Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, selama 12 tahun (1995-

2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana kematian karena PTM (Penyakit

Tidak Menular) semakin meningkat, sedangkan kematian karena penyakit

menular semakin menurun. Proporsi angka kematian penyakit tidak menular

meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007.

Hasil Riskesdas (2007), menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak

menular di Indonesia, seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, diabetes

melitus, asma, dan penyakit sendi. Salah satu penyakit sendi yang sering muncul

adalah gout (arthritis gout). Prevalensi penyakit arthritis menurut hasil survei

Riskesdas adalah sebesar 30,3%.

Menurut Kumalasari (2009), kejadian gout di masyarakat bervariasi antara

0,161,36%. Pada tahun 2006, prevalensi gout sebesar 0,36% pada orang usia

dewasa 2070 tahun sedangkan menurut Depkes RI rentang usia dewasa adalah

2645 tahun. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Nasional Cipto

Mangunkusumo, Jakarta, terjadi peningkatan penderita gout dari tahun ke tahun

dan adanya kecenderungan diderita pada usia yang semakin muda dan

berdasarkan sumber dari Tribun Jogja, di Yogyakarta ditemukan kasus gout baru

sebanyak 730 kasus selama 12 tahun penelitian. Data tersebut menunjukkan

bahwa penyakit gout paling banyak diderita pada golongan usia 26-45 tahun yang

masih tergolong dalam kelompok usia produktif (Budianti,2008).

1
2

Menurut Uripi (2002, dalam Budianti, 2008), Orang dewasa memiliki risiko

terkena penyakit degeneratif lebih besar dibandingkan dengan orang yang lebih

muda. Hal ini disebabkan karena sudah ausnya jaringan tubuh atau karena

penumpukan zat-zat yang merugikan tubuh. Salah satu penyakit yang sering

diderita orang dewasa adalah gout. Gout dahulu disebut rajanya penyakit dan

penyakit raja (king of disease and disease of king) atau dikenal sebagai penyakit

orang elit (Yatim, 2006).

Untuk mencegah dan menanggulangi PTM di Indonesia termasuk gout,

Kementrian Kesehatan tahun 20102014 membuat kebijakan dengan sasaran

utama yang akan dicapai akhir tahun 2014, yaitu surveilans epidemiologi faktor

risiko PTM, deteksi dini faktor risiko PTM, pencegahan dan penanggulangan

faktor risiko PTM berbasis masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun. (Kementrian

Kesehatan RI, 2012).

Menurut Antoro (2012), gejala klinis dari gout bermacam-macam, yaitu

hiperurisemia tak bergejala, serangan akut gout, gejala antara (intercritical),

serangan gout berulang, gout menahun disertai tofus. Potensi terjadinya gout

semakin meningkat pada keadaan kadar asam urat yang melebihi normal

(hiperurisemia) (Sutanto, 2013).

Hiperurisemia atau lebih dikenal dengan meningkatnya kadar asam urat di

dalam darah, adalah suatu penyakit gangguan kinetik asam urat. Kadar normal

asam urat dalam darah untuk pria adalah 3,47 mg/dl dan kadar normal asam urat

dalam darah untuk wanita adalah 2,46 mg/dl, serta angka kisaran kadar asam

urat dalam darah yang stabil adalah 5 mg/dl (Khomsan, 2006). Seorang pria

tergolong mengalami hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah >8.1 mg/dl
3

sedangkan pada wanita mengalami hiperurisemia jika kadar asam urat dalam

darah >7.2 mg/dl (Wachjudi, 2012).

Menurut Smart (2010), ada beberapa faktor penyebab pasti hiperurisemia

diantaranya kurangnya pengeluaran asam urat, produksi asam urat yang

berlebihan, dan penyebab campuran. Faktor lain yang dapat menyebabkan

hiperurisemia adalah minum-minuman beralkohol, pola makan ikan bagi

penduduk pantai (makanan yang mengandung purin), dan makan yang

berlebihan.

Allah berfirman dalam Al-quran surah Al-Araaf (31) yang berbunyi Hai

anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap (memasuki) masjid, makan

dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang orang-orang yang berlebihan. Di dalam ayat ini Allah sudah

memperjelas bahwa Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan karena

sesuatu yang berlebihan akan membuat kondisi tubuh tidak nyaman khususnya

makan. Apabila makan yang belebihan bisa menyebabkan berat badan melebihi

normal.

Orang yang kegemukan umumnya mengkonsumsi protein dalam jumlah yang

berlebihan. Protein mengandung purin yang tinggi sehingga menyebabkan kadar

asam urat dalam darah meningkat. Selain banyak mengkonsumsi protein orang

yang gemuk juga banyak mengkonsumsi makanan yang berlemak. Makanan

yang mengandung lemak tinggi, akan menyebabkan lemak tertimbun di dalam

tubuh. Pembakaran lemak menjadi kalori akan meningkatkan keton darah

(ketosis) yang akan menghambat pembuangan asam urat melalui urin sehingga

menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat. (Khomsan, 2006)


4

Menurut Wijayakusuma (2008), untuk penderita kegemukan dianjurkan

mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dan makanan

berlemak, serta dianjurkan menurunkan berat badan ke berat badan normal atau

mengontrol Indeks Massa Tubuh (IMT) dibatas normal yaitu antara 18,524,9.

Setiap peningkatan 1 Kg berat badan dari berat badan normal, risiko terjadinya

arthritis akan meningkat sebanyak 913% (Soegih dkk, 2009).

Dari hasil penelitian yang dilakukan Purwaningsih (2010), di Kabupaten

Tegal Jawa Tengah, membuktikan bahwa seseorang dengan IMT 25 berisiko

tinggi terkena hiperurisemia sebesar 2,7 dibandingkan dengan orang yang

mempunyai IMT 25. Semakin tinggi indeks massa tubuh atau indeks massa

tubuh yang melebihi normal dapat meningkatkan terjadinya hiperurisemia.

Hasil observasi yang dilakukan di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden

Bantul bahwa banyak penduduk yang mengalami kelebihan barat badan dan

mengalami nyeri persendian, kebanyakan masyarakat tidak mengetahui

bahwasannya indeks massa tubuh yang melebihi normal dapat meningkatkan

risiko untuk terjadinya beberapa penyakit degeneratif terutama penyakit asam

urat.

Hasil wawancara dengan 4 orang penduduk 3 diantaranya mempunyai berat

badan berlebih yang dilakukan di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul,

berpendapat bahwa badan gemuk menunjukkan badan yang sehat dan

menganggap bahwa nyeri yang dirasakan pada sendi adalah akibat dari kecapean

dan makan bayam yang banyak, serta dari wawancara dengan salah seorang

pegawai puskesmas Sanden bahwa ada tiga penyakit paling banyak di puskesmas

yaitu hipertensi, diabetes mellitus, dan asam urat dan belum pernah ada penelitian

tentang hubungan indeks massa tubuh dengan hiperurisemia, sehingga sebagian


5

besar penduduk tidak mengetahui apakah berat badan dan kadar asam urat sudah

melebihi normal atau tidak. Begitu juga dampak yang ditimbulkan bila tidak

diketahui dan dikontrol yaitu akan timbul berbagai penyakit degeneratif yang

sangat berbahaya.

Hasil dari studi pendahuluan di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul

didapatkan data penduduk 483 jiwa, terdiri dari 4 RT, dari jumlah penduduk yang

diteliti dari usia 2645 tahun yaitu berjumlah 140 orang, penduduk yang obesitas

berjumlah 42 orang, dan penduduk yang mengalami hiperurisemia berjumlah 19

orang. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

hubungan indeks massa tubuh dengan hiperurisemia pada usia dewasa di Dusun

Daleman Gadingharjo Sanden Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan

Hiperurisemia pada usia dewasa di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden

Bantul?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan indeks massa

tubuh dengan hiperurisemia pada usia dewasa di Dusun Daleman

Gadingharjo Sanden Bantul.


6

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya indeks massa tubuh pada usia dewasa di Dusun Daleman

Gadingharjo Sanden Bantul.

b. Diketahuinya hiperurisemia pada usia dewasa di Dusun Daleman

Gadingharjo Sanden Bantul.

c. Diketahuinya keeratan hubungan antara variabel pada usia dewasa di

Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan keperawatan, penelitian ini bermanfaat sebagai

khasanah meningkatkan ilmu keperawatan medikal bedah.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Institusi STIKES Aisyiyah Yogyakarta

Sebagai tambahan kepustakaan untuk pembaca khususnya mahasiswa

STIKES Aisyiyah Yogyakarta.

b. Bagi penduduk Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada penduduk, terutama

hubungan antara indeks massa tubuh dengan hiperurisemia, sehingga

dapat meningkatkan kepedulian penduduk untuk menjaga berat badan

yang ideal.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam mata ajar keperawatan medikal bedah. Adapun

responden dalam penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di Dusun Daleman
7

Gadingharjo Sanden Bantul yang berusia 2645 tahun. Penelitian ini telah

dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Februari 2014.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan Ardania (2012) dengan judul Hubungan Indeks

Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Masyarakat di Kelurahan Pakuncen

Wirobrajan Yogyakarta. Desain penelitian ini menggunakan survey analitik

dengan pendekatan waktu cross sectional dengan pengambilan sampel total

sampling. Alat atau instrumen yang digunakan adalah tensimeter digital (Omron).

Hasilnya adalah terdapat hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah

pada masyarakat di Kelurahan Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta. Analisis

statistik menggunakan Kendall Tau dan didapatkan hasil dengan tingkat keeratan

hubungan kedua variabel ditunjukkan pada nilai = 0.275.

Penelitian yang dilakukan Ristianingrum (2010) dengan judul Hubungan

Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tes Fungsi Paru. Desain penelitian

ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan waktu cross

sectional dengan pengambilan sampel proportional random sampling. Alat atau

instrumen yang digunakan adalah spirometri. Hasilnya adalah terdapat hubungan

antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tes fungsi paru dengan analisis

bivariat yaitu menggunakan korelasi Paerson dan Spearman dan didapatkan hasil

dengan tingkat keeratan hubungan lemah dan terdapat perbedaan tes fungsi paru

antara laki-laki dan perempuan dengan analisis statistik menggunakan uji t dan

Mann Withney didapatkan hasil signifikansi kurang dari 0,05.

Purwaningsih (2010) dengan judul Faktor-Faktor Risiko Hiperurisemia.

Desain penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan studi kasus


8

kontrol dengan pengambilan sampel secara random sederhana. Alat atau

instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasilnya adalah faktor risiko yang

mempengaruhi hiperurisemia adalah tekanan darah (OR Adjusted: 4,7; 95%

Confidence Interval 2,1-10,6) dan kadar creatinin (OR Adjusted: 4,6; 95%

Confidence Interval 1,9-11,1) dan langkah kedua dengan mengabaikan dua

variabel di atas ternyata faktor risiko yang mempengaruhi hiperurisemia adalah

kadar HDL (OR Adjusted: 4,7, 95 % dan Confidence intervaI 1,3 17,6), dengan

p < 0,025. dengan analisis univariat, bivariat menggunakan chi square test,

multivariat dengan metode regresi logistik ganda.

Adapun perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ardania (2012) dengan judul Hubungan Indeks

Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Masyarakat di Kelurahan Pakuncen

Wirobrajan Yogyakarta yaitu pertama, variabel terikat menggunakan

hiperurisemia. Kedua, teknik pengambilan sampel menggunakan Accidental

sampling. Ketiga, responden yang digunakan adalah usia dewasa (26-45 tahun)

baik laki-laki maupun perempuan. Keempat, tempat yang digunakan adalah di

Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul.

Adapun perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ristianingrum (2010) dengan judul Hubungan

Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tes Fungsi Paru yaitu pertama,

variabel terikat menggunakan hiperurisemia. Kedua, desain penelitian yang

digunakan adalah survey analitik dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan Accidental sampling. Ketiga, analisis data yang digunakan adalah

Kendall Tau. Keempat, tempat yang digunakan adalah di Dusun Daleman

Gadingharjo Sanden Bantul.


9

Adapun perbedaan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih (2010) dengan judul Faktor-Faktor

Risiko Hiperurisemia yaitu pertama, desain penelitian yang digunakan adalah

survey analitik dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Kedua, analisis data

yang digunakan adalah menggunakan Kendall Tau. Ketiga, teknik sampel yang

digunakan adalah Accidental sampling. Keempat, tempat yang digunakan adalah

di Dusun Daleman Gadingharjo Sanden Bantul.

Anda mungkin juga menyukai