Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEMAM BERDARAH DENGUE dan JUMANTIK MANDIRI


KELUARGA

DI DUSUN KWARASAN RT 05 RW 05

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

YOGYAKARTA

2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM BERDARAH DENGUE dan JUMANTIK MANDIRI


KELUARGA

I . Identifikasi masalah

Perilaku masyarakat yang cenderung mengabaikan kebersihan


lingkungan membuat resiko untuk terkena penyakit infeksi ataupun penyakit-
penyakit yang lain semakin besar. Dari kebersihan lingkungan rumah yang
tidak bersih membuat banyak tempat untuk sarang nyamuk. Dari hasil
wawancara yang dilakukan pada masyarakat dusun Kwarasan khususnya RT
05 RW 05 didapatkan hasil dari pernyataan tokoh masyarakat setempat
bahwa dusun Kwarasan banyak sekali yang terserang DBD. Setelah
dilakukan foging tidak didapatkan hasil maksimal dan nyamuk pun masih
ada.

Walaupun tingkat pengetahuan masyarakat baik namun dari hasil


winshield survey didapatkan hasil pengamatan berupa lingkungan yang kotor
dan tidak rapi. Hal ini memungkinkan untuk terjadinya Demam Berdarah
pada warga dusun kwarasan khususnya RT 05 RW 05. Hal ini menunjukkan
perilaku yang tidak sesuai dengan pengetahuan masyarakat. Perilaku
masyarakat dalam menanggulangi DBD 15%, sikap dalam menangani DBD
14%.

II. Pengantar

Bidang studi : keperawatan komunitas

Topik : kesehatan lingkungan

Sub topik : pengetahuan DBD

Sasaran : masyarakat dusun Kwarasan RT 05 RW 05


Hari /tanggal : Senin, 17 Juni 2013

Jam : 19.30

Waktu : 40 menit

Tempat : mushola kwarasan RT 06 RW 05

III. Tujuan Intuksional Umum (TIU)

Setelah mengikuti kegiatan selama 40 menit masyarakat dusun Kwarasan


RT 05 RW 05

dapat mengerti tentang demam berdarah dengue.

IV. Tujuan Intruksional Kusus (TIK)

Setelah mengukuti kegiatan selama 40 menit diharapkan masyarakat dusun


Kwarasan RT 05 RW 05

dapat menjelaskan tentang

1. pengertian demam berdarah dengue (DBD)

2. menyebutkan bahaya DBD

3. menjelaskan penyebab DBD

4. paham cara mencegah DBD

V. Materi

Terlampir

VI. Metode :

1. Ceramah
2. Tanya jawab

VII. Media

1. Materi SAP
2. PPT/ presentasi

VIII. kegiatan pembelajaran

No Waktu Kegiatan role play model Kegiatan peserta


1. 3 menit Pembukaan 1. Menjawab salam
2. mendengarkan dan
1. Memberikan salam memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan
pembelajaran

3. Menyebutkan materi
atau pokok bahasan
yang di sampaikan
2. 25 menit Pelaksanaan materi Menyimak dan
memperhatikan
Pelaksanaan materi penyuluhan
secara berurutan dan terartur
3 Materi

1. pengertian demam
berdarah dengue (DBD)

2. menyebutkan bahaya
DBD

3. menjelaskan penyebab
DBD

4. paham cara mencegah


DBD
3. 12 menit Evaluasi : Bertanya dan menjawab
pertanyaan
1. menyimpulkan isi
penyuluhan
2. menyampaikan secara
singkat materi
penyuluhan
3. memberi kesempatan
kepada audience untuk
bertanya
4. memberikan
kesempatan kepada
udience untuk
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan

4. 2 menit Penutup Menjawab salam

1. menyimpulkan materi
yang telah disampaikan
2. menyampaikan terima
kasih tas waktu yang
telah diberikan oleh
peserta

3. mengucapkan salam

IX. Pengesahan

Yogyakarta, 17 Juni 2013

Sasaran pemateri

Warga dusun kwarasan heri puspito

Mengetahui

Pembimbing

Rosiyana
X. Evaluasi

Metode evaluasi : Diskusi tanya jawab

Jenis pertanyaan : lisan

Jumlah soal : 6 soal

XI. Lampiram materi

DEMAM BERDARAH DENGUE


1. Pengertian

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh


nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai,
dan ruam(Brooker, 2001). Demam berdarah dengue adalah penyakit
yang terutama pada anak, remaja, atau orang dewasa.
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).
2. Tanda dan Gejala
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang
virus dengue. Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda
dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
a. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat
Celsius).
b. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik
(puspura) perdarahan.
c. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam
(konjungtiva), Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan
kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan
lain-lainnya.
d. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
e. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
f. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi
penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3
(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas
20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
8. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala.
9. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual,
muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,
menggigil, kejang dan sakit kepala.
10. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
11. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit
pada persendian.
12. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.
Sejumlah kecil kasus bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang
mempunyai tingkat kematian tinggi. Kondisi waspada ini perlu disikapi
dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang
harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami de-
mam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga pen-
derita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala
tersebut.
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular
dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk
berikut ini :
1) Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
2) Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7
hari, nyeri nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-
bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
3) Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD)
gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan
dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
4) Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah
dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini
angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang
diduga menderita Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus
segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu
dapat mengalami syok / kematian.
Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara
klinis, jumlah plateletakan jatuh hingga pasien dianggap afebril.
b. Klasifikasi
Berdasarkan gejanya DHF dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
1. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas,
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau mu-
dah memar, trombositopeni dan hemokonsntrasi.
2. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat derajat I disertai
perdarahan spontan dibawah kulit Seperti ptekhie, hematoma dan per-
darahan dari tempat lain.
3. Derajat III : Manifestasi klinik pada penderita derajat II ditam-
bah dengan terdapat kegagalan sistem sirkulasi, nadi cepat dan lemah
atau hipotensi, disertai kulit dingin dan sembab atau gelisah.
4. Derajat IV : Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditam-
bah dengan renjatan yang berat ditandai tekanan darah tidak terukur
dan nadi tidak teraba.
5. DBD derajat III dan IV digolongkan ke dalam sindrom renjatan
dengue.
c. PSN-DBD dalam Agama Islam
Proses kerusakan lingkungan telah menjadi persoalan global yang tak
terpisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada. Lingkungan
bersih yang tak tercemar (pristine) manjadi barang langka yang sangat
sulit bahkan hampir tak mungkin didapatkan. Hampir semua tempat tidak
akan luput dari “masukan” bahan pencemar baik melalui udara
(misalnya: asap, hujan asam, ataupun pencemaran suara ataupun bau)
maupun daratan (misalnya: transportasi, aliran sungai, dan lain-lain).
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam
Alqur’an surat 30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di
darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan
merasakan kepada mereka sebagian (akibat tindakan mereka) agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya masih banyak lagi
ayat-ayat Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat 64;
surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan
tentang peranan manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang manusia
untuk merusak lingkungan, dan sekaligus mengajak manusia memelihara
lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada dua hal pokok yang menjadi
dasar pandangan Islam dalam issu pencemaran lingkungan. Pertama,
Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi kerusakan lingkungan baik
di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya kualitas lingkungan
tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam
memandang manusia sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus
pencegah terjadinya kerusakan tersebut.Untuk itu, ajaran Islam secara
tegas mengajak manusia memakmurkan bumi dan sekaligus secara tegas
melarang manusia membuat kerusakan di bumi.Namun sayangnya, ayat-
ayat tersebut kurang mendapat perhatian baik dari kalangan ulama
maupun masyarakat umum.Kemungkinan besar masyarakat belum cukup
menyadari dampak akibat kerusakan lingkungan, bahkan ketika mereka
jelas-jelas mengalami bencana tersebut.
Masyarakat tampaknya sudah “beradaptasi” dengan kerusakan tersebut
dan terkesan “apatis” untuk merubahnya.Bahkan ketika anak-anak
mereka sakit kolera, disentri, demam berdarah, bahkan meninggal akibat
lingkungan yang buruk tersebut mereka masih kurang
menyadarinya.Dibutuhkan pendekatan dan pengelolaan yang terpadu
untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut.
Pendidikan lingkungan yang diajarkan secara Islami merupakan sarana
penting bagi muslim untuk mengenal dan menyadari lingkungan hidup
mereka secara baik dan benar sehingga mampu berperan secara sadar dan
aktif dalam pengelolaan dan pembinaan lingkungan. Sebagai mayoritas
penduduk Indonesia, muslim mempunyai kewajiban dan peran yang
sangat besar dalam pengelolaan lingkungan tersebut. Dibutuhkan
pengetahuan dan kesadaran yang mendalam bahwa Islam sangat
memperhatikan lingkungan dan kesehatan.Hal ini membutuhkan peran
pendidik, ulama, dan tokoh masyarakat untuk menanamkan pengetahuan
dan kesadaran tersebut kepada masyarakat.
Kesadaran bahwa alam semesta adalah milik Allah SWT merupakan
langkah dasar dalam memahami kedudukan manusia di alam ini. Dalam
beberapa ayat Alqur’an Allah SWT menjelaskan bahwa Allah SWT
menciptakan alam semesta beserta isinya dengan pertimbangan yang
matang, seimbang, dan setiap ciptaanNya tersebut mempunyai manfaat
dan fungsi (surat 6 ayat 38; surat 16 ayat 66 s/d 69; surat 25 ayat 2; surat
54 ayat 49; surat 80 ayat 24 s/d 32). Selanjutnya, Allah SWT juga
menyatakan bahwa manusia adalah ciptaaanNya yang unik dan
menjadikannya sebagai khalifah di bumi (surat 6 ayat 165; surat 7 ayat
69 dan 129; surat 10 ayat 14; surat 24 ayat 55; surat 38 ayat 26).Dalam
ajaran Islam, khalifah lebih bersifat sebagai pengelola atau manajer di
bumi ini sedangkan Allah SWT adalah pemilik mutlak dari bumi dan
segala isinya. Allah SWT memberikan hak kepada manusia untuk
mengambil manfaat dari bumi dan isinya namun Allah SWT juga
memberi kewajiban pada manusia untuk menjaga bumi dan isinya.Hal ini
sesuai benar dengan deklarasi PBB mengenai pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) yang berisi petunjuk dan
informasi tentang pemanfaatan dan pengeloaan sumber daya alam bagi
pembangunan dan kelanjutan pembangunan itu sendiri.Pembangunan
yang berkelanjutan adalah pembangunan disegala bidang (misalnya
ekonomi, sosial, dan politik) yang tetap mengindahkan ketersediaan
sumber daya alam yang memadai bagi generasi mendatang.Pembangunan
tersebut sangat memperhatikan daya dukung lingkungan, sehingga tidak
secara semena-mena menghabiskan sumber daya alam yang tersedia.Hal
ini sesuai dengan saran Rasulullah SAW untuk hidup sederhana dan tidak
berfoya-foya terhadap harta dan sumber daya yang kita
miliki.Selanjutnya pembangunan yang berkelanjutan juga
memperhatikan aspek sumber daya manusia sebagai pelaku dan
penanggung jawab pembangunan tersebut.Peningkatan mutu sumber
daya manusia yang pintar dan bijaksana sangat ditekankan dalam Islam
(Agus sofyan dalam
JUMANTIK MANDIRI KELUARGA (JMK)
1. Pengertian

Jumantik adalah singkatan dari Juru Pemantau Jentik Nyamuk.


Istilah ini digunakan untuk para  petugas khusus yang berasal dari
lingkungan sekitar yang secara sukarela mau bertanggung jawab untuk
melakukan pemantauan jentik nyamuk demam berdarah, Aedes aegypti
dan Aedes albopictus di wilayahnya. Para Jumantik ini apabila selesai
bertugas juga harus melakukan pelaporan ke Kelurahan atau Desa
masing-masing secara rutin dan berkesinambungan. Pemantauan jentik 
dilakukan satu kali dalam seminggu (biasanya hari Jumat) pada pagi
hari. Jumantik yang bertugas di daerah-daerah ini, sebelumnya telah
mendapatkan pelatihan dari dinas terkait. Mereka juga dalam tugasnya
dilengkapi dengan tanda pengenal, dan perlengkapan berupa alat
pemeriksa jentik seperti cidukan, senter, pipet, wadah-wadah plastik,
dan alat tulis (Uppikke dalam situs
http://upikke.staff.ipb.ac.id/2011/09/23/jumantik/ yang diakses 09
Maret 2013).
Tugas para Jumantik dalam kegiatan memantau wilayah tersebut
adalah:
a. Memeriksa keberadaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penam-
pungan air di dalam dan di luar rumah, dan tempat-tempat  yang
dapat tergenang air. Apabila dijumpai jentik dan keadaannya tidak
tertutup, maka petugas mencatatnya sambil memberikan penyu-
luhan agar dibersihkan dan ditutup rapat. Untuk  tempat-tempat air
yang sulit dikuras dan dibersihkan seperti tangki air biasanya tidak
diperiksa, tetapi diberikan bubuk larvasida atau pembunuh jentik,
tiga bulan sekali.
a. Memberikan peringatan kepada pemilik rumah agar tidak mem-
biarkan banyak tumpukan pakaian atau banyak pakaian yang ter-
gantung di dalam rumah.
b. Mengecek kolam renang dan kolam ikan agar bebas dari jentik nya-
muk.
c. Memeriksa rumah kosong atau tidak berpenghuni untuk melihat ke-
beradaan jentik nyamuk pada tempat-tempat penampungan air yang
ada
Jumantik Mandiri Keluarga (JMK) adalah jumantik dari
keluarga masing-masing. JMK terdiri atas personil dalam satu keluarga
yang tugasnya adalah melakukan pemantauan jentik dan pembasmian
nyamuk secara kontinyu di rumah masing-masing dan dilakukan secara
mandiri. Jadi setiap keluarga hendaknya juga menjadi jumantik yang
memantau setiap genangan air di rumah tangganya masing-masing

XII. Daftar pustaka


http://www.imsa.us/index.php?
option=com_content&view=article&id=161:pengelolaan-
lingkungan-yang-terpadu-menurut-ajaran-
islam&catid=8:opini&Itemid=10 yang diakses pada tanggal
06 Maret 2013).
(http://berkecukupan.blogspot.com/2012/12/jumantik-bantu-berantas-
demam-berdarah.html).

Anda mungkin juga menyukai