
d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi)
e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan)

Ruang lingkup aktivitas yang lebih operasional dapat kita rujuk ke definisi yang
dikemukakan Green dan Kreuter serta Kerangka Precede-Proceed, yang meliputi
(1) aktivitas pendidikan kesehatan, (2) pembuatan dan pelaksanaan kebijakan,
peraturan serta upaya organisasi. Kedua aktivitas ini merupakan intervensi yang
bersifat langsung terhadap perilaku, akar-akar perilaku atau lingkungan. Aktivitas
lain yang sangat mutlak agar aktivitas yang disebut di atas dapat dihasilkan dan

16
dijalankan adalah (3) advokasi.

2. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan


Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan
kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan
praktik kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan
pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang
menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga
dimensi:

3. Pengetahuan Kesehatan.
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap
cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular,
pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk
menghindari kecelakaan.

4. Sikap terhadap kesehatan.

Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit
menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap
untuk menghindari kecelakaan.

G. Praktek kesehatan.
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam
rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak
menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk
menghindari kecelakaan.

17
H. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan
Sebagai seorang calon perawat profesional yang akan menjalani tugas-tugas kesehatan
termasuk didalamnya adalah promosi kesehatan, maka anda akan berhasil mengatasi
keadaan jika menguasai sub bidang keilmuan yang terkait berikut ini, diantaranya:
1. Komunikasi
2. Dinamika Kelompok
3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM)
4. Pengambangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
5. Pemasaran Sosial (Social Marketing)
6. Pengembangan Organisasi
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Pengembangan Media (Teknologi Pendkes)
9. Perencanaan dan evaluasi.
10. Antropologi Kesehatan
11. Sosiologi Kesehatan
12. Psikologi Kesehatan, Dll.

Selain itu, ada beberapa prinsip promosi kesehatan yang harus diperhatikan oleh kita
sebagai calon/perawat profesional , seperti yang diuraikan berikut ini.

I. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan dalam Keperawatan


Interaksi Perawat/petugas kesehatan dan Klien merupakan hubungan khusus yang
ditandai dengan adanya saling berbagi pengalaman, serta memberi sokongan dan
negosiasi saat memberikan pelayanan kesehatan. Pembelajaran yang efektif terjadi
ketika klien dan perawat/petugas kesehatan sama- sama berpartisipasi dalam Proses
Belajar Mengajar yang terjadi.Agar hubungan pembelajaran memiliki kualitas positif,
baik secara individual, kelompok maupun masyarakat, hendaknya diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

18
a. Berfokus pada Klien

Klien mempunyai nilai, keyakinan, kemampuan kognitif dan gaya belajar yang
unik, yang dapat berpengaruh terhadap pembelajaran. Klien dianjurkan untuk
mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada perawat, sehingga perawat
lebih mengerti tentang keunikan klien dan dalam memberikan pelayanan dapat
memenuhi kebutuhan klien secara individual.
b. Bersifat menyeluruh dan utuh (holistik)
Dalam memberikan promosi kesehatan harus dipertimbangkan klien secara keseluruhan, tidak
hanya berfokus pada muatan spesifik.
c. Negosiasi
Perawat/Petugas kesehatan dan klien bersama-sama menentukan apa yang telah diketahui dan
apa yang penting untuk diketahui. Jika sudah ditentukan, buat perencanaan yang
dikembangkan berdasarkan masukan tersebut. Jangan memutuskan sebelah pihak.
d. Interaktif
Kegiatan dalam promosi kesehatan adalah suatu proses dinamis dan interaktif yang melibatkan
partisipasi perawat/ petugas kesehatan dan klien. Keduanya saling belajar. Untuk itu, maka
perlu diperhatikan dan dipelajari pula Prinsip-prinsip dalam Proses Belajar Mengajar (PBM),
yang mencakup :
1. Faktor-faktor pendukung (misalnya : Motivasi , Kesiapan , Pelibatan
Aktif /Active Involvement, Umpan Balik / feedback, memulai dari hal
yang sederhana sampai kompleks , adanya pengulangan materi / repetition,
waktu/ timing dan lingkungan / environment)
2. penghambat belajar (seperti emosi, kejadian/keadaan fisik dan psikologis
yang sedang terganggu atau budaya)
3. Fase-fase dalam PBM (mulai dari persiapan, pembuka, pelaksanaan dan
penutup Topik), serta
4. Karakteristik perilaku belajar

Perhatikan adanya perubahan perilaku yang terjadi, terdiri dari tiga karakteristik, yaitu:
1) Perubahan Intensional, yaitu perubahan yang terjadi berkat pengalaman/praktik
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, bukan karena faktor kebetulan.

19
2) Perubahan Positif dan aktif. Positif: jika perubahannya baik, bermanfaat dan sesuai
harapan. Merupakan sesuatu yang baru dan lebih baik dari sebelumnya. Aktif :
perubahan tersebut tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi karena usaha individu itu
sendiri
Perubahan Efektif dan Fungsional. Efektif : Perubahan tersebut berhasil guna dan
membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu bagi individu. Fungsional :
perubahan tersebut relatif menetap dan setiap saat siap apabila dibutuhkan, perubahan
tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

J. Tujuan Pkrs
1. Tujuan Umum
1) Memberikan acuan kepada Rumah Sakit dalam penyelenggaraan PKRS.
2) Mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
melindungi Pasien dalam mempercepat kesembuhannya, tidak mengalami sakit
berulang karena perilaku yang sama, dan meningkatkan perilaku hidup sehat.
3) mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
memberikan informasi dan edukasi kepada Keluarga Pasien agar mampu
mendampingi Pasien dalam proses penyembuhan dan mencegah Pasien tidak
mengalami sakit berulang, menjaga, dan meningkatkan kesehatannya, serta
menjadi agen perubahan dalam hal kesehatan.
4) mewujudkan Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
memberikan informasi dan edukasi kepada Pengunjung Rumah Sakit agar
mampu mencegah penularan penyakit dan berperilaku hidup sehat.
5) mewujudkan Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan aman untuk
SDM Rumah Sakit.
6) mewujudkan Rumah Sakit yang dapat meningkatkan derajat kesehatan
Masyarakat Sekitar Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
1) Bagi pasien:
Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior):
Promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan perilaku (praktik) tentang kesehatan, khususnya yang

20
terkait dengan masalah atau penyakit yang diderita oleh pasien yang
bersangkutan. Pengetahuan atau pengertian yang perlu diberikan atau
dikembangkan untuk pasien adalah pengetahuan tentang penyakit yang diderita
pasien, mencakup: jenis penyakit, tanda-tanda atau gejala penyakit, penyebab
penyakit atau bagaimana proses terjadinya penyakit, bagaimana cara penularan
penyakit (bila penyakit tersebut menular), dan bagaimana cara mencegah
penyakit tersebut. Dari segi perilaku atau praktik yang harus dilakukan atau
dianjurkan kepada pasien adalah tindakan yang harus dilakukan untuk terhindar
atau mencegah penyakit tersebut. Apabila pengetahuan, sikap, dan perilaku ini
dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya, antara lain:
2) Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.
3) Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah kekambuhan
penyakit.
4) Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain, terutama
keluarganya.

K. Fungsi PKRS
1. melaksanakan perencanaan terintegrasi berdasarkan hasil analisis masalah kesehatan
di Rumah Sakit dan asesmen kebutuhan Promosi Kesehatan, meliputi Promosi
Kesehatan bagi Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung Rumah
Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit.
2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan PKRS.
3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan bagi Pasien, Keluarga Pasien, SDM Rumah Sakit, Pengunjung
Rumah Sakit, dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit.
4. menggerakkan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan, bekerjasama dengan dinas kesehatan pemerintah
daerah, Puskesmas dan kelompok masyarakat peduli kesehatan serta sektor lain
terkait
5. menyusun pedoman/panduan, Standar Prosedur Operasional (SPO), pelaksanaan,
dan regulasi internal PKRS, dengan melibatkan multi disiplin/profesi.

21
6. membuat dan/atau mengembangkan media Promosi Kesehatan dengan melibatkan
multi profesi/displin yang berkompeten.
7. memberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan kepada Kepala atau Direktur
Rumah Sakit yang berkaitan dengan penyelenggaraan PKRS.
8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, pemantauan, dan penilaian pelaksanaan
Promosi Kesehatan yang terintegrasi, yang dilaporkan setiap triwulan. Pelaporan
disampaikan kepada Kepala atau Direktur Rumah Sakit, kepala dinas kesehatan
pemerintah daerah kabupaten/kota, kepala dinas kesehatan pemerintah daerah
provinsi dan menteri kesehatan.
9. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia pelaksana PKRS.
10. melaksanakan pengembangan metode dan penelitian yang berkaitan dengan
PKRS.
11. mengoordinasikan pelaksanaan pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) pada setiap unit pelayanan di Rumah Sakit.
12. mendorong terwujudnya Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan
aman.

L. Kedudukan Pkrs
Promosi Kesehatan Rumah sakit (PKRS) Merupakan tindakan promosi kesehatan pada
area rumah sakit menjadi pelayanan sarana pelayanan kesehatan yang berkualitas yang
memnuhi standar akreditasi Rumah Sakit baik secara nasional maupun internasional
Integrasi Promosi Kesehatan dalam asuhan Pasien melalui peningkatan
komunikasi dan edukasi yang efektif juga dapatmewujudkan peningkatan mutu dan kes
elamatan Pasien.  Sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 44 Tahun 2018 (Permenkes RI, 2018)
 tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan di rumah Sakit strategi dasar utama
promosi kesehatan adalah :
1. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat yang merupakan atau memfasilitasi sasaran, sehingga
memiliki pengertahuan, kemauan, dan kemampuan mencegah dan atau mengatasi
masalah kesehata yang hadapinya. Metode Berbago pemberdayaan yang di lakukan di

22
Rumah sakit pasa sasaran antara lain berbentuk pelayanan konseling terhadap :
a. pasein dan Keluarga Pasien di rawat inapmaupun rawat jalan
b. SDM Rumah Sakit dalam rangka mengubahperilaku berdasarkan 
hasil asesmen
2. Advokasi
Advokasi dibutihkan apapbila dalam upaya dukungan dari pihak-pihak lain seperti
dalam rangka pelaksaan promosi kesehatan yang terintegrasi perlu dibuat kebijakan ileh
atau kepala rumah sakit tentang pelaksaan promosi kesehatan terhadap hasil asesmen
pasien, keluaraga pasien. SDM Rumah Sakit, Pengunjung Rumah Sakit, dan
masyarakat sekitar rumah sakit. Selain itu diperlukan juga dukungan kebijakan antara
lain lobby, seminar, sosialisasi, dan workshop. Dalam melakukan advokasi juga di
dukung dengan data dan informasi terhadap situasi Rumah Sakit.
3. Kemitraan
Kemitraan dilaksanakan atas dasar pelaksaan promosi kesehatan yang baik tidak dapat
di laksanakan oleh rumah sakit sendiri melainkan melibatkan banyak unsur dan sektor
terkait sehingga tujuan promosi kesehatan megubah perilaku dapat tercapai.

M. Pengertian Metode Dalam Promosi Kesehatan

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal
dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi
metode bisa berarti " jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan
tertentu". Metode adalah cara teratur/sistematis yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai dengan yang dikehendaki.

Dalam Topik mengajar seorang guru/pendidik/pengajar tidak harus terpaku dalam


menggunakan berbagai metode (variasi metode) agar proses belajar mengajar atau
pengajaran berjalan tidak membosankan, tetapi bagaimana memikat perhatian peserta
didik/ sasaran. Namun di sisi lain penggunaan berbagai metode akan sulit membawa
keberuntungan atau manfaat dalam Topik mengajar, bila penggunaannya tidak sesuai
dengan situasi dan kondisi yang mendukungnya, serta kondisi psikologi peserta didik.

23
Maka dari itu disini pengajar/pendidik dituntut untuk pandai-pandai dalam memilih
metode yang tepat. (Syaiful Bahri, D. 2002).

Berkaitan dengan penggunaan metode yang tepat, seorang


pendidik/penyuluh/promotor kesehatan harus memperhatikan berbagai macam faktor
dalam penggunaan metode, diantaranya yaitu:
1. Metode dan tujuan pendidikan
2. Metode dan bahan pengajaran
3. Metode dan tangga-tangga belajar
4. Metode dan tingkat perkembangan
5. Metode dan keadaan perseorangan
6. Dasar tertinggi dari metode

Selain itu Prof Dr.Winarno S, mengatakan ada 5 macam yang mempengaruhi


penggunaan metode mengajar antara lain: tujuan berbagai jenis dan fungsinya, anak
didik yang berbagai tingkat kematangannya, situasi yang berbagai macam
keadaannya, fasilitas yang berbagai kualitasnya, pribadi guru serta kemampuan
profesionalnya yang berbeda- beda.

N. METODE DAN TUJUAN PENGGUNAANNYA


Berikut ini merupakan contoh menentukan metode promosi kesehatan yang
digunakan sesuai dengan tujuan pelaksanaan promosi kesehatannya:
a. Untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan : ceramah, kerja kelompok, mass
media, seminar, kampanye.
b. Menambah pengetahuan. Menyediakan informasi: One-to-one teaching (mengajar
per-seorangan / private), seminar, media massa, kampanye, group teaching.
c. Self-empowering
Meningkatkan kemampuan diri, mengambil keputusan Kerja kelompok, latihan (training),
simulasi, metode pemecahan masalah, peer teaching method.
d. Mengubah kebiasaan : :Mengubah gaya hidup individu Kerja kelompok, latihan
keterampilan, training, metode debat.

24
e. Mengubah lingkungan, Bekerja sama dengan pemerintah untuk membuat
kebijakan berkaitan dengan kesehatan.

BAB III
PEMBAHASAN

1. Analisa Kedudukan PKRS di Charitas Hospital


Karya kesehatan Rumah Sakit RK Charitas ini diawali dengan berdirinya kongregasi Suster
Santo Fransiskus Charitas dengan 5 (lima) suster pertama yaitu. Sr Raymunda, Sr. Alacoque,
Sr. Caecilia, Sr. Catharina dan Sr. Welhemina pada tanggal 11 Mei 1926 kelima suster
tersebut bersama pastor Hermelink berangkat dengan kapal laut dari biara Charitas
Roosendaal Belanda menuju Palembang dan tiba dipalembang tanggal 9 juli 1926.
Berlandaskan semangat tersebut suster ini memiliki ketabahan hati dalam menghadapai segala
tantangan dan kesulitan. Mereka memberikan pelayanan dengan tanpa pamrih lewat
kunjungan keluarga tanpa membedakan suku, golongan agama maupun kedudukan.
Kedatangan para suster misionari Belanda ke Palembang bukan secara kebetulan tetapi
dengan niat tulus melaksanakan tugas kemanusiaan memberikan pelayanan kesehatan kepada
orang yang sakit, lemah dan miskin dengan pengorbanan yang tulus mereka berjuang
melayani masyarakat keluar masuk lorong dengan sepeda ontel. Sebagai penerus pelayanan di
RS RK Charitas ini sudah menjadi kewajiban kita untuk tidak melupakan nilai-nilai yang di
wariskan oleh para suster pendahulu.

RS RK Charitas merupakan denyut jantung Kesehatan Sumatera Selatan yang sudah didirikan
sejak tahun 1926. Sebagai RS tertua di Palembang, kita memberikan pelayanan dengan prima
dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang Kesehatan. Tenaga 5 orang suster dirasa
tidak cukup untuk melakukan pelayanan baik di rumah masyarakat maupun di rumah sakit.
Maka pada tahun 1927 Pimpinan Kongregasi Charitas Roosendaal mengirim dua orang suster
yang berprofesi perawat, mereka adalah Sr. Borgia dan Sr. Chantal karena alasan Kesehatan

25
mereka hanya berkarya 9 bulan kemudian Kembali ke Belanda. Tanggal 21 September 1928
dikirim suster berporfesi perawat yaitu Sr. Alezandra, kedatangannya pembaharuan peralatan
di kamar operasi, beliau perawat khusus bagian pembedahan. Tanggal 21 Oktober 1929
datang 4 suster lagi, jadi setiap tahun pimpinan umum mengutus suster untuk berkarya di
tanah misi. Selain memberikan perawatan kepada orang sakit, mereka juga memberi
penyuluhan dan pertolongan pada ibu muda dalam hal kehamilan dan persalinan. Akan tetapi
mereka belum dapat menolong persalinan secara penuh karena belum memenuhi syarat
kemudian kesulitan ini disampaikan ke Belanda. Tanggal 16 November 1934 Sr. Raynelda
yang berprofesi bidan sangat ditunggu kedatangannya karena satu-satunya bidan di kota
Palembang. Persyaratan pemerintah untuk menolong persalinan harus dilakukan oleh seorang
bidan kemudian beliau menjadi pelopor pendiri Pendidikan bidan dan perawat. Setahun
kemudian diutus perawat yang cukup dikenal masyarakat karena keramahannya yaitu Sr.
Benigna FCh.

Pengelolaan RS tidak berjalan mulus karena krisis ekonomi dunia pada tahun 1930-an yang
menyebabkan RS juga terkena dampak krisis. Biaya rumah sakit semakin berat, kemudian
muncul masalah lain di Palembang muncul kampanye untuk mendirikan Rumah Sakit Netral.
Orang yang tidak senang dengan Charitas menuduh RS Charitas tidak mempunyai tempat
memadai untuk melakukan perawatan para pasien apalagi biaya perawatan dan pengobatan
pasien dianggap mahal. Direktris rumah sakit dipanggil Dewan Kotapraja Palembang
kemudian membeberkan bukti bahwa tuduhan itu tidak benar. Akhirnya muncul kesepakatan
kerja sama Rumah Sakit Charitas dengan pemerintah untuk membentuk badan kepengurusan
RS Netral. Alasan lain kecil namun berdampak besar bagi masyarakat yaitu adanya isu
menakuti masyarakat bahwa di belakang RS Charitas merupakan kuburan orang Eropa dan
disana banyak hantu dan roh halus.

Tanggal 4 Juni 1937 pembangunan dimulai detandai dengan peletakan batu pertama.
Pembangunan Gedung dengan kapasitas 60 tempat tidur. Pada 18 Januari 1938 dengan
pembukuan Gedung baru, perawatan dan pengobatan dipidahkan ke Gedung baru RS
Charitas. Setelah pindah ke Gedung baru yang letaknya di atas bukit seberang jalan, selain
melayani yang datang berobat ke rumah sakit para suster masih belajar bahasa Indonesia.
Setelah lancar bahasa Indonesia dan paham jalan Palembang mereka mengadakan pembagian

26
tugas. Tugas kunjungan kerumah penduduk meliputi perawatan sebelum melakukan
persalinan dan sesudah persalinan baik ibu maupun anaknya. Bulan Agustus 1940 jumlah
orang yang mendapat pertolongan mencapai kurang lebih 100 orang dan terus bertambah
sampai Jepang masuk Indonesia.

Ketika Jepang masuk Indonesia lalu setelah dua minggu menguasai Palembang penguasa
Jepang menyita RS Charitas, merusak alat-alat dan merampas serta memindahkan alat-alat
yang dirampasnya ke Rumah Sakit Tentara. Suster dan pasien RS Charitas terpaksa berpindah
ke Gedung lama karena Gedung baru dijadikan markas Jepang dan RS Charitas diambil oleh
Jepang. Tanggal 28 September 1947 RS Charitas ditempati lagi oleh suster dibawah
pengawasan DVD. Keadaan RS RK Charitas yang semula baik didapati rusak dan seluruh alat
sudah dibawa ke RS Tentara. RS diperbaiki, sarana dibenahi, kemudian dibuka Kembali
untuk merawat orang sakit dan bususng lapar akibat perang. Para suster bekerja siang malam
untuk melakukan perawatan meski dengan sarana dan tenaga yang terbatas. Pemberian hidup
para suster yang melayani senjadikan Charitas semakin dikenal oleh masyarakat bahkan
menarik perhatian sampai ke luar negeri. Charitas mendapatkan penghargaan dari kerajaan
Inggris King’s Medal of Service atas jasa para suster Charitas merawat prajurit Inggris dan
orang Inggris yang menderita akibat perang. Ratu belanda juga memberikan penghargaan
pada November 1947. Setelah dua tahun berada dibawah pengawasan VD akhirnya RS
Charitas mendapat pengesahan secara resmi dari DVD dengan surat-suratnya.

Sr. Raymunda Hermans Lahir di belanda pada tanggal 19 maret 1878 merupakan salah satu
seorang anggota suster-suster Charitas Roosendaal Belanda ketaatannya dalam hidup
penggilannya di wujudkan dengan kesiapan sediaanya hidup di tanah misi. Ia diutus ke
Indonesia sebagai misionaris pertama. Ia tiba di palemabang dengan beberapa Sr lainnya pada
tanggal 9 juli 1926. Beliau sangat menghayati keutamaan kegembiraan, kesendaraan dan cinta
kasih yang merupakan warisan ibu pendiri dalam keseharian hidupnya. Pada tanggal 30
September 1929 beliau bersama Sr. Wilhemina pindah ke komunitas Charitas tanjung Sakti
disana ia juga menjadi pempimpan komunitas tersebut . karya yang ditangani beliau adalah
karya kesehatan dan pastoral parochial. Karena orang tanjung sakti masih senang berobat
kedukun dari pada ke rumah sakit, maka rumah sakit sering kosong maka Sr raymunda dan Sr
wilheminan memperkenalkan pentingnya kesehatan dengan keliling ke dusun-dusun. Tentu

27
pekerja yang satu ini bukan suatu yang mudah bagi para suster-suster yang datang dari negara
barat tapi mereka tidak putus asa melainkan tetap bersemangat melayani demi karya misi dan
kepentingan masyarakat.

Sr. Wilhelmina Blesgraaf merupakan misionaris pertama yang datang ke Indonesia bersama 4
suster lainnya. Pada 1927 para suster Charitas memperluas rumah sakit dengan membangun
kamar baru supaya dapat melayani para pasien pribumi dan Tionghoa, tidak hanya pasien
Eropa saja. Sr. Wilhelmina menulis “Konggerasi ini agar perawatan di daerah misi sesuai
dengan tuntutan-tuntutan yang rasional dan sesuai dengan harapan rumah sakit modern. Karya
Charitas jangan dilakukan setengah-setengah. Nama dan semangat Charitas menunjuk pada
cinta kasih yang begitu besar sehingga tidak cukup dengan menyuruh pasien pulang sesudah
perawatan”. Nilai-nilai yang dihayati melalui persembahan hidupnya dalam pelayanan yaitu:
Tanggung jawab, tuntas dalam tugas, menyesuaikan penggunaan sarana dan prasarana sesuai
dengan kebutuhan dan standar rumah sakit, tidak membedakan suku, bangsa, ras, golongan
dan agama, pelayanan dengan sentuhan dan sapaan kasih. Berpihak pada orang yang tersisih.

Sr Alacoque Van Der Linden Lahir di belanda pada tanggak 18 September beliau sangat
menyahayati fiat maria, maka diminta suster Vincentia, pemimpin kongregasi suster Charitas
Roosendal belanda dan pada tanggal 9 juli beliau tiba di Palembang Sumatera selatan
Indonesia bersama 4 suster lainya yaitu :

1. Sr. Raymundah Hermans


2. Sr. Chatarina Koning
3. Sr. Welhemina Blesgraaf
4. Sr Caecilia Lusten dan seorang pastor SCJ pastor Henricus Hemelink ia mendapat tugas
sebagai perawat selama 2 tahun

Sr. Alacoque di angkat sebagai pemimpin Charitas Palembang menggantikan Sr Raynmunda


hermans yang panda ke komunits tarigan sakti. Ia bertugas sebagai pemimpin persaudaraan
di komunitas Charitas Palembang selama 24 tahun.

Sejarah berdirinya RS RK Charitas Palembang Rumah sakit roma katolik Charistas yang
berkembang hingga sekarang berawal dari sebuah rumah sakit kecil yang menggunakan
rumah milik pribadi belanda. Rumah sakit ini dan dikelola oleh yayasn perawatan orang sakit

28
sasaran pelayanan dikhususkan pada pasien orang eropa di Palembang rumha sakit ini
meliliki satu orang dokter, beberapa perawat dan beberapa pegawai penunjang medis yang
semuanya adalah orang eropa. Karena ekploitasi rumah sakit begitu besar, mereka tidak
sanggup membiayyainya dan merencanakan untuk ditutup. Pastor Henricus Van OortSCJ
mendegarkan hal itu dan cepat menggambil kesempatan membelinya walaupun belum tahu
siapa yang akan mengelola usaha beliu tidak berjalan lancer karena dihalangi oleh orang
freemason yang tidak senang rumah sakit itu dibeli demi kepetingan misi katolik. Pada tahun
1927 kelima suster memperluas kamar dengan membangun kamar baru supaya dapat
menampung pasien pribumi, Tionghoa, Arab, India dan Jepang yang tinggal di Palembang.

Hal ini sesuai dengan cita-cita awal pendirian RS yang dapat melayani seluruh lapisan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kesehatan tanpa membedakan suku, ras, agama,
warna kulit, budaya, bahasa, dan lainnya. Akhir tahun 1927 sudah tersedia ruang rawat inap
yang terdiri dari 15 tempat tidur untuk orang dewasa dari Eropa, 20 tempat tidur untuk orang
dewasa pribumi dan Tionghoa. Untuk anak-anak Eropa ada 3 tempat tidur dan 3 tempat tidur
untuk anak pribumi. Walaupun rumah sakit sudah diperluas namun kesadaran masyarakat
akan pentingnya Kesehatan masih rendah. Maka suster Charitas melakukan perawatan
keliling dan kunjungan rumah. Setiap hari ada 2 suster yang naik sepeda masuk ke kampung
berjalan melewati jembatan bamboo menuju rumah orang pribumi yang dibangun diatas
rawa. Bekal bahasa Melayu yang sangat minim namum mereka tetap melayani orang
pribumi.

Kemudian dengan berbagai cara katolik bantuan beberpa umat katolik ia berhasil membeli
rumah sakit lengkap dengan segal fasilitasnya dan membalikanamakan kepemilikan rumah
sakit itu. Dan kemudian pada tahun 1926 ia menghubungi Mgr Henricus Smeets yang
direncanakan menjadi Prevec Apostolic Bengkulu tapi masih berada dibelanda. Maksudnya
agar Mgr . Smeets dapat mencari para suster yang bersedia menangani rumah sakit di
pelembang. Dan kemudian ia menemui Sr Moeder Maria pemimpin kongregasi suster-suster
Fransiskanes Charitas Roosendaal.

Yayasan Charitas Badan hukum charitas adalah bebentuk yayasan. Yayasan berdiri sejak
tahun 1958 berdasarkan acta waris No. 35 tanggal 29 maret 1958 dibuat oleh notaris tan
thing ce waris Palembang dan tambahan berita negara RI tanggal 17 /6-295B No. 45

29
berdasarkan warisan tersebut charitas berdiri sejak 29 maret 1957 untuk jangka waktu yang
tidak ditentukan lamanya yayasan ini didirikan dengan maksud untuk: Menyeenggarankan
pekerjaan amal dan sesuai pada umumrnya dan penggajaran, pendidikan serta perawatan
penderita sakit pada khususnya atas dasar hukum gereja katholik. Susunan yayasan charitas
bernama yang pertama :

Ketua : Sr. Bernabette

Sekertaris : Raden saak Soedirmanto

Bendarhara : Sr. Aritami

Anggota : Sr. Diomysio

Anggo : Sr Citara

Selama puluhan tahun (1958-1982) yayasan ini merupakan kesatuan dari kongregasi dan
karya-karya yang lain. Pada tahun 1982 menjadi permisahan antara kongresi dan rumah
sakit charitas, maka berdasarkan akte notaries No. 8 tanggal 03 november 182 yang dibuat
oleh notaries Palembang dan tambahan berita acara Negara RI tanggal 20/2 tahun 1987 No
25 yayasan dengan nama baru “ Rumah Sakit Charitas” Dengan susunan pengurus :

Ketua : Sr. Martha

Sekertaris : Sr. Elisabeth

Bendahara : Sr. Yohana

Anggota : Sr. Margareta

Anggota : Sr. Antani Semirang

Pada Tangga 28 September 1945 RS RK Charitas mendapat pengesahan resmi dengan surat-
suratnya :

30
1. Permohonan penggembalian rumah sakit RS Charitas Palembang oleh Muder Alacoque
selaku direksi/ Misi Overste Kongregasi Suster-suster charitas Indonesia tanggal 14 april
1948
2. Surat rekomendasi tanggal 27 Februari 1948
3. Surat keputusan yang isinya memutuskan pengembalian RS RK Charitas Palembang
Terhitung 1 juli 1948 kepada kongregasi termasu ekspolitasinya. Surta dikelaurkan pada
tangal 25 Agustus 1948 ditanda tangani oleh kepala depertemen kesehatan Bataviia.Dr
Y.E. Karamoy

Karya kesehatan Rumah sakit RK. Charitas ini telah mengurangi tantangan dalam tiga
zaman, zaman pendudukan, belanda, zaman jepang dan zaman kemerdekaan pejuang yang
gigih dari para pendahulu disertai banyak pengorbanan dan penderitaan mewarnai kehidupan
mereka dalam mengawali karyanya. Pejuang ini masih dilanjutkan sampai saat ini oleh para
penerus sehingga mencapai 85 tahun. Pada permulaan Rumah Sakit sangat kecil
menampung 14-16 penderita. Rumah Sakit ini dibeli oleh Pastor Van Oort yang diserahkan
kepada Suster Charitas. Dalam perjalanan waktu Rumah Sakit ini tidak memadai lagi maka
pada tahun 1937 pimipnan kongregasi Charitas Roosendaal membeli sebidang tanah di
depan Rumah Sakit lama. Pembangunan rumah Sakit mulai dengan peletakan batu pertama
pada tanggal 18 Januari 1938 oleh Mgr. H.M.Mekkelholt SCJ(Uskup Pertama di
Palembang) Pada Tahun 1938 Suster yang berkara diRumah Sakit Berjumlah 12 Suster.
Sebagai RS tertua di Palembang, Sumbagsel kita sepenuh hati telah memberikan pelayanan
prima dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang kesehatan kami telah membangun
landasan kokoh dan kuat dalam kepakaran medis, keperawatan yang bersifat compassionate
care, memberikan penyulihan kepada penderita, keluarga dan masyarakt untuk kesehatan,
keslamatan dan keadaan wellness.

Visioner hari depan RS RK Charitas :

1. Melakukan visi,misi nilai-nilai awal dari pendiri


2. Mengembangkan pelayanan prima yang concern terhadap compassionate care yang focus
terhadap pasiein dan partisipasi beserta keluarga

31
3. Menggembangkan personality kopetensi, seluru karyawan dengan menjungjung tinggi
niali-nilai system
4. Selalu siap berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
5. Mengembangkan upaya mutu dalam setiap bidang
6. Melaksanakan tugas dengan intergrasi
7. Mengembangkan –prediksi dan pencegahan penyakit
8. Menjadi Rs RK Charistas tempat pelayanan kesehatan lebih baik
9. New wave technology yang bisa dicapai sesuai kemampuan dan lebih personalized
10. Penderita yang dilayani seutuhnya (holistic) dengan pikiran, hati dan spirit
11. Mengimplementasikan visi,misi nilai-nilai siteres
12. Tujuan nilai-nilai tersebut menjadikan pelayan fungsional, emosional dan spiritual
13. Teamwork yang lebih solid
14. Mengembangkan Rs dengan intergritas, excellence, profesionalisme

Tanggal 5 Oktober 1983 merupakan awal pembangunan RS RK Charitas ditandai dengan


peletakan batu pertama. Ketika membangun dengan biaya terbatas Charitas mendapat hadiah
besar dari Belanda berupa alat rumah sakit. Hadiah yang diberikan dimuat dalam 15 contener
dan diangkut ke Pelabuhan Amsterdam dengan 8 kereta barang. Contener tersebut dimuat
dalam kapal Merapi milik PT Samudra Indonesia menuju Palembang. Pada tanggal 7 Oktober
1984 kapal yang membawa 15 contener masuk ke perairan Plaju dan tanggal 8 Oktober
berlabuh di Pelabuhan Bom Baru Palembang. Tanggal 18 Oktober contener tersebut diangkut
menuju RS RK Charitas. Hadiah tersebut Sebagian besar digunakan di RS RK Charitas
Palembang, Sebagian disalurkan ke unit Kesehatan Katolik di Sumatera bagian Selatan. Alat
rumah sakit yang diterima masih bagus dan merupakan alat yang modern. Bangunan untuk
sarana penunjang yang merupakan Jantung RS:

1. Ruang Bedah
2. Ruang Bersalin
3. Ruang Radiologi
4. Ruang ECG
5. Ruang Gawat Darurat
6. Ruang ICU

32
7. Ruang Laboratorium
8. Ruang Sanitarian

Tahun 1987 ruang-ruang lainnya juga selesai dibangun seperti ruang rontgen, ruang bedah,
ruang bersalin, ICU dan pengembangan ruang perawatan untuk anak-anak Tahun 1989/1990
ruang laboratorium dan ruang administrasi RS juga selesai dibangun. Ruang rawat jalan untuk
umum, KIA, KB, ruang rawat jalan untuk spesialis antara lain:

1. Bagian bedah
2. Bagian obstetric
3. Bagian pediatri
4. Bagian penyakit kulit dan kelamin
5. Bagian penyakit jantung dan pembuluh darah
6. Bagian bedah plastic dan rekonstruksi
7. Bagian bedah tulang
8. Bagian gizi

Jangka Panjang dengan jenjang wkatu tahun 1995-2000 Karena lahan terbatas maka bagian
dari sarama bidan/perawat, karyawan rs, serta ruang belajar siswa spk dibongkar untuk
perluasan RS. Perluasan bangunan bertingkat lima dimulai pada 18 September 1995. Selama
85 tahun sudah dibangun landasan yang kokoh (kuat) dalam kepakaran medis, keperawatan
yang bersifat compassionate care, memberikan penyuluhan kepada penderita, keluarga dan
masyarakat untuk kesehatan, keselamatan dan keadaan wellness. Rumah Sakit RK Charitas
Palembang berawal dari para suster yang memulai karya Kesehatan di sebuah rumah sakit
kecil dengan kapasitas 16 tempat tidur yang dikelola oleh Yayasan Perawatan Orang sakit
sejak tahun 1915, yang telah dibeli oleh Pastor Henricus va Oort, SJC dibantu oleh beberapa
orang katolik. Setelah 85 tahun RS RK Charitas berdiri, menururt usia manusia secara fisik
sudah mengalami penurunan fungsi tetapi, bagi RS RK Charitas di usia 85 tahun merupakan
waktu untuk mengembangkan pelayanan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
pelayananan Kesehatan, tidak hanya dengan alat dan teknologi yang canggih akan tetapi
sikap pelayanan yang arif dan bijaksana dalam pelayanan.

33
2. Gambaran Penerapan PKRS di Charitas Hospital Palembang

Penerapan promosi kesehatan rumah sakit di Charitas hospital Palembang sudah berjalan
sejak awal pendiriannya, dilihat dari visi misi rumah sakit yang awal berdirinya oleh suster
dari Belanda dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Sumatera Selatan
melalui pelayanan kesehatan sistem jemput bola dan melayani kesehatan kepada masyarakat
yang membutuhkan dengan pelayanan kesehatan dan Pendidikan kesehatan. Pada awal tahun
2000 rumah sakit menilai diperlukannya tim untuk melakukan Pendidikan kesehatan yang
berkelanjutkan dan diberi nama dengan Tim Pendidikan Kesehatan Masyarakat yang
bertujuan untuk memberikan imformasi kesehatan pada masyarakat dan terfokus pada satu
pelayanan ditingkat promotif. Tim ini juga selalu mengembangkan penyuluhan kesehatan
dengan media dan informasi yang terbaharukan, selain itu pada tahun ini tim ini sudah
membuat kegiatan yang berkesinambungan yang memiliki program yang sudah ditetapkan
oleh rumah sakit.

Tuntutan akreditasi untuk pendirian atau pembentukan TIM khusus promosi kesehatan rumah
sakit (PKRS) dan dengan dibuatnya Permenkes No 44 tahun 2018 tentang penyelenggaraan
promosi kesehatan rumah sakit dan berdasarkan hal tersebut Charitas hospital Palembang juga
membakukan tim yang sebelumnya Bernama TIM Pendidikan kesehatan masyarakat
kemudian menjadi TIM Promosi kesehatan Rumah sakit. Tim ini juga hanya berfokus pada
satu tujuan yaitu Pendidikan kesehatan baik ke Pasien, Keluarga dan juga masyarakat.
Penerapan PKRS di Charitas Hospital Palembang memiliki program yang sudah disusun
secara sistematis yaitu memiliki program jangka Panjang dan pendek dengan target sasaran
pasien, keluarga dan masyarakat. Selain itu tingkatan PKRS di Charitas Hospital Palembang
memiliki tingkatan dari bagian/ ruangan sampai ke tingkat rumah sakit dan juga kegiatannya
baik dari internal maupun ekternal.

Peningkatan mutu yang dilakukan dengan cara penyusunan silabus dan modul yang berguna
agar penyampainan promosi kesehatan sejalan dengan pemerintah terus diperbaharui serta
narasumber dalam penyampaian Pendidikan kesehatan juga menggunakan professional tenaga
kesehatan baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Di era pandemik TIM PKRS rumah
sakit terus melakukan pengembangan promosi kesehatan melalui media social serta
pemasangan baner di titik-titik yang sering dijangkau masyarakat. Kegiatan PKRS di tingkat

34
unit/ruangan yaitu dengan mengangkat suatu masalah atau penomena yang terjadi diruangan
tersebut serta tim PKRS ruangan mengajukan proposal kegiatan ke bagian PKRS rumah sakit
untuk ditindak lanjut dan menjadwalkan promosi kesehatan di setiap ruangan setiap satu
bulan sekali secara bergiliran. Selain itu di tingkat rumah sakit TIM PKRS selalu menyusun
silabus guna penjadwalan kegiatan yang berkesinambungan dan menggangkat penomena
terbaharukan.

Kegiatan di tingkat rumah sakit yang sering diadakan yaitu seminar awal baik secara langsung
maupun virtual selain itu promosi kesehatan langsung ke masyarakat dan juga kesekolah yang
bekerja sama dengan rumah sakit selalu dijalankan dengan target dua kali dalam satu tahun.
Serta pada kegiatan event-event hari kesehatan nasional rumah sakit bekerja sama dengan
pemerintah untuk memberikan penyuluhan kesehatan di setiap kegiatan pemerintah. Analisa
kelompok terhadap penerapan PKRS dirumah sakit Charitas sudah sangat baik dilihat dari
adanya kegiatan rutin setiap bulan yang melibatkan pasien, keluarga dan masyarakat serta
dapat diakses oleh semua kalangan melalui social media rumah sakit. Selain itu kerjasama
antar sector juga sudah terjalin dengan baik terlihat rumah sakit selalu menggandeng
pemerintah serta perusahaan dalam melakukan pendidikan kesehatan sebagai sponsor dalam
setiap kegiatan.

35
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan: menyangkut pendidikan,
organisasi, kebijakan, dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku
yang menguntungkan kesehatan. Melalui Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), para
pelaksana dapat mengembangkan pengertian dan pengetahuan para pengunjung yang sehat,
serta pasien dan keluarganya tentang upaya pencegahan dan pengobatan suatu penyakit.
Selain itu, PKRS juga berusaha menggugah kesadaran dan minat pasien, keluarga pasien dan
para pengunjung rumah sakit untuk berperan aktif dalam usaha penyembuhan dan
pencegahan penyakit. Hal ini membuktikan bahwa, PKRS merupakan program yang sangat
penting dan tidak dapat dipisahkan dari sebuah pelayanan rumah sakit, untuk menunjang
perkembangan dan kemajuan rumah sakit karena dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta membuat pasien, keluarga pasien dan para pengunjung merasa puas dan
nyaman terhadap pelayanan rumah sakit yang mereka pilih.

2. Saran
Promosi kesehatan di rumah sakit harus lebih dikembangkan lagi agar pemberdayaan
masyarakat lebih optimal, sehingga status kesehatan yang diharapkan dapat tercapai.

36
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Susilowati. 2016. Pengembangan promosi Kesehatan. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 44 Tahun 2018  Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

Permenkes No 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit.

Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Republik Indonesia. Standar Promosi Kesehatan di


Rumah Sakit (PKRS). 2010 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2014. PetunjukTeknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Diaksespada tanggal 2 Ok
tober 2021.  (baliprov.go.id)

Sinegar, P, A., dkk. 2020. Promosi Kesehatan Lanjutan Dalam Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Kencana

Sinegar, P, A., dkk. 2020. Promosi Kesehatan Lanjutan DalamTeori dan Aplikasi.


Jakarta: Kencana

37

Anda mungkin juga menyukai