Anda di halaman 1dari 77

BAB II

HASIL PENGKAJIAN

A. Profil dan Gambaran Umum RSU Aisyiyah Ponorogo


1. Gambaran Rumah Sakit
Nama : RSU Aisyiyah Ponorogo
Pemilik : Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Pendiri : Pimpinan Daerah Aisyiyah Ponorogo
Penyelenggara : Majelis Kesehatan PDA Ponorogo
Alamat : Jl. Dr. Sutomo No. 18-24
Kode pos/telp/fax : 63419/ (0352) 461560 hunting/ (0532)
484218
Kelas atau tipe : Tipe C
Luas lahan : 6215 m2
Status tanah : Hak milik
Luas bangunan : 7323 m2
Jumlah Bangsal :7
Jumlah TT : 147 TT
a. Kelas 3 : 48 TT
b. Kelas 2 : 34 TT
c. Kelas 1 : 26 TT
d. Utama : 4 TT
e. VIP : 19 TT
f. VVIP : 2 TT
g. IPI : 6 TT
h. Isolasi : 2 TT
i. Perinatologi : 5 TT
2. Falsafah
Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo merupakan Sarana
Dakwah Bidang Kesehatan untuk mewujudkan masyarakat islami
yang sebenar-benarnya melalui pelayanan kesehatan yang
bermutu dalam rangka membantu sesama untuk mencari ridho
Allah SWT.
3. Tujuan
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua
lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat
utama adil dan makmur yang di Ridhoi Allah SWT melalui
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative yang
dilaksanakan secara menyeluruh.
4. Visi dan Misi
Visi :
Terwujudnya rumah sakit yang Islami, terpercaya dan menjadi
rujukan bagi masyarakat Ponorogo dan sekitarnya
Misi :
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang Islami sebagai sarana
dakwah
b. Mewujudkan Sumber Daya Insani yang loyal dan profesional
c. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu
dan memuaskan serta terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
5. Motto
Layananku Ibadahku

B. Profil dan Gambaran Umum Keperawatan


1. Falsafah Keperawatan
Keperawatan yang Islami, Professional, dan Paripurna
2. Tujuan Pelayanan Keperawatan
Memberikan asuhan keperawatan secara Islami dan profesional
untuk meningkatkan derajat kesehatan.
3. Misi Keperawatan
a. Mewujudkan pelayanan keperawatan yang Islami dan
bermutu.
b. Mewujudkan sumber daya insan keperawatan yang islami dan
profesional
4. Motto Keperawatan
Kepercayaan Anda tanggung jawab kami

C. Profil dan Gambaran Umum Bangsal Arafah


1. Profil Bangsal Arafah
Bangsal Arafah merupakan salah satu bangsal rawat inap yang
dimiliki oel RSU Aisyiyah Ponorogo yang menangani kasus
umum, baik laki-laki maupun perempuan, terdiri dari kelas 1 (2
tempat tidur), kelas 2 (12 tempat tidur) dan kelas 3 (5 tempat
tidur). Bangsal arafah dipimpin oleh kepala bangsal, dibantu 4 Ka
Shift dan 7 perawat pelaksana.
2. Batas-batas Bangsal Arafah
a. Barat : Bangsal Multazam
b. Utara : Kamar Operasi
c. Timur : Rumah penduduk
d. Selatan : Jl. Anjasmoro
3. Struktur Organisasi
Belum ada struktur organisasi yang baru
4. Falsafah dan Tujuan Bangsal Arafah
Falsafah Bangsal Arafah pelayanan keperawatan yang islami,
profesional dan paripurna.
Tujuan memberikan asuhan keperawatan secara islami dan
profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan.
5. Denah Bangsal

21 22
28
\ 20 23

24

254 26 27
1 2

4 3

6 5

R
7 U
A
N
9 8 G
Tangga
T
U
10
N
G
12 11 G
U

14 13

16 15

18 17
U

19

Keterangan:
1. Kamar mandi perawat 15. Kelas II E1
2. Bangsal jaga perawat 16. Kelas II E2
3. Kelas II A1 17. Kelas II F1
4. Kelas II A2 18. Kelas II F2
5. Kelas II B1 19. Kelas 1 B
6. Kelas II B2 20. Kelas III.1
7. Kelas 1 A 21. Kelas III.2
8. Kamar mandi pasien 22. Kelas III.3
9. Kamar mandi pasien 23. Kelas III.4
10. Dapur 24. Kelas III.5
11. Kelas II C1 25. Kamar mandi pasien
12. Kelas II C2 26. Kamar mandi pasien
13. Kelas II D1 27. Kamar mandi pasien
14. Kelas II D2 28. Bangsal Multazam

D. Unsur Input
1. Raw Input
a. Pasien
1) Kajian teori
Karakteristik pasien yang dirawat di suatu bangsalan
berpengaruh dalam pemberian pelayanan kesehatan. Semakin
banyak ragam kasus penyakit yang di rawat di bangsalan
menuntut semakin banyak pula pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki oleh perawat. Demikian juga perangkat
lunak yang harus dimiliki bangsalan seperti petunjuk teknis
standar asuhan keperawatan juga semakin banyak yang harus
disediakan.
2) Kajian data
a) Pasien yang di rawat di Bangsal Arafah adalah pasien dengan bermacam-
macam kasus penyakit dalam baik yang berat maupun yang ringan.
Persebaran kasus penyakit di bangsal tergambar dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Distribusi Sepuluh Penyakit Terbanyak di Bangsal Arafah
Periode Maret 2015-Mei 2015 RSU Aisyiyah Ponorogo
No. Nama Penyakit Jumlah Prosentase
1. CVA 46 21,70%
2. Febris 29 13,68%
3. DHF (dengue high fever) 27 12,74%
4. Dyspepsi 21 9,90%
5. DM (diabtes mellitus) 21 9,90%
6. Ca mamae 16 7,54%
7. Anemia 16 7,54%
8. Fraktur 15 7,09%
9. Hipertensi 11 5,19%
10. BPH 10 4,72%
Jumlah 212 100%
Sumber: Buku Register Pasien Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo tahun 2015

Interprestasi Data
Dari tabel 2.1 di atas dapat di lihat bahwa kasus keperawatan yang
paling banyak di Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo adalah CVA yaitu
sebanyak 46 (21.70%) sedangkan penyakit yang paling sedikit yang ada
adalah BPH yaitu (4.72%).

b) Jumlah pasien yang di rawat di Bangsal Arafah periode Maret Juni


2015
Tabel 2.2
Distribusi Jumlah Pasien di Bangsal Arafah Periode
Bulan Maret Mei 2015 RSU Aisiyah Ponorogo
No Bulan Jumlah Prosentase
1 Maret 157 34,73%
2 April 141 31,18%
3 Mei 154 34,09%
Jumlah 452 100%
Sumber : Buku Register Pasien Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo tahun 2015

Intepretasi Data :
Berdasarkan data pada tabel 2.2 dapat dilihat bahwa distribusi
jumlah pasien dalam 3 buan terakhir didapatkan data tertinggi jumlah
pasien yaitu bulan Maret 2015 sebanyak 157 (34,73%).

c) Daftar sepuluh distribusi tempat tinggal pasien yang mengalami


perawatan di Bangsal Arafah
Tabel 2.3
Distribusi Pasien Berdasarkan Tempat Tinggal di Bangsal Arafah
Periode Bulan Maret 2015 Mei 2015 RSU Aisiyah Ponorogo
No. Asal Daerah Jumlah
1 Babadan 36
2 Jenangan 32
3 Pacitan 30
4 Pulung 23
5 Magetan 19
6 Siman 18
7 Sukorejo 15
8 Madiun 14
9 Bungkal 14
10 Kauman 13
Sumber : Buku Register Pasien Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo tahun 2015

Interprestasi data:
Dari tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi pasien
berdasarkan tempat tinggal dalam tiga bulan terakhir paling banyak di
Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo adalah berasal dari
kecamatan Babadan sebanyak 36 orang. Sedangkan yang paling sedikit
berasal dari Kauman sebanyak 13 orang.

b. Mahasiswa/ Praktikan
1) Kajian Teori
Sebagai profesi keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan
intelektual, interpersonal kemampuan teknis dan moral. Hal ini dapat
ditempuh dengan cara meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan
lanjutan pada program pendidikan Ners (Nursalam, 2002). Mahasiswa
keperawatan yang menempuh pendidikan Ners berhak untuk mendapatkan
bimbingan secara optimal dari pembimbing, baik pembimbing klinik
maupun pembimbing akademik.
Pendidikan Ners adalah pendidikan yang bersifat akademik profesi
yang dalam pelaksanaannya terdiri dari dua tahap yaitu pendidikan
akademik dan profesi. Tahap program akademik dan tahap program
keprofesian pada program pendidikan Ners dilaksanakan secara
terintegrasi dan mengacu pada paradigma keperawatan yang telah
disepakati di Indonesian dan mempunyai landasan ilmu pengetahuan serta
landasan keprofesian yang kokoh. Pelaksanaannnya sangat dipengaruhi
oleh sifat runtun pada proses pemahaman dan penguasaan ilmu
pengetahuan secara teknologi keperawatan. Pada program pendidikan
profesi terdapat masa penyesuaian profesional bagi para peserta didik
dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan pengalamn belajar di
masyarakat/lapangan dengan menggunakan tatanan pelayanan nyata (RS,
Puskesmas, Panti, Komunitas), khususnya pelayanan keperawatan.
2) Kajian Data
RSU Aisyiyah Ponorogo merupakan rumah sakit tipe C yang
digunakan untuk praktik klinik keperawatan dan kebidanan serta
mahasiswa bidang kesehatan lain. Data mahasiswa keperawatan yang
praktik di bangsal IPI berdasarkan asal institusi pendidikan dapat dilihat
pada tabel 2.4 berikut ini:
Tabel 2.4
Rekapitulasi Data Mahasiswa Praktik di Bangsal Arafah
RSU Aisyiyah Ponorogo Maret Juli 2015
No Nama Institusi Pelaksanaan Jumlah
1 Mahasiswa Universitas 09 Maret 02 Mei 20 orang
Muhammadiyah Ponorogo
2 Mahasiswa Akbid 06 April 02 Mei 9 orang
Muhammadiyah Madiun
3 Stikes Aisyiyah Yogyakarta 08 Juni 04 Juli 9 orang
Sumber : Bagian Diklat tanggal 8 Juni 2015

Intepretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.4 dapat diketahui bahwa selama tahun 2015 bulan
Maret Juli didapatkan data 38 mahasiswa yang praktik di Bangsal
Arafah. Bangsal Arafah sering digunakan untuk lahan praktik karena
merupakan bangsal perawatan medikal bedah umum.

2. Instrumental Input
a. Man (Tenaga)
1) Kuantitas Tenaga Keperawatan
a) Kajian Teori
Perencanaan merupakan fungsi organic manajemen sebagai dasar titik
tolak dan kegiatan pelaksanaan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Kebijakan yang telah dirumuskan dalam suatu rencana
mencakup struktur organisasi yang diciptakan, pengadaan, penggunaan
tenaga kerja, dan system serta prosedur yang hendak digunakan, serta
pelayanan yang dibutuhkan untuk kelancaran suatu kegiatan.
Kesesuaian tenaga keperawatan yang mencakup jumlah, jenis dan
kualifikasi dengan kebutuhan pelayanan diperlukan untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien (Depkes, 2005).
Untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dapat
menggunakan beberapa rumus, antara lain:
(1) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365
(365 - C) x jam kerja /hari
Keterangan :
TP : Tenaga Perawat
A : Jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien per hari
B : Rata-rata jumlah pasien per hari BOR x Jumlah tempat
tidur
C : Jumlah hari libur, 365 : jumlah hari kerja dalam 1 tahun

(2) Menurut Douglas (1984)


Penghitunga jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas
dihitunh berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift seperti pada
label berikut:
Tabel 2.5
Jumlah Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi
Ketergantungan Pasien
Waktu Kebutuhan Perwat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20
Sumber: Douglas, 1984

Klasifikasi derajat ketergantungan pasien terhadap keperawatan


menurut Douglas berdasarkan kriteria berikut:
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24
jam dengan kriteria:
i) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
ii) Ambulasi dengan pengawasan
iii) Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
iv) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
v) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam
dengan kriteria:
i) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
ii) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
iii) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
iv) Folley catheter/intake output dicatat
v) Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur
Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6
jam/24 jam dengan kriteria:
i) Segalanya diberikan/dibantu
ii) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
iii) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
iv) Pemakaian suction
v) Gelisah, disorientasi

(3) Menurut Depkes (2002)


Menurut Depkes, modal pendekatan yang dapat digunakan
dalam penghitungan tenaga keperawatan di rumah sakit untuk rawat
inap yaitu berdasarkan klasifikasi pasien dengan cara penghitungan
adalah:
(a) Tingkat ketergantungan pasien berdasarakan kasus
(b) Rata-rata pasien/hari
(c) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
(d) Jam perawatan yang diperlukan/bangsalan/hari
(e) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam/hari
Dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah jam perawatan/bangsalan/hari
Jam kerja efektif/shiftt
Untuk perhitungan tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)
yang terdiri dari :
Loss day (Hari libur/ cuti/ hari besar):

hari minggu dalam satu tahun + cuti + hari besar X perawat tersedia
hari kerja efektif
Non nursing job
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan seperti contohnya membuat perincian pasien pulang,
kebersihan bangsalan, kebersihan alat makan pasien, dll.
Diperkirakan 25 % dari jumlah jam pelayanan keperawatan

tenaga keperawatan + loss day x 25 %


100
Faktor koreksi:

Loss day + Non nursing job


Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

Tenagaasuhan
Kategori yang diperlukan + faktor
keperawatan koreksi tingkat ketergantungan
berdasarkan
pasien adalah sebagai berikut:
(a) Asuhan keperawatan minimal, kriteria:
Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri
Ambulasi dengan pengawasan
Observasi tanda vital dilakukan setiap shift
Pengobatan minimal, pengobatan lebuh dari sekali
(b) Asuhan keperawatan sedang, kriteria:
Kebersihan diri diabantu, makan minum dibantu
Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
Ambulasi diabntu, pengobatan lebih dari sekali
(c) Asuhan keperawatan agak berat, kriteria:
Sebagian besar aktivitas dibantu
Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali
Terpasang folley catheter, intake output dicatat
Terpasang infus
Pengobatan lebih dari sekali
Persiapan pengobatan perlu prosedur
(d) Perawatan maksimal (total), kriteria sebagai berikut:
Segala aktivitas diberikan perawat
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
Makan memerlukan NGT, terapi intravena
Penggunaan suction
Gelisah/disorientasi

b) Kajian data
Kategori asuhan keperawatan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien di bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo dengan total bed 20 buah adalah:
(1)Rumus Gillies (1982)

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365


(365 - C) x jam kerja /hari
Rata-rata jumlah pasien perhari = 11
TP = 3,8 x 11 x 365
(365 121) x 7
= 15,257
1708
= 8,93
Hasil dari perhitungan belum masuk termasuk kepala
bangsal sehingga kebutuhan tenaga perawat menurut
Gillies adalah 9+1 kepala bangsalan=10 perawat.

Analisa data:
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Gillies
untuk kebutuhan tenaga keperawatan di Bangsal
Arafah adalah 10 orang dan jumlah perawat saat ini
sebanyak 12 orang sehingga kebutuhan tenaga
perawat lebih 2 orang.

(2) Rumus Douglas (1984)


Table 2.6
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Perhari Menurut Douglas
di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Klasifikasi Rata-rata jumlah pasien
Pagi Siang Malam
Minimal 5 x 0,17= 0,85 5 x 0,14 = 0,7 5x 0,07= 0,35
Intermediet 6 x 0,27 = 0,7 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10= 0,6
Maksimal 0 x 0,36 = 0 0 x 0,30 = 0 0 x 0,20 = 0
Total 1,55 1,6 0.95
2 2 1
Sumber: Data primer buku registrasi pasien 8-10 Juni 2015

- Total tenaga perawat


Pagi : 2 orang
Sore : 2 orang
Malam : 1 orang
5 orang
- Jumlah tenaga lepas dinas per hari
86x5 = 1,54 = 2
279

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari


dibangsal Arafah adalah 5 orang + 2 orang lepas dinas + 1 karu = 8
orang

(3) Rumus Depkes (2002)


Perhitungan kebutuhan tenaga perawat dalam satu unit.
Table 2.7
Kebutuhan Tenaga Keperawatan Per Hari Menurut Douglas
di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo Tanggal 8-10 Juni
2015
Jumlah
Rata-rata jumlah
Rata-rata Jam jam
perawatan
pasien/hari perawatan/hari perawatan/
pasien/hari
hari
Min 3 2 6
Sedang 4 3,08 12,32
Agak berat 4 4.15 16,6
Maksimal 0 6,16 0
Total 11 15,39 34,92
Sumber: Data primer buku registrasi pasien 8-10 Juni 2015

Perhitungan tenaga perawat adalah sebagai berikut:


Jumlah jam perawatan dibangsal/hari = 34,92
Jumlah jam kerja perawatan/sift =7
Maka kebutuhan tenaga keperawatan = 34,92/7 = 4,98

Faktor koreksi
Loss day = hari minggu dalam satu tahun+cuti+hari besar X perawat tersedia
hari kerja efektif

(a) Los day : 121 x 4,98 = 2,469


(365-121)
(b) Non nursing job: (4,98+2,469) x25% = 1,862
Jadi tenaga perawat yang dibutuhkan: 4,98+2,469+1,862 = 9,3 + 1 karu =
10,3 10 orang perawat
Table 2.8
Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Metode Kebutuhan tenaga Keterangan
perawat
1 Gillies (1982) 10 Lebih 2
2 Douglas (1984) 8 Lebih 4
3 Depkes (2005) 10 Lebih 2

Interpretasi data :
Berdasarkan perhitungan dengan rumus Gillies jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan 10 orang, dengan rumus Dougles jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan 8 orang, dengan rumus Depkes jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan 10 orang. Jumlah perawat saat ini di Arafah 12 perawat.
Dari perhitungan jumlah tenaga keperawatan di Arafah melebihi standar
menurut teori Depkes, Douglas dan Gillies.

2) Kualitas tenaga keperawatan


a) Kajian teori
Keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan
salah satu indikatornya ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan
yang berkualitas. Asuhan keperawatan yang berkualitas memerlukan
SDM yang sesuai dengan kualitas yang tinggi dan profesional sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Upaya untuk mempertahankan
profesionalisme perawat bisa dilaksanakan dengan Pendidikan
Perawatan Berkelanjutan (PBP) sesuai stan dari PPNI.
Salah satu kualitas pelayanan Rumah Sakit adalah pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas diperlukan sumber daya manusia yang
sesuai dengan kualitas dan profesionalitas perawat dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. Praktik profesional yang merupakan ciri profesi
yang harus dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan
akuntabilitas kinerja yang tinggi.
Menurut Djojodibroto (1997), konsep pengembangan SDM yang
disebut Human Resource Development mempunyai 3 program yaitu :
(1) Training, yaitu aktivitas dimana proses belajar diarahkan kepada
pekerjaan saat ini.
(2) Education, yaitu aktivitas dimana proses diarahkan pada
pekerjaan yang akan datang.
(3) Development, yaitu aktivitas dimana proses belajar
tidakdiarahkan untuk pekerjaan pegawai yang bersangkutan
secara langsung.
Bagi tenaga profesional di RS menurut Djojodibroto (1997),
pelatihan, kursus, dan lokakarya yang diperlukan untuk para medis di
bangsal Arafah sebagai berikut:
(1) Etika komunikasi
(2) Komunikasi terapeutik dalam keperawatan
(3) Etika keperawatan
(4) Manajemen keperawatan
(5) Hospital management training
(6) Audit medik
(7) Pencegahan infeksi nosokomial
(8) Sanitasi rumah sakit

b) Kajian Data

Jumlah tenaga keperawatan berdasarkan tingkat pendidikan di


Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo selama tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel 2.9 berikut ini:
Tabel 2.9
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo tahun 2015
No. Jenis Pendidikan Jumlah Persentase
1 S1 Keperawatan 1 8,3
2 D3 Keperawatan 11 91,7

Total 12 100%
Sumber : Data Primer dan studi dokumentasi 2015

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.9 dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan perawat terbanyak di Bangsal Arafah adalah
pendidikan D3 yaitu sebanyak 91,7%. Berdasarkan SPM
Depkes rumah sakit bahwa pemberi asuhan keperawatan
adalah minimal D3 keperawatan. Bangsal Arafah sudah
memenuhi standar.
Tabel 2.10
Distribusi Tenaga Berdasarkan Pendidikan, Jabatan dan Jenis Pelatihan
di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
Masa
Jenis Tahun
No Nama Pendidikan Gol TTL Kerja Diklat Yang Pernah Diikuti
Kelamin Masuk
Th Bln
1 Agung Suprastyo, S1 III B Madiun, 28 L 18 6 Desember 1. 1999 BLS
S.Kep., Ns. Keperawatan April 1976 1996 2. 2005 Pelatihan Pembimbing
NIK. 0891296 Klinik Keperawatan
3. 2007 Pelatihan Manajemen
Keperawatan
4. 2009 BCLS
5. 2010 Pelatihan pembimbing
rohani
6. 2012 Pelatihan Clinical Educator
2 Diana Rokhatul DIII Kep II C Ponorogo, P 6 0 Juni 2009 1. 2007 BCLS
Jannah, AMK 20 Pebruari 2. 2010 Seminar praktek perawat
NIK. 2810611 1986 mandiri
3. Rena Madya DIII Kep II C Ponorogo, 22 P 8 1 Mei 2007 1. 2006 BCLS
Mukti, AMK Maret 1984
NIK. 2660610
4 Agung Budi DIII Kep II B Ponorogo, L 3 1 Mei 2012 1. 2010 BCLS.
Prasetyo, AMK 20 Agustus 2. 2013 BLS
NIK. 086051202 1989 3. 2013 Pelatihan konsep dasar PPI
dan hand hygiene
4. 2013 Seminar hipertensi pada
kehamilan, stabilitas neonatus,
penanganan bedah kasus CVA
serta perawatannya
5. 2013 In house training
pemulasaraan jenazah
6. 2013 Pelatihan karyawan
5 Nur Widodo, AMK DIII Kep II B Ponorogo, 15 L 3 1 Mei 2012 1. 2011 BCLS
NIK 085051202 Mei 1990 2. 2012 Pelatihan manajemen nyeri
3. 2013 Pelatihan BLS
4. 2013 Pelatihan Apar evakuasi
bencana, sosialisasi, K3RS
5. 2013 Pelatihan hand hygiene
6 Suprayitno, AMK DIII Kep II B Ponorogo, L 1 11 Juli 2013 1. 2014 Antisipasi dini penyakit
6 Desember jantung koroner
1985 2. 2007 BCLS
3. 2013 Seminar enjoy your job as
a nurse
4. 2012 Pelatihan up date wound
care management & anafilaktik
syok basic an aplication
5. 2008 Seminar penatalaksanaan
korban bencana
6. 2013 Up date wound
management
7. 2010 Workshop wound & ostomy
management
8. 2013 BLS tenaga kesehatan
9. 2012 Basic trauma dan cardiac
life support
10. 2014 BCLS + AED
11. 2013 Speaking Program regular
english
12. 2013 Praktek mandiri perawat
dalam konsep asuhan
keperawatan keluarga
13. 2013 Apar, evakuasi bencana,
K3RS
14. 2014 Hipertensi pada kehamilan,
stabilitas neonatus
15. 2014 Penanganan
kegawatdaruratan
muskuloskeletal dan ambulasi
dini
16. 2013 Hand hygiene
17. 2014 TOI indikator mutu RS
7 Resqi Hartanti, DIII Kep II B Ponorogo, 9 P 3 0 Juni 2012 1. 2011 BTCLS
Amd Kep September 2. 2014 Management terkini:
NIK.091061202 1990 hipertensi pada kehamilan,
stabilitasi neonatus, penanganan
bedah kasus CVA serta
perawatannya
3. 2012 customer satisfication
4. 2013 konsep dasar PPI & hand
hygiene
8 Agung Hadi DIII Kep II B Tanggerang, L 1 1 Mei 2014 1. 2012 BLS
Prayogo, Amd Kep 17 Agustus 2. Pelatihan Picu Nicu
NIK.121051402 1991 3. Neonatus life support
4. 2014 Seminar Penatalaksanaan
Bayi Dan Anak Dengan Dipteri
9 Alfia Wahyu DIII Kep II B Ponorogo, 15 P November 2009 Penanganan pasien gawat
Safitri, Amd Kep Juni 1988 2014 darurat
Perawat harian
lepas pengganti
Alfredo/Nur Zalis
A
10 Retno Dewi DIII Kep II B Ponorogo, 16 P 0 7 November 1. 2013 BTCLS
Sartika, Amd Kep Mei 1991 2014 2. 2012 BLS

11 Ida Mustika Wati, DIII Kep II B Ponorogo, 5 P 0 7 November 1. 2013 BTCVLS


Amd Kep Juni 1992 2014 2. 2013 BLS
3. 2012 Seminar kesehatan DM dan
stoke
4. 2012 Curren Management in
children with bronchopneumonia
5. 2012 Teknik perawatan luka
12 Ema RM DIII Kep II B Ponorogo, 26 P 1 2 Februari 1. 1999 BLS
Februari 1987 2014 2. 2005 Pelatihan Pembimbing
Klinik Keperawatan
3. 2007 Pelatihan Manajemen
Keperawatan
4. 2009 BCLS
5. 2010 Pelatihan pembimbing
rohani
6. 2012 Pelatihan Clinical Educator
Sumber : Data Primer tanggal 08-09 Juni 2015
b. Money (Sumber Dana)
1) Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis
merupakan salah satu fungsi Rumah Sakit agar pelayanan Rumah Sakit
tersebut dapat berjalan secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Untuk itu Rumah Sakit perlu mempersiapkan peralatan atau
bahan medis, non medis, dan jasa pemborongan. Sumber dana suatu
Rumah Sakit daerah bisa didapatkan melalui pendapatan fungsional dan
non fungsional dari penapatan pelayanan RS.

2) Kajian Data
Ketetapan tarif dibangsal Arafah sesuai dengan SK Direktur RSU
Aisyiyah Ponorogo, yang melayani pasien umum, JKN dan asuransi lain
yaitu dapat dilihat pada tabel 2.11 dibawah ini:
Tabel 2.11
Tarif Rawat Inap RSU Aisyiyah Ponorogo
No Keterangan Tarif Kamar
Sumber 1 Kelas 1 160.000 data: Data primer
tanggal 08-09 Juni 2015
2 Kelas 2 80.000
3 Kelas 3 45.000 Interpretasi
Data:
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan standar
yang berlaku di RSU Aisyiyah Ponorogo yang diatur dalam SK Direktur
RSU Aisyiyah Ponorogo Nomor: RSUA/199/KEP/III.5.AU/C/VII/2012,
dimana pengelolaan keuangan diatur sepenuhnya secara sentral oleh
bidang keuangan RSU Aisyiyah Ponorogo.

c. Method (Metode)
1) Kebijakan
a) Kajian Teori
Menurut Stevens (1983), standar mempunyai dua pengertian
yaitu pertama sebagai kriteria keberhasilan dan kedua sebagai dasar
untuk mengukur peristiwa atau perilaku. Menurut Gillies (1994),
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil. Menurut
Undang- Undang RI. No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan dalam
penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi secara baik atau secara singkat dapat dikatakan
standar adalah pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu.
Berdasarkan alasan inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan
keperawatan yang identik dengan standar profesi keperawatan,
berguna sebagai kriteria untuk mengukur keberhasilan dan mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan.

b) Kajian Data
Tabel 2.12
Kebijakan di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

No Kebijakan
1 Jam kerja perawat pagi jam 07.00 WIB- 14.00 WIB, siang jam
14.00 WIB- 21.00 WIB, malam 21.00 WIB- 07.00 WIB
2 Senin-Selasa memakai seragam orange
Rabu- Kamis memakai seragam hijau
Jumat-Sabtu memakai seragam pink
Minggu dan tanggal 1 memakai seragam batik
3 Cuti dari kepegawaian dalam 1 tahun sebanyak 15 hari
4 Bila ada yang terlambat masuk shift mendapat teguran lisan
5 Bila ada keperluan mendadak sakit tetap menggunakan surat izin
dokter
Sumber : Data primer tanggal 08-09 Juni 2015
Analisa Data :
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa sudah ada kebijakan
kebijakan di Bangsal Arafah.

2) SAK (Standar Asuhan Keperawatan)


a) Kajian Teori
Menurut Nursalam (2002), standar praktik keperawatan adalah
norma atau penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang
dianggap baik, tepat, dan benar yang diirumuskan sebagai pedoman
pemberian asuhan keperawatan serta sebagai tolok ukur dalam
penilaian penampilan kerja seorang perawat. Menurut Gillies (1994)
dalam Suri (2011), standar asuhan keperawatan mempunyai tiga
tujuan, yaitu :
(1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan
upaya meningkatkan motivasi perawatan terhadap pencapaian
tujuan.
(2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi
kegiatan asuhan keperawatan yang tidak penting.
(3) Memberikan landasan untuk melindungi perawat dan
melindungi pasien dari kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan
keperawatan, serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat
untuk memmenuhi standar dapat membahayakan pasien.
Standar asuhan keperawatan terdiri dari kriteria-kriteria yang
harus dipenuhi dalam pemberian asuhan keperawatan, apabila kriteria-
kriteria tersebut dapat dipenuhi maka mutu asuhan keperawatan dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional dengan memahami dan
mematuhi kriteria dalam standar asuhan keperawatan yang selanjutnya
diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan maka bukan hanya
keprofesian yang dapat dijaga dan ditingkatkan, tetapi juga meliputi
pemenuhan dalam aspek-aspek keamanan dan kenyamanan pasien.
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
(1) Standar Operasional Prosedur (SOP)
(2) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saat ini telah dikembangkan persamaan penggunaan bahasa
standar dalam penentuan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(North American Nursing Diagnosis Assocition), penetapan tujuan
dengan NOC (Nursing Outcome Classification) dan rencana intervensi
dengan NIC (Nursing Intervention Classification).
Suatu bangsal perawatan disebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara
resmi yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di bangsalan
tersebut. Bangsal perawatan harus mempunyai prosedur tetap semua
tindakan perawatan dan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) minimal
10 penyakit terbanyak yang sering muncul di bangsal tersebut.

b) Kajian Data
Tabel 2.13
Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Standar Asuhan Keperawatan Jumla
h
1 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM SALURAN
CERNA 1
Asuhan Keperawatan Hiatal Cerna 1
Asuhan Keperawatan Gastritis 1
Asuhan Keperawatan Gastro Enteritis Dehidrasi 1
Asuhan Keperawatan Apendisitis Akut 1
Asuhan keperawatan Peritonotis 1
Asuhan Keperawatan Cholecystitis 1
Asuhan Keperawatan Chirosis Hepatis 1
Asuhan Keperawatan Pankreastitis 1
Asuhan Keperawatan Hemoroid 1
Asuhan Keperawatan Pre dan Post Laparotomy 1
Asuhan Keperawatan Obstruktif 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Pre Post
Koleksistektomi
2 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM JANTUNG
DAN PEMBULUH DARAH 1
Asuhan Keperawatan Hipertensi Krisis 1
Asuhan keperawatan Gagal jantung/DC 1
Asuhan Keperawatan CHF 1
Asuhan Keperwatan Angina Pectoris 1
Asuhan Keperawatan Myocard Infark (MCI) 1
Asuhan Keperawatan Gangguan Irama 1
Jantung/Arithmia 1
Asuhan keperawatan Cardiogenik Syok
3 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN
Asuhan keperawatan Diabetes Ketoacidosis 1
Asuhan Keperawatan Hypoglikemia 1
Asuhan Keperawatan Ganggren Diabetes Melitus 1
4 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
PERNAFASAN 1
Asuhan Keperawatan PPOM 1
Asuhan keperawatan Pneumonia 1
Asuhan Keperawatan Emboli Paru 1
Asuhan Keperawatan Pneumothorax/Hamathorax 1
Asuhan Keperawatan ARDS 1
Asuhan Keperawatan Status Asthmatikus 1
Asuhan Keperawatan Haemopttitis Masif 1
Asuhan Keperawatan TBC Paru 1
Asuhan keperawatan Pada poasien Dengan Trauma
Thorax
5 ASUHAN KEPERAWATAN SYSTEM SYARAF 1
PUSAT 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Koma 1
Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Kejang 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan 1
Peredaran Darah Otak/CVA 1
Asuhan Keperawatan Infeksi Intra Cranial 1
Asuhan Keperawatan Guilain Barre Syndrom (GBS) 1
Asuhan Keperawatan Trauma System Syaraf Pusat 1
Asuhan Keperawatan Kontusio Cerebri
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post
Craniotomi Epidural Hematoma
6 ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SYSTEM
PERKEMIHAN 1
Asuhan Keperawatan GGK 1
Asuhan Keperawatan ISK 1
Asuhan Keperawatan Urolithiasis 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Pre dan 1
Post Ureterolitithomi
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Pre dan Post Tur
Atau Indikasi Hipertropi
7 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL 1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Femur 1
Terbuka Dengan Pemasangan Plate & Screw
8 ASUHAN KMEPERAWATAN SISTEM
INTEGUMENT 1
Asuhan Keperawatan Herpes Zozter/Simplex 1
Asuhan Keperawatan Luka Bakar
9 ASUHAN KEPERWATAN SISTEM INDRA
Asuhan Keperawatan Kedaruratan Sistem Penglihatan 1
Asuhan Kedaruratan Sistem pendengaran,Penciuman 1
dan Tenggorokan
10 ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
HEMATOLOGI 1
Asuhan Keperawatan Anemia 1
Asuhan Keperawatan Anemia Hemolitics 1
Asuhan keperawatan leukimia 1
Asuhan Keperawatan DIC/KID
11 ASUHAN KEPERAWATAN PSIKIATRI
Asuhan kedaruratan Psikiatri 1
12 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT
KRONIK 1
Asuhan Keperawatan DHF 1
Asuhan Keperawatan Demam Typoid
Sumber : Data primer tanggal 8-9 Juni 2015

Analisa Data :
Bangsal Arafah menggunakan SAK yang telah ditetapkan oleh RSU
Aisyiyah Ponorogo

3) Standar Operasional Prosedur


a) Kajian Teori
SOP adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.
Uraian SOP memberikan langkah-langkah yang benar dan terbaik
untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi. SOP merupakan
consensus bersama untuk jalan yang terbaik memberikan pelayanan.
SOP membantu mengurangi kesalahan dan pelayanan dibawah standar
(Substandar) dengan memberikan langkah-langkah yang sudah diuji
dan disetujui dalam melaksanakan berbagai kegiatan.
Standar adalah spesifikasi tekhnis atau suatu yang dibakukan
termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan consensus
semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, perkembangan masa
kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya (PP 102 tahun 2000).
Istilah SOP :
1. Standar Operating Procedure (SOP)
2. Standar Prosedur Operasional (SPO)
3. Prosedur tetap (Protap)
4. Prosedur kerja
5. Prosedur tindakan
6. Prosedur penatalaksanaan
7. Petunjuk pelaksanaan
8. Petunjuk teknis
Manfaat SOP :
1. Memperlancar tugas petugas atau tim
2. Dasar hukum bil terjadi penyimpangan
3. Mengetahui hambatan yang terjadi dan mudah dilacak
4. Mengarahkan petugas disiplin dalam bekerja
5. Pedoman melaksanakan pekerjaan rutin
Tujuan SOP :
1. Menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim
2. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi setiap posisi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab
4. Melindungi organisasi dan staf malpraktik
5. Menghindari kegagalan atau kesalahan
Prinsip-prinsip SOP :
1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan
2. Bisa berubah
3. Memuat segala tahapan, indikasi dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi pada setiap kegaiatan pelayanan.
4. Harus didokumentasikan.

b) Kajian Data
Tabel 2.14
Standar Operating Prosedur (SOP)
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Standar Operating Prosedur
1 Protap memberikan oksigen
2 Protap memberikan makanan dan minuman kepada pasien
3 Protap memasang infus
4 Protap melepas infus
5 Protap permintaan transfusi darah
6 Protap memberikan transfusi
7 Protap menolong pasien buang air besar
8 Protap memberikan huknah rendah
9 Protap memberikan huknah tinggi
10 Protap menjaga keselamatan pasien di tempat tidur
11 Protap memandikan pasien di tempat tidur
12 Protap menyisir rambut
13 Protap membantu pasien untuk istirahat
14 Protap melaksanakan ambulasi dini
15 Protap memberikan pelayanan mental spiritual kepada pasien
16 yang menghadapi sakarotul maut
17 Protap perawatan pasien yang baru saja meninggal
18 Program melaksanakan program orientasi kepada pasien dan
keluarga
19 Protap melaksanakan komunikasi secara langsung/lisan
20 Protap mengukur suhu badan
21 Protap menghitung nadi
22 Protap menghitung pernafasan
23 Protap mengukur tekanan darah
24 Protap mengganti balutan luka
25 Protap mengangkat jahitan luka
26 Protap memberikan kompres dingin
27 Protap memberikan kompres hangat
28 Protap memberikan obat melalui suntikan intracutran
29 Protap memberikan obat melalui suntikan subcutan
30 Protap memberikan obat melalui suntikan im
31 Protap memberikan obat melalui suntikan iv
32 Protap memberikan penyuluhan segera
33 Protap mengukur cairan yang masuk dan keluar
34 Protap pensterilan bangsalan dengan Uv
35 Protap resusitasi jantung paru
36 Protap BHD penderita dewasa
37 Protap BHD penderita pediatrik
38 Protap rekam jantung
39 Protap persiapan pasien sebelum op secara umum
40 Protap cara penggunaan alat pemadam kebakaran jenis yamato
41 Protap bladder training pola 2 jam
42 Protap penilaian tingkat kesadaran menurut GCS
43 Protap pengukuran bmr
44 Protap vulva hygiene
45 Protap memberikan gliserin
46 Protap melepas kateter
47 Protap memasang kateter
48 Protap memasang kondom kateter
49 Protap memasang NGT
50 Protap melepas NGT
51 Protap gastric cooling
52 Protap memberi makan melalui NGT
53 Protap kumbah lambung/ gastric lavage
54 Protap skin test/ tes hypersensitif
55 Protap suction orofaringeal dan nasofaringeal
56 Protap humiditas dan aerosol (nebulizer)
57 Protap fototerapi
58 Protap imunisasi BCG
59 Protap imunisasi Hepatitis uniject
60 Protap imunisasi DPT
61 Protap imunisasi Polio
62 Protap imunisasi Campak
63 Protap jadwal imunisasi
64 Protap pemasangan infuse di vena temporalis
65 Protap pemasangan infus melalui vena umbilicalis
66 Protap menolong persalinan
67 Protap antenatal care
68 Protap heacting perineum
69 Protap kontrasepsi suntik
70 Protap pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi dalam
rahim
Sumber : Data Primer tanggal 9 Juni 2015

Analisa Data
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari hasil studi
dokumentasi Bangsal Arafah menggunakan acuan SOP Keperawatan
Instalasi Rawat Inap tahun 2007 yang berisi 69 SOP diatas, mengingat
bahwa Bangsal Arafah adalah bangsal rawat inap yang menangani
kasus umum.

d. Matherial (Materi) dan Mechine (Mesin)


1) Kajian Teori
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain man, money, machine, methode dan material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan
memberikan kepuasan kepada kostumer baik kostumer internal maupun
eksternal. Rumah sakit yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki
pengelolaan yang baik dan terstandar termasuk lima faktor tersebut.
Pengelolaan matherial atau peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan ikut menentukan tercapainya mutu pelayanan keperawatan di
rumah sakit atau puskesmas. Rumah sakit atau puskesmas memiliki kondisi
yang berbeda-beda dan kompleks. Keadaan ini mempengaruhi manajemen
pelayanan keperawatan termasuk pengelolaan peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan. Sehubungan dengan hal ini diperlukan adanya
standar pengelolaan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan
sebagai pedoman bagi manajer keperawatan dari perawat pelaksana dalam
menggunakan sumber daya peralatan untuk mencapai pelayanan
keperawatan secara efisien dan efektif.
Didalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya
pengelolaan peralatan sebagai faktor pendukung atau penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan. Peralatan kesehatan untuk pelayanan
keperawatan merupakan semua bentuk alat kesehatan atau peralatan lain
yang dipergunakan untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan sehingga diperoleh tujuan pelayanan
keperawatan efisien dan efektif.
Standar pengelolaan peralatan ini mencakup standar tentang alat
tenun, peralatan untuk pelayanan keperawatan, peralatan rumah tangga,
peralatan pencatatan dan pelaporan, serta pengelola peralatan.
Rumah Sakit memiliki kondisi yang berbeda-beda dan kompleks
keadaan ini mempengaruhi manajemen pelayanan keperawatan termasuk
pengelolaan fasilitas dan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan.
Sehubungan dengan hal itu diperlukan adanya standar pengelolaan fasilitas
dan peralatan kesehatan untuk pelayanan keperawatan sebagai pedoman
bagi manager keperawatan dalam menggunakan sumber daya fasilitas
peralatan demi mencapai pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien.
Fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun keperawatan dapat dipenuhi
dengan standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing institusi dengan
memperhatikan jenis alat, bahan atau warna, ukuran, jenis kegiatan, dan
jumlah yang dibutuhkan.Standar fasilitas dan alat keperawatan adalah
penetapan fasilitas dan alat-alat yang digunakan dalam memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan di di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo.

2) Kajian Data
Standar Peralatan Keperawatan di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.15
Daftar Alat Mesin
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Nama Alkes Merek Tahun Kalibrasi Rencana Jumlah
type Pengadaan terakhir Kalibrasi
1 Nebulizer Omron Ne 2012 - - 1
C29
2 Suction pump Thomas - - - 1
3 Tensimeter ABN 2014 - - 2
4 ECG Cardimak 2014 - - 1
5 Stethoscope Riester - - - 2
6 Lampu baca - -- - - 1
rontgen
7 Bed decubitus - - - - 2
Sumber : Data Primer Tanggal 8-9 Juni 2015

Analisa Data :
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa sebagian besar alat di
Bangsal Arafah sudah lengkap, memenuhi standar dan dalam kondisi baik.
1) Daftar Investaris alat tenun
Tabel 2.16
Standar Investaris Alat Tenun
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

No Nama Barang Standar Jumlah Jenis bahan Jumlah Evaluasi Keterangan Evaluasi Kondisi Tindak
pasien: Alat Standar / Merk Total Kekurangan Alat / Barang Lanjut
1 Baju operasi 1 : 3/4 7 Katun - Stok lundry Baik -
2 Handtowl 1:3 9 Tisu 1 - Handtowel Tisu mudah -
menyerap air
3 Keset 1:2 28 Sesuai 1 27 Keset hanya - Saran ke
pilihan dari kain bekas logistik untuk
pengadaan
keset
4 Korden lurus 1:2 24 Katun 0 24 Stok laundry - Saran ke
logistik untuk
pengadaan
5 Korden plisiran 1:2 34 Katun 20 14 Stock laundry Baik Koordinasi
dengan
laundry untuk
pengadaan
6 Manset dewasa 2/ ruangan 2 2 - - Baik -
7 Perlak 1:3 42 20 1 Stock laundry Baik -
8 Sarung bantal 1:3 42 Katun 20 12 Stock laundry Baik -
9 Sarung escape 1:3 9 Mori Stock laundry Baik -
10 Sarung buli-buli 1:3 9 Mori Stock laundry Baik -
panas
11 Skort kain (perawat) 1:3 12 Katun Stock laundry Baik -
12 Skort plastik 2/ ruangan 2 Plastik
13 Sprei 1:3 42 Katun 20 20 Stock laundry Baik Koordinasi
dengan
laundry
14 Stik laken 1:3 42 Katun 20 20 Stock laundry Baik Koordinasi
dengan
laundry
15 Tempat telephone 1:2 2 Mori 1 1 Baik -
16 Tutup alat - - Mori
keperawatan/
kebidanan
17 Tutup dispenser 1:2 - Katun
18 Tutup kulkas 1:2 - Katun
19 Sarung tabung 1:1 - Katun
oksigen
20 Tabung oksigen - - 10
besar
21 Tabung oksigen - - 1
kecil
22 Tutup tempat tidur 1:1 14 Plastik - Stok loundry Baik -
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 8-9 Juni 2015

Analisa data
Berdasarkan tabel 2.16 dapat diketahui bahwa di Bangsal Arafah semua kebutuhan alat tenun terpenuhi karena
sistem pengadaannya tersentralisasi.
2) Daftar investaris alat, pencatatan dan pelaporan
Tabel 2.17
Daftar Alat Rumah Tangga
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Nama Barang Standar Jumlah Jenis Bahan/ Jumla Evaluasi Keterangan Evaluasi Tindak lanjut
pasien: Alat Standar Merk h Total Kekurangan Kondisi Alat/
Barang
1 Tempat tidur 1:1 14 Stenalis/besi/ 20 - - baik -
kayu
2 Meja perawat 1/ Ruang 1 Kayu 1 - - baik -
3 Meja kepala ruangan 1/ Ruang 1 Kayu 1 - - baik -
4 Meja/ almari pasien 1:1 14 Kayu 20 - - baik -
5 Kursi penunggu 1:1 14 Plastik 20 - - baik -
pasien
6 Kursi petugas jaga 1:1 4 Plastik 8 - - baik -
7 Kaca rias grafier 1/ Ruang 4 1 3 - baik Usulan
penambahan
ke direktur
8 Kabel gulung 1/ Ruang 1 2
9 Telepon 1/ Ruang 1 1
10 Bantal 1:2 28 Busa/Dacron
11 Galon Aqua 1/ Unit 1 2
12 Gayung 1/ Ruang 5 2
13 Jam dinding 1/ Ruang 9 11
14 Kasur 1:1 14 Busa 20
15 Kotak obat 1/ Ruang 1 Plastik 3
emergency
16 Papan larangan 1/ Ruang 1 Kayu/plastik
17 Papan penunjuk 1/ Ruang 1 Plastik 1
ruang
18 Rak sepatu 1/ Ruang 8 Plastik/kayu 10
19 Rak stikpan 1/ Ruang 5 Besi 1
20 Sikat WC bulat 1/ Ruang 1 1
21 Baki 1:1 -
22 Gelas 1:1 -
23 Troli tindakan 1 2
24 Piring makan 1:1 - Porcelen/kera
mik
25 Piring snack 1:1 - Porcelen/kera
mik
26 Sendok 1:1 - 4 Stenlis
27 Tatakan dan tutup 1:1 - Stenlis/plastik
gelas
28 Tempat sampah 5/ Ruang 2 3
besar tertutup
29 Tempat sampah 2/ Ruang 1 1
medis
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 09 Januari 2015

Analisa Data :
Berdasarkan tabel 2.17 dapat diketahui bahwa sebagian besar alat rumah tangga di ruang Arafah sudah lengkap.
Tabel 2.18
Daftar Alat Kesehatan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Nama Barang Standar Jumlah Jenis Jumlah Evaluasi Keterangan Evaluasi Kondisi Tindak
pasien: Alat Standar Bahan/ Total Kekurangan Alat/ Barang Lanjut
Merk
1 Brankart 1/ Ruang 1 1
2 Gunting Verband 2/ Ruang 2 1
3 Kursi Roda 1/ Ruang 2 2
4 Pemadam 1/ Ruang 1 2
Kebakaran
5 Stetoscope Dewasa 2/ Ruang 2 2
6 Tensi meter 2/ Ruang 2 2
7 Termometer Axila 3/ Ruang 3 -
8 Termometer Elektrik 1:1 1 2
9 Timbangan Dewasa 1/ Ruang 1 1
10 Gunting Kertas 2/ Ruang 2 1
11 Bengkok Stenlis 1:1 1
12 Bengkok Plastik 1:1 1
13 Ambubag Dewasa/ 1/ Ruang 1 1/1
anak
14 Spuit Gliserin 20cc 1/ Ruang 1 1
15 Standart infuse Disesuaikan 1 Besi 1
beroda
16 Bag hot 3/ Ruang 2 Karet 1
17 Bag ice 3/ Ruang 2 Karet 1
18 Urinal 1:1 1 Plastik 3
19 Steak Pan 1:1 1 Plastik/ 3
stainlis
20 Manometer O2 3:1 4 5
21 Lampu senter 2/ Ruang 1 2
22 Trolly Sibin 1
23 Kereta O2 Besar 2/ Ruang 1 1
24 Tabung O2 Besar 8 10
25 Bak Instrumen Kecil 2/ Ruang 1 2
26 Bak instrumen 2 2
sedang
27 Tromol 21 cm 1 1
28 Tongspatel 2
29 Kaca mata 1 2
pelindung
30 Reflek Hamer 1 1
31 Korentang + tempat 2 1/1
32 Bak sibin 14 1
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 09 Januari 2015

Analisa Data:
Berdasarkan tabel 2.18 dapat diketahui bahwa sebagian besar alat keperawatan di Ruang Arafah sudah lengkap
Tabel 2.19
Daftar Alat Instrumen Medis
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

No Nama Barang Standar Jumlah Jenis Jumla Evaluasi Keterangan Evaluasi Kondisi Tindak
Bangsalan standar Bahan / h Total Kekurangan Alat / Barang Lanjut
Merk
1 Set Angkat Jahitan
Bak instrumen 1 2
sedang
Pinset anatomi 2 2
Pinset chirurgi 1 2
Arteri klem lurus 1 2
Arteri klem bengkok 2 2
Cucing / kom 1 2
Gunting AJ 1 1
2 Set Ganti Balutan
Gunting lurus 1 1
Nekrotomi
Gunting lurus 1 1
Cucing 2 2
Pinset anatomi 2 2
Pinset chirurgi 1 2
Klem koker 1
Bak instrumen 1 2
sedang
Arteri klem lurus 1 2
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 09 Januari 2015
Analisa Data :
Berdasarkan tabel 2.19 dapat diketahui bahwa alat instrumen medis di bangsal Arafah sudah lengkap
Tabel 2.20
Daftar Alat Elektro Medis
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

No Nama Barang Standar Jumlah Jenis Jumla Evaluasi Keterangan Evaluasi Kondisi Tindak
Bangsalan Standar Bahan / h Total Kekurangan Alat / Barang Lanjut
Merk
1 Lampu baca foto 1/Bangsal 1
2 Suction + tempat 1/Bangsal 1
3 Glukotest 1/Bangsal 1
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 09 Januari 2015

Analisa Data :
Berdasarkan tabel 2.20 dapat diketahui bahwa daftar alat elektro medis sudah lengkap di Bangsal Arafah

Tabel 2.21
Daftar Alat Pencatatan dan Pelaporan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

No Nama Barang Standar Jumlah Jenis Bahan Jumla Evaluasi Keterangan Evaluasi Kondisi Tindak
Bangsalan Standar / Merk h Total Kekurangan Alat / Barang Lanjut
1 Bantalan stemple 1
2 Book file dan map Ada
dokumen
3 Buku ekspedisi Ada
4 Buku folio besar Ada
5 Buku tulis Ada
6 Formulir asuhan Ada
keperawatan
7 Formulir imformed Ada
consent
8 Formulir konsul Ada
9 Formulir observasi Ada
10 Formulir permintaan Ada
darah
11 Formulir permintaan Ada
foto
12 Formulir permintaan Ada
laborat
13 Gunting 1
14 Isi steples 6
15 Kalender 1
16 Kalkulator 2
17 Kater 1
18 Kertas folio Ada
19 Klip kecil Ada
20 Kwitansi Ada
21 Lem Ada
22 Papan tulis Ada
23 Penggaris Ada
24 Penghapus 1
25 Pensil Ada
26 Pensil merah-biru Ada
27 Kartu obat Ada
28 Resep Ada
29 Resep askes Ada
30 Spidol board marker Ada
31 Spidol marker Ada
32 Stempel Ada
33 Staples 3
34 Stipo 2
35 Tinta stempel Ada
Sumber : Arsip Bangsal Arafah dan observasi tanggal 09 Januari 2015

Analisa Data :
Berdasarkan tabel 2.21 dapat diketahui bahwa daftar alat elektro medis sudah lengkap di Bangsal Arafah
E. Raw Proses
1. Proses Manajemen dan Asuhan Keperawatan
a. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan
1) Kajian Teori
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang
mengarah pada suatu tujuan. Proses akhir dari proses
keperawatan bisa berupa sebuah pembebasan dari gejala,
eliminasi risiko, pencegahan komplikasi, argumentasi
pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan
dari kebebasan maksimal (Nursalam, 2012). ). Proses
keperawatan merupakan pemberian asuhan keperawatan yang logis,
sistematis, dinamis dan teratur. Langkah-langkah proses keperawatan
dilakukan secara berurutan meliputi:
a) Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
keseluruhan. Asuhan keperawatan memerlukan data yang lengkap dan
dikumpulkan secara terus-menerus guna menentukan kebutuhan dan masalah
kesehatan atau keperawatan yang dialami pasien. Tahap pengkajian data
terdiri dari 3 kegiatan yaitu:
1 Pengumpulan data keperawatan
2 Pengelompokkan data atau analisa data
3 Perumusan diagnosa
b) Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan dari
masalah pasien yang nyata maupun potensial
berdasarkan data yang dikumpulkan, yang
pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang
perawat melakukannya. Perumusan diagnosa
keperawatan mengacu pada toksonomi NANDA 2001-
2002:
(1)Rumus PES untuk diagnosa aktual: Problem
(masalah), Etiologi (penyebab), dan Symptom (gejala,
tanda)
(2)Rumus PE untuk diagnosa risiko: Problem (masalah),
Etiologi (penyebab)
(3)Rumusan P untuk masalah kolaboratif: Problem
(masalah)
c) Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan menanggulangi
masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Perumusan tujuan diutamakan menggunakan
NOC dan perumusan rencana diutamakan menggunakan
NIC.
Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan
terdiri dari 3 kegiatan:
(1)Menetapkan urutan prioritas masalah
(2)Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
(3)Menentukan rencana tindakan keperawatan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan
tujuan adalah sebagai berikut:
(1)Ditulis secara singkat dan jelas sehingga mudah
dimengerti oleh perawat atau tenaga kesehatan
lainnya.
(2)Spesifik artinya pernyataan tujuan harus merupakan
perilaku pasien yang menunjukkan berkurangnya
masalah pasien. Masalah tersebut telah diidentifikasi
dalam diagnosa keperawatan.
(3)Dapat diukur artinya dapat diamati, ditafsirkan dan
dinilai. Hindari penggunaan kata-kata baik, cukup,
normal, dll.
(4)Realitas artinya dapat dilaksanakan dengan tenaga
dan fasilitas yang tersedia serta realistis untuk
kemampuan pasien pada waktu yang telah
ditetapkan
(5)Rumusan penulisan tujuan menggunakan formula
T = S + P + K + KO
T = tujuan S = subjek
P = predikat K = criteria
KO = kondisi
d) Tindakan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang telah
ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh pasien itu sendiri,
oleh perawat secara mandiri atau mungkin dilakukan secara bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lain.
e) Evaluasi
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta
pengkajian ulang rencana keperawatan. Tujuan evaluasi ini adalah
untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor
yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan (Nursalam,
2007).
Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, Kriteria evaluasi
keperawatan meliputi :
(1) Evaluasi hasil menggunakan indikator perubahan fisiologis dan
tingkah laku pasien
(2) Hasil evaluasi segera dicatat dan ditindaklanjuti
(3) Evaluasi melibatkan keluarga, pasien dan tim kesehatan lain.
(4) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar (tujuan yang ingin
dicapai dan standar praktik keperawatan.
Bangsal lingkup standar praktik keperawatan berdasarkan SK
Dirjen Yan Med No.YM.00.03.2.6.7637 sebagai berikut:
(1) Standar 1 : Falsafah Keperawatan
(2) Standar 2 : Tujuan asuhan keperawatan
(3) Standar 3 : Pengkajian
(4) Standar 4 : Perencanaan
(5) Standar 5 : Pelaksanaan
(6) Standar 6 : Evaluasi
Untuk mengetahui tingkat kebrhasilan penerapan standart ini,
perlu dilakukan penilaian secara objektif dengan menggunakan metode
dan instrumen penilaian yang baku. Instrumen evaluasi penerapan
standar asuhan keperawatan ini terdiri dari:
a Pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan yang selanjutnya
disebut instrmen A
b Angket yang ditujukan kepada pasien dan keluarga untuk memperoleh
gambaran tentang perspsi pasien terhadap mutu asuhan keperawatan
yang selanjutnya disebut instrumen B
c Pedoman observasi pelaksanaan tindakan keperawatan selanjutnya
disebut instrumen C
Menurut Gillies (1994 dalam Nursalam, 2007) prosentase dari
masing-masing instrumen akan menentukan tingkat mutu asuhan
keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
a. 76-100% adalah baik
Keterangan : dipertahankan
b. 56-75% adalah cukup
Keterangan : Ditingkatkan
c. 40-55% adalah kurang
Keterangan : Perlu dilakukan pelatihan
d. 0-39% adalah sangat kurang
Keterangan: perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan khusus

b. Penerapan Standar Asuhan Keperawatan dengan Isntrumen A


1) Kajian Teori
Penerapan Standart asuhan keperawatan dinilai dari pelaksanaan
instrumen A, B dan C. Intrumen A merupakan evaluasi terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan yang telah baku. Evaluasi
dilakukan terhadap dokumentasi asuhan pasien yang dirawat minimal 3
hari. Sedangkan Instrumen B merupakan salah satu indicator mutu asuhan
keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien tentang mutu asuhan
keperawatan yang di berikan. Dan untuk mengevaluasi hal ini juga perlu
suatu instrument yang baku. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang
baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap yang telah ditetapkan,
protap-protap tersebut merupakan Instrumen C. Prosentase dari masing-
masing instrumen akan menentukan tingkat mutu asuhan keperawatan
yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen ABC adalah:
a. 76-100% adalah baik
Keterangan : dipertahankan
b. 56-75% adalah cukup
Keterangan : Ditingkatkan
c. <55% adalah kurang
Keterangan : Perlu dilakukan pelatihan

2) Kajian Data
Berdasarkan hasil studi dokumentasi menggunakan instrumen A
terhadap 20 dokumen asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di
bangsal Arafah minimal 3 hari diperoleh data tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan sebagai berikut :
Tabel 2.22
Analisa Pengkajian
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)

Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Mencatat data yang dikaji 20 100 0 0 20 100
sesuai dengan pedoman
pengkajian
2 Data dikelompokkan (bio- 20 100 0 0 20 100
psiko-sosial-spiritual)
3 Data dikaji dari pasien 20 100 0 0 20 100
masuk sampai pindah
ruangan
4 Masalah dirumuskan 19 95 1 5 20 100
berdasarkan kesenjangan
antara status kesehatan
dengan norma pola dan
fungsi
Pencapaian rata-rata (%) 98,75 %
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan 2.22 dapat diketahui bahwa analisa pengkajian yang dilakukan
termasuk dalam katergori baik dengan nilai 98,75 %.

Tabel 2.23
Analisa Diagnosa Keperawatan
Di RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)
Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Diagnosa keperawatan 20 100 0 0 20 100
berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan
2 Diagnosa keperwatan 2 10 18 90 20 100
mencerminkan PES
3 Merumuskan diagnosa 20 100 0 0 20 100
keperawatan aktual/ resiko/
kolaboratif
Pencapaian rata-rata (%) 70 %
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan 2.23 dapat diketahui bahwa analisa diagnosa keperawatan yang
dilakukan termasuk dalam katergori cukup dengan nilai 70 %.
Tabel 2.24
Perencanaan Tindakan Keperawatan
Di RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)
Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Berdasarkan diagnosa 19 95 1 5 20 100
keperawatan
2 Disusun menurut priorita 13 65 7 35 20 100
3 Rumusan tujuan 19 95 1 5 20 100
mengandung komponen
pasien/ subyek, perubahan
perilaku, kondisi pasien,
dan atau kriteria
4 Rencana tindakan mengacu 19 95 1 5 20 100
pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci
dan jelas atau melibatkan
pasien/ keluarga
5 Rencana tindakan 20 100 0 0 20 100
menggambarkan
keterlibatan pasien/
keluarga
6 Rencana tindakan 20 100 0 0 20 100
menggambarkan kerjasama
dengan tim kesehatan lain
Pencapaian rata-rata (%) 91,7 %
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan 2.24 dapat diketahui bahwa analisa perencanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan termasuk dalam katergori baik dengan nilai 91,7
%. Tetapi pada poin 2 hanya 65 % yang menyusun prioritas. Hal itu
dikarenakan diagnosa yang muncul terkadang hanya satu diagnosa.

Tabel 2.25
Tindakan Keperawatan
Di RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)
Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Tindakan dilaksanakan 20 100 0 0 20 100
mengacu pada rencana
perawatan
2 Perawat mengobservasi 20 100 0 0 20 100
respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan 20 100 0 0 20 100
berdasarkan hasil evaluasi
4 Semua tindakan yang telah 20 100 0 0 20 100
dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas
Pencapaian rata-rata (%) 100%
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan 2.25 dapat diketahui bahwa tindakan keperawatan yang
dilakukan termasuk dalam kategori baik dengan nilai 100 %.

Tabel 2.26
Evaluasi Tindakan Keperawatan
Di RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)
Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Evaluasi mengacu pada 19 95 1 5 20 100
tujuan
2 Hasil evaluasi dicatat 20 100 0 0 20 100
Pencapaian rata-rata (%) 97,5 %
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan tabel 2.26 dapat diketahui bahwa evaluasi tindakan keperawatan
yang dilakukan termasuk dalam katergori baik dengan nilai 97,5 %

Tabel 2.27
Catatan Asuhan Keperawatan
Di RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 20)
Ya Tidak Total
No Aspek yang Dinilai
N % N % N %
1 Menulis pada format yang 20 100 0 0 20 100
baku
2 Pencatatan dilakukan 19 95 1 5 20 100
sesuai dengan tindakan
yang dilaksanakan
3 Pencatatan ditulis dengan 20 100 0 0 20 100
jelas, ringkas, istilah yang
baku dan benar
4 Setiap melakukan 20 100 0 0 20 100
tindakan/ kegiatan perawat
mencantumkan paraf/
nama jelas dan tanggal jam
dilakukannya tindakan
5 Berkas catatan 20 100 0 0 20 100
keperawatan disimpan
sesui dengan ketentuan
yang berlaku
Pencapaian rata-rata (%) 99%
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intrepetasi Data:
Berdasarkan tabel 2.27 dapat diketahui bahwa catatan asuhan keperawatan
yang dilakukan termasuk dalam katergori baik dengan nilai 99 %

2. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


a. Pilar I Pendekatan manajemen (manajemen approach)
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Manajer
keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan
mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan
keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan
masyarakat. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional dan saling
menopang (Nursalam, 2007).
1) Pendekatan manajemen terdiri dari
a) Planning (perencanaan)
1. Kajian teori
Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen yaitu suatu
tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Elemen
pertama dari manajemen menurut Fayol adalah perencanaan. Ia
mendefinisikan hal ini sebagai membuat rencana tindakan untuk
memberikan pandangan kedepan (Swanburg, 2000).
Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan dibuat untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan,
mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe
tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur
organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai
visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.
Unit perawatan merupakan unit terkecil dalam kegiatan pelayanan
rumah sakit. Perencanaan yang disusun mengacu kepada kerangka
utama rencana strategi rumah sakit dengan mempertimbangkan
kekuatan, kelemahan, peluang yang nyata dan ancaman eksternal yang
harus diantisipasi.
Kerangka perencanaan terdiri dari:
i) Misi, berisi tujuan jangka panjang mengenai bagaimana langkah-
langkah dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang
telah ditetapkan
ii) Filosofi, sesuatu yang bisa menguatkan motivasi
iii) Tujuan, berisikan tujuan yang ingin dicapai
iv) Obyektif, berisi langkah-langkah rinci bagaimana mencapai tujuan
v) Prosedur, berisi pelaksanaan perencanaan
vi) Aturan, berisi langkah-langkah antisipasi untuk hal-hal yang
menyimpang
2. Kajian Data
a. Falsafah
- Pemberian asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan
pasien sebagai makhluk bio-psikososial-spiritual yang unik
- Pemberian asuhan keperawatan yang bermutu, menyeluruh tidak
membedakan dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia dengan dilandasi nilai etik dan berdasarkan standar
asuhan keperawatan
- Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memiliki
wewenang melakukan asuhan keperawatan
- Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan terus-
menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf dalam
pelayanan keperawatan
a. Tujuan
- Memberikan asuhan keperawatan dengan berbagai macam kasus
penyakit sesuai dengan standar asuhan keperawatan dan standar
operasional prosedur yang berlaku
- Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
memperhatikan aspek bio-psikososial-spiritual
- Mencegah terjadinya HAIs
- Menciptakan iklim kerja yang kondusif
- Mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi perawatan pasien
3. Intepretasi Data
Selama dilakukan observasi di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo pada tanggal 8-9 Juni 2015 sudah terdapat falsafah, tujuan,
struktur oraganisasi ruangan namun belum terpasang.
4. Perencanaan Bulanan
a) Kajian teori
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil nilai
MAKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan
membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas
hasil. Kegiatan yang mencakup bulanan karu adalah membuat jadwal
case conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan
kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat
jadwal petugas menerima pasien baru, memimpin rapat bulanan
perawat, membuat jadwal supervise dan penilaian kinerja ketua shiftt
dan perawat pelaksana, melakukan audit dokumentasi dan membuat
laporan bulanan.
b) Kajian data
Tabel 2.28
Penilaian Rencana Bulanan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah ponorogo
No Aspek yang Dinilai Pelaksanaan Keterangan
1. Menentukan Rencana 0 Belum terdapat
Bulanan rencana bulanan
2. Rencana bulanan berisi 0
seluruh kegiatan yang akan
dilaksanakan selama sebulan
3. Ada aktivitas menejerial 0
4. Ada aktivitas asuhan 0
5. Rencana bulanan dikerjakan 0
secara konsisten
Total Skor 0
Persentase 0%
Sumber:Wawancara tanggal 8 Juni 2015

Intepretasi Data:
Berdasarkan table 2.28 didapatkan bahwa hasil wawancara dengan
Kepala Ruang sebesar 0%. Kepala ruang hanya membuat rencana harian
yang dilaksanakan pada hari tersebut.

a) Organizing (Pengorganisasian)
1. Kajian Teori
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen organisasi yang
kedua sesudah perencanaan. Pengorganisasian adalah pengelompokan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan objektif, penugasan suatu
kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap kelompok dan
menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan
unit lainnya, baik secara vertikal maupun horizontal yang bertanggung
jawab untuk mencapai objektif organisasi. Dalam pengorganisasian
menentukan tentang tenaga yang akan melaksanakan perencanaan,
pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan mekanisme
pertanggungjawaban masing-masing kegiatan.
Menurut Nursalam (2002), fungsi pengorganisasian dari kepala
bangsal adalah sebagai berikut:
(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
(2) Merumuskan tujuan metode penugasan
(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota secara jelas
(4) Membuat rentang kendali kepala unit membawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat
(5) Mengatur dan mengendalikan logistik unit
(6) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
(7) Mendelegasikan tugas saat kepala unit tidak berada di tempat
kepada ketua tim
(8) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi klien
(9) Mengatur penugasan jadwal pos dan pekarya

Hoffart dan Woods (1996) mendefinisikan Model Praktik


Keperawatan Profesional (MPKP) sebagai suatu sistem (struktur,
proses, nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. MPKP
terdiri dari elemen sub sistem antara lain:
(1) Nilai-nilai profesional (inti MPKP)
(2) Pendekatan manajemen
(3) Metode pemberian asuhan keperawatan
(4) Hubungan profesional
(5) Sistem kompensasi dan penghargaan
Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori
mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Gillis (1989) metode
asuhan keperawatan terdiri dari metode kasus, metode fungsional,
metode tim dan metode primer.
(a) Metode kasus (Total Care Method)
Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang
klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap
perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shif dan tak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan satu pasien satu perawat dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti di bangsal rawat intensif.
Kelebihan dari metode ini adalah:
Sederhana dan langsung
Garis pertanggungjawaban jelas
Kebutuhan klien cepat terpenuhi
Memudahkan perencanaan tugas
Kekurangan dari metode ini adalah:
Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
jawab
Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama
Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau
kurang pengalaman
Mahal, perawat profesional termasuk
melakukan tugas non profesional

(b) Metode fungsional


Metode ini dilakukan pada kelompok besar klien. Pelayanan
keperawatan dibagi menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan
oleh perawat yang berbeda dan tergantung pada kompleksitas dari
setiap tugas. Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat, perawatan
luka. Metode ini merupakan manajemen klasik yang menekankan
pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang
lebih mudah. Semua prosedur ditentukan untuk dipakai sebagai
standar. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerialnya sedangkan asuhan keperawatan klien diserahkan
kepada perawat yunior.
Meskipun sistem ini efisien namun penugasan secara fungsi
tidak memberikan kepuasan kepada klien dan perawat karena
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien terfragmentasi
menurut tugas atau perasat yang dilakukan. Cara kerja yang
diawasi membosankan perawat karena berorientasi pada tugas dan
sistem ini baik dan berguna untuk situasi dimana rumah sakit
kekurangan tenaga perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah klien.
Keuntungan dari metode ini adalah:
Lebih sedikit membutuhkan perawat
Efisien
Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
Para staf mudah menyesuaikan dengan tugas
Tugas cepat selesai
Kerugian dari metode ini adalah:
Tidak efektif
Fragmentasi pelayanan
Membosankan
Komunikasi minimal
Tidak holistik
Tidak profesional
Tidak memberikan kepuasan kepada klien dan
perawat

(c) Metode Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok klien. Ketua tim bertanggung jawab membuat
perencanaan dan evaluasi asuhan keperawatan untuk semua klien
yang ada di bawah tanggung jawab timnya. Anggota tim
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien sesuai
perencanaan yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujuan perawatan ini
adalah memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staf yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
Memberikan kepuasan bagi perawat dan klien
Kemampuan anggota tim dikenal dan dimanfaatkan secara
optimal
Komprehensif dan holistik
Produktif, kerjasama, komunikasi dan moral
Kerugian dari metode ini adalah:
Tidak efektif bila pengaturan tidak baik
Membutuhkan banyak kerjasama dan komunikasi
Membingungkan bila komposisi tim sering diubah
Banyak kegiatan keperawatan dilakukan oleh perawat non
profesional

(d) Metode primer


Metode ini merupakan suatu metode penugasan kerja terbaik
dalam suatu pelayanan dengan semua staf keperawatan yang
profesional. Pada metode ini setiap perawat primer memberikan
tanggung jawab penuh secara menyeluruh terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan mulai dari pasien masuk
sampai keluar dari rumah sakit, mendorong praktik kemandirian
perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan
pelaksana. Metode primer ditandai dengan adanya keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, mengimplementasikan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab dilaksanakan oleh perawat primer (PP).
Setiap PP merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab terhadap klien
selama 24 jam dari klien masuk sampai dengan pulang. Terdapat
kontinuitas asuhan keperawatan yang bersifat komperhensif dan
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam satu grup PP mempunyai
beberapa PA dan perawatan dilanjutkan oleh PA.
Kelebihan dari model primer ini adalah model ini bersifat
kontinu dan komperhensif dalam melakukan proses keperawatan
kepada klien dan perawat primer mendapatkan akontabilitas yang
tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan
yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.
Kelemahan dari model ini adalah model ini hanya dapat
dilaksanakan oleh perawat yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dengan kriteria asertif, mampu
mengatur diri sendiri, kemampuan pengambilan keputusan yang
tepat, penguasaan klinik, akuntabel dan mampu bekomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

(e) Metode Cash Management


Adalah strategi untuk mengkoordinasikan pelayanan,
mempertahankan kualitas, cost containment sambil menfokuskan
pada outcome pelayanan. Merupakan metode yang menggunakan
pola terfokus dan kerjasama yang sangat ketat antara perawat
dengan tim kesehatan lain dengan memanfaatkan care map yang
telah disusun dan disepakati oleh semua anggota tim pelayanan
dalam rumah sakit. Elemen dari nursing case management
methode adalah nurse case manager (NCM) dan clinical path atau
multidisciplinary action plan (MAP). Syarat NCM adalah perawat
yang berpendidikan S1 atau nurse clinical spesialist atau master
keperawatan dengan pengalaman klinis minimal 3 tahun. NCM
ditugaskan menangani pasien pada saat masuk berdasarkan
spesialisasinya yang kemudian mengkoordinasikan pelayanan
sampai pasien pulang. NCM bertanggung jawab memonitor
perkembangan pasien apakah sesuai dengan kriteria outcome yang
diharapkan. Perkembangan itu dikomunikasikan kepada dokter,
perawat dan pemberi pelayanan kesehatan lain. Semua pemberi
pelayanan kesehatan bekerja sama untuk mengurangi length of
stay (LOS) sambil memusatkan perhatian pada masalah-masalah
pasien.
Perawatan MAP adalah kombinasi rencana perawatan (nursing
care plan/NCP) dan critical path. Alasan utama menggunakan
perawatan MAP adalah untuk memberikan pedoman tertulis untuk
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga. Semua pemberi
pelayanan mengikuti care MAP untuk meningkatkan mutu
pelayanan, mengurangi LOS, mengubah pola praktik utuk
meningkatkan efisiensi, memfasilitasi pencapaian outcome dan
mengurangi biaya serta menurunkan rehospitalisasi

2. Kajian Data
Tabel 2.29
Hasil Kajian Organizing
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Pembagian tugas 1 Sudah ada pembagian tugas
2 Pendelegasian tugas 1 Pendelegasian sudah
berjalan namun belum
terdokumentasi
3 Koordinasi tugas 1 Sudah ada koordinasi tugas
4 Pengaturan/manajemen waktu 1 Sudah ada pengaturan
waktu yang baik
5 Pengaturan dan pengendalian 1 Sudah ada pengaturan dan
situasi praktik pengendalian situasi praktik.
6 Pengembangan MAKP dengan
Metode Kasus:
a. Pelaksanaan tugas
1. Pelaksanaan tugas 1 Kepala Ruang sudah
Kepala Ruang melaksanakan tugasnya
keperawatan berdasarkan uraian tugas
0 Pelaksanaan ketua shift
2. Pelaksanaan tugas belum jelas
ketua shift 1 Perawat pelaksana sudah
3. Pelaksanaan tugas melakukan tugasnya sesuai
perawat pelaksana uraian tugas perawat
pelaksana

1 Hubungan profesional
b. Hubungan professional antara staf dengan pasien,
1. Hubungan professional staf keperawatan, tim
antara staf keperawatan dokter/tim kesehatan lain
dengan pasien 1 dan peserta didik terjalin
2. Hubungan professional baik
antar staf keperawatan 1
3. Hubungan antara staf
keperawatan dengan tim
dokter/tim kesehatan 1
yang lain
4. Hubungan professional
antar staf keperawatan 1 Setiap pergantian shift
dengan peserta didik 0 sudah dilakukan operan jaga
5. Pelaksanaan operan jaga 0 Pre dan post conference
- Pelaksanaan pre belum dilaksanakan
conference 1 Pelaksaan informasi pasien
- Pelaksanaan post baru sudah berjalan dengan
conference baik
6. Pelaksanaan pemberian
informasi pasien baru

Total 13
Prosentase 81,25
%
Sumber: wawancara tanggal 8-9 Juni 2015

Interpretasi Data :
Berdasarkan table 2.21didapatkan hasil kajian organizing sebesar
81,25%atau termasuk dalam kategori baik. Akan tetapi untuk
pelaksanaan tugas ketua shift dan pelaksanaan pre post conference
belum dilakukan karena kepala ruangan belum pernah diberikan
pembuatan rencana bulanan.

a. Struktur organisasi
Tabel 2.30
Penilaian Struktur Organisasi
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Terdapat struktur 1 Sudah terdapat struktur
organisasi di ruangan organisasi dalam
ruangan namun belum
didokumentasikan dan
dipasang
2 Menggambarkan 1 Sudah menggambarkan
kedudukan kepala ruang kepala ruang
3 Adanya posisi kedudukan 1 Sudah terdapat posisi
ketua shift dan perawat ketua shift dan posisi
pelaksana perawat pelaksana
4 Gambaran jumlah anggota 0 Belum digambarkan
berapa jumlah anggota
dalam satu ketua shift
Prosentase 75%

Intrepetasi Data:
Berdasarkan tabel 2.29 didapatkan hasil penilain struktur
organisasi di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo termasuk
dalam katergori cukup yaitu sebesar 75%. Struktur organisasi
sudah ada, manun belum didokumentasikan dan posisi jumlah
anggota setiap ketua shift belum jelas.

b. Jadwal dinas
Tabel 2.31
Penilaian Jadwal Dinas
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No. Aspek yang dinilai Skor Keterangan
1 Menggunakan format 1 Format sudah
yang disediakan digunakan
2 Tercantum nama-nama 1 Sudah tercantum nama
perawat yang terjadwal perawat yang terjadwal
3 Tergambar adanya 1 Ada penanggungjawab
penanggungjawab harian harian
4 Susunan dinas pershift 1 Dinas pershift sudah
pagi, siang, dan mala tersusun
5 Jadwal dibuat untuk satu 1 Sudah dibuat untuk
bulan satu bulan
Prosentase 100%

Intrepetasi Data:
Berdasarkan tabel 2.30 didapatkan hasil nilai pengkajian
jadwal dinas di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
termasuk dalam katergori baik yaitu sebesar 100%. Penanggung
jawab penyusunan jadwal dinas sudah melakukan pembagian
jadwal dinas sesuai dengan jumlah perawat yang ada.

c. Penilaian daftar Pasien


Tabel 2.32
Penilaian Daftar Pasien
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Sko
Aspek yang Dinilai Keterangan
. r
1. Tercantum nama pasien 0 Belum tercantum nama
tiap tim pasien tiap tim yang di
pasang pada setiap
ruangan yang menjadi
tanggung jawab tim
2. Tercantum nama Ka Shift 0 Belum ada nama Ketua
tim
3. Tergambar nama perawat 0 Belum ada nama
pelaksana perawat pelaksana
4. Tercantum nama dokter 1 Ada nama dokter
yang merawat
5. Tercantum tanggal, bulan 1 Sudah tercantum
dan tahun tanggal, bulan dan
tahun
Total Skor 2
Persentasi 40%
Sumber : Data primer observasi tanggal 8-9 Juni 2015
Intrepetasi Data :
Nilai pengkajian daftar pasien di Bangsal Arafah yaitu 40% masuk
dalam kategori kurang sehingga perlu ditingkatkan. Dari hasil
observasi belum tercantum nama pasien tiap tim, belum tercantum
nama Ka Shift, belum tercantum nama perawat pelaksana, sudah
tercantum nama dokter yang merawat, dan sudah tercantum
tanggal, bulan dan tahun.

d. Tugas Kepala Bangsal


Tabel 2.33
Pelaksanaan Tugas Kepala Ruang
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Uraian Tugas SLL SRG KDG TP
1 Membuat perencanaan untuk 1
rencana bulanan
2 Menyusun jadwal dinas selama 1
1 bulan
3 Memimpiin operan 1
4 Menciptakan iklim motivasi 1
5 Melakukan supervisi 1
6 Melakukan survey kepuasan 1
pasien, keluarga pasien, perawat
7 Melakukan penilaian kinerja 1
kepala sift
8 Merencanakan dan 1
melaksanakan pengembangan
staf
9 Memimpin rapat keperawatan 1
10 Melakuka kolaborasi dengan 1
dokter
11 Memberikan reinforcement 1
kepada ketua shift dan perawat
pelaksanan setiap melakukan
tindakan keperawatan.
12 Memberikan asuhan 1
keperawatan kepada pasien
Jumlah 5 2 5 0
Sub total 41.6 16.67 41.67 0
7% % % 0
15 4 5
Total (%) 24/36 x 100% = 66,67%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel didapatkan hasil pengkajian yang dilakukan
pada kepala ruang dalam kategori cukup sebesar 66,67%, ditandai
dengan 41,67% kepala ruangan sudah melakukan pekerjaannya.

e. Tugas Ketua Shift


Tabel 2.34
Pelaksanaan Tugas ketua Shift
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Variabel yang dinilai SL SR KD TP
1. Menyusun rencana harian dan 1 1 1
bulanan.
2. Membagikan alokasi pasien 1 1 1
kepada perawat pelaksanan.
3. Memimpin pre dan post 3
conference
4. Menciptakan iklim motivasi 2 1
dalam pelaksanaan
5. Mengatur pendelegasian untuk 1 1 1
perawat pelaksana
6. Melaksanakan supervisi kepada 1 2
perawat pelaksana
7. Menilai kinerja perawat pelaksana 1 1 1
8. Memberikan asuhan keperawatan 3
kepada pasien
Jumlah 10 10 2 2
Sub total 30 20 2 0
41,7 41,7 8,3 8.3%
% % %
TOTAL 91,7 %
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data :
Berdasarkan tabel didapatkan hasil bahwa pelaksanaan ketua
shift di ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo dalam kategori baik
sebesar 91,7 %. Namun pada poin 1 dan 2 mendapatkan jawaban
tidak pernah dengan nilai 2 (8.3%), hal ini dikarenakan ketua shift
tidak pernah membuat rencana harian dan bulanan karena biasanya
tindakan dilakukan hari itu.

f. Tugas Perawat Pelaksana


Tabel 2.35
Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Variabel yang dinilai SL SR KD TP
1. Melaksanakan operan tugas setiap 3
awal dan akhir jaga dari dan
kepada perawat pelaksana setiap
pergantian shift.
2. Melakukan konfirmasi atau 2 1
supervisi tentang kondisi pasien
segera setelah selesai operan
setiap pasien.
3. Melakukan doa bersama setiap 3
awal dan akhir tugas yang
dilakukan setelah selesai serah
terima operan tugas jaga
4. Mengikuti pre dan post 1
conference
5. Melaksanakan asuhan 3
keperawatan kepada pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dan
ada bukti di rekam keperawatan
6. Melakukan monitoring respon 1 2
pasien dan ada bukti di rekam
keperawatan
7. Melakukan konsultasi tentang 2 1
masalah pasien/keluarga kepada
ka shift
8. Membimbing dan melakukan 3
pendidikan kesehatan kepada
pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan ada bukti di rekam
keperawatan
9. Menerima keluhan 3
pasien/keluarga dan berusaha
mengatasinya
10. Melengkapi catatan asuhan 3
keperawatan pada semua pasien
yang menjadi tanggung jawabnya.
11. Melakukan evaluasi catatan 3
asuhan keperawatan pada semua
pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
Jumlah 17 10 3 1
Sub Total 51 20 3 0
(54. (32. (9.7 (3.2
8%) 25% %) %)
)
Total 99.95%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel didapatkan hasil bahwa, berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di ruang Arafah
didapatkan hasil 99.95%. Akan tetapi, pada point 4 terdapat
jawaban tidak pernah dengan nilai 3.2% dikarenakan proses pre
dan post conference di ruang Arafah belum berjalan sesuai MAKP.
b) Actuating (Pengarahan)
1. Kajian Teori
Pengarahan adalah tindakan manajemen keperawatan yang
bertujuan menyelesaikan sasaran keperawatan atau proses penerapan
rencana manajemen untuk menyelesaikan sasaran keperawatan.
Pengarahan meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi
dan pengendalian, implementasi, rencana organisasi (Swanburg,
2000).
Actuating tidak lepas dari kemampuan manajer/pimpinan untuk
bisa mengarahkan stafnya ataupun bawahannya untuk menjalankan
fungsi masing-masing dengan baik. Tiga elemen utama dalam
pengarahan adalah mewujudkan pengawasan dalam personel
perawatan: motivasi, kepemimpinan, dan komunikasi (Swanburg,
2000).

2. Kajian Data
a. Operan Jaga
Tabel 2.36
Pelaksanaan Serah Terima Tugas Jaga (Operan)
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Variabel Yang Dinilai SL SR KD TP
1 Menyiapkan tempat untuk jalannya 3
serah terima tugas jaga.
2 Serah terima tugas jaga diikuti 3
keoala ruang, ketua shift, perawat
pelaksana.
3 Didahului dengan doa bersama. 3
4 Operan dilaksanakan setiap 3
pergantian shift.
5 Menyebutkan identitas pasien, dx 3
medis, dx keperawatan, tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
beserta waktu dilakukan.
6 Menginformasikan jenis dan waktu 3
rencana tindaka keperawatan yang
belum dilakukan.
7 Menyebutkan perkembangan pasien 3
yang ada selama shift.
8 Perawat sudah berada di tempat 3
minimal 10 menit sebelum dilakukan
operan.
9 Perawat yang akan bertugas 1 2
menyiapkan lembar catatan
10 Kepala ruang akan membuka acara 3
operan
11 Menginformasikan kepada 3
pasien/keluarga nama perawat shift
berikutnya pada akhir tugas
12 Lama operan untuk tiap pasien tidak 3
lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit
13 Adanya catatan khusus untuk 3
kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya apabila ada
pasien yang memerlukan tindakan
lebih intensif.
14 Memberi salam kepada pasien, 3
keluarga serta mengobservasi dan
menginspeksi keadaan pasien,
menanyakan keluhan-keluhan pasien
(dalam rangka klarifikasi).
15 Ditutup oleh kepala ruang dan di 3
akhiri dengan doa.
Jumlah 13 17 12 3
Sub Total 39 34 24 0
(28 (37 (26. (6.7
.8 .8 7%) %)
%) %)
Total 99.9%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel diatas,didapatkan hasil pelaksanaan serah
terima (operan jaga) sebesar 99,9%. Namun pada point 11, terdapat
jawaban tidak pernah sebesar 3 (6,7%). Hal ini dikarenakan operan
yang dilakukan berada di depan ruang pasien.
b. Pre-Conference
Tabel 1.37
Pelaksanaan Pre Conference
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Variabel Yang dinilai Ya Tidak
1 Menyiapkan ruangan/tempat 1
2 Menyiapkan rekam medik pasien yang 1
menjadi tanggung jawabnya
3 Menjelaskan tujuan dilakukannya pre 1
conference
4 Memandu pelaksanaan pre conference 1
5 Menjelaskan masalah keperawatan pasien, 1
keperawatan dan rencana keperawatan yang
menjadi tanggung jawabnya
6 Membagi tugas kepada perawat pelaksana 1
sesuai kemampuan yang dimiliki dengan
memperhatikan keseimbangan kerja
7 Mendiskusikan cara dan strategi 1
pelaksanaan asuha pasien/tindakan
8 Memotivasi untuk memberikan tanggapan 1
dan penyelesaian masalah yang sedang
didiskusikan
9 Mengklarifikasi kesiapan perawat pelaksana 1
untuk melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
10 Memberikan reinforcement positif pada 1
perawat pelaksana
11 Menyimpulkan hasil pre conference 1
Total 9 2
Sub Total 9 0
81,8% 18,2%
Total 100%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel pelaksanaan pre conference didapatkan hasil
jumlah total sebesar 100%. Namun pada poin 2 dan 3, didapatkan
data tidak dilakukan dengan jumlah sebesar 2 (18,2%).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang, hal ini tidak
dilakukan karena kegiatan pre conference dilakukan namun tidak
sesuai MAKP, serta langsung membahas pada masalah dan
tindakan yang akan dilakukan.

c. Post-Conference
Tabel 2.38
Pelaksanaan Post Conference
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Variabel Yang dinilai Ya Tidak
1 Menyiapkan rekam medik pasien yang 1
menjadi tanggung jawabnya
2 Menjelaskan tujuan dilakukannya post 1
conference
3 Menerima penjelasan dari perawat 1
pelaksana tentang hasil tindakan/hasil
asuhan keperawatan yang telah dilakukan
4 Mendiskusikan masalah yang ditemukan 1
dalam memberikan ASKEP pasien dan
mencari upaya penyelesaian masalahnya
5 Memberikan reinforcement positif pada 1
perawat pelaksana
6 Menyimpulkan hasil post conference 1
7 Mengklarifikasi pasien sebelum melakukan 1
operan tugas jaga shift jaga berikutnya
(melakukan ronde keperawatan)
Jumlah 4 3
Sub Total 4 0
57,1% 42.9%
Total 100%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel pelaksanaan post conference didapatkan
hasil jawaban ya sebesar 4 (57,1%), jawaban tidak sebesar 3
(42,9%). Jawaban tidak didapatkan pada point 1, 2 dan 6, hal ini
dikarenakan hal ini tidak dilakukan karena kegiatan post
conference dilakukan namun tidak sesuai MAKP, dan biasanya
langsung diajukan operan jaga.

d. Pendelegasian
Tabel 2.39
Pelaksanaan Pendelegasian
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Pertanyaan Pendelegasian Sko Keterangan
r
1 Pendelegasian dilakukan 1 Sudah dilaksanakan sesuai
kepada staf yang memiliki dengan kompetensi
kompetensi yang dibutuhkan
dalam menjalankan tugas
2 Tugas yang dilimpahkan 1 Tugas yang akan
dijelaskan sebelum dilimpahkan sebelumnya
pendelegasian sudah dijelaskan
3 Selain pelimpahan tugas, 1 Kewenangan tugas ikut
kewenangan juga dilimpahkan dilimpahkan saat
dilakukan pendelegasian
4 Waktu pendelegasian tugas 1 Waktu pendelegasian tugas
ditentukan sudah ditentukan
5 Apabila si pelaksana tugas 1 Pendelegasi memberikan
mengalami kesulitan, kepala arahan saat penerima
ruangan dan ketua tim delegasi mengalami
memberikan arahan untuk kesulitan
mengatasi masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai 1 Setelah tugas
tugas dilaksanakan pendelegasian
dilaksanakan pemberi
delegasi sudah melakukan
evaluasi
Sub Total 6
Persentase 100 %
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intepretasi Data:
Berdasarkan tabwl 2.39 didapatkan pelaksanaan pendelegasian di
bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo sudah berjalan dengan baik
dengan prosentasi 100% akan tetapi belum ada pendokumentasian.
e. Supervisi
Tabel 2.40
Pelaksanaan Supervisi
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Aspek Yang Dinilai Skor
1 Supervisi disusun secara terjadwal 1
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi 0
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor maupun staf 0
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi kepada 0
staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan materi 1
supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pancapaian staf dan 1
memberian reinforcement
7 Supervisi mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu 1
ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model 1
bagaimana meningkatkan kinerja perawat
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi yang 1
telah dilakukan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap 1
pencapaian keseluruhan staf
Total 7
70%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi data:
Berdasarkan tabel pelaksanaan supervisis diatas, pelaksanaan
supervisi sebesar 70% (cukup). berdasarkan hasil wawancara kegiatan
supervisi sudah dilakukan, namun masih belum terlaksana sesuai
jadwal.

c) Controling (Pengendalian)
1. Kajian Teori
Kontrol adalah pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi
sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan. Yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi. Sepuluh karakteristik suatu system control yang
baik adalah:
(1) Kontrol harus menunjukkan sifat dari aktivitas
(2) Kontrol harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
(3) Kontrol harus memandang kedepan
(4) Kontrol harus menunjukkan penerimaan pada titik-titik kritis
(5) Kontrol harus objektif
(6) Kontrol harus fleksibel
(7) Kontrol harus menunjukkan pola organisasi
(8) Kontrol harus ekonomis
(9) Kontrol harus dapat dimengerti
(10) Kontrol harus menunjukkan tindakan perbaikan

2. Kajian Data
Tabel 2.41
Penilain Rapat Keperawatan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
1 Ada jadwal rapat 1 Belum terdapat jadwal
keperawatan rutin rapat keperawatan secara
tertulis dan pelaksanaan
rapat keperawatan belum
rutin
2 Ada notulen rapat 1
Sudah terdapat notulen
keperawatan
rapat
3 Agenda rapat membahas 1
Dalam rapat membahas
masalah-masalah ruangan
tentang masalah-masalah
4 aktual dalam ruangan
1
Dalam notulen, masalah
Saat pelaksanaan rapat
5 terbahas tuntas
sudah terbahas tuntas
Ada kesimpulan rapat 1 Sudah didapatkan
kesimpulan rapat pada
6
akhir rapat
1
Ada daftar hadir
Sudah didapatkan daftar
hadir setiap dilaksanakan
rapat
Total Skor 6
Prosentase 100%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Intepretasi Data :
Berdasarkan tabel 2.41 data didapatkan dengan cara wawancara di
Bangsal Arafah, hasilnya prosentase sebanyak 100% (Baik) dengan
demikian pelaksanaan rapat keperawata sudah keperawatan denga baik,
rapat dilakukan setiap 1 bulan sekali.

5. Pengembangan MPKP dengan Metode tim


a. Pilar II Compensatory reward
1) Kajian Teori
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui manajemen SDM
perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM digambarkan sebagai
suatu proses pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara
produktif. Hal ini juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan
karena melalui manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan
kompensasi berupa penghargaan (Compensatory reward) sesuai dengan
apa yang telah dikerjakan.
Manajemen SDM di bangsal Model Praktik keperawatan Profesional
(MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu
dilakukan sebelum membuka bangsal MPKP dan setiap ada penambahan
perawat baru.
2) Kajian Data
a) Penilaian kinerja (KARU)
b) Pengembangan staf KARU
b. Pilar III Profesional relationship
1) Kajian Teori
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan
(tim kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga)
(Cameron, 1997 dalam elizabeth&Kathleen, 2003, hal.29)
Pada pelaksanaannya hubungan profesional bisa saja terjadi secara
internal artinya hubungan yang terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan
misalnya antara perawat dengan perawat, antara perawat dengan tim
kesehatan dan lain-lain. Sedangkan hubungan profesional secara eksternal
adalah hubungan yang terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan. Kedua hubungan tersebut merupakan suatu siklus yang tidak
terpisahkan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

2) Kajian Data
a) Rapat keperawatan KARU
b)

c. Pilar IV Patient Care Delivery


1) Discharge Planning
a) Kajian Teori
i. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning atau persiapan pasien pulang adalah suatu
bentuk penyerahan kebutuhan pasien yang sebelumnya dirawat
oleh perawat di rumah sakit dan setelah di rumah mempercayakan
keluarga untuk melakukan perawatan secara mandiri kepada
pasien.
ii. Tujuan Discharge Planning
- Pasien akan memahami masalah kesehatan dan
implikasinya
- Pasien akan mampu memahami kebutuhan
individualnya
- Lingkungan rumah akan menjadi aman
- Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah
i. Komponen dari Discharge Planning
- Mengkaji kemampuan dan keterbatasan
pasien
- Adanya dukungan keluarga dan
lingkungan
- Implementasi dan koordinasi rencana
keperawatan
- Evaluasi keefektivan keperawatan
ii. Petunjuk Discharge Planning
6. Mengkaji dan mengidentifikasi kebutuhan keperawatan
7. Membuat tujuan bersama pasien
8. Memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
9. Membuat penyerahan perawatan di rumah
i. Evaluasi Discharge Planning yang efektif
Perencanan dan penyerahan harus dicermati guna menjamin
kualitas dan kelayakan dari pelayanan. Evaluasi lebih lanjut dari
proses pemulangan pasien biasanya membutuhkan waktu setelah
pasien pulang dari rumah sakit
b) Kajian Data

Tabel 2.45
Penilaian Discharge Planning
Di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Aspek yang dinilai Ya Tidak Keterangan
1. No rekam medik 1 Rekam medik sudah di isi
2. Identitas pasien diisi 1 Identitas pasien sudah diisi
3. Keterangan lama 1 keterangan lama perawatan
perawatan pasien pasien sudah diisi
4. Keadaan saat pulang 1 Keadaan saat pulang
(Kesadaran dan TTV) (kesadaran dan TTV)
diisi sebagian besar sudah diisi
namun masih ada yang tidak
diisi
5. Alat bantu yang masih 1 Alat bantu yang masih
terpasang diisi terpasang sudah diisi

6. Mobilisasi saat pulang 1 Mobilisasi saat pulang sudah


diisi diisi
7. Masalah keperawatan 1 Masalah keperawatan yang
yang masih ada saat masih ada saat pulang
pulang diisi sebagian besar sudah diisi
dan sebagian kecil belum
diisi.
8. Tindakan keperawatan 1 Tindakan keperawatan yang
yang diberikan dirumah diberikan dirumah sudah diisi
diisi
9. Obat-obat yang dibawa 1 obat-obatan yang dibawa
pulang (lengkap) pulang sudah diisi
10. Hasil pemerikasaan 1 Hasil pemeriksaan yang
yang dibawa pulang dibawa pulang sudah diisi
diisi
11. Saran control poli diisi 1 Saran kontrol dipoli sudah
diisi
Jumlah 11
Persentasi 100
%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Analisa data :
Pengkajian discharge planning di bangsal Arafah RSU Aisyiyah
Ponorogo hasilnya 100% ini menandakan discharge planning di
bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo sudah baik namun ada
beberapa hal yang belum tertulis dengan lengkap, seperti keterangan
lama perawatan pasien dan keadaan pulang (kesadaran dan TTV)
terkadang lupa belum diisi.

2) Pelaksanaan Universal Precaution

(a) Kajian teori


Pelaksanaan universal precaution bertujuan untuk mencegah infeksi
nosokomial selama pasien dirawat di Rumah Sakit. Pelaksanaan upaya
pencegahan infeksi nosokomial terdiri atas kewaspadaan universal,
tindakan invasive, tindakan noninvasive, tindakan terhadap anak,
neonatus, sterilisasi dan desinfeksi. Universal Precaution atau
kewaspadaan universal adalah suatu pedoman yang diterapkan oleh CDC
(Centers for Disease Control) tahun 1985 untuk mencegah penyebaran
dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah dilingkungan rumah
sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya.
(b) Kajian data

Tabel 2.43
Pelaksanaan Universal Precaution
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo (n = 9)
No Aspek Yang Dinilai Pelaksanaan
SL SR KD TP
1 Perawat melakukan hand hygene sebelum 4 5
melakukan tindakan pada pasien
2 Perawat melakukan hand hygene sesudah 8 1
melakukan tindakan pada pasien
3 Perawat melakukan hand hygene setelah 8 1
kontak dengan pasien
4 Perawat melakukan hand hygene setelah 9
kontak dengan cairan tubuh pasien
5 Perawat melakukan hand hygene setelah 8 1
kontak dengan lingkungan pasien
6 Perawat menggunakan sarung tangan 7 2
ketika kontak/melakukan tindakan
dengan pasien
7 Perawat menggunakan masker ketika 3 6
melakukan tindakan kepada pasien
8 Perawat menggunakan baju pelindung 1 8
ketika melakukan tindakan yang kontak
langsung dengan cairan tubuh pasien.
9 Perawat menggunakan alat-alat steril 2 7
untuk satu pasien
10 Perawat menggunakan alat-alat 7 2
disposible hanya untuk sekali pakai
11 Setelah menggunakan alat non-disposible 9
perawat mencucinya dengan disinfektan
12 Perawat menyiapkan alat-alat kesehatan 2 1 6
ditempat khusus
13 Perawat membuang benda-benda tajam 9
ditempat khusus benda-benda tajam
14 Perawat membuang sampah medis 9
ditempat sampah medis
15 Perawat membuang sampah non medis 9
ditempat non medis
Jumlah 95 26 14 0
Sub Total 27 52 14 0
5 19, 10,3
70, 25 7%
38 %
%
Total 100%
Sumber: Data wawancara dan observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel pelaksanaan Universal precaution, didapatkan data
selalu sebesar 70, 38%, sering sebesar 19,25%, kadang sebesar
10,37. Dari data tersebut masih terdapat hasil kadang dilakukan,
berdasarkan hasil wawancara di ruang Arafah tidak terdapat ruangan
khusus.

F. Unsur Output
1. Hasil Evaluasi Mutu Asuhan Keperawatan
Persentase dari masing-masing instrumen akan menentukan tingkat mutu
asuhan keperawatan yang dilakukan. Rentang nilai untuk instrumen A, B, dan C
adalah:
a. 76-100 % adalah baik
b. 56-75 % adalah cukup
c. 40 < 55 adalah kurang
a. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan standart instrumen A
Instrumen A merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Studi dokumentasi 20 pasien di
bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo dengan kriteria pasien dirawat di
bangsal Arafah minimal 3 hari perawatan dan pasien yang sudah pulang namun
status RM masih di bangsal Arafah, data yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel berikut ini :

Tabel 2.
Nilai Rata- Rata Instrumen A
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo (n=20)

No Aspek yang Dinilai Hasil (%) Keterangan


1 Pengkajian 98,75
2 Diagnosa 70
3 Perencanaan 91,7
4 Implementasi 100
5 Evaluasi 97,5
6 Catatan asuhan keperawatan 99
Rata-rata (%) 92,9 %
Sumber : Studi dokumentasi tanggal 8-10 Juni 2015
Intepretasi Data
Berdasarkan tabel 2...... didapatkan hasil sebesar 92,9 % atau dalam kategori
baik, hal itu dikarenakan perawat sudah memiliki SAK Asuhan Keperawatan.

b. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan standart instrumen B


Instrumen B merupakan instrumen untuk menilai persepsi pasien dan
keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada
pasien atau keluarga pasien di bangsal Arafah yang telah dirawat minimal 3
hari.

Tabel 2.45
INSTRUMEN B
Persepsi Penilaian Mutu Asuhan Keperawatan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo (n=)

No Kriteria Ya Tidak
N % N %
1 Apakah perawat selalu memperkenalkan diri 2 25 6 75
pada keluarga dan pasien saat komunikasi? % %
2 Apakah perawat menjelaskan setiap tindakan 8 10 0 0
yang akan dilakukan pada keluarga dan pasien 0%
3 Apakah perawat memberikan penjelasan tentang 8 10 0 0
fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya, 0%
peraturan atau tata tertib yang berlaku kepada
keluarga dan pasien?
4 Apakah perawat mengawasi pasien secara teratur 6 75 2 25
setiap jam? % %
5 Apakah perawat selalu memeriksa cairan atau 7 87, 1 12,
tetesan dan area sekitar pemasangan infuse? 5% 5%
6. Apakah alat-alat tenun seperti sprai, selimut, 3 37, 5 62,
diganti setiap kotor 5% 5%
7 Apakah perawat pernah memberikan penjelasan 2 25 6 75
akibat dari kurang bergerak atau berbaring % %
terlalu lama?
8 Apakah perawat selalu menjaga privasi 5 62, 3 37,
(memasang sampiran/selimut, menutup pintu, 5% 5%
jendela, mempersilahkan pengunjung keluar
bangsalan) pasien setiap memberikan tindakan
keperawatan seperti membantu pasien
BAB/BAK, sibin?
9 Apakah perawat segera memberikan bantuan 8 10 0 0
saat pasien maupun keluarga memerlukan 0%
bantuan?
10 Apakah perawat memberikan obat sesuai 7 87, 1 12,
jadwal? 5% 5%
11 Apakah perawat bersikap sopan dan ramah pada 8 10 0 0
pasien maupun keluarga? 0%
12 Selama pasien dalam perawatan apakah perawat 8 10 0 0
memanggil nama pasien maupun keluarga 0%
dengan benar?
13 Selama di rumah sakit apakah anda diberikan 6 75 2 25
penjalasan tentang perawatan, pengobatan, % %
pemeriksaan lanjutan setelah pasien pindah
bangsalan nanti?
14 Apakah perawat pernah menanyakan 4 50 4 50
pengetahuan pasien dan keluarga tentang % %
makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan
oleh perawat?
15 Apakah perawat menanyakan atau 1 12, 7 87,
memperhatikan berapa jumlah makanan dan 5% 5%
minuman yang pasien habiskan?
16 Apabila pasien tidak mampu makan sendiri 0 0 8 10
apakah perawat membantu menyuapinya? 0%
17 Apakah lantai bangsalan pasien selalu dijaga 8 10 0 0
kebersihannya: bersih, tidak licin, tidak berbau, 0%
pencahayaan cukup terang?
18 Apakah pasien dibantu oleh perawat pada saat: 0 0 8 10
menggosok gigi, mebersihkan mulut, mengganti 0%
pakaian, menyisir rambut?
19 Apakah perawat selalu memberi tahu perawat 3 37, 5 62,
yang bertanggung jawab setiap kali pergantian 5% 5%
dinas kepada pasien dan keluarga?
20 Apakah perawat selalu bersedia mendengarkan 8 10 0 0
dan memperhatikan setiap keluhan pasien dan 0%
keluarga?
Sub Total 102 58
Total 63,75%
Sumber : Kuesioner pengkajian pada tanggal 8-10 Juni 2015

Intepretasi Data

Berdasarkan tabel di atas didapatkan persepsi penilaian mutu asuhan


keperawatan di Ruang Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo dalam kategori baik
sebanyak 63,75%. Pada poin nomor 16 dan 18 tentang perawat tidak
membantu menyuapi pasien dan tidak membantu pasien dalam menggosok
gigi, membersihkan mulut, mengganti pakaian dan menyisir rambut, hal ini
dikarenakan pasien dibantu oleh keluarga dan bisa melakukan sendiri.

c. Hasil evaluasi penerapan SAK dengan standart instrumen C


Observasi pada tindakan keperawatan di bangsal Arafah pada tanggal 8-10
Juni 2015. Hasil yang diperoleh dipertahankan dan dapat dilihat ada tabel
berikut ini:
Instrumen C
Instrumen Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
Jenis Aspek Yang Dinilai Observasi Ket.
Kegiatan 1 2 3
Memberikan a.Kriteria persiapan
obat melalui 1) Penjelasan pada klien tentang
suntikan tujuan dan prosedur tindakan
subcutan 2) Spuit disposibel dan needle sesuai

kebutuhan
3) Kapas alkohol
4) Kikir ampul dan cairan pelarut/
aquabides jika diperlukan
5) Bengkok, bak instrumen jika

diperlukan
6) Obat yang akan diberikan
b.Kriteria pelaksanaan
1) Perawat atau bidan memulai
melaksanakan dengan
mengucapkan Basmallah
2) Perawat/ bidan cuci tangan
3) Alat-alat didekatkan ke pasien
4) Menentukan daerah yang akan
disuntik
5) Tempat penyuntikan didesinfeksi

lalu diangkat sedikit dengan
tangan kiri
6) Dengan lubang jarum menghadap
keatas, jarum ditusukkan
membentuk sudut 45 derajat
dengan permukaan kulit
7) Penghisap ditarik sedikit, bila ada
darah, obat jangan dimasukkan,
bila tidak ada darah, obat
dimasukkan perlahan-lahan
8) Setelah obat masuk seluruhnya,
jarum ditarik keluar dengan cepat,
bekas tusukan ditahan dengan
kapas alkohol
9) Pada tempat tersebut dilakukan
massage (tergantung jenis
obatnya karena ada obat tertentu
yang tidak boleh dilakukan
massage)
10) Membereskan alat-alat
11) Perawat cuci tangan dan
mengakhiri tindakan dengan

mengucapkan Hamdallah
12) Mencatat tindakan dan reaksinya


Sub Total 7 4 6
Total
Hasil akhir = 17 x 100%
3 x 18
= 31,4 %

Memasang a. Kriteria persiapan:


infus 1) Beri penjelasan tentang tujuan
dan prosedur tindakan
2) Standar infus/ gantungan infus

3) Cairan yang akan diberikan
4) Infus set
5) Kapas alkohol
6) Betadine
7) Gunting verband

8) Pplester/hipafix
9) Pengalas
10) Tourniquet
11) Bengkok

12) I.V Catheter sesuai ukuran
13) Kasa pembalut, spalk, jika
diperlukan
b. Kriteria pelaksanaan
1) Perawat memulai pelaksanaan
dengan mengucapkan
Basmallah
2) Alat-alat didekatkan ke pasien
3) Perawat cuci tangan
4) Meneliti ulang cairan yang

akan diberikan dan gantungkan
infus pada tempatnya
5) Tutup botol cairan dibuka, lalu
tusukkan infuset ke botol infus
6) Tutup jarum infuset dibuka,
cairan dialirkan sampai keluar
sehingga udara tidak ada dalam
selang infus lalu diklem dan
jarum infuset ditutup kembali
7) Menentukan vena yang akan
ditusuk
8) Pasang pengalas
9) Lengan bagian atasnya yang
akan ditusuk dibbendung
dengan tourniquet
10) Disinfeksi area yang akan
ditusuk dengan betadine
kemudian dibersihkan dengan
kapas alkohol dengan diameter
5-10 cm
11) Menusukkan jarum infus/
abocath pada vena yang telah
ditentukan dengan ujung jarum
menghadap keatas
12) Bila berhasil darah akan keluar
(dapat dilihat pada pipa
saluran), maka pembendung
dilepaskan lalu jarum

dilepaskan dan infuset dipasang
lalu klem dibuka
13) Melakukan fixasi : jarum dan
tempat tusukan ditutup dengan
plester hypafix
14) Menghitung jumlah tetesan
sesuai dengan kebutuhan
15) Bagian yang dipasang infus
diatur letaknya supaya jangan
digerak-gerakkan selama infus
dipasang agar jarum infus tidak
bergeser, bila perlu dipasang
spalk dan informasikan jika
buat jalan atau ke toilrt botol
infus letaknya lebih tinggi dari
posisi jantung supaya darah
tidak keluar/ lapor perawat
sebelum ke toilet
16) Pasien dirapikan dan alat-alat
dibereskan
17) Perawat cuci tangan dan
mengakhiri tindakan dengan
mengucapkan Hamdallah
18) Catat waktu pemasangan, jenis
cairan dan jumlah tetesan serta
respon klien

Sub Total 20 20 18
Total Hasil akhir = 58 x 100%
3 x 31
= 62,3 %
Mengganti a. Kriteria persiapan
balutan luka 1) Pasien diberi penjelasan
tentang tujuan dan prosedur
tindakan
2) Peralatan Steril
- 2 pinset anatomis
- 2 pinset chirurgi
- 1 gunting lurus
- 2 arteri klem
- kapas lidi secukupnya
- kasa secukupnya
- 1 mangkok kecil
- deppers
- handscoon K/P
3) Peralatan Non Steril
- Gunting pembalut
- Plester
- Obat desinfektan dalam
tempatnya (misalnya :
betadine, alcohol 70 %, dll)
- Bnegkok/kantong plastik
- Kasa balut secukupnya
- Obat luka sesuai dengan
kebutuhan (sofratule,
daryantule, lomatulle,

dermazin, solcoseryl, dll)
b. Kriteria pelaksanaan
1) Perawat cuci tangan dan
mengawali dengan bacaan
Basmallah
2) Posisi diatur sesuai dengan
kebutuhan
3) Luka dibersihkan dengan
memakai pinset dan kasa
desinfektan dari arah dalam ke
luar
4) Angkat jaringan nekrose
5) Kapas kotor dibuang pada
tempatnya
6) Pinset yang tidak steril
diletakkan pada bengkok
7) Observasi keadaan luka

8) Luka diberi obat, selanjutnya
ditutup dengan kasa steril
dengan menggunakan pinset
steril, dan jaga agar serat tidak
melekat pada luka
9) Setelah diobati luka dibalut
atau diplester
10) Alat-alat dibereskan
11) Catat hahsil observasi pasien
dan responnya
12) Perawat cuci tangan dan
mengakhiri dengan Hamdallah


Sub Total 17 18 20
Total Hasil akhir = 55 x 100%
3 x 28
= 65,4 %
Sumber : Data primer observasi tanggal 8-10 Juni 2015

Memberikan obat Memasang infus Mengganti balutan luka


melalui suntikan
subcutan
31,4 % 62,3 % 65,4 %
Rata-rata
53,03 %
persentase tindakan
Interpretasi Data
Dari tabel instrumen C diatas, didapatkan hasil bahwa nilai memberikan obat
melalui suntikan subcutan sebesar 31, 4 yang berarti tindakan kurang sesuai
SOP. Kemudian untuk tindakan memasang infus dan mengganti balutan luka
sebesar 62,3% dan 65, 4% yang berarti tindakan sudah cukup sesuai dengan
SOP. Dari tabel didapatkan hasil bahwa rata-rata persentase tindakan sebesar
53,03 yang arinya tindakan kurang sesuai dengan SOP.
d. Penilaian mutu asuhan keperawatan instrumen ABC
Pada penilaian mutu asuhan keperawatan, dapat diperoleh dengan wawancara,
observasi, kuesioner, dokumentasi asuhan keperawatan dan tindakan pelayanan
keperawatan yang dilakukan. Nilai mutu asuhan keperawatan dari keseluruhan
instrumen adalah :
Hasil Evaluasi Total Instrumen ABC
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo

Bangsal Nilai Instrumen (%) Rata rata


A B C (%)
Arafah 92,9 63,75 53,03 69,9
Sumber: rekapitulasi instrumen ABC di Bangsal Arafah tanggal 10-11 Juni
2015
Interpretasi Data:
Berdasarkan tabel, didapatkan hasil evaluasi total instrument ABC dengan rata-
rata sebesar 69,9 % atau dalam kategori cukup.
2. Hasil Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan
a. Kajian Teori
Mutu pelayanan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan pasien sesuai tingkat kepuasan rata-rata serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang
ditetapkan. Akreditasi RS merupakan upaya peningkatan mutu pelayan rumah.
Melalui akreditasi RS diharapkan akan ada perba`ikan sistem di RS meliputi
input, process dan product output (meliputi output dan outcome). Persiapan
yang harus dilakukan oleh pihak rumah sakit sebelum dilakukan akreditasi
adalah dokumentasi yang berbentuk regulasi (Kebijakan, pedoman/panduan,
prosedur dan program) serta bukti pelaksanaan kegiatan. Dengan akreditasi
diharapkan adanya perubahan terhadap standar akreditasi, karena standar
akreditasi harus memenuhi kriteria-kriteria internasional dan bersifat dinamis.
Hasil survei penilaian atau kelulusan untuk sistem akreditasi KARS 2012 ini
berupa level pencapaian, yang merupakan upaya pencapaian RS terhadap
skoring yang ditentukan. Level tersebut adalah Dasar , Madya, Utama dan
pencapaian tertinggi adalah Paripurna.
Standar Pelayanan Keperawatan menurut Akreditasi KARS Indonesia Versi
2012 yang menitik beratkan pada implementasi di RS, yang dilakukan dengan
cara :
Wawancara kepada pasien dan atau keluarganya, serta kepada pimpinan
RS dan atau staf RS
On-Site observasi terhadap kegiatan pelayanan, maupun untuk melihat
bukti secara fisik, baik berupa dokumen maupun fasilitas rumah sakit.
Akreditasi KARS versi 2012, terdiri dari :
1) Standar pelayanan berfokus pada pasien
a) Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas pelayanan (APK)
b) Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
c) Asesmen Pasien (AP)
d) Pelayanan Pasien (PP)
e) Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
f) Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
g) Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)
2) Standar manajemen rumah sakit
a) Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
b) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
c) Tata kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP)
d) Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
e) Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
f) Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
3) Sasaran keselamatan pasien rumah sakit
a) Ketepatan identifikasi pasien
b) Peningkatak komunikasi yang efektif
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedu, tepat pasien operasi
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Pengurangan risiko pasien jatuh
b. Kajian Data
Di tahun 2015 ini RSU Aisyiyah Ponorogo sedang dalam
proses menuju akreditasi. Standar mutu pelayanan di RSU
Aisyiyah Ponorogo sudah menggunakan standart pelayanan
minimal menurut Depkes RI tahun 2012.
3) Efisiensi bangsal rawat
a) Kajian teori
Penilain terhadap efisiensi pelayanan meliputi empat
indikator mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang
meliputi:
- BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR merupakan pentunjuk yang mengarah pada
pemakaian tempat tidur yang ada di rumah sakit oleh
pasien selam kurun waktu tertentu. Standar nilai BOR
menurut Nursalam (2012) adalah 70-85%.
Jumlah Hari Perawatan
x 100
BOR= Jumlah TT x Hari Perawatan

- LOS (Length of Stay)


LOS menunjukkan lama waktu kurun hari rawat pada
setiap pasien. Waktu perawatan yang baik maksimal
12 hari. Nursalam (2012) menyebutkan nilai standar
untuk LOS adalah 7-10 hari.
LOS = Lama hari perawatan x 100%
Jumlah pasien keluar hidup atau mati

Indikator Efesiensi Bangsal RS

Indikator Standar
BOR 70-85 %
2 LOS 7-10 hari

b) Kajian data Rumah Sakit


Rerata Indicator Efisiensi Ruang Arafah

No Hari BOR LOS


1 Senin

c) Intepretasi Data
- BOR (Bed Occupancy Rate)
- LOS (Length of Stay)

4) Patient Safety
a) Kajian Teori
Keselamatan (safety) telah menjadi isu globaltermasuk juga untuk
rumah sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan
(safety) dirumah sakit yaitu : keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan rumah sakit yang bias berdampak terhadap keselamatan
pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak pada pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis
rumah sakit yang terkait dengan kelangsunngan hidup rumah sakit.
Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan
citra perumah sakitan (Buku Panduan Leselamatan Pasien RSU
Aisyiyah Ponorogo).
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat
maka pelaksanaan program keselamatan pasien rumahsakit Aisyiyah
Ponorogo perlu dilakukan. Karena itu diperlukan acuan yang jelas
untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut. Buku panduan
keselamatan pasien rumah sakit yang bersumber dari buku panduan
nasional keselamatan pasien rumah sakit yang bersumber dari buku
panduan nasional keselamatn pasien rumah sakit dan tujuh langkah
menuju keselamatn pasien rumah sakit diharapkan dapat membantu
rumah sakit Aisyiyah ponorogo dan melaksanakan.

b) Kajian Data
Format Pengukuran Ketepatan Identifikasi Pasien
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
(n=)
No Pertanyaan Ya Tidak

1 Pasien mengggunakan gelang identitas


2 Pasien mengetahui manfaat memakai gelang
identitas
3 Pasien mengetahu kerugian tidak memakai
gelang identitas
4 Perawat melakukan verivikasi sebelum
memberikan tindakan keperawatan
Sumber : Observasi dan wawancara pasien tanggal 8-10 Juni 2015
Format Pengukuran Pencegahan Pasien Jatuh
Di bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Pertanyaan Ya Tidak
N(1)
1 Perawat melakukan assessment resiko jatuh 1
2 Perawat melakukan upaya pencegahan resiko
jatuh:
a) Memasang gelang resiko jatuh pada 1
pasien 1
b) Memasang papan resiko jatuh 1
c) Memasang pengaman tempat tidur
3 Perawat meberikan informasi dan edukasi 1
pencegahan resiko jatuh pada pasien dan
keluarga
4 1
80 20
% %
Sumber : Observasi dan wawancara pasien tanggal 8-10 Juni 2015
Format Pengukuran Penggunaan Obat High Alert
Di Bangsal Arafah RSU Aisyiyah Ponorogo
No Pertanyaan Ya Tidak
N=5
1 Perawat melakukan double cross check 5 0
sebeum pemberian obat high alert
2 Perawat menjelaskan tujuan pemberian obat 5 0
high alert kepada keluarga dan pasien
3 Perawat melakukan prosedur pemberian obat 5 0
high alert dengan prinsip 7 B
4 Penyimpanan obat high alert sudah 5 0
memenuhi ketentuan
20 0
100
%
Sumber : Observasi dan wawancara pasien tanggal 8-10 Juni 2015
Interpretasi Data:

Anda mungkin juga menyukai