Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

DEBRIDEMENT DAN INFEKSI LUKA OPERASI DI RUANG


MERAK RSUD Dr. M. ASHARI PEMALANG

Disusun Oleh :

RODHIYATUN KHASANAH

SK. 111. 020

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL

2015
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

DEBRIDEMENT DAN INFEKSI LUKA OPERASI

Pokok Bahasan : Debridement dan Infeksi Luka Operasi


Hari / Tanggal : Selasa, 21 April 2015
Waktu : 30 menit
Penyuluh : Mahasiswa STIKes Kendal
Tempat : Ruang Merak RSUD Dr. M. Ashari Pemalang
Sasaran : Keluarga pasien
I. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga dan klien memahami tentang Kejang demam

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
keluarga mampu:

a. Menjelaskan definisi Kejang demam


b. Faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam
c. Menjelaskan definisi kejang demam
d. Menjelaskan penyebab kejang demam
e. Menjelaskan tanda gejala kejang demam
f. Menjelaskan penatalakasanaan kejang demam

II. Sasaran
Keluarga pasien di ruang Merak RSUD Dr. M Ashari Pemalang
III. Target
Keluarga klien
IV. Metode Pengajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
V. Media Pengajaran
1. Leaflet
2. Lembar balik
3. Materi pengajaran
VI. Strategi Pelaksanaan
Pelaksanaan penyuluhan akan dilaksanakan pada :
1. Tanggal: :
2. Waktu : 30 Menit
3. Tempat : Ruang Merak RSUD Dr. M Ashari Pemalang
VII. Susunan Acara
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. Menjawab salam,
2. Menjelaskan nama dan akademi Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang diberikan.
5. Menanyakan kesiapan peserta
2 10 menit Pelaksanaan :
 Penyampaian materi Mendengarkan
a. Menjelaskan definisi kejang demam
b. Menjelaskan penyebab kejang demam
c. Menjelaskan tanda gejala kejang demam
d. Menjelaskan penatalakasanaan kejang
demam Bertanya
 Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya
3 10 menit Evaluasi: Menjawab dan
Menanyakan kembali hal-hal yang sudah dijelaskan menjelaskan
mengenai kejang demam Memperhatikan

4 5 menit Penutup :
a. Menutup pertemuan dengan menyimpulkan Mendengarkan
materi yang telah dibahas
b. Memberikan salam penutup Menjawab salam
VIII. Setting Tempat
Keterangan:

2 1 = pasien
1
2 = penyuluh

3 3 = keluarga

IX. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi struktur
- Klien dan keluarga mengikuti penyuluhan sampai selesai
2. Evaluasi Proses
- Klien dan keluarga antusias
3. Evaluasi Penyuluh
- Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan
- Dapat menjalankan peran dengan baik
4. Evaluasi Waktu
- Penyuluhan berjalan sesuai waktu yang ditentukan
X. Daftar pusta

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.


Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol: 2. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Vol:2. Jakarta: EGC.

XI. Materi
Terlampir
DEBRIDEMENT DAN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)

A. DEBRIDEMENT
1. Definisi Debridement
Debridemen adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan
luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi
tubuh. (Brunner & Suddarth ,2002. Suzzane C. Smeltzer Brenda G. Bare ).
Debridement merupakan suatu tindakan eksisi yang bertujuan untuk
membuang jaringan nekrosis maupun debris yang mengahalangi proses
penyembuhan luka dan potensial terjadi atau berkembangnya infeksi
sehingga merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan
maupun sepsis. Tindakan ini dilakukan seawal mungkin, dan dapat
dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.
2. Jenis-jenis Debridement
Terdapat 4 jenis debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan
surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan
nekrotik, luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit
sistemik.
a. Debridement Otolitik
Otolisis menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement
otolitik bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan.
Proses ini juga tidak nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat
dilakukan dengan menggunakan balutan oklusif atau semioklusif yang
mempertahankan cairan luka kontak dengan jaringan nekrotik.
Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid, hidrogel atau
transparent films. Indikasi : Pada luka stadium III atau IV dengan
eksudat sedikit sampai sedang.
b. Debridement Enzymatik
Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk
merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis,
debridement enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau
debridement otolitik dan mekanikal. Debridement enzimatik
direkomendasikan untuk luka kronis.
c. Debridement Mekanik
Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat
pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan
anyaman. Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada
anyaman akan diangkat. Beberapa dari jaringan tersebut non-viable,
sementara beberapa yang lain viable. Debridement ini nonselektif
karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan tidak sehat.
Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering. Proses
ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai persiapan
untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement
mekanik. Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga
penyebaran melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi.
Disinfeksi tambahan dapat menjadi sitotoksik.
d. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement
surgikal merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan
nekrotik. Keuntungan debridement surgikal adalah karena bersifat
selektif; hanya bagian avital yang dibuang. Debridement surgikal
dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat mengurangi waktu.
Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien atau di
dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi. Ciri jaringan avital
adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal), bisa juga
lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi
tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai
jaringan tadi habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang
sehat dan perdarahan lebih banyak pada jaringan yang dipotong.
Teknik Operasi
1) Tindakan aseptik dan antiseptik
2) Anestesi infiltrasi sekitar luka
3) Luka dicuci sampai bersih
4) Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular.
5) Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting
6) Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang.
Sampai jaringan sehat terlihat (sudah ada perdarahan normal)
7) Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu
kembali identifikasi jaringan nekrotik.
8) Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan
perawatan luka terbuka atau tindakan definitif lainnya.

B. INFEKSI LUKA OPERASI (ILO)


1. Definisi
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di
dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah
adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu
gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama
seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut
infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa
masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan
infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah
sakit baru disebut infeksi nosokomial (Utama, 2006).
2. Tanda-Tanda Infeksi
a. Color (panas)
Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya,
sebab terdapat lebih banyak darah yang disalurkan ke area terkena
infeksi/ fenomena panas lokal karena jaringan-jaringan tersebut sudah
mempunyai suhu inti dan hiperemia lokal tidak menimbulkan
perubahan.
b. Dolor (rasa sakit)
Dolor dapat ditimbulkan oleh perubahan PH lokal atau konsentrasi lokal
ion-ion tertentu dapat merangsang ujung saraf. pengeluaran zat kimia
tertentu seperti histamin atau zat kimia bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf nyeri, selain itu pembengkakan jaringan yang
meradang mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan menimbulkan
rasa sakit.
c. Rubor (kemerahan)
Merupakan hal pertama yang terlihat didaerah yang mengalami
peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteriol yang
mensuplai daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih banyak darah
yang mengalir kedalam mikro sirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang, dengan cepat penuh
terisi darah. Keadaan ini yang dinamakan hiperemia atau kongesti.
d. Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan ditimbulkan oleh karena pengiriman cairan dan sel-sel
dari sirkulasi darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel
yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat.
e. Functiolaesa
Adanya perubahan fungsi secara superficial bagian yang bengkak dan
sakit disrtai sirkulasi dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal,
sehingga organ tersebut terganggu dalam menjalankan fungsinya secara
normal. (Yudhityarasati, 2007).
3. Penyebab infeksi
a. Adannya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam luka.
b. Luka terbuka dan kotor.
c. Gizi buruk.
d. Daya tahan tubuh yang lemah.
e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak.
4. Cara pencegahan infeksi
a. Mandi 2 kali sehari
Daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau basah karena
dapat meninggalkan kelembaban pada kulit yang terbungkus sehingga
dapat menjadi tempat berkembangbiak kuman.
b. Makanan yang dibutuhkan
Makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori tinggi protein
(TKTP). Makanan yang mengandung tinggi protein misalnya: susu,
telur, madu, roti, ikan laut, kacang – kacang.
c. Ganti balutan minimal 1 kali sehari
1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan.
2) Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan
harus dalam keadaan steril atau bersih.
3) Minum obat sesuai anjuran dokter, misalnya obat antibiotik untuk
mencegah infeksi.
Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. (2005). Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogya: Rineka
Cipta.
Beck, Mary.E.(2011). Ilmu Gizi dan Diet Hubungan dengan Penyakit-Penyakit Untuk
Perawat dan Dokter. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Vol: 2. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan Vol:2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai