Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gender dan Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi di sini adalah keadaan fisik, mental, kelaikan
sosial secara menyeluruh, dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem produksi berikut fungsi-fungsi dan proses-prosesnya. Artinya di
dalam konsep kesehatan reproduksi ini tercakup hak reproduksi. Hak
reproduksi merupakan hak bagi semua orang untuk membuat keputusan
yang berhubungan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi,
paksaan atau kekerasan.
Hak reproduksi ini didasarkan atas pengakuan hak asasi manusia,
khususnya pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarangan serta penentuan
kelahiran anak, hak untuk memperoleh informasi dan cara melakukan hal
tersebut (layanan kesehatan reproduksi) dan hak untuk mencapai standar
tertinggi kesehatan seksual dan reproduksinya (Mohamad, 2007).
Selain itu gender dapat didefinisikan sebagai perbedaan peran,
kedudukan dan sifat yang dilekatkan pada kaum laki-laki maupun
perempuan melaui konstruksi secara sosial maupun kultural (Nurhaeni,
2009).
Sedangkan menurut Oakley (1972) dalam Fakih (1999), gender
adalah perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang
dikonstruksikan secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat dan
bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses
sosial dan kultural.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Haspels dan Suriyasarn (2005),
gender adalah sebuah variabel sosial untuk menganalisa perbedaan laki-
laki dan perempuan yang berkaitan dengan peran, tanggung jawab dan
kebutuhan serta peluang dan hambatan.
Sex adalah perbedaan jenis kelamin secara biologis sedangkan
gender perbedaan jenis kelamin berdasarkan konstruksi sosial atau
konstruksi masyarakat. Dalam kaitan dengan pengertian gender ini, Astiti
mengemukakan bahwa gender adalah hubungan laki-laki dan perempuan
secara sosial. Hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan dalam
pergaulan hidup sehari-hari, dibentuk dan dirubah.
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi,
serta prosesnya (WHO)
B. Kesehatan Reproduksi Dalam Prospektif Gender
1. International Conference on Population and Development (ICPD),
1994. Di Kairo, September 1994, dan dihadiri 179 negara
merumuskan action program untuk kependudukan dan
pembangunan. Mereduksi angka kematian maternal dan mempersempit
perbedaan kematian maternal antar negara dan regional, sosial
ekonomi dan kelompok etnis
2. Akses untuk kesehatan reproduksi dan pelayanan kesehatan seksual
termasuk keluarga berencana :
a. Konseling KB,
b. pelayanan prenatal,
c. Kelahiran yang aman
d. Pelauanan post natal
e. Pencegahan dan penanganan yang layak untuk infertilitas
f. Pencegahan aborsi dan manajemen konsekuensi aborsi
g. Pengobatan reproductive tract infections, penyakit menular
seksual, dan kondisi kesehatan reproduksi yang lain
h. Pelayanan untuk HIV/AIDS, cancer, infertilitas, kelahiran dan
aborsi harus tersedia
i. Mendorong dihilangkannya mutilasi genital wanita
3. Isu ketidaksetaraan gender telah menjadi pembicaraan di berbagai
negara sejak tahun 1979 dengan diselenggarakannya konferensi
perserikatan bangsa-bangsa dengan tema The Convention on The
Elimination of All Forms of Discrimination Against Women (CEDAW),
yang membahas tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan.
4. Di Indonesia secara normatif diskriminasi terhadap perempuan telah
dihapuskan berdasarkan hasil CEDAW yang telah diratifikasi dengan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984(2). Namun dalam kenyataannya
masih tampak adanya nilai-nilai budaya masyarakat yang bersifat
diskriminatif, sehingga menghambat terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender termasuk dalam bidang kesehatan. Dimana posisi laki-
laki dan perempuan (ibu) seharusnya memiliki akses dan kontrol
(keputusan atas diri sendiri), kesempatan dalam berpartisipasi dan
memperoleh manfaat yang setara di bidang kesehatan.
5. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dicermati dari analisis-
analisis terhadap kondisi dan posisi perempuan yang relatif tertinggal
dibanding laki-laki dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam keluarga,
ibu merupakan kelompok yang paling rentan dan peka terhadap
berbagai masalah kesehatan, berupa: kejadian kesakitan (morbiditas)
dan gangguan gizi (malnutrisi), yang seringkali berakhir dengan
kecacatan (disability) atau kematian (mortalitas).
6. Selain memiliki fungsi reproduksi (menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui), ibu juga memiliki fungsi produksi, terutama mereka yang
memiliki kesibukan untuk membantu suami dalam mencari nafkah. Ibu
memiliki resiko kesehatan dalam kerja reproduktif dan produktifnya.
Perempuan (ibu) memerlukan perawatan kesehatan baik pada saat
menjalankan fungsi reproduksi maupun fungsi produksinya. Perawatan
terhadap penyakit akibat kegiatan reproduksi, termasuk penyakit akibat
hubungan kelamin dan AIDS membutuhkan perawatan kesehatan yang
komprehensif bagi perempuan.
7. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu kaum laki-
laki agar mendukung kesehatan reproduksi wanita :
a. Memberikan informasi yang lengkap kepada laki-laki.
b. Melibatkan laki-laki dalam merencanakan persalinan.
c. Melibatkan laki-laki dalam KB.
d. Meyakinkan laki-laki perlunya bersalin dengan bantuan bidan.
e. Memastikan laki-laki mengenal tanda-tanda komplikasi kehamilan
dan persalinan.
f. Mengajak kaum laki-laki untuk menemani istrinya ke fasilitas
kesehatan.
g. Meyakinkan laki-laki untuk menjamin istri mereka agar cukup
istirahat.
h. Mendorong laki-laki agar istri mereka mengkonsumsi makanan
bergizi.
i. Mendorong agar laki-laki agar membantu mengerjakan tugas-tugas
rumah yang sesuai.
j. Meyakinkan laki-laki untuk merujuk istrinya jika diperlukan.
k. Mendorong laki-laki untuk membantu istrinya setelah persalinan.
8. Millenium Development Goals
Goal ke5 adalah meningkatkan kesehatan maternal
a. Indikator yang disepakati
1) Angka prevalensi kontrasepsi
2) Angka orang dewasa melahirkan
3) Cakupan pelayanan antenatal
4) Kebutuhan yang tidak terpenuhi dari KB
b. Tahun 2005, negara sedang berkembang terutama Subsahara
Afrika, adalah Negara dengan indikator pencapaian terkecil.
1) 55% wanita tidak punya akses antenatal care.
2) 24% tidak punya akses pelayanan KB.
C. Penanganan Isu Gender Dalam Kesehatan Reproduksi.
Manfaat atau pentingnya penanganan isu gendes dalam kesehatan
reproduksi :
1. Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia. Misalnya masalah inses yang terjadi pada masa kanak-kanak
di rumah, masalah pergaulan bebas pada masa remaja, aborsi yang
tidak aman, kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi dan
masalah kesehatan reproduksi lainnya. Status social perempuan
termasuk anak perempuan di masyarakat merupakan penyebab utama
masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi perempuan. Akibatnya
mereka kehilangan kendali terhadap kesehatan, tubuh dan fertilitasnya.
2. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi risiko kesehatan
reproduksi. Seperti kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksinya,
perempuan rentan secara social maupun biologis terhadap IMS
termasuk STD/HIV/AIDS.
3. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dari hubungan laki-
laki dan perempuan. Namun keterlibatan, motivasi serta partisipasi
laki-laki dalam kesehatan reproduksi dewasa ini masih sangat kurang.
4. Laki-laki juga memiliki masalah kesehatan reproduksi. Khususnya
yang berkaitan dengan IMS termasuk HIV/AIDS. Karena itu, dalam
menyusun strategi untuk memperbaiki kesehatan reproduksi harus
diperhitungkan pula kebutuhan, kepedulian, dan tanggung jawab laki-
laki.
5. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga (kekerasan
domestik) atau perlakuan kasar. Yang pada dasarnya bersumber pada
subordinasi perempuan terhadap laki-laki atau hubungan gender yang
tidak setara.
6. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan
perempuan. Seperti bila menyebutkan aseptor KB, aborsi, pemeriksaan
kehamilan, kemandulan dan kematian ibu. Urusan tersebut memang
dekat sekali dengan perempuan, baik dalam target sasaran maupun
pelaku. Kesuksesan program KB selama ini berasal dari partisipasi
perempuan yang mencapai 98%. Kematian karena aborsi meliputi
sekitar 15% kematian ibu. Angka kematian ibu mencapai 307 per
100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2000). Semua ukuran dikaitkan
dengan perempuan karena target dan korbannya adalah perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gudangmateri.com/2011/01/pengertian-gender.html (diakses
pada tanggal 1 maret 2014 jam 07.00 WIB)
admpublik.fisip.undip.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/konsep-
gender.pdf (diakses pada tanggal 1 maret 2014 jam 07.00 WIB)
repository.unand.ac.id/5388/1/25_fachrina.pdf (diakses pada tanggal 1
maret 2014 jam 07.00 WIB)
www.kmpk.ugm.ac.id/images/semester_i/ilmu%20sosial/gender,
%20kesehatan%20dan%20pelayanan%20kesehatan.pdf (diakses pada tanggal 1
maret 2014 jam 07.00 WIB)
www.rudifebrimansyah.webage.com/web_documents/endry_fatimaningsih
_74-81.pdf (diakses pada tanggal 1 maret 2014 jam 07.00 WIB)
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2845214/chapter%2011.pdf
(diakses pada tanggal 1 maret 2014 jam 07.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai