Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Deep Vein Trombus


Di Ruangan CVCU RSUP.M.Djamil Padang

Oleh :
Kelompok 5

Rindang Valya Shaqquilla (173110265) Stephanie Sastra (173110270)


Riska Oktaviani (173110266) Tika Ardeseri (173110271)
Salmi Dianita Nasution (173110267) Vida Wahyuni (173110272)
Silfa Murtafi’ah (173110269) Zakiatu Annisa (17310273)

Kelas III.C
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Deep Vein Trombus


Waktu Pertemuan : 30 menit
Tanggal : 22 November 2019
Tempat : Ruangan Edukasi CVCU
Sasaran : Keluarga Pasien
Metode : Ceramah

A. LATAR BELAKANG
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan bagian dari kelompok besar thromboemboli
vena (Venous Thromboembolism / VTE). VTE diperkirakan mencakup sekitar 1 per
1000 orang (0.1%) setiap tahunnya, sedangkan DVT terhitung sekitar dua pertiga dari
kejadian ini. Kejadian DVT meningkat seiring dengan usia. Baik pria maupun wanita
memiliki risiko yang sama untuk terkena VTE pertama kali, namun laki-laki lebih
berisiko untuk mengalami thrombosis berulang

Belum ada data di Indonesia yang mencatat kejadian DVT berskala nasional, namun
berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2008, prevalensi
DVT di Indonesia pada pasien pasca operasi ginekologi mencapai 33.3%

DVT (Deep Vein Thrombosis) adalah suatu kondisi dimana ada pembentukan
gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan
penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk
menghindari komplikasi serius di masa depan.

Trombosis vena berkaitan dengan berbagai kondisi medis atau prosedur bedah
tertentu. Risiko tromboemboli pada pasien dengan defisiensi antitrombin III dapat
mencapai 80%, gagal jantung kongestif 70%, dan infark miokard akut 40%. Pada
pasien yang menjalani operasi, kejadian DVT berkisar 45 sampai 70%. Pada operasi
ginekologi dan obstetri, risiko DVT berkisar 7 sampai 45%, risiko operasi saraf
antara 9 sampai 50%
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan beberapa bagian
tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem individu, dapat
sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh, yang dapat
menyebabkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga dapat merusak katup
pembuluh darah ', yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapatkan sekitar.
Bekuan darah yang terbentuk juga dapat melakukan perjalanan dan istirahat gratis
melalui organ utama lainnya seperti paru-paru dan jantung.

Keluhan utama pasien dengan DVT adalah kaki yang bengkak dan nyeri selama
beberapa hari dan memberikan ketidaknyamanan seiring berjalannya waktu. Riwayat
penyakit sebelumnya merupakan hal penting karena dapat diketahui faktor risiko dan
riwayat trombosis sebelumnya. Adanya riwayat trombosis dalam keluarga juga
merupakan hal penting. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya DVT seperti operasi, imobilisasi seperti ketika gips digunakan atau selama
penerbangan dengan jarak lama, obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, kondisi ini
bukan biasa karena dapat menyebabkan kematian satu orang dalam waktu beberapa
jam.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang disebakan
oleh Deep Vein Trombus mengetahui dan memahami tentang penyakit Deep Vein
Trombus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan keluarga mampu :
1. Keluarga mampu memahami penyakit yang bisa disebabkan oleh Deep Vein
Trombus.
2. Keluarga mampu menyebutkan pengertian Deep Vein Trombus.
3. Keluaerga mampu menyebutkan penyebab dari Deep Vein Trombus.
4. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala dari a Deep Vein Trombus.
5. Keluarga mampu menyebutkan pentalaksanaan yang dapat dilakukan di rumah
pada pasien dengan Deep Vein Trombus.
C. Media/ Alat

1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Infokus
4. Laptop

D. Setting Tempat

Media Keterangan:

: Moderator

: Presentator

: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: CI akademik dan
CI Klinik

E. Materi ( Terlampir )

F. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PESERTA


1. 3 menit PEMBUKAAN
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Melihat respon peserta 3. Merespon positif
4. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Mengemukakan
pendapat
5. Kontrak waktu dan bahasa 5. Memberi respon
6. Apersepsi positif 6. Mendengarkan

2. 15 menit PELAKSANAAN
1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab
peserta tentang penyakit Deep
Vein Trombus
2. Menjelaskan pengertian Deep 2. Memperhatikan
Vein Trombus
3. Menjelaskan penyebab Deep 3. Memperhatikan
Vein Trombus
4. Menjelaskan tanda dan gejala 4. Memperhatikan
Deep Vein Trombus
5. Menjelaskan penatalaksanaan 5. Memperhatikan
yang bisa dilakukan pada
pasien dengan Deep Vein
Trombus.

3. 4 menit PENUTUP
1. Bersama peserta 1. Bersama-sama
menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan
2. Evaluasi tentang cara 2. Menjawab
penatalaksanaan yang dapat pertanyaan
dilakukan pada pasien Deep
Vein Trombus
3. Melakukan terminasi 3. Memperhatikan
4. Memberikan salam untuk 4. Menjawab salam
menutup pertemuan
G. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

H. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Penyuluhan
2. Metoda : Ceramah
3. Media : Lembar balik, Leaflet, Lapatop, Infokus
4. Waktu : 22 November 2019
5. Tempat : Ruang Edukasi CVCU
6. Pengorganisasian :
- Moderator : Vida Wahyuni
- Presentator : Tika Ardeseri
- Observer : Rindang Valya Shaqquilla
- Fasilitator : Riska Oktaviani
Silfa Murtafi’ah
Salmi Dianita Nasution
Zakiatu Annisa
- Dokumentator : Stephanie Sastra

I. Rincian Tugas
1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta
b. Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c. Menutup acara penyuluhan
2. Presentator
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan’
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Memfasilitasi semua kebutuhan untuk kelancaran acara penyuluhan
b. Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam acara penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu jalannya penyuluhan
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalan nya acara
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok

J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur

a. Ruangan yang kondusif untuk kegiatan.


b. Peralatan memadai dan berfungsi.
c. SDM memadai.

2. Evaluasi Proses

a. Ketepatan waktu pelaksanaan.


b. Peran serta aktif dari audiens/keluarga.
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan.
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.

3.Evaluasi Hasil:
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat mengerti apa itu Deep Vein
Trombus.
b. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat memahami penyebab dari Deep
Vein Trombus.
c. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala
dari Deep Vein Trombus.
d. 80% peserta dapat memahami bagaimana cara penatalaksanaan pasien
dengan Deep Vein Trombus di rumah.
Lampiran Materi
Deep Vein Trombus
1. Pengertian
Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam pembuluh
darah. Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk untuk mencegah perdarahan.
Trombus adalah bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun
tidak ada kebocoran. Trombus merupakan massa seluler yang menjadi satu oleh
jaringan fibrin. Trombus terbagi 3 macam yaitu: merah (trombus koagulasi), putih
(trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah dimana sel trombosit dan
lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri dari eritrosit dan fibrin, biasanya
terdapat dalam vena. Trombus putih terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit, leukosit
dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk yang paling banyak
adalah bentuk campuran.

Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi dimana
trombus terbentuk pada vena dalam, terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan
darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah ke jantung. DVT merupakan
penyakit yang sering terjadi dan dapat berakibat fatal serta kematian jika tidak
didiagnosa dan diobati secara efektif. Kematian dapat terjadi ketika trombus pada
vena pecah dan membentuk emboli pulmo, yang kemudian masuk dan menyumbat
arteri pulmonalis.

Deep Vein Trombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah
yang terjadi di pembuluh darah balik (vena) sebelah dalam. DVT seringkali diawali
dari paha atau kaki oleh karena adanya perlambatan aliran darah pada pembuluh balik.
Hal ini bisa terjadi oleh karena ada masalah pada jantung, infeksi, atau akibat
imobilisasi lama dari anggota gerak.

Gumpalan darah beku yang terjadi disebut emboli yang bisa terbawa ke jantung
hingga menyebabkan komplikasi serius. Proses koagulasi atau penggumpalan darah
terjadi melalui mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin

2. Penyebab Deep Vein Trombosis


Beberapa penelitian sudah mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang
dapatmenyebabkan terjadinya DVT pada pasien yang mengalami trauma. Faktor-
faktor risiko ini umumnya bersifat kumulatif dan pasien biasanya memiliki lebih
darisatu faktor risiko.4Sebuah sistem penilaian Risk Assesment Profile (RAP)
dikembangkan oleh Greenfiled dan rekan-rekannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Gearhartdan rekan-rekannya mendukung sistem penilaian tersebut, dimana pasien
dengan RAP=5 memiliki resiko 3 kali lipat mengalami DVT daripada pasien dengan
RAP < 5.3
Faktor risiko :
a) Usia di atas 40 tahun
b) Imobilisasi
c) Obesitas
d) Keganasan
e) Sepsis
f) Trombofilia
g) Penyakit inflamasi usus
h) Trauma
i) Penyakit jantung
j) Kehamilan

Trias Virchow :
a) Statis
b) Jejas endotel
c) Hiperkoagulasi

3. Tanda Dan Gejala Deep Vein Trombus


Sebanyak 50% pasien dengan thrombosis vena ektremitas bawah tidak menunjukkan
gejala yang bervariasi dan biasnya tidak khas tromboflebitis. Namun meskipun
bermacam-macam setiap tanda klinis harus diselidiki dengan cermat.

Trombosis vena terutama mengenai vena-vena di daerah tungkai antara lain vena tungkai
superfisialis, vena dalam di daerah betis atau lebih proksimal seperti vena poplitea, vena
femoralis dan viliaca. Sedangkan vena-vena di bagian tubuh yang lain relatif jarang di
kenai. Trombosis vena superfisialis pada tungkai, biasanya terjadi varikositis dan gejala
klinisnya ringan dan bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang trombosis vena tungkai
superfisialis ini menyebar ke vena dalam dan dapat menimbulkan emboli paru yang tidak
jarang menimbulkan kematian.

Manifestasi klinik trombosis vena dalam tidak selalu jelas, kelainan yang timbul tidak
selalu dapat diramalkan secara tepat lokasi / tempat terjadinya trombosis.Trombosis di
daerah betis mempunyai gejala klinis yang ringan karena trombosis yang terbentuk
umumnya kecil dan tidak menimbulkan komplikasi yang hebat. Sebagian besar
trombosis di daerah betis adalah asimtomatis, akan tetapi dapat menjadi serius apabila
trombus tersebut meluas atau menyebar ke lebih proksimal.
Trombosis vena dalam akan mempunyai keluhan dan gejala apabila menimbulkan :
- bendungan aliran vena.

- peradangan dinding vena dan jaringan perivaskuler.

- emboli pada sirkulasi pulmoner.

Keluhan dan gejala trombosis vena dalam dapat berupa :


a) Nyeri

Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Trombosis vena

di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian

medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa

terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai hebat.

Nyeri akan berkurang kalau penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi

tungkai ditinggikan.

b) Pembengkakan

Pembengkakan disebabkan karena adanya edema. Timbulnya edema disebabkan

oleh sumbatan vena di bagian proksimal dan peradangan jaringan perivaskuler.

Apabila pembengkakan ditimbulkan oleh sumbatan maka lokasi bengkak adalah

di bawah sumbatan dan tidak nyeri, sedangkan apabila disebabkan oleh

peradangan perivaskuler maka bengkak timbul pada daerah trombosis dan


biasanya di sertai nyeri. Pembengkakan bertambah kalau penderita berjalan dan

akan berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan.

c) Perubahan warna kulit

Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis

vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena perubahan warna

kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah

pucat dan kadang-kadang berwarna ungu.

Perubahan warna kaki menjadi pucat dan pada perubahan lunah dan dingin,

merupakan tanda-tanda adanya sumbatan cena yang besar yang bersamaan dengan

adanya spasme arteri, keadaan ini di sebut flegmasia alba dolens.(6)

d) Sindroma post-trombosis.

Penyebab terjadinya sindroma ini adalah peningkatan tekanan vena sebagai

konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini

mengakibatkan meningkatnya tekanan pada dinding vena dalam di daerah betis

sehingga terjadi imkompeten katup vena dan perforasi vena dalam.

Semua keadaan di atas akan mengkibatkan aliran darah vena dalam akan

membalik ke daerah superfisilalis apabila otot berkontraksi, sehingga terjadi

edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan berat bisa terjadi ulkus pada

daerah vena yang di kenai. Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain

adalah nyeri pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya

berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki

ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga

bawah.
Tabel Perbandingan Tromboflebitis Superfisi dan Dalam

Superfisial Dalam

Manifestasi Klinis

Pembengkakan local; memar dan knotty “Rasa berat” saat berdiri

indurasi local, merah, nyeri tekan Nyeri tungkai dan kram

Vena safena (sisi medial tungkal) terasa Bengkak:

seperti yang menonjol Trombus vena betis-tidak ada

Trombus vena femoral-ringan samapi

sedang

Trombus vena iliofemoral-berat

Penatalaksanaan

Tirah baring Tirah baring

Kompres basah, hangat Kompres basah hangat

Peninggian tungkai; kemudian balut elastic Peninggian tungkai sampai 15cm (6 inci).

setelah stadium akut Pembedahan, apabila mungkin, mencegah

Heparin, intermiten atau terus-menerus terjadinya emboli.

Asetaminofen untuk nyeri Terapi trombolitik

Antibiotik bila perlu Valvuloplasti vena

Apabila vena dalam masih paten, vena

flebitis superfisial dapat diangkat

4. Komplikasi Deep Vein Trombus


Orang dengan DVT berisiko mengalami emboli paru, yaitu penyumbatan pembuluh
darah arteri di paru-paru akibat gumpalan darah yang lepas dari tungkai. Gejala tidak
akan terasa atau terlihat jika gumpalan darahnya kecil. Namun jika gumpalan darahnya
berukuran besar, penderita bisa merasakan nyeri dada dan sulit bernapas, bahkan bisa
mengalami gagal jantung.
DVT jangka panjang juga bisa menyebabkan sindrom pasca thrombosis (PTS), yaitu
kondisi ketika DVT mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah vena sehingga
aliran darah di daerah tersebut menjadi buruk. Keadaan ini mengakibatkan perubahan
warna kulit dan luka pada tungkai.

5. Pencegahan Deep Vein Trombus


Beberapa tips mencegah DVT sebagai berikut:
a) Meningkatkan aktivitas otot kaki selama periode panjang dengan duduk dapat

meningkatkan aliran darah di kaki. Ini mungkin termasuk berkeliling kabin atau

berolahraga dengan menggerakkan kaki dan pergelangan kaki.

b) Minum banyak air, dan menghindari minum apa pun misalnya alkohol atau kafein.

c) Mengenakan pakaian longgar.

d) Beberapa dokter merekomendasikan memanfaatkan waktu tidur siang yang

singkat , bukannya yang panjang, untuk menghindari tidur berkepanjangan.

e) Berolahraga secara teratur, menjaga berat badan yang sehat, dan tidak merokok.

6. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga di rumah pada pasien dengan


Deep Vein Trombus
Penatalaksanaan Keperawatan. Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena,
stoking elastik dan analgesik untuk mengurangi nyeri adalah tambahan terapi DVT.
Biasanya diperlukan tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Waktu ini kurang lebih
sama dengan waktu yang diperlukan thrombus untuk melekat pada dinding vena,
sehingga menghindari terjadinya emboli. Ketika pasien mulai berjalan, harus dipakai
stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau duduk lama-lama.
Latihan ditempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan papan kaki, juga dianjurkan.
Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgesik ringan untuk mengontrol nyeri,
sesuai resep akan menambah rasa nyaman
DAFTAR PUSTAKA

Grace, Pierce A., & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2007. Patofisiologi Volume 1: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

Morton, Patricia Gonce dkk. 2012. Keperawatan Kritis Volume 1: Pendekatan Asuhan

Holistik. Jakarta: EGC.

Megasafitri, Dian., Wiargitha, & Maliawan, Sri. 2013. Low-Molecular Weight Heparin
(LMWH) Sebagai Profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT) Pada Pasien Trauma.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6106/4597 . Diunduh 25 Mei
2014. Aan Nandiwardhana di 7.5

Anda mungkin juga menyukai