Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN LUKA DEKUBITUS


DI RUANG AZALEA RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Disusun oleh:
Kelompok 4B
Sharazeintya Atayzzahra 4006230019
Silva Meidina Fitriani 4006230030
Sopa Marwati 4006230062
Syifa Sentika Aprilia 4006230065
Tias Ayu Astika 4006230073
Witha Widyaningsih 4006230034
Wulan Pebriani H. 4006230045
Yopi Nurlela Srihayati 4006230069
Zulian Putri Puspita 4006230067
Irvan Muhamad Cahya 4006230009
Ida Faridah 4006230026

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
2023/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Pokok Bahasan : Pencegahan Luka Dekubitus


Tempat : Ruang Azalea RSUP Dr. Hasan Sadikin
Sasaran : Keluarga pasien di ruang Azalea
Waktu :
Hari/Tanggal : Jum’at/03 November 2023
Penyuluh : Kelompok 4 Profesi Ners B

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan pasien mampu memahami
tentang pencegahan decubitus selama di rumah sakit.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, pasien dapat :
a. Mengetahui tentang dekubitus
b. Mengetahui proses terjadinya decubitus
c. Mengetahui pasien yang beresiko mengalami luka decubitus
d. Mengetahui penampilan klinis (klasifikasi) decubitus
e. Mengetahui cara pencegahan terjadinya luka decubitus
C. Materi
Pencegahan luka decubitus
D. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
E. Media
a. Power point
b. Leaftlet
F. Waktu dan Tempat
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Azalea
G. Pengorganisasian
Penyaji : 1. Witha Widyaningsih
2. Tias Ayu Astika
Moderator : Sharazeintya Attayazahra
Fasilitator : 1. Silva Meidina F
2. Syifa Sentika
3. Sopa Marwati
4. Yopi Nurlela S
5. Zulian Putri P
Observer : 1. Irvan Muhamad C
2. Ida Faridah
Notulen : Wulan Pebriani H

H. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. 3 Menit Pembukaan : 1. Menjawab
1. Membuka kegiatan dengan salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri dan 3. Memperhatikan
kelompok 4. memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
4. Meyebutkan materi yang akan
diberikan
2. 15 Menit Pelaksanaan : 1. Menerima
1. Pembagian leaflet leaflet
2. Memberikan penejelasan 2. Memperhatikan
tentang decubitus penjelasan
3. Memberikan kesempatan 3. Mengajukan
kepada keluarga pasien untuk pertanyaan
bertanya 4. Memperhatikan
4. Menjawab pertanyaan dari
keluarga pasien
3. 10 Menit Evaluasi : Menjawab
Menanyakan kepada peserta pertanyaan
tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada pasien yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 Menit Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih 2. Menjawab
atas peran serta peserta salam
2. Mengucapkan salam penutup
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi
darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh mengalami dekubitus, bagian bawah dari
tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan M membutuhkan perhatian kuhsus.
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan
tidak dilindungi oleh cukup dengan lemak sub kutan, misalnya daerah sakrum,
daerah trokanter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan
siku.
Dekubitus merupakan suatu hal yang serius, dengan angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia. Dinegara-negara maju,
prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan terjadi dalam dua
minggu M pertama dalam perawatan.
Usia lanjut mempunyai potensi besar untuk menjadi decubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia antara lain :
a. Berkurangnya jaringan lemak
b. Berkurangnya jaringan kolagen dan elastin
c. Menurunnya efesiensi kolateral kalpiler pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis daan rapuh.

B. Proses Terjadinya Dekubitus


Tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg-33 mmHg. Kulit
akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih
berkisar pada batas-batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang
penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring
diatas kasur busa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg
dan daerah tumit mencapai 30-45 mmHg.
Tekanan akan menimbulkan daerah iskemik dan bila berlanjut terjadi
nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan bahwa sumbatan
total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam. Seorang
yang terpaksa berbaring berminggu-minggu tidak akan mengalami dakubitus
selama dapat mengganti posisi beberapa kali perjammnya.
Pencetus terjadinya decubitus antara lain :
a. Tekanan
Kulit kaya akan pembuluh darah yang mengangkut oksigen ke
seluruh lapisannya. Jika aliran darah terputus lebih dari 2-3 jam, maka
kulit akan mati, yang dimulai pada lapisan kulit paling atas (epidermis).
Penyebab dari berkurangnya aliran darah ke kulit adalah tekanan.
Jika tekanan menyebabkan terputusnya aliran darah, maka kulit yang
mengalami kekurangan oksigen pada mulanya akan tampak merah dan
meradang lalu membentuk luka terbuka (ulkus). Gerakan yang normal
akan mengurangi tekanan sehingga darah akan terus mengalir. Kulit
juga memiliki lapisan lemak yang berfungsi sebagai bantalan
pelindung terhadap tekanan dari luar.
b. Mobilisasi dan aktivitas
Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol
posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.
Pasien yang berbaring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu
untuk merubah posisi berisiko tinggi untuk terkena luka tekan.
Imobilitas adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka
tekan.
c. Penurunan presepsi sensori
Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan mengalami
penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan di atas tulang
yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan
mudah terkena luka tekan.
d. Kelembaban
Kelembaban yang disebabkan karena inkontinensia dapat
mengakibatkan terjadinya maserasi pada jaringan kulit. Jaringan yang
mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi.

C. Pasien Yang Berisiko Mengalami Luka Dekubitus


Dekubitus dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas seperti
stroke, fraktur tulang belakang atau penyakit degenerative. Dekubitus juga
dapat terjadi pada pasien dengan gangguan neurologis karena imobilisasi yang
lama, dan berkurangnya kemampuan sensorik.
Kondisi pasien yang berisiko tinggi mengalami luka decubitus diantaranya :
a. Pasien yang tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah,
dipasung)
b. Pasien yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri merupakan
suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak
c. Pasien dengan kerusakan saraf (misalnya akibat cedera, stroke,
diabetes), penurunan kesadaran dan koma bisa meneyebabkan
berkurangnya kemampuan untuk merasakan nyeri
d. Pasien yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak memiliki
lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengelami
pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting
e. Pasien yang mengalami pemaparan kelembaban dalam jangka panjang
(karena berkeringat, air kemih atau tinja) bisa merusak permukaan kulit
dan memungkinkan terjadinya dekubitus.
D. Penampilan Klinis Dekubitus
Karakteristik penampilan klinis dari decubitus dapat dibagi sebagai berikut :
a. Derajat I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, tampak
sebagai daerah kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
b. Derajat II : Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh
dermis hingga lapisan lemah subkutan, tampak sebagai ulkus yang
dangkal, degan tepi yang jelas dan perubahan warna pigmen kulit.
c. Derajat III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak
subkutan dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot.
Sudah mulai didapat infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau.
d. Derajat IV : Perluasan ulkus menembus otot, hingga tampak tulang di
dasar ulkus yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.

E. Pencegahan Dekubitus
Karena decubitus lebih mudah dicegah daripada diobati, maka sedini mungkin
harus dicegah dengan cara :
a. Hilangkan tekanan dengan menganjurkan pasien melakukan perubahan
posisi minimal tiap 2 jam.
b. Meminimalkan atau mnegurangi kelembaban dengan sering mengganti
pakaian dan sprei.
c. Jika pasien BAB atau BAK, bersihkan sampai feses atau urinnya tidak
tersisa atau menempel pada kulit karena akan menyebabkan iritasi.
d. Laporkan segera apabila terdapat daerah kemerahan pada kulit.
e. Jaga agar kulit tetap kering.
f. Jaga agar linen tetap kering dan bebas kerutan.
g. Beri perhatian khusus pada daerah daerah yang beresiko terjadi
decubitus seperti punggung, bagian-bagian tulang yang menonjol,
bagian pantat dan tumit kaki.
h. Masase daerah yang beresiko decubitus dengan ,menggunakan lotion
atau minyak zaitun.
i. Jangan gunakan lotion pada kulit yang sudah terkena luka decubitus
atau luka terbuka.
j. Gunakan Kasur busa untuk mengurangi terjadinya decubitus.
DAFTAR PUSTAKA
Berliya Anharu Safitri, dkk. 2019. Pencegahan Dekubitus Pada Klien Stroke Di
Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kota Semarang. 05.

Grace Tedy Tulak, dkk. 2023. Edukasi Pencegahan Luka Tekan Pada Anggota
Keluarga Yang Mengalami Immobilisasi. 2(3). Idea Pengabdian Masyarakat

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010. Fundamental Keperawatan (7 ed.). Jakarta:


Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai