Oleh :
Kelompok 5
Kelas III.C
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
( ) ( )
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2019
SATUAN ACARA KEGIATAN
A. LATAR BELAKANG
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan bagian dari kelompok besar thromboemboli
vena (Venous Thromboembolism / VTE). VTE diperkirakan mencakup sekitar 1 per
1000 orang (0.1%) setiap tahunnya, sedangkan DVT terhitung sekitar dua pertiga dari
kejadian ini. Kejadian DVT meningkat seiring dengan usia. Baik pria maupun wanita
memiliki risiko yang sama untuk terkena VTE pertama kali, namun laki-laki lebih
berisiko untuk mengalami thrombosis berulang
Belum ada data di Indonesia yang mencatat kejadian DVT berskala nasional, namun
berdasarkan penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2008, prevalensi
DVT di Indonesia pada pasien pasca operasi ginekologi mencapai 33.3%
DVT (Deep Vein Thrombosis) adalah suatu kondisi dimana ada pembentukan
gumpalan darah dalam sistem mendalam pembuluh darah. Ini mungkin bukan
penyakit serius, tetapi pasien harus menyediakan dengan pengobatan segera untuk
menghindari komplikasi serius di masa depan.
Trombosis vena berkaitan dengan berbagai kondisi medis atau prosedur bedah
tertentu. Risiko tromboemboli pada pasien dengan defisiensi antitrombin III dapat
mencapai 80%, gagal jantung kongestif 70%, dan infark miokard akut 40%. Pada
pasien yang menjalani operasi, kejadian DVT berkisar 45 sampai 70%. Pada operasi
ginekologi dan obstetri, risiko DVT berkisar 7 sampai 45%, risiko operasi saraf
antara 9 sampai 50%
Trombosis vena dalam atau DVT biasanya muncul di kaki, paha, dan beberapa bagian
tubuh. Meskipun hanya bekuan darah yang terbentuk di dalam sistem individu, dapat
sepenuhnya atau sebagian darah aliran darah seseorang di dalam tubuh, yang dapat
menyebabkan pembengkakan dan nyeri kronis. Hal ini juga dapat merusak katup
pembuluh darah ', yang akan memberi Anda kesulitan untuk mendapatkan sekitar.
Bekuan darah yang terbentuk juga dapat melakukan perjalanan dan istirahat gratis
melalui organ utama lainnya seperti paru-paru dan jantung.
Keluhan utama pasien dengan DVT adalah kaki yang bengkak dan nyeri selama
beberapa hari dan memberikan ketidaknyamanan seiring berjalannya waktu. Riwayat
penyakit sebelumnya merupakan hal penting karena dapat diketahui faktor risiko dan
riwayat trombosis sebelumnya. Adanya riwayat trombosis dalam keluarga juga
merupakan hal penting. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
terjadinya DVT seperti operasi, imobilisasi seperti ketika gips digunakan atau selama
penerbangan dengan jarak lama, obat-obatan tertentu. Oleh karena itu, kondisi ini
bukan biasa karena dapat menyebabkan kematian satu orang dalam waktu beberapa
jam.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit yang disebakan
oleh Deep Vein Trombus mengetahui dan memahami tentang penyakit Deep Vein
Trombus
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan diharapkan keluarga mampu :
1. Keluarga mampu memahami penyakit yang bisa disebabkan oleh Deep Vein
Trombus.
2. Keluarga mampu menyebutkan pengertian Deep Vein Trombus.
3. Keluaerga mampu menyebutkan penyebab dari Deep Vein Trombus.
4. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala dari a Deep Vein Trombus.
5. Keluarga mampu menyebutkan pentalaksanaan yang dapat dilakukan di rumah
pada pasien dengan Deep Vein Trombus.
C. Media/ Alat
1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Infokus
4. Laptop
D. Setting Tempat
Media Keterangan:
: Moderator
: Presentator
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: CI akademik dan
CI Klinik
E. Materi ( Terlampir )
F. Kegiatan Penyuluhan
2. 15 menit PELAKSANAAN
1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab
peserta tentang penyakit Deep
Vein Trombus
2. Menjelaskan pengertian Deep 2. Memperhatikan
Vein Trombus
3. Menjelaskan penyebab Deep 3. Memperhatikan
Vein Trombus
4. Menjelaskan tanda dan gejala 4. Memperhatikan
Deep Vein Trombus
5. Menjelaskan penatalaksanaan 5. Memperhatikan
yang bisa dilakukan pada
pasien dengan Deep Vein
Trombus.
3. 4 menit PENUTUP
1. Bersama peserta 1. Bersama-sama
menyimpulkan apa yang telah menyimpulkan
disampaikan
2. Evaluasi tentang cara 2. Menjawab
penatalaksanaan yang dapat pertanyaan
dilakukan pada pasien Deep
Vein Trombus
3. Melakukan terminasi 3. Memperhatikan
4. Memberikan salam untuk 4. Menjawab salam
menutup pertemuan
G. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
H. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Penyuluhan
2. Metoda : Ceramah
3. Media : Lembar balik, Leaflet, Lapatop, Infokus
4. Waktu : 22 November 2019
5. Tempat : Ruang Edukasi CVCU
6. Pengorganisasian :
- Moderator : Vida Wahyuni
- Presentator : Tika Ardeseri
- Observer : Rindang Valya Shaqquilla
- Fasilitator : Riska Oktaviani
Silfa Murtafi’ah
Salmi Dianita Nasution
Zakiatu Annisa
- Dokumentator : Stephanie Sastra
I. Rincian Tugas
1. Moderator
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada peserta
b. Mengatur proses dan lamanya penyuluhan
c. Menutup acara penyuluhan
2. Presentator
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan’
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Memfasilitasi semua kebutuhan untuk kelancaran acara penyuluhan
b. Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam acara penyuluhan
c. Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu jalannya penyuluhan
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat
dan jalan nya acara
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
J. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3.Evaluasi Hasil:
Terkait dengan tujuan yang ingin dicapai :
a. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat mengerti apa itu Deep Vein
Trombus.
b. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat memahami penyebab dari Deep
Vein Trombus.
c. 80% Peserta kegiatan penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala
dari Deep Vein Trombus.
d. 80% peserta dapat memahami bagaimana cara penatalaksanaan pasien
dengan Deep Vein Trombus di rumah.
Lampiran Materi
Deep Vein Trombus
1. Pengertian
Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) di dalam pembuluh
darah. Bekuan darah pada keadaan normal terbentuk untuk mencegah perdarahan.
Trombus adalah bekuan abnormal dalam pembuluh darah yang terbentuk walaupun
tidak ada kebocoran. Trombus merupakan massa seluler yang menjadi satu oleh
jaringan fibrin. Trombus terbagi 3 macam yaitu: merah (trombus koagulasi), putih
(trombus aglutinasi) dan trombus campuran. Trombus merah dimana sel trombosit dan
lekosit tersebar rata dalam suatu massa yang terdiri dari eritrosit dan fibrin, biasanya
terdapat dalam vena. Trombus putih terdiri atas fibrin dan lapisan trombosit, leukosit
dengan sedikit eritrosit, biasanya terdapat dalam arteri. Bentuk yang paling banyak
adalah bentuk campuran.
Trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT) adalah suatu kondisi dimana
trombus terbentuk pada vena dalam, terutama di tungkai bawah dan inguinal. Bekuan
darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah ke jantung. DVT merupakan
penyakit yang sering terjadi dan dapat berakibat fatal serta kematian jika tidak
didiagnosa dan diobati secara efektif. Kematian dapat terjadi ketika trombus pada
vena pecah dan membentuk emboli pulmo, yang kemudian masuk dan menyumbat
arteri pulmonalis.
Deep Vein Trombosis (DVT) atau trombosis vena dalam adalah penggumpalan darah
yang terjadi di pembuluh darah balik (vena) sebelah dalam. DVT seringkali diawali
dari paha atau kaki oleh karena adanya perlambatan aliran darah pada pembuluh balik.
Hal ini bisa terjadi oleh karena ada masalah pada jantung, infeksi, atau akibat
imobilisasi lama dari anggota gerak.
Gumpalan darah beku yang terjadi disebut emboli yang bisa terbawa ke jantung
hingga menyebabkan komplikasi serius. Proses koagulasi atau penggumpalan darah
terjadi melalui mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin
Trias Virchow :
a) Statis
b) Jejas endotel
c) Hiperkoagulasi
Trombosis vena terutama mengenai vena-vena di daerah tungkai antara lain vena tungkai
superfisialis, vena dalam di daerah betis atau lebih proksimal seperti vena poplitea, vena
femoralis dan viliaca. Sedangkan vena-vena di bagian tubuh yang lain relatif jarang di
kenai. Trombosis vena superfisialis pada tungkai, biasanya terjadi varikositis dan gejala
klinisnya ringan dan bisa sembuh sendiri. Kadang-kadang trombosis vena tungkai
superfisialis ini menyebar ke vena dalam dan dapat menimbulkan emboli paru yang tidak
jarang menimbulkan kematian.
Manifestasi klinik trombosis vena dalam tidak selalu jelas, kelainan yang timbul tidak
selalu dapat diramalkan secara tepat lokasi / tempat terjadinya trombosis.Trombosis di
daerah betis mempunyai gejala klinis yang ringan karena trombosis yang terbentuk
umumnya kecil dan tidak menimbulkan komplikasi yang hebat. Sebagian besar
trombosis di daerah betis adalah asimtomatis, akan tetapi dapat menjadi serius apabila
trombus tersebut meluas atau menyebar ke lebih proksimal.
Trombosis vena dalam akan mempunyai keluhan dan gejala apabila menimbulkan :
- bendungan aliran vena.
Intensitas nyeri tidak tergantung kepada besar dan luas trombosis. Trombosis vena
di daerah betis menimbulkan nyeri di daerah tersebut dan bisa menjalar ke bagian
medial dan anterior paha. Keluhan nyeri sangat bervariasi dan tidak spesifik, bisa
terasa nyeri atau kaku dan intensitasnya mulai dari yang enteng sampai hebat.
Nyeri akan berkurang kalau penderita istirahat di tempat tidur, terutama posisi
tungkai ditinggikan.
b) Pembengkakan
akan berkurang kalau istirahat di tempat tidur dengan posisi kaki agak ditinggikan.
Perubahan warna kulit tidak spesifik dan tidak banyak ditemukan pada trombosis
vena dalam dibandingkan trombosis arteri. Pada trombosis vena perubahan warna
kulit di temukan hanya 17%-20% kasus. Perubahan warna kulit bisa berubah
Perubahan warna kaki menjadi pucat dan pada perubahan lunah dan dingin,
merupakan tanda-tanda adanya sumbatan cena yang besar yang bersamaan dengan
d) Sindroma post-trombosis.
konsekuensi dari adanya sumbatan dan rekanalisasi dari vena besar. Keadaan ini
Semua keadaan di atas akan mengkibatkan aliran darah vena dalam akan
edema, kerusakan jaringan subkutan, pada keadaan berat bisa terjadi ulkus pada
daerah vena yang di kenai. Manifestasi klinis sindroma post-trombotik yang lain
adalah nyeri pada daerah betis yang timbul / bertambah waktu penderitanya
berkuat (venous claudicatio), nyeri berkurang waktu istirahat dan posisi kaki
ditinggikan, timbul pigmentasi dan indurasi pada sekitar lutut dan kaki sepertiga
bawah.
Tabel Perbandingan Tromboflebitis Superfisi dan Dalam
Superfisial Dalam
Manifestasi Klinis
sedang
Penatalaksanaan
Peninggian tungkai; kemudian balut elastic Peninggian tungkai sampai 15cm (6 inci).
meningkatkan aliran darah di kaki. Ini mungkin termasuk berkeliling kabin atau
b) Minum banyak air, dan menghindari minum apa pun misalnya alkohol atau kafein.
e) Berolahraga secara teratur, menjaga berat badan yang sehat, dan tidak merokok.
Grace, Pierce A., & Borley, Neil R. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. 2007. Patofisiologi Volume 1: Konsep Klinis Proses-
Morton, Patricia Gonce dkk. 2012. Keperawatan Kritis Volume 1: Pendekatan Asuhan
Megasafitri, Dian., Wiargitha, & Maliawan, Sri. 2013. Low-Molecular Weight Heparin
(LMWH) Sebagai Profilaksis Deep Vein Thrombosis (DVT) Pada Pasien Trauma.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/6106/4597 . Diunduh 25 Mei
2014. Aan Nandiwardhana di 7.5