Anda di halaman 1dari 39

RINGKASAN JURNAL

PERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL

KELOMPOK 3

DISUSUN OLEH:

Candra Patniawati 2011102411154


Irham Suparna 2011102411098
Adi Wijaya 2011102411107
Bella Saphira 2011102411062
Muksi Nur 2011102411032
Nur Rahima 2011102411122
Sadita Dinanti 2011102411029
M. Fikri Haikal A 2011102411120
Manthiq Tansih Lil H. 2011102411187

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2023
DAFTAR ISI

JURNAL 1 ................................................................................................................................................... 2

A. Identitas Jurnal ............................................................................................................................... 2

B. Ringkasan Isi Jurnal ....................................................................................................................... 2

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)............................................................................................. 5

JURNAL 2 ................................................................................................................................................... 6

A. Identitas Jurnal ............................................................................................................................... 6

B. Ringkasan Isi Jurnal ....................................................................................................................... 6

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)............................................................................................. 8

JURNAL 3 ................................................................................................................................................... 9

A. Identitas Jurnal ............................................................................................................................... 9

B. Ringkasan Isi Jurnal ....................................................................................................................... 9

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 12

1
JURNAL 1

A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Volume, Nomor Jurnal E-ISSN-2477-6521
Vol 7 (1) Februari 2022 (74-84)
Nama Penulis Emil Huriani, Mira Susanti, Rima Dewita Sari
Tahun Terbit 2022

B. Ringkasan Isi Jurnal


Pendahuluan Gerakan perawatan paliatif rumah sakit yang digalakkan sejak
beberapa tahun yang lalu telah mampu mempromosikan
perawatan paliatif sebagai bentuk khusus praktik keperawatan
dan mampu mengingatkan standar perawatan untuk pasien
yang menjelang ajal. Dengan adanya perawatan menjelang ajal
yang sesuai dengan prinsipnya, memungkinkan perawat yang
bekerja di bidang ini dapat berfokus pada peningkatan kualitas
hidup pasien, tanpa memandang usia, dan seterusnya
mendukung anggota keluarga dan kerabat lainnya.
Berbagai bentuk peristiwa penyakit seringkali dapat
menyebabkan perburukan gejala dari penyakit kronis sehingga
berujung ke masuknya pasien ke ICU. Tim ICU multidisiplin
melakukan evaluasi terus menerus terhadap perjalanan klinis
pasien mereka, termasuk mendefinisikan ulang tujuan
pengobatan dan mempertimbangkan perawatan paliatif tidak
ada manfaat untuk perawatan. Pada beberapa kasus, kematian
tidak bisa dipisahkan dengan terjadinya perubahan psikologis,
meningkatnya biaya, dan keuangan untuk semua pihak yang
terlibat dalam proses ini (pasien, keluarga). Dalam banyak
kasus, perawatan lebih lanjut tidak mampu memenuhi tujuan

2
perawatan pasien sehingga menyebabkan seperti 20% hingga
33% pasien meninggal di ICU.
Menurut Word Health Organization (WHO), perawatan paliatif
hanya diterima oleh 14% dari pasien yang mengalami kondisi
kritis atau dalam status menderita penyakit kronis dan banyak
dari pasien tersebut dirawat di ICU. Karena di ruang ICU
memiliki fasilitas lengkap untuk perawatan pasien kritis/dalam
status akhir kehidupan, koeksistensi perawatan paliatif dan
perawatan intensif sangat menantang. Oleh karena itu,
keseimbangan antara praktek perawatan kritis dan kondisi
penyembuhan pasien kritis perlu menjadi pertimbangan. Selain
itu, tujuan utama ICU seharusnya tidak hanya untuk
mempromosikan perawatan kritis, namun juga harus dapat
memfasilitasi pasien dan keluarga membuat keputusan akhir
kehidupan yang tepat.
Metode Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross
sectional study. Sampel penelitian ini adalah perawat yang
bertugas di ruang ICU sejumlah 46 perawat. Instrumen
penelitian adalah kuesioner the Palliative care knowledge test
dan Palliative care self-efficacy scale. Analisa data univariat
ditampilkan dengan mendisdistribusi frekuensi dan bivariat
dengan menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat memiliki
pengetahuan kurang (97.8%), dan mempunyai kepercayaan diri
tinggi (56.3%). Pengetahuan perawaat tentang perawatan
paliatif tidak berhubungan dengan kepercayaan diri p >
(0,005).
Pembahasan Perawat memainkan peran penting dalam beberapa aspek
perawatan nyeri, yang meliputi penilaian/penilaian ulang nyeri,
pengembangan rencana perawatan yang berpusat pada pasien,
implementasi rencana itu, mengamati dan melaporkan dampak

3
dari rencana itu, serta menyediakan dan memperkuat
pendidikan pasien. Ini semua adalah bagian yang penting dari
proses keperawatan yang mendukung praktik terbaik dalam
manajemen nyeri. Kebanyakan, perawat berada di garis depan
advokasi dan sangat penting dalam membantu orang dengan
nyeri.
Perawat bertanggung jawab untuk secara efektif mengelola rasa
sakit pasien mereka melalui pemberian obat yang tepat,
penerapan strategi berbasis non-farmakologis seperti kompres
panas, dingin, perubahan posisi, pijat sederhana, penyangga,
dll., dan komunikasi dengan anggota lain dari tim manajemen
nyeri. Perawat lebih unggul dalam pengetahuan tentang
psikososial sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin dan
pengalaman kerja sehingga perawat dalam hal ini sangat empati
dalam memenuhi kebutuhan psikososial klien.
Kepercayaan diri dapat dikembangkan melalui pendidikan
formal. Oleh karena itu, tingkat pendidikan yang lebih tinggi
berkaitan dengan kepercayaan diri yang lebih tinggi.
Kepercayaan diri dapat ditingkatkan dengan pengalaman
partisipasi verbal yang biasanya merupakan bagian dari formal
pendidikan pada perawat, sehingga perawat sangat dituntut
untuk melanjutkan pendidikan agar dapat meningkatkan
kompetensinya.
Kepercayaan diri perawat pada penelitian ini separuh memiliki
kepercayaan diri tinggi. Kepercayaan diri dipengaruhi oleh
beberapa seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman
kerja serta pengetahuan, pengetahuan dan pengalaman kerja
merupakan factor yang sangat dominan mempengaruhi
kepercayaan diri perawat.
Kepercayaan diri yang rendah pada perawat yang memiliki
pengetahuan yang baik disebabkan juga oleh beban kerja yang

4
dijalani selama proses perawatan sehingga perawat tidak
optimal dalam memberikan pelayanan SIMPULAN Perawat di
ruang intensif memiliki pengetahuan tentang perawatan paliatif
yang kurang, namun telah memiliki kepercayaan diri tinggi
dalam memberikan asuhan keperawatan intensif. Tidak
terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepercayaan diri
tentang Perawatan Palliatif pada perawat. Pengetahuan bukan
merupakan penentu tingkat kepercayaan diri perawat dalam
melaksanakan tugasnya di ruang perawatan intensif.

Kesimpulan dan saran Diharapkan kepada institusi pelayanan untuk dapat


melaksanakan pelatihan tentang perawatan paliatif dalam
rangka meningkatkan pengetahuan perawat di ruang intensif.
Dengan pengetahuan yang baik diharapkan kualitas asuhan
keperawatan meningkat dan kepercayaan diri perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan di ruang intensif dilandasi
dengan pengetahuan yang adekuat. Perawat di ruang intensif
juga perlu meningkatkan pengetahuan tentang perawatan
paliatif baik melalui pelatihan formal yang tersertifikasi
maupun melalui berbagi metode norformal sehingga
pengetahuan yang didapat akan mendukung kepercayaan diri
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif di
ruang intensif.

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)


Untuk meningkatkan pengetahuan perawat diharapkan adanya pelatihan dan endidikan
tentang perawatan palliative, sehingga pengetahuan yang didapat akan mendukung
kepercayaan diri kepada perawat di ICU.

5
JURNAL 2
A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Volume, Nomor Jurnal Volume 10, Nomor 2, 2022: 260-265
Nama Penulis Ifa Hafifah, Tina Handayani Nasution
Tahun Terbit 2022

B. Ringkasan Isi Jurnal


Pendahuluan Perawatan menjelang kematian diberikan kepada pasien dalam
kondisi kritis sehingga jika pasien meninggal dapat meninggal
dengan kedamaian. beberapa tindakan perawatan menjelang
ajal dibantu oleh keluarga pasien terutama pada aspek
dukungan emosional, budaya, dan spiritual.
Ruang ICU adalah ruangan dengan pelayanan intensif yang
dilengkapi alat - alat khusus untuk melakukan penatalaksanaan
pada pasien yang butuh pertolongan segera untuk
mempertahankan hidupnya (reversible. Pasien di ICU yang
diberikan perawatan menjelang ajal adalah pasien yang
mempunyai skor APACHE II ≥ 25. APACHE II adalah skor
menilai tingkat keparahan dan prediksi kematian pada pasien.
Skor ini dapat dihitung setelah pasien dirawat di ICU minimal
1x24 jam.
Fokus perawatan menjelang ajal adalah pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pasien menjelang ajal. Kebutuhan pasien menjelang
ajal antara lain: minimal nyeri bahkan tidak merasakan nyeri,
merasakan kenyamanan, dihormati dan dihargai, mendapatkan
kedamaian, didampingi keluarga atau kerabat
Metode Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Sampel penelitian ini adalah keluarga pasien ICU yang
memenuhi syarat inklusi sebanyak 11 orang menggunakan

6
teknik observasi dan wawancara. perawat yang bertugas di
ruang ICU sejumlah 46 perawat. Analisa data menggunakan
analisis data etnografi
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga mengalami
kesulitan memahami peran mereka dalam pengambilan
keputusan dan mereka mengatakan tidak diikutsertakan oleh
perawat untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien
menjelang ajal di ICU.
Pembahasan Tujuan perawatan menjelang ajal yaitu membantu pasien
meninggal dengan tenang, damai, bermartabat, dan terhormat.
Keluarga merupakan orang yang memiliki peran penting dalam
proses pengambilan keputusan pada pasien menjelang ajal, Saat
pasien sekarat, perawat mengetahui bahwa sangat penting bagi
keluarga untuk membersamai dan memberikan dukungan
spiritual kepada pasien, namun perawat merasa kehadiran
keluarga pada saat tindakan penyelamatan nyawa pasien bisa
mengganggu.
Fokus utama dalam hal ini adalah pertemuan dengan keluarga
yanenjadi orang terpenting dalam pengambilan keputusan,
misalnya keputusan beralih dari perawatan paliatif ke
perawatan menjelang ajal. Komunikasi yang lebih baik dapat
meningkatkan hasil bagi pasien seperti mengurangi gejala
trauma psikologis, depresi, cemas, memperpendek waktu
perawatan di ICU, dan meningkatkan kualitas kematian

Kesimpulan dan saran Kesimpulan penelitian ini adalah keluarga pasien melakukan
perannya dalam perawatan menjelang ajal dengan memasukkan
unsur budaya pada pasien kritis di Ruang ICU RSUD Ulin
Banjarmasin dengan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
Saran penelitian adalah bagi pelayanan adalah tenaga kesehatan
dapat memfasilitasi keluarga melakukan perannya dalam

7
perawatan menjelang ajal, bagi pendidikan sebagai
pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan, dan bagi penelitian
selanjutnya adalah sebagai dasar dalam pembuatan instrumen
perawatan menjelang ajal oleh keluarga pasien yang dirawat di
Ruang ICU menurut perspektif Budaya Banjar.

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)


Untuk memberikan perawatan paliatif menjelang ajal yang terdiri dari empat tema yaitu
jenis perawatan menjelang ajal meliputi melaksanakan ibadah di dekat pasien, melakukan
perawatan kebersihan diri pasien, bertawakkal kepada Tuhan, dan pemberian makanan
atau minuman yang dipercaya untuk kesembuhan pasien dan memberikan edukasi berupa
pegetahuan bagaimana cara keluarga mendapatkan informasi mengenai perawatan
menjelang ajal meliputi pendidikan dari keluarga sejak kecil, informasi dari tenaga
kesehatan.

8
JURNAL 3

A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan
Volume, Nomor Jurnal Volume 8, Nomor 2
Nama Penulis Yosafat Barus, Fridella Grace Natalia Tarigan, Tetty Suriany
Limbong
Tahun Terbit 2022

B. Ringkasan Isi Jurnal


Pendahuluan Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya
tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat gula
(glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang sehat, pankreas
melepas hormon insulin yang bertugas mengangkut gula
melalui darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk memasok
energi. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin
dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tak mampu
menggunakan insulin secara efektif, sehingga terjadilah
kelebihan gula didalam darah. Kelebihan gula yang kronis di
dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi tubuh.
Sebagian glukosa yang tertahan di dalam daerah itu melimpah
ke sistem urine untuk dibuang melalui urine. Air kencing
diabetes yang mengandung gula dalam kadar tinggi tersebut
menarik bagi semut, karena itulah gejala ini disebut juga gejala
kencing manis (Chaidir, et all 2017). Menurut American
Diabetes Association ADA (2010), diabetes melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduaduanya. gejala umun dari diabetes
melitus adalah poliuria, polifagia, polydipsia. Klasifikasi dari

9
diabetes melitus yaitu diabetes mellitus tipe 1, tipe 2. Jenis
diabetes melitus yang paling banyak diderita diabetes melitus
tipe 2, dimana sekitar 90-95% orang mengidap penyakit ini
(Black & Hawks: ADA, 2010).
Metode Metode penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan
jumlah sampel 46 responden di Puskesmas Biru-Biru
Kecamatan Sibiru-biru. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan uji chi-square dengan (p=0,002).
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan
self care dengan kualitas hidup pasien dibetes melitus di
Puskesmas Biru-Biru Kecamatan Sibiru-biru. Diharapkan
kepada pasien agar mampu lebih meningkatkan self care agar
kualitas hidup semakin baik.
Pembahasan Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Melitus Di Puskesmas Biru- Biru Kecamatan Sibiru-
BiruKabupaten Deli Serdang Tahun 2021 menunjukkan bahwa
pasien DM yang melakukan self care yang baik memiliki
kualitas hidup yang baik sebanyak 23 orang atau 50,0%,
sedangkan pasien DM yang melakukan self care tidak baik
memiliki kualitas hidup baik sebanyak 2 orang atau 4,3%. Dan
pasien DM yang melakukan self care baik memiliki kualitas
hidup tidak baik sebanyak 11 orang atau 23,9%, sedangkan
pasien DM yang melakukan self care tidak baik memiliki
kualitas hidup yang tidak baik sebanyak 10 orang atau 21,7%
dengan nilai pvalue 0,002 < 0,05 yang artinya ada Hubungan
Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
Puskesmas Biru- Biru Kecamatan Sibiru-Biru Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2021.
Kesimpulan dan saran Kesimpulan :
1. Berdasarkan jumlah responden didapatkan responden

10
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Tingkat pendidikan responden lebih banyak Sd.
Responden lebih banyak sebagai wiraswasta . Usia
rata-rata di dapatkan 45 tahun dengan durasi rata-rata
mengalami Diabetes melitus.
2. Nilai self care yang baik sebanyak 23 responden di
dapatkan frekuensi nya 50,0%. self care tidak baik
sejumlah 2 orang (4,3%). kualitas hidup baik sejumlah
11 orang 23,9%.kualitas hidup tidak baik sejumlah
21,7%.
3. Terdapat hubungan self care dengan kualitas hidup
dengan strategi pasien DM di wilayah kerja puskesmas
biru-biru menunjukkan hubungan positif antara
perawat dengan pasien dan memberikan edukasi yang
baik.
Saran bagi pelayanan kesehatan adalah berdasarkan penelitian
yang dilakukan dapat memberikan informasi mengenai self
care yang tinggi pada pasien DM di wilayah kerjaPuskesmas
biru-biru sehingga pihak dari puskesmas dapat memberikan
edukasi mengenai pentingnya self care kepada pasien dan
keluarga pasien DM untuk mengoptimalkan strategi kualitas
hidup pasien DM agar berdampak pada kontrol glukosa darah
yang lebih baik.

C. Implikasi Praktis (Manfaat Praktik)


Self care dapat meningkatkan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok
sosial yang sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia, dan keinginan
manusia untuk menjadi normal. Self care yang dilakukan pada pasien diabetes melitus
diharapkan kepada pasien agar mampu lebih meningkatkan self care agar kualitas hidup
semakin baik yang meliputi pengaturan pola makan, pemantauan kadar gula darah, terapi
obat, perawatan kaki, dan latihan fisik (olahraga).

11
DAFTAR PUSTAKA

Hafifah, I., & Nasution, T. H. (2022). Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis oleh Keluarga
Menurut Perspektif Budaya Banjar Di ICU RSUD Ulin. Dunia Keperawatan : Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan, May. https://doi.org/10.20527/dk.v10i2.56

Huriani, E., Susanti, M., & Sari, R. D. (2022). Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang
Perawatan Paliatif Pada Perawat Icu. Jurnal Endurance, 7(1), 74–84.
https://doi.org/10.22216/jen.v7i1.811

Limbong, Y. B. ; F. G. N. T. ; T. S. (2022). HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS


HIDUPP PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS BIRU-BIRU KECAMATAN
SIBIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG. Jurnal Pionir LPPM, 8, 2.

12
HUBUNGAN SELF CARE DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS BIRU- BIRU KECAMATAN SIBIRU-BIRU
KABUPATEN DELI SERDANG

Yosafat Barus1, Fridella Grace Natalia Tarigan2, Tetty Suriany Limbong3

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


Akademi Keperawatan Wirahusada Medan
Email : yosafatbarus87@gmail.com, fridella.tarigan@yahoo.com,
limbong275@gmail.com

Abstract

Diabetes Mellitus is a chronic hyperglycemic state accompanied by various metabolic


disorders due to hormonal disorders that cause various chronic complications in the eyes,
kidneys, nerves and blood vessels so that it can affect a person's quality of life. Quality of life
of patients with diabetes mellitus on average have a poor quality of life due to physical
changes. Physical changes felt by patients with diabetes mellitus such as fatigue and
disturbances during activities caused by increased blood sugar levels. One way to improve
the quality of life is good self-care. The purpose of this study was to identify the relationship
between self care and the quality of life of patients with diabetes mellitus at the Biru-Biru
Health Center, Sibiru-biru District. This research method uses a correlation design with a
sample of 46 respondents at the Biru-Biru Health Center, Sibiru-biru District. The measuring
instrument used in this research is a questionnaire. Data analysis was performed using the
chi-square test with (p=0.002). The results of this study indicate that there is a relationship
between self care and the quality of life of patients with diabetes mellitus at the Biru-Biru
Health Center, Sibiru-biru District. It is hoped that patients will be able to further improve
self-care so that the quality of life is better.

Keywords: Self Care, Quality of Life for Diabetes Mellitus Patients

Abstrak: Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah sehingga dapat mempengaruhi kualitas
hidup seseorang. Kualitas hidup pasien diabetes melitus rata-rata memiliki kualitas hidup
yang kurang baik akibat perubahan fisik. Perubahan fisik yang dirasakan pasien diabetes
melitus seperti lelah dan gangguan saat beraktivitas yang disebabkan oleh peningkatan kadar
gula darah. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup adalah self
care yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan self care
dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas Biru-Biru Kecamatan Sibiru-
biru. Metode penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan jumlah sampel 46
responden di Puskesmas Biru-Biru Kecamatan Sibiru-biru. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian inni adalah kuesioner. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square
dengan (p=0,002). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan self care
dengan kualitas hidup pasien dibetes melitus di Puskesmas Biru-Biru Kecamatan Sibiru-biru.
Diharapkan kepada pasien agar mampu lebih meningkatkan self care agar kualitas hidup
semakin baik.

Kata Kunci: Self Care, Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus


P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

I. PENDAHULUAN Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa


Diabetes adalah suatu penyakit, dimana prevalensi diabetes melitus di Indonesia
tubuh penderitanya tidak bisa secara sebesar 6,9%. Sementara itu, jika dilihat
otomatis mengendalikan tingkat gula berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia,
(glukosa) dalam darahnya. Pada tubuh yang prevalensi diabetes melitus tertinggi
sehat, pankreas melepas hormon insulin terdapat di Yogyakarta (2,6%). Lalu diikuti
yang bertugas mengangkut gula melalui dengan DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara
darah ke otot-otot dan jaringan lain untuk (2,4%) dan Kalimantan Timur . Sedangkan
memasok energi. Penderita diabetes tidak untuk provinsi Sumatera Utara prevalensi
bisa memproduksi insulin dalam jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 1,8 %
yang cukup, atau tubuh tak mampu atau sekitar 160 ribu jiwa (Purwoningsih &
menggunakan insulin secara efektif, Purnama, 2017).
sehingga terjadilah kelebihan gula didalam Penyakit diabetes melitus yang tidak
darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam dikelola dengan baik akan meningkatkan
darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi resiko terjadi komplikasi, karena pasien
tubuh. Sebagian glukosa yang tertahan di diabetes melitus rentan mengalami
dalam daerah itu melimpah ke sistem urine komplikasi, yang diakibatkan karena terjadi
untuk dibuang melalui urine. Air kencing defesiensi insulin, atau kerja insulin yang
diabetes yang mengandung gula dalam tidak adekuat (Smeltzer et all, 2009).
kadar tinggi tersebut menarik bagi semut, Komplikasi yang ditimbulkan bersifat akut
karena itulah gejala ini disebut juga gejala maupun kronik. Komplikasi akut terjadi
kencing manis (Chaidir, et all 2017). berkaitan dengan peningkatan kadar gula
Menurut American Diabetes darah secara tiba-tiba, sedangkan
Association ADA (2010), diabetes melitus komplikasi kronik sering terjadi akibat
merupakan suatu kelompok penyakit peningkatan gula darah dalam waktu lama
metabolik dengan karakteristik (Yudianto, 2008).
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan Ketika penderita diabetes melitus
sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua- mengalami komplikasi, maka akan
duanya. gejala umun dari diabetes melitus berdampak pada, penurunan kualitas hidup,
adalah poliuria, polifagia, polydipsia. serta meningkatnya angka kesakitan
Klasifikasi dari diabetes melitus yaitu (Nwankwo et all, 2010). Kebanyakan
diabetes mellitus tipe 1, tipe 2. Jenis diabetes pasien diabetes melitus tersebut banyak
melitus yang paling banyak diderita diabetes dirawat di ruangan penyakit dalam. Setelah
melitus tipe 2, dimana sekitar 90-95% orang ditelusuri dari beberapa ruangan bahwa
mengidap penyakit ini (Black & Hawks: penyakit diabetes melitus ini mengalami
ADA, 2010). komplikasi seperti: hipertensi, stroke, dan
Menurut International Diabetes federation penyakit jantung. Dampak lain yaitu
IDF (2014), Kawasan Asia Pasifik insomnia, pergerakan usus (konstipasi
merupakan kawasan terbanyak yang diare), selain itu juga dapat melepaskan
menderita diabetes melitus, dengan hormone adrenalin secara berlebihan, yang
angka kejadiannya 138 kasus (8,5%). IDF membuat jantung berdetak cepat sehingga
memperkirakan pada tahun 2035 jumlah meningkatkan tekanan darah yang dapat
insiden DM akan mengalami peningkatan menyebabkan penyakit jantung,stroke
menjadi 205 juta kasus di antara usia sehingga memperberat penyakit DM
penderita DM 40-59 tahun (IDF, 2014). tersebut. Semua kondisi tersebut akan
Indonesia berada di posisi kedua terbanyak menyebabkan menurunnya kualitas hidup
di kawasan asia tenggara. Menurut IDF pasien DM (Azmi, 2013).
(2014) angka kejadian diabetes melitus di World Health Organization Quality
Indonesia sebesar 9. Laporan hasil Riset Of Life (WHOQOL) mendefinisikan
Kesehatan Dasar RISKESDAS (2013) . kualitas hidup sebagai persepsi individu

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 110
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

terhadap kehidupannya di masyarakat dalam untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan


konteks budaya dan sistem nilai yang ada sudah efektif atau belum. Terapi obat
terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan bertujuan untuk mengendalikan kadar gula
perhatian. Berdasarkan penelitian Isa & darah sehingga dapat mencegah terjadinya
Baiyewu (2006) didapatkan hasil 65,4% komplikasi. Perawatan kaki bertujuan untuk
menunjukkan hasil kualitas hidup sedang mencegah terjadinya kaki diabetik. Latihan
padapasien DM dan 13,9% menunjukkan fisik bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien DM yang buruk. Hasil sensitivitas reseptor insulin sehingga dapat
wawancara pada tiga pasien Poli Interna beraktivitas dengan baik (Chaidir et all,
RSD dr. Soebandi didapatkan informasi 2017).
bahwa pasien tidak mengalami gangguan Konsep Orem telah memaparkan
pada kesehatan fisik dan lingkungan, tetapi secara jelas, sesungguhnya setiap individu
merasa terganggu pada psikologi dan dengan keadaan dan usia tertentu sesuai
hubungan sosial.Permasalahan pada kualitas dengan kondisi dasarnya memiliki naluri
hidup pasien DM merupakan masalah yang serta kemampuan tubuh untuk dapat
cukup komplek. Hal tersebut karena akan merawat, melindungi, mengontrol,
berpengaruh pada beberapa aspek dalam meminimalisir serta mengelola dampak
kehidupan Penelitian lain yang dilakukan negatif guna dapat menjalankan hidup
oleh Gautam et al. (2009). secara optimal untuk hidup dan sehat,
Kualitas hidup yang rendah tersebut pemulihan dari sakit atau trauma atau
juga berhubungan dengan sosial ekonomi, koping dan dampaknya, Potter & Perry
tingkat pendidikan, dan aktivitas fisik (2009).
(Yusra, 2011). Namun kenyataanya Hasil Penelitian Yang Dilakukan Oleh
penurunan kualitas hidup pada pasien Peneliti Di Rumah Sakit Santa Elisabeth
diabetes melitus sering diikuti dengan Medan 2019 Mengenai Self Care Pasien
ketidaksanggupan pasien tersebut dalam Diabetes Melitus Yang Dilakukan Dengan
melakukan perawatan diri secara mandiri Menggunakan Kuesioner Yang
yang biasanya disebut dengan self care. Menunjukkan Bahwa Self Care Pasien
Ketidaksanggupan pasien diabetes melitus Diabetes Melitus Kategori Yang Baik 18
dalam melakukan self care dapat Orang (60.0%), Kurang Baik 12 Orang
mempengaruhi kualitas hidup dari segi (40.0%). Berdasarkan Penelitian Yang
kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, Didapatkan Oleh Peneliti Pada Pasien
hubungan sosial, dan hubungan dengan Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Santa
lingkungan (Kusniawati, 2011). Elisabeth Medan 2019, Bahwa Mayoritas
Teori self care merupakan teori yang Tingkat Self Care Nya Dalam Kategori Baik.
dikemukakan oleh Dorothea Orem (1959). Hal Ini Didapatkan Bahwa Responden Lebih
Menurut Orem, self care dapat Rutin Mengecek Gula Darah, Menggunakan
meningkatkan fungsi-fungsi manusia dan Insulin, Makan Buah Dan Sayur Serta
perkembangan dalam kelompok sosial yang Merencanakan Pola Diet Makanan.
sejalan dengan potensi manusia, tahu Kemudian, Perawat Juga Berperan Penting
keterbatasan manusia, dan keinginan Dalam Meningkatkan Pemahaman Pasien
manusia untuk menjadi normal. Self care Mengenai Pentingnya Mempertahankan
yang dilakukan pada pasien diabetes melitus Pengelolaan DM Melalui Self Care.
meliputi pengaturan pola makan, Hal Ini Didukung Oleh Jurnal
pemantauan kadar gula darah, terapi obat, Penelitian Chaidir Dkk (2017), Tentang Self
perawatan kaki, dan latihan fisik (olahraga). Care Diperoleh Hasil Yaitu Dari 89
Pengaturan pola makan bertujuan untuk Responden Lebih Dari Separoh Memiliki
mengontrol metabolik sehingga kadar gula Tingkat Self Care Baik Dengan Persentase
darah dapat dipertahankan dengan normal. 58.4% (52 Orang Responden) Dimana
Pemantauan kadar gula darah bertujuan Aktivitas Self Care Yang Dilakukan Oleh

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 111
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Responden Setiap Hari Adalah Perencanaan mengalami peningkatan pada tahun 2019
Diet, Mengkomsumsi Sayuran, dengan angka 45 orang, kemudian pada
Membersihkan Kaki, Dan Mengeringkan tahun 2020 mengalami peningkatan yang
Sela-Sela Kaki Setelah Dicuci. Hasil signifikan dengan angka 52 orang. Hal ini
Penelitian Ini Sama Dengan Hasil Penelitian disebabkan karna kurang nya pengetahuan
Yang Dilakukan Oleh Ruth (2012), Dimana tentang perawatan diri dan penjagaan diet
Diperoleh Hasil Yaitu 85 Responden 77.6% pola makan diabetes militus.
(66 Orang Responden) Memiliki Tingkat Self Berdasarkan latar belakang diatas,
Care Yang Tinggi Dan Selebihnya Memiliki peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Tingkat Self Care Yang Rendah. Hal Ini dengan judul, Hubungan Self Care Dengan
Responden Melakukan Perawatan Diri Kulitas Hidup Terhadap pasien diabetes
Dengan Cara Mengontrol Kadar Gula Darah militus di puskesmas sibiru-biru tahun 2020.
Untuk Mencegah Terjadinya Komplikasi.
Perawatan Diri Yang Dilakukan Responden 1. METODE PENELITIAN
Setiap Hari Adalah, Latihan Fisik, Tujuan penelitian ini adalah untuk
Memonitoring Kadar Glukosa. mengidentifikasi hubungan self care dengan
Pasien Yang Mengalami Tingkat Self kualitas hidup pasien diabetes melitus di
Care Nya Kurang Baik Hal Ini Didukung Puskesmas Biru-Biru Kecamatan Sibiru-
Oleh Jurnal Penelitian Kusniawati (2011), biru. Metode penelitian ini menggunakan
Dikatakan Bahwa Usia Adalah Salah Satu desain korelasi dengan jumlah sampel 46
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Self responden di Puskesmas Biru-Biru
Care Pasien. Dimana Hasil Dari Data Kecamatan Sibiru-biru. Alat ukur yang
Demografi Rata-Rata Usia Responden Adalah digunakan dalam penelitian ini adalah
45-55 Tahun (40.7%) Lebih Banyak Memilih kuesioner. Analisa data dilakukan dengan
Kurang Baik, Hal Ini Disebabkan Pasien menggunakan uji chi-square dengan
Tidak Mampu Lagi Melakukan Aktivatasnya, (p=0,002). Hasil dari penelitian ini
Cara Untuk Mengontrol Pola Makan Karena menunjukkan bahwa adanya hubungan self
Penurunan Pola Pikir Dan Penuaian. care dengan kualitas hidup pasien dibetes
Berdasarkan hasil survei yang melitus di Puskesmas Biru-Biru Kecamatan
didapat di Puskesmas Si Biru – Biru Sibiru-biru. Diharapkan kepada pasien agar
Kecamatan Biru – Biru Kabupaten Deli mampu lebih meningkatkan self care agar
Serdang penderita penyakit diabetes militus kualitas hidup semakin baik.
tahun 2018 sebanyak 35 orang , dan
2. HASIL PENELITIAN
Data Umum
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan jenis kelamin di
wilayah kerja puskesmas Biru-Biru

Karakteristik frekuensi Presentasi(%)


(Janis kelamin)
• Laki- laki 20 43,5
• Perempua 26 56,5
n
Total 46 100,0

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di wilayah kerja
puskesmas Biru-Biru

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 112
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Karakteristik frekuensi Presentasi


(%)
(umur)
• 45-50 15 32,6
tahun 20 43,5
• 51-55 11 23,9
tahun
• 56-60
tahun
Total 46 100,0

4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Agama di wilayah kerja


puskesmas Biru-Biru

Karakteristik frekuensi Presentasi (%)


(agama )
• Islam 15 32,6
• Kristen 20 43,5
• Protestan 11 23,9
Total 46 100,0

4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Biru-Biru

Karakteristik frekuensi Presentasi (%)


(pendidikan )
• Sd 16 34,8
• Smp 10 21,7
• Sma 15 32,6
• S1 5 10,9
Total 46 100,0

4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Biru-Biru

Karakteristik frekuensi Presentasi (%)


(pekerjaan )
• Petani 20 43,5
• Wiraswasta 26 56,5

Total 46 100,0

Analisis Bivariat

Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas
Biru- Biru Kecamatan Sibiru-BiruKabupaten Deli Serdang

Tabel 4.5. Distribusi Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
Puskesmas Biru- Biru Kecamatan Sibiru-BiruKabupaten Deli Serdang

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 111
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Kualitas Hidup
Self care Baik Tidak Baik Jumlah Nilai p
F % F % F % 0,002
Baik 23 50,0 11 23,9 34 73,9
Tidak baik 2 4,3 1 21,7 12 26,1
0
Total 25 54,3 21 45,6 46 100,0

3. PEMBAHASAN tahun dengan durasi rata-rata mengalami


Diabetes melitus.
1. Hubungan Self Care Dengan Kualitas 2. Nilai self care yang baik sebanyak 23
Hidup Pasien Diabetes Melitus Di responden di dapatkan frekuensi nya
Puskesmas Biru- Biru Kecamatan 50,0%. self care tidak baik sejumlah 2
Sibiru-BiruKabupaten Deli Serdang orang (4,3%). kualitas hidup baik
Tahun 2021. sejumlah 11 orang 23,9%.kualitas hidup
tidak baik sejumlah 21,7%.
Menunjukkan bahwa pasien DM yang 3. Terdapat hubungan self care dengan
melakukan self care yang baik memiliki kualitas hidup dengan strategi pasien DM
kualitas hidup yang baik sebanyak 23 orang di wilayah kerja puskesmas biru-biru
atau 50,0%, sedangkan pasien DM yang menunjukkan hubungan positif antara
melakukan self care tidak baik memiliki perawat dengan pasien dan memberikan
kualitas hidup baik sebanyak 2 orang atau edukasi yang baik.
4,3%. Dan pasien DM yang melakukan self
care baik memiliki kualitas hidup tidak baik
sebanyak 11 orang atau 23,9%, sedangkan
pasien DM yang melakukan self care tidak
baik memiliki kualitas hidup yang tidak baik
sebanyak 10 orang atau 21,7% dengan nilai p-
value 0,002 < 0,05 yang artinya ada Hubungan
Self Care Dengan Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Melitus Di Puskesmas Biru- Biru
Kecamatan Sibiru-Biru Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2021.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan jumlah responden
didapatkan responden perempuan lebih
banyak dibandingkan laki-laki. Tingkat
pendidikan responden lebih banyak Sd.
Responden lebih banyak sebagai
wiraswasta . Usia rata-rata di dapatkan 45

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 112
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

masalah sehingga kontrol glukosa


B. SARAN. darah pasien DM menjadi lebih baik.

1. Bagi Peneliti 5. DAFTAR PUSTAKA


Hasil penelitian ini diharapkan dapat
American Diabetes Association
menjadi bahan masukkan bagi tenaga
(2010). Diagnosis and
kesehatan di puskesmas biru- biru Clasification of Diabetes,
kecamatan sibiru-biru kabupaten deli diabetes care 1 januari 2014 vol
serdang agar dilakukan kebijakan 27
kepada masyarakat sehingga Anna & Lusiana. (2014). Kualitas Hidup
masyarakat bersedia ikut serta dan berdasarkan Karekteristik Pasien
mau melakukan perawatan diri yang Diabetes Melitus Tipe 2.
Azila, (2016). Gambaran Kualitas
baik .
Hidup Pasien Diabetes Mellitus
2. Bagi Institusi Pendidikan Tipe 2 Di Poli Interna Rsd
Diharapkan dapat menjadi literatur Dr.Soebandi Jember.
dalam proses pembelajaran mengenai
self care pada mata kuliah Black, J.M., & Hawks, J. H. (2010).
keperawatan paliatif dan menjelang Keperawatan medical bedah:
ajal. manajemen klinis untuk hasil yang
diharapkan. Singapore: Elsevier.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Chaidir, R., Wahyuni, Furkhan,. W.
Berdasarkan penelitian yang (2017). Hubungan Self Care
dilakukan dapat memberikan Dengan Kualitas Hidup Pasien
informasi mengenai self care yang Diabetes Melitus.Ilmu
tinggi pada pasien DM di wilayah Keperawatan, Stikes Yarsi Sumbar
kerjaPuskesmas biru-biru sehingga Bukittinggi.
Gautama, Y.,Sharma, A.K., Agarwal
pihak dari puskesmas dapat
A.K., Bhtnagar,M.K & Trehan,
memberikan edukasi mengenai R.R.(2009). A Cross Sectional
pentingnya self care kepada pasien Study of QOL of Diabetic Patient
dan keluarga pasien DM untuk at tertiary care hospital in Delhi.
mengoptimalkan strategi kualitas Indian Journal Of Community
hidup pasien DM agar berdampak Medicine
pada kontrol glukosa darah yang lebih
Hermawati, dkk (2016).Faktor-Faktor
baik.
Yang Mempengaruhi Self Care
4. Bagi Masyarakat Diet Nutrisi Pasien Hemodialisa
Pasien, keluarga dan masyarakat Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta
diharapkan dapat meningkatkan self Purnama & Purwoningsih. (2017).
care ,sedangkan keluarga diharapkan Perbandingan Faktor Perilaku
dapat memberikan dukungan Suku Batak Dan Melayu Terhadap
spiritualitas seperti mengingatkan Angka Kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2 Di Rsud Dr. Tengku
untuk merawat diri dan menjaga pola
Mansyur Tanjungbalai.Fakultas
makan sebagai alternatif pemecahan Kedokteran Universitas

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 229
P-ISSN : 2549-3043
E-ISSN : 2655-3201

Muhammadiyah Sumatera Utara.


Ibnu Sina Biomedika Volume 1,
No. 2
(2017).
Putra & Berawi, (2015). Empat Pilar
Penatalaksanaan Pasien Diabetes
Mellitus Tipe .(Vol 4 No 9
Desember 2015) .

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022 230
P-ISSN : 2549-3043

Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan Vol. 8 No.2 Juli 2022


Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan @ JDK 2022
DOI: 10.20527/dk.v10i2.56 eISSN: 2541–5980; pISSN: 2337-8212
Received May 2022; Accepted July 2022
Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis oleh Keluarga
Menurut Perspektif Budaya Banjar Di ICU RSUD Ulin
Ifa Hafifah, Tina Handayani Nasution
Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
*Email Korespondensi : tina.nasution@ulm.ac.id

ABSTRAK
Tingginya angka kematian di Ruang ICU menuntut tenaga kesehatan untuk mampu memberikan perawatan
paliatif menjelang kematian. Keterbatasan tenaga perawat ICU menyebabkan beberapa tindakan perawatan
menjelang ajal dibantu oleh keluarga pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi perawatan menjelang
ajal oleh keluarga menurut perspektif Budaya Banjar. Pendekatan yang digunakan adalah etnografi dengan 11
orang keluarga pasien sebagai key informan. Muncul empat tema yaitu jenis perawatan menjelang ajal meliputi
melaksanakan ibadah di dekat pasien, melakukan perawatan kebersihan diri pasien, bertawakkal kepada Tuhan,
dan pemberian makanan atau minuman yang dipercaya untuk kesembuhan pasien. Cara keluarga mendapatkan
informasi mengenai perawatan menjelang ajal meliputi pendidikan dari keluarga sejak kecil, informasi dari
tenaga kesehatan. Faktor yang mempengaruhi perawatan menjelang ajal yaitu faktor internal dan eksternal.
Orang yang terlibat dalam perawatan menjelang ajal yaitu anggota keluarga, perawat, dokter. Keluarga pasien
melakukan perannya dalam perawatan menjelang ajal dengan memasukkan unsur budaya pada pasien kritis
berkolaborasi dengan perawat.

Kata Kunci: Keluarga, Pasien kritis, dan Perawatan menjelang ajal.

ABSTRACT
The high mortality rate in the ICU requires health workers to be able to provide palliative care before death.
The limited number of ICU nurses has resulted in several pre-death care measures being assisted by the
patient's family. The purpose of this research was to explore end of life care by the family according to the
perspective of Banjar culture. The approach used was ethnography with 11 patient families as key informants.
Four themes emerged, namely types of near-death care including carrying out worship near the patient, taking
care of the patient's personal hygiene, putting trust in God, and providing food or drink that is believed to be
for the patient's recovery. Ways for families to get information about near-death care includes education from
the family since childhood, information from health workers. Factors influencing near-death care are internal
and external factors. People involved in near-death care include family members, nurses, doctors. The patient's
family performs its role in dying care by incorporating cultural elements in critically ill patients in
collaboration with nurses.

Key words : Critical patients, End of Life care, and Family.

Cite this as: Afifah, Ifa. &.Nasution, Tina Handayani. Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis oleh Keluarga Menurut
Perspektif Budaya Banjar Di ICU RSUD Ulin. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan. 2022;10(2): 260-
265. DOI: 10.20527/dk.v10i2.56

PENDAHULUAN menyebutkan angka kematian di unit


perawatan intensif sekitar 1,5 juta orang
Ruang ICU adalah ruangan dengan pertahun. Beberapa penelitian telah
pelayanan intensif yang dilengkapi alat - alat melaporkan bahwa satu dari lima orang
khusus untuk melakukan penatalaksanaan Amerika yang menggunakan layanan ICU
pada pasien yang butuh pertolongan segera meninggal (2,3).
untuk mempertahankan hidupnya
(reversible) (1). Penelitian oleh Miller, Angka kematian di ruang ICU RSUD Ulin
Forbes, & Boyle, 2001 di Amerika pada tahun 2018 adalah 39,86%. Tingginya

260
Afifah, Ifa. &.Nasution, Tina Handayani. Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis…

angka kematian di Ruang ICU menuntut orang keluarga yang menemui pasien, ditemui
tenaga kesehatan untuk mampu memberikan ada 4 orang keluarga yang mengusapkan air
perawatan paliatif menjelang kematian agar doa di wajah dan bibir pasien, 4 orang
mengantarkan pasien meninggal dalam membacakan ayat suci Al-Quran di samping
kedamaian. Dalam prakteknya karena pasien, 1 orang membisikkan kalimat-kalimat
keterbatasan tenaga perawat ICU, beberapa doa di telinga pasien, dan 1 orang
tindakan perawatan menjelang ajal dibantu mengusapkan daun hidup di tangan pasien.
oleh keluarga pasien terutama pada aspek Berdasarkan fenomena masalah tersebut perlu
dukungan emosional, budaya, dan spiritual adanya suatu penelitian untuk mengeksplorasi
(4). lebih dalam tentang perawatan menjelang ajal
pada pasien kritis oleh keluarga menurut
Perawatan menjelang kematian diberikan perspektif budaya banjar di Ruang ICU RSUD
kepada pasien dalam kondisi kritis sehingga Ulin Banjarmasin. Hal ini diharapkan agar
jika pasien meninggal dapat meninggal bisa mengetahui perawatan seperti apa yang
dengan kedamaian. Pasien di ICU yang selama ini diberikan keluarga kepada pasien
diberikan perawatan menjelang ajal adalah menjelang ajal di Ruang ICU RSUD Ulin
pasien yang mempunyai skor APACHE II ≥ Banjarmasin menurut perspektif budaya
25. APACHE II adalah skor menilai tingkat banjar. Tujuan penelitian ini adalah untuk
keparahan dan prediksi kematian pada mengeksplorasi perawatan menjelang ajal oleh
pasien. Skor ini dapat dihitung setelah pasien keluarga menurut perspektif Budaya Banjar.
dirawat di ICU minimal 1x24 jam (5). Fokus
perawatan menjelang ajal adalah pemenuhan METODE
kebutuhan-kebutuhan pasien menjelang ajal.
Kebutuhan pasien menjelang ajal antara lain: Penelitian kualitatif dengan pendekatan
minimal nyeri bahkan tidak merasakan nyeri, etnografi. Key informant adalah keluarga
merasakan kenyamanan, dihormati dan pasien ICU yang memenuhi kriteria inklusi
dihargai, mendapatkan kedamaian, sebanyak 11 orang berdasarkan saturasi data.
didampingi keluarga atau kerabat (6). Data dikumpulkan dengan menggunakan
tehnik observasi, wawancara mendalam, dan
Keluarga adalah orang yang memiliki Focus Group Discussion dengan online.
pertalian darah atau hubungan perkawinan. Penelitian pada Bulan Agustus sampai dengan
Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak Bulan November Tahun 2020 di Ruang ICU
Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia RSUD Ulin Banjarmasin. Uji keabsahan data
tidak akan lepas dari budaya termasuk dalam yang digunakan meliputi uji credibility,
perawatan pasien menjelang ajal. Budaya transferability, dependability, dan
adalah pedoman dalam perilaku manusia confirmability. Analisis data menggunakan
yang ada di dalam masyarakat berupa analisis data etnografi.
konsep tentang kehidupan bermasyarakat
HASIL DAN PEMBAHASAN
(7).
Karakteristik Informan
Budaya banjar adalah budaya yang dimiliki Informan dalam penelitian ini adalah 11 orang
etnik banjar. Etnik Banjar adalah etnik yang keluarga dari pasien yang dirawat di ruang
mendiami wilayah Kalimantan Selatan. perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Umum
Sebagian besar etnik banjar beragama islam. Daerah Ulin Banjarmasin. Penelitian
Etnik Banjar dijuluki masyarakat air (the dilakukan Bulan Agustus- November 2020.
water people) karena letak wilayahnya. Hal
ini dikarenakan sungai menjadi sumber Analisis Tema
kehidupan masyarakat sehingga juga Ada empat tema yang muncul terkait dengan
menjadi budaya etnik banjar (8). perawatan menjelang ajal pada pasien kritis
Hasil studi pendahuluan calon peneliti di oleh keluarga menurut perspektif budaya
Ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Dari 10

261
Dunia Keperawatan, Volume 10, Nomor 2, 2022: 260-265

banjar di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Cara keluarga mendapatkan informasi
Tema tersebut yaitu jenis perawatan mengenai perawatan menjelang ajal meliputi
menjelang ajal meliputi melaksanakan ibadah pendidikan dari keluarga sejak kecil, informasi
di dekat pasien, melakukan perawatan dari tenaga kesehatan. Faktor yang
kebersihan diri pasien, bertawakkal hasil akhir mempengaruhi perawatan menjelang ajal yaitu
kepada Tuhan, pemberian makanan atau faktor internal dan eksternal. Orang yang
minuman yang dipercaya untuk kesembuhan terlibat dalam perawatan menjelang ajal yaitu
pasien. anggota keluarga, perawat, dokter.
Tabel 1. Analisis Tema Hasil Penelitian
No. Tema Pernyataan Informan
1. Jenis perawatan menjelang I1: “Saya selalu mengaji surah Yasin di samping telinga
ajal meliputi melaksanakan pasien…”
ibadah di dekat pasien, I2: “Saya membacakan kalimat syahadat di dekat ayah saya”
melakukan perawatan I3: “Saya membisikkan kalimat-kalimat doa kepada pasien”
kebersihan diri pasien, I4: “Saya sering membersihkan lendir atau liur yang ada di
bertawakkal hasil akhir mulut ayah saya”
kepada Tuhan, pemberian I5: “Saya membantu perawat untuk membersihkan wajah
makanan atau minuman suami saya”
yang dipercaya untuk I6: “Saya membersihkan tangan dan kaki ayah saya dengan
kesembuhan pasien. tisu basah karena kulit beliau kering”
I7: “Saya meminta perawat memberikan air doa untuk ayah
saya”
I8: “Saya sangat yakin, Tuhan akan memberikan yang terbaik
untuk ayah saya”
I9: “Saya sudah ikhlas apa yang terjadi nanti, semua hasil
saya serahkan kepada Tuhan”
I10: “Kami sudah siap jika beliau dipanggil oleh Tuhan, kami
pasrah dan tawakkal”
I11: “Kami meminta perawat memberikan air zam-zam
kepada beliau melalui selang dihidung beliau”
2. Cara keluarga mendapatkan I1: “Sejak kecil kami diajarkan oleh orang tua untuk selalu
informasi mengenai berdoa dalam situasi sulit”
perawatan menjelang ajal I2: “Dalam keluarga saya hubungan dengan Allah menjadi
meliputi pendidikan dari nomor satu”
keluarga sejak kecil, I3: “Keluarga kami selalu mengajarkan untuk rajin
informasi dari tenaga beribadah”
kesehatan. I4: “Keluarga kami selalu memberikan contoh saat
membacakan doa pada saat ada keluarga yang kondisinya
tidak baik”
I5: “Perawat meminta saya membisikkan doa kepada pasien”
I6: “Perawat meminta saya tetap berada di samping pasien”
I7: “Dokter memberikan informasi kondisi pasien tidak
stabil”
I8: “Dokter memanggil keluarga untuk berada di dekat
pasien”
I9: “Orang tua kami mengajarkan doa-doa yang baik
dibacakan kepada pasien”
I10: “Perawat meminjamkan rekaman doa-doa untuk pasien”
I11: “Kami sedari kecil selalu yakin akan kekuatan doa”

262
Afifah, Ifa. &.Nasution, Tina Handayani. Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis…

No. Tema Pernyataan Informan


3. Faktor yang mempengaruhi I1: “Saya merawat Bapak berdasarkan kebiasaan yang sering
perawatan menjelang ajal saya lakukan”
yaitu faktor internal dan I2: “Saya melakukan itu berdasarkan pengetahuan saya
eksternal. sendiri”
I3: “Saya mengerjakan itu yakin sangat bermanfaat untuk
pasien”
I4: “Saya mengerjakan itu agar pasien tenang”
I5: “Saya melakukan itu berdasarkan pengalaman saya
menemani keluarga saya yang sakit parah dahulu”
I6: “Saya melakukan itu karena sudah lama beliau dirawat
disini sehingga doa saja yang bisa saya kerjakan”
I7: “Saya menjaga beliau bergantian, jika saya bekerja
digantikan keluarga yang lain”
I8: “di sini sangat difasilitasi agar keluarga memberikan
dukungan kepada pasien”
I9: “Keluarga besar saya saling mendukung untuk menjaga
pasien”
I10: “Waktu kami bisa berada di dekat pasien tidak bisa 24
jam, sehingga kami melakukan yang kami bisa lakukan dalam
waktu singkat”
I11: “Saya dan anak saya yang menjaga Bapak, keluarga
yang lain di luar kota rumahnya jadi belum bisa ke sini”
4. Orang yang terlibat dalam I1: “Saya dan anak yang menjaga Bapak”
perawatan menjelang ajal I2: “Saya dan ibu yang berada di sini”
yaitu anggota keluarga, I3: “perawat membantu saya dalam memberikan air doa
perawat, dokter untuk ayah”
I4: “Saya dan ibu membersihkan wajah Bapak”
I5: “Saya bersama perawat membersihkan tangan dan kaki
Bapak dengan tisu basah”
I6: “Dokter mendoakan ayah saya”
I7: “Perawat membantu kami agar kami bisa memberikan
doa untuk pasien”
I8: “Saya dan adik Bapak bergantian membacakan doa”
I9: “Saya dan paman membisikan kalimat syahadat pada
pasien”
I10: Saya dan ibu selalu bersama menemani pasien”
I11: “Saya dan anak selalu merawat bapak”
Perawatan menjelang ajal adalah perawatan pada pasien menjelang ajal (11) dan
kehidupan klien dan keluarganya untuk merupakan sumber informasi tentang pasien
menanggulangi masalah - masalah pada pasien yang sedang mengalami perawatan di ruang
yang tidak lagi memberikan respon terhadap perawatan kritis. Saat pasien sekarat, perawat
pengobatan (9). Tujuan perawatan menjelang mengetahui bahwa sangat penting bagi
ajal yaitu membantu pasien meninggal dengan keluarga untuk membersamai dan memberikan
tenang, damai, bermartabat, dan terhormat dukungan spiritual kepada pasien, namun
(10). Keluarga merupakan orang yang perawat merasa kehadiran keluarga pada saat
memiliki peran penting dalam proses tindakan penyelamatan nyawa pasien bisa
pengambilan keputusan mengganggu (12).

Berdasarkan hasil penelitian Lind (2012)


diketahui bahwa keluarga memiliki rasa

263
Dunia Keperawatan, Volume 10, Nomor 2, 2022: 260-265

tanggung jawab dalam proses pengambilan mendalam masih dilakukan secara online
keputusan, keluarga perlu diikut sertakan sehingga terkendala dengan sinyal.
dalam diskusi terus menerus dari waktu
kewaktu untuk memahami kondisi pasien pada ETIKA PENELITIAN
masa menjelang ajal dan mampu mengambil
keputusan dengan tanggung jawab. Hasil Studi ini membahas aspek otonomi,
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil kegunaan,dan persetujuan. Peneliti
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian
pasien ICU kurang diberikan kesempatan kepada responden. Penelitian ini telah lulus
untuk berpartisipasi dalam mengambil uji etik di RSUD Ulin Banjarmasin dengan
keputusan dan kurangnya informasi yang nomor surat 100/ VIII-Reg
diberikan oleh tim kesehatan di ICU. Riset/RSUDU/2020.
Informasi merupakan hak yang harus KONFLIK KEPENTINGAN
diperoleh setiap orang sebagai hak asasinya
seorang pasien atau keluarga (13,14). Tidak ada konflik kepentingan yang
diidentifikasi dalam studi ini.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa keluarga UCAPAN TERIMA KASIH
mengalami kesulitan memahami peran mereka
dalam pengambilan keputusan dan mereka Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
mengatakan tidak diikutsertakan oleh perawat Lembaga Penelitian dan Pengabdian
untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat
menjelang ajal di ICU (15). Keluarga ingin yang telah memberi dukungan finansial
dapat berperan lebih aktif dalam pengambilan terhadap penelitian ini dan Direktur Rumah
keputusan pada pasien menjelang ajal di ICU. Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin yang
Namun, banyak yang menganggap peran telah memberikan ijin untuk melakukan
mereka tidak jelas dan hanya sedikit keluarga penelitian ini.
yang berpengalaman dalam pengambilan
keputusan. Keluarga tidak diberikan waktu PENUTUP
untuk berpartisipasi dalam perawatan pasien
Kesimpulan penelitian ini adalah keluarga
dan pada akhirnya dokter yang mengambil
pasien melakukan perannya dalam perawatan
keputusan (13). Levin et al (2010) mengatakan
menjelang ajal dengan memasukkan unsur
komunikasi yang berpusat pada keluarga
budaya pada pasien kritis di Ruang ICU
adalah kunci penerapan perawatan menjelang
RSUD Ulin Banjarmasin dengan
ajal di ICU. Fokus utama dalam hal ini adalah
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
pertemuan dengan keluarga yanenjadi orang
terpenting dalam pengambilan keputusan, Saran penelitian adalah bagi pelayanan adalah
misalnya keputusan beralih dari perawatan tenaga kesehatan dapat memfasilitasi keluarga
paliatif ke perawatan menjelang ajal. melakukan perannya dalam perawatan
Komunikasi yang lebih baik dapat menjelang ajal, bagi pendidikan sebagai
meningkatkan hasil bagi pasien seperti pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan,
mengurangi gejala trauma psikologis, depresi, dan bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai
cemas, memperpendek waktu perawatan di dasar dalam pembuatan instrumen perawatan
ICU, dan meningkatkan kualitas kematian menjelang ajal oleh keluarga pasien yang
(16). dirawat di Ruang ICU menurut perspektif
Budaya Banjar.
KETERBATASAN
REFERENSI
Penelitian ini dilaksanakan saat masih
pandemi covid-19 sehingga proses 1. Potter, Perry. 2010. Fundamental
pengambilan data berupa wawancara

264
Afifah, Ifa. &.Nasution, Tina Handayani. Perawatan Menjelang Ajal Pasien Kritis…

Of Nursing: Consep, Proses and end-of-life care after treatment


Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : withdrawal: a qualitative study.
EGC. Journal of Clinical Nursing, 23(21-
2. Miller, Forbes & Boyle. 2001. End-of- 22): 3188 – 3196.
life care in the intensive care unit: A 12. Enggune, 2014. Persepsi Perawat
challenge for nurses. American Neurosurgical Critical Care Unit
Journal of Critical Care, 10(4): 230 – terhadap Perawatan Pasien Menjelang
237 Ajal. Jurnal Keperawatan
3. Angus et al., 2004. Use of intensive Padjadjaran, 2(1) : 35 – 42
care at the end of life in the United 13. Lind, 2012. Intensive care nurses’
States: an epidemiologic study. involvement in the end-of-life process
Critical Care Medicine, 32(3): 638 - – perspectives of relatives. Nursing
643 Ethics, 19(5): 666 – 676.
4. Longmate A. 2010. Palliative Care in 14. Cosgrove, Richard J., "A Study of
the Intensive Care Unit: An Interview- New Jersey State Police Physical
Based Study Of The Team Qualification Test and It's
Perspective. International Journal of Relationship to Leadership,
Palliative Nursing, 16(7):334-338. Organizational Decision Making, and
5. Knaus, 1985. APACHE II: a severity Policy Implementation" (2006). Seton
of disease classification system. Hall University Dissertations and
Critical Care Medicine, 13(10): 818 – Theses (ETDs). 132.
829. https://scholarship.shu.edu/dissertatio
6. Ruland, C. M., & Moore, S. M. 1998. ns/132
Theory construction based on 15. Noome et al., 2016. Exploring family
standards of care: A proposed theory experiences of nursing aspects of end-
of the peaceful end of life. Nursing of-life care in the ICU: A qualitative
Outlook, Vol 46 (4).169-175 study. Intensive and Critical Care
7. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Nursing, Volume 33 : 55 – 64
Keperawatan Keluarga: riset, teori 16. Levin et al. (2010). End-of-life
dan praktek, alih bahasa, Achir Yani communication in the intensive care
S. Hamid... [et al.]. In Estu Tiar (Ed.) unit. General Hospital Psychiatry,
Jakarta: EGC. 32(4): 433 – 442
8. Ideham, M. S. 2007. Sejarah Banjar.
Banjarmasin: Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan.
9. WHO, 2014. Global Atlas of
Palliative Care at the End of Life.
Worldwide Palliative Care Alliance.
London.
10. Schell & Puntillo, 2006. Critical Care
Nursing Secrets, 2nd Edition. Mosby.
11. Efstathiou & Walker, 2014. Intensive
care nurses' experiences of providing

265
E-ISSN - 2477-6521
Vol 7(1) Februari 2022 (74-84)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Available Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

PENGETAHUAN DAN KEPERCAYAAN DIRI TENTANG PERAWATAN


PALIATIF PADA PERAWAT ICU

Emil Huriani1*, Mira Susanti2, Rima Dewita Sari3


1,3
Departemen KMB-KGD Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
*
Email korespondensi: emilhuriani@nrs.unand.ac.id1
2
Bidang Keperawatan Rumah Sakit Dr M Djamil Padang
email: mirasusanti@gmail.com2, rimadewita@gmail.com3

Submitted :17-01-2022, Reviewed: 07-02-2022, Accepted:25-02-2022


DOI: http://doi.org/10.22216/endurance.v7i1.811

ABSTRACT
Patients who have chronic diseases and have conditions that are difficult to cure so that they face a terminal
condition, require palliative care. Nurses need to provide palliative care with confidence, so it needs to be
based on good knowledge. This study aimed to determine the relationship between knowledge and self-
confidence in nurses in palliative care in the Intensive Care Unit (ICU). The type of research is descriptive
with a cross sectional study approach. The sample of this study were nurses in the ICU as many as 46
nurses. The instruments used were the palliative care knowledge test questionnaire and the palliative care
self-efficacy scale. Univariate data analysis presented with frequency distribution table and bivariate using
Chi-Square test. The results of this study obtained as many as 97.8% lack of knowledge, and as many as
56.3% had high self-confidence, then there was no significant relationship between knowledge and self-
confidence p> (0.005). To increase the knowledge of nurses, it is hoped that there will be training and
education about palliative care, so that the knowledge gained will support confidence in nurses in the
Intensive Care Unit.
Keywords: Knowledge; Palliative Care; Self Confidence

ABSTRAK
Pasien yang mengalami penyakit kronik dan mengalami kondisi yang sulit disembuhkan sehingga
menghadapi kondisi termina, memerlukan perawatan paliatif. Perawat perlu memberikan perawatan
paliatif dengan percaya diri, sehingga perlu didasari dengan pengetahuan yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan dengan kepercayaan diri pada perawat dalam
perawatan paliatif di Ruang Perawatan Intensif (ICU). Jenis penelitian adalah deskriptif dengan
pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian ini adalah perawat yang bertugas di ruang ICU
sejumlah 46 perawat. Instrumen penelitian adalah kuesioner the Palliative care knowledge test dan
Palliative care self-efficacy scale. Analisa data univariat ditampilkan dengan tabel distribusi frekuensi dan
bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat memiliki
pengetahuan kurang (97.8%), dan mempunyai kepercayaan diri tinggi (56.3%). Pengetahuan perawaat
tentang perawatan paliatif tidak berhubungan dengan kepercayaan diri p > (0,005). Untuk meningkatkan
pengetahuan perawat diharapkan adanya pelatihan dan pendidikan tentang perawatan palliative, sehingga
pengetahuan yang didapat akan mendukung kepercayaan diri kepada perawat di ICU.
Kata Kunci : Kepercayaan diri; Pengetahuan; Perawatan Palliatif

LLDIKTI Wilayah X 74
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

PENDAHULUAN anggota keluarga dan kerabat lainnya


Upaya untuk meningkatkan kualitas (Balicas et al., 2018).
hidup pasien yang memiliki penyakit yang Berbagai bentuk peristiwa penyakit
sudah tidak bereaksi dengan pengobatan seringkali dapat menyebabkan perburukan
kuratif dan menghadapi stadium akhir dapat gejala dari penyakit kronis sehingga berujung
diberikan melalui perawatan paliatif. ke masuknya pasien ke ICU. Tim ICU
Perawatan paliatif adalah pendekatan multidisiplin melakukan evaluasi terus
perawatan yang menangani orang secara menerus terhadap perjalanan klinis pasien
keseluruhan, bukan hanya penyakitnya mereka, termasuk mendefinisikan ulang
(Balicas et al., 2018). tujuan pengobatan dan mempertimbangkan
Saat ini terdapat sekitar 40 milyar orang perawatan paliatif ketika tidak ada manfaat
membutuhkan perawatan paliatif di seluruh untuk perawatan. Pada beberapa kasus,
dunia. Penyebab penyakit kronis terutama kematian tidak bisa dipisahkan dengan
adalah penyakit kardiovaskular (38.5%), terjadinya perubahan psikologis,
kanker (34%), penyakit paru kronis (10.3%), meningkatnya biaya, dan keuangan untuk
AIDS (5.7%), diabetes (4.6%), dan gagal semua pihak yang terlibat dalam proses ini
ginjal. Di Indonesia, terdapat lebih dari satu (pasien, keluarga, dan profesional
juta pasien membutuhkan perawatan paliatif kesehatan). Dalam banyak kasus, perawatan
(Kemenkes RI, 2019). lebih lanjut tidak mampu memenuhi tujuan
Pada pasien dengan penyakit kronis dan perawatan pasien sehingga menyebabkan
terminal stadium lanjut tidak hanya terjadi seperti 20% hingga 33% pasien meninggal di
berbagai masalah fisik seperti nyeri, ICU (Coelho & Yankaskas, 2017).
penurunan berat badan, gangguan aktivitas Pasien dengan kondisi kritis yang dirawat
tetapi juga mengalami gangguan psikososial di Unit Perawatan Intensif seharusnya
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas mendapatkan tindakan penunjang hidup
hidup pasien dan keluarganya. Dengan dengan tujuan memulihkan atau
demikian jelaslah bahwa kebutuhan pasien mempertahankan fungsi organ. Saat terjadi
pada stadium lanjut yang terkait dengan perubahan tiba-tiba pada kondisi klinis
penyakit kronis tidak hanya pemenuhan pasien, keadaan dapat menjadi berbeda.
kebutuhan fisik, namun juga diperlukan Perawatan paliatif di ICU semakin banyak
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, diterapkan di rumah sakit dan menjadi topik
sosial dan spiritual yang dilakukan dengan yang banyak dibahas, dimana pada perawatan
perawatan paliatif (Kepmenkes, 2007). paliatif, kegiatan difokuskan pada kontrol
Gerakan perawatan paliatif rumah sakit gejala dan manajemen akhir kehidupan,
yang digalakkan sejak beberapa tahun yang komunikasi dengan kerabat dan menetapkan
lalu telah mampu mempromosikan perawatan tujuan perawatan, memastikan penerimaan
paliatif sebagai bentuk khusus praktik kehilangan serta pendampingan pengambilan
keperawatan dan mampu meningkatkan keputusan. Namun, penerapan perawatan
standar perawatan untuk pasien yang paliatif yang efektif di ICU memerlukan
menjelang ajal. Dengan adanya perawatan pengetahuan dan pelatihan khusus yang
menjelang ajal yang sesuai dengan mungkin kurang dimiliki oleh tenaga
prinsipnya, memungkinkan perawat yang kesehatan yang bertugas di ruang perawatan
bekerja di bidang ini dapat berfokus pada intensif (Mercadante et al., 2018).
peningkatan kualitas hidup pasien, tanpa Menurut Word Health Organization
memandang usia, dan seterusnya mendukung (WHO), perawatan paliatif hanya diterima

LLDIKTI Wilayah X 75
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

oleh 14% dari pasien yang mengalami Penelitian lainnya menunjukkan adanya
kondisi kritis atau dalam status menderita beberapa faktor yang sangat mempengaruhi
penyakit kronis dan banyak dari pasien kepercayaan diri perawat dalam melakukan
tersebut dirawat di ICU. Karena di ruang ICU perawatan paliatif. Setelah dilakukan
memiliki fasilitas lengkap untuk perawatan penelitian didapat hasil faktor yang paling
pasien kritis/dalam status akhir kehidupan, dominan berhubungan dengan kepercayaan
koeksistensi perawatan paliatif dan diri yaitu pengetahuan dan persepsi perawat
perawatan intensif sangat menantang. Oleh terkait perawatan paliatif (Kurnia et al.,
karena itu, keseimbangan antara praktek 2019). Dampak yang ditimbulkan bagi
perawatan kritis dan kondisi penyembuhan perawat yang tidak percaya diri adalah
pasien kritis perlu menjadi pertimbangan. menurunnya kualitas pelayanan dan perawat
Selain itu, tujuan utama ICU seharusnya takut untuk memberikan pelayanan
tidak hanya untuk mempromosikan dikarenakan pengetahuan yang kurang. Hal
perawatan kritis, namun juga harus dapat ini berpengaruh terhadap keberhasilan
memfasilitasi pasien dan keluarga membuat pencapaian kualitas asuhan keperawatan.
keputusan akhir kehidupan yang tepat. Perawat memiliki peranan penting dalam
Percaya diri (self confidence) adalah pemberian perawatan paliatif (American
keyakinan yang ada kaitan dengan perawatan Nurses Association, 2016). Tanggung jawab
paliatif terhadap kemampuan dan penilaian perawat meliputi antara lain: mengenali
(judgement) diri sendiri dalam melakukan gejala-gejala pasien, mengambil tindakan,
tugas dan memilih pendekatan yang efektif. memberikan obat-obatan, menyediakan
Hal ini juga mencakup kepercayaan atas langkah-langkah lain untuk mengurangi
kemampuannya menghadapi lingkungan gejala, dan berkolaborasi dengan profesional
yang semakin menantang dan kepercayaan lain untuk mengoptimalkan kenyamanan
atas keputusan yang telah dibuat atau pasien dan keluarga.
pendapatnya tentang tindakan yang harus Dalam pelaksanaannya, perawat sebagai
dilakukan. Sedangkan kepercayaan diri salah satu tim dalam perawatan paliatif
adalah sikap positif seorang individu yang mengalami kesulitan. Perawat mengalami
memampukan dirinya untuk beberapa hambatan dalam melakukan
mengembangkan penilaian positif baik perawatan paliatif ini antara lain terbatasnya
terhadap diri sendiri maupun terhadap pengetahuan perawat mengenai bagaimana
lingkungan atau situasi yang dihadapinya cara pemberian perawatan paliatif yang
(Balicas et al., 2018). berkualitas dan bagaimana menyiapkan
Merawat pasien menjelang ajal adalah kepribadian perawat agar dapat
pekerjaan yang membuat stres terutama bagi mengoptimalkan pemberian pelayanan
staf perawat. Namun perawat dapat paliatif (Adhysti, 2016).
mengembangkan lebih banyak hubungan Perawat berperan sebagai kolaborator
pribadi dengan pasien karena frekuensi antara berbagai tingkat perawatan kesehatan,
kontak dan keintiman pemberian perawatan antara berbagai profesi, dan antara pasien dan
mereka. Penelitian sebelumnya menunjukkan keluarga. Perawat memiliki kontribusi
hal itu ketika berhadapan dengan pasien, penting untuk memastikan kualitas
perawat menghadapi perasaan ketakutan, perawatan bagi pasien secara individu.
kecemasan dan ketidaknyamanan sehingga Penelitian menjelaskan bahwa prinsip dasar
perawat tidak percaya diri (Mercadante et al., asuhan keperawatan juga penting bagi peran
2018). perawat dalam asuhan paliatif. Diperlukan

LLDIKTI Wilayah X 76
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

pengetahuan tentang rekomedasi praktek Dampak dari pengetahuan yang baik tentang
perawatan paliatif untuk dapat mendukung perawatan paliatif akan dapat meningkatkan
perawat dalam memberikan perawatan sikap, kemampuan komunikasi, empati, dan
paliatif yang person-centered kepada pasien manajemen nyeri perawat menjadi lebih
dengan penyakit yang mengancam jiwa dan positif (Balicas et al., 2018). Kepercayaan
kerabatnya. Situasi ini menjadi tantangan diri merupakan salah satu faktor yang
bagi perawat dalam dimensi praktis, memiliki pengaruh besar dalam pemberian
relasional dan moral asuhan dan menuntut perawatan paliatif yang berkualitas.
peran perawat secara komprehensif (Sekse et Mayoritas perawat memiliki pengetahuan
al., 2018). yang kurang terkait dengan perawatan
Pengetahuan tentang perawat paliatif paliatif di ICU namun memiliki kepercayaan
yang tidak memadai akan berdampak diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis
terhadap tidak mampunya memberikan bivariat, ada hubungan yang signifikan antara
pelayanan asuhan keperawatan secara pengetahuan dan variabel kepercayaan diri.
maksimal, menimbulkan stress, ketakutan Terdapat sejumlah besar perawat yang
dan ketidak percayaan diri pada perawat memiliki pengetahuan yang kurang dalam
karena menyangkut tentang keselamatan mengimplementasikan perawatan paliatif di
nyawa seseorang. Oleh karena itu, ICU (Kurnia et al., 2020). Faktor yang dapat
pengetahuan yang memadai untuk merawat menurunkan kepercayaan diri perawaat
pasien paliatif harus dimiliki oleh seorang dalam pemberian asuhan keperawatan
perawat di ruang ICU (Coelho & Yankaskas, perawatan paliatif adalah stress dan beban
2017). kerja, kurang pengetahuan dalam melakukan
Di Yordania, tingkat pengetahuan perawatan paliatif (Steven et al., 2014).
perawat tentang perawatan paliatif adalah Beberapa perawat di rumah sakit tidak
42% (Al Qadire, 2014). Perawat-perawat mematuhi praktik perawatan paliatif sesuai
tersebut bertugas di berbagia ruangan seperti dengan rekomendasi. Selain itu, perawat
ruang perawatan bedah, ruangan medikal, memiliki defisit pengetahuan, dan umumnya
dan ruang perawatan kritis. Penelitian ini tidak percaya diri dengan praktik perawatan
menunjukkan bahwa perawat memiliki paliatif. Seharusnya, kegiatan tim perawatan
kekurangan pengetahuan dan
paliatif harian, termasuk program pendidikan
kesalahpahaman tentang perawatan paliatif.
dan layanan konsultasi klinis, dapat
Oleh karena itu, pendidikan dasar diperlukan
untuk semua perawat yang bekerja di rumah meningkatkan praktik dan tingkat
sakit. Pendidikan ini perlu komprehensif pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mencakup prinsip-prinsip dasar paliatif meneliti tentang tingkat pengetahuan dan
perawatan dan manajemen gejala. Selain itu, tingkat kepercayaan diri pada perawat dalam
pengetahuan yang memadai seharusnya perawatan paliatif di ruang rawat intensif.
mengatasi kesalahpahaman yang
teridentifikasi dalam penelitian ini. Dengan
adanya pengetahuan dapat meningkatkan METODE PENELITIAN
percaya diri perawat. Penelitian ini merupakan penelitian
Terbatasnya pengetahuan perawat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional
tentang perawatan paliatif dianggap menjadi study, dengan kepercayaan diri perawat
salah satu hambatan utama dalam penyediaan dalam perawatan paliatif sebagai variabel
layanan perawatan paliatif yang berkualitas. terikat dan tingkat pengetahuan sebagai
variabel bebas. Penelitian dilakukan di ruang

LLDIKTI Wilayah X 77
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

ICU dan Ruang Observasi Intensif (ROI) skala ukur kuesioner ini adalah 0-55 % :
sebuah rumah sakit di Kota Padang, Propinsi Rendah dan 56-100 % : Tinggi. Penerjemah
Sumatera Barat, dengan populasi penelitian profesional menerjemahkan kedua kuesioner
adalah perawat pelaksana. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini, dan
pengambilan sampel yang digunakan pada konsuldasi dengan validator ahli telah
penelitian ini adalah teknik purposive dilakukan untuk memastikan validitas isi dari
sampling. Kriteria sampel adalah perawat terjemahan tersebut.
yang telah bertugas di ICU dan ROI minimal Analisis data menggunakan uji Chi
1 tahun. Jumlah sampel dalam penelitian ini Square (p<0,05) untuk mengetahui hubungan
adalah 46 perawat. antar variabel. Penelitian ini dilakukan
Pengumpulan data menggunakan dengan menekankan pada prinsip-prinsip
kuesioner The palliative care knowledge test dalam etika penelitian meliputi informed
(PCKT) dan Palliative care self-efficacy consent (lembar persetujuan), anonymity
scale. Kuesioner PCKT dikembangkan di (tanpa nama) dan confidentiality
Jepang (Nakazawa et al., 2009). Instrumen (kerahasiaan). Responden yang telah
ini terdiri atas 20 item, dengan 5 aspek bersedia dan menyatakan persetujuan
pengetahuan yaitu 2 item tentang filosofi, 6 menjadi responden kemudian diminta
item tentang nyeri, 4 item tentang dyspnea, 4 mengisi kuesioner. Penelitian ini telah
item tentang masalah psikiatri dan 4 item mendapatkan ijin etik dari Komite Etik
tentang masalah pencernaan. Pilihan jawaban Penelitian di tempat pelaksanaan penelitian
yang disediakan yaitu “benar, salah dan tidak dengan no 392/KEPK/2020.
tahu”. Terdapat 10 item dengan jawaban
yang diharapkan “benar” dan jika responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
menjawab “benar” maka diberi nilai 1 dan
terdapat 10 item yang jawaban yang Karakteristik responden
diharapkan “salah” dan jika responden Tabel 1. Karakteristik Responden
menjawab “salah” maka akan diberi nilai 1.
Untuk jawaban “tidak tahu” diberi skor 0. Kategori f (%)
Selanjutnya hasil ukur kuesioner ini baik = Usia
75-100 %, cukup = 56-74 %, kurang = 56 %. 21-25 2 4.3
Kuesioner Palliative care self-efficacy 26-35 19 41.3
scale terdiri dari 12-item ini memiliki dua 36-45 22 47.3
subskala yaitu: dukungan psikososial (6 item) 46-55 1 2.2
dan manajemen gejala (6 item) (Phillips et Jenis kelamin
al., 2011). Responden diminta untuk menilai Laki-Laki 4 8.7
kepercayaan diri mereka dalam melakukan Perempuan 42 91.3
setiap tugas perawatan paliatif. Pilihan Pendidikan
jawaban yang disediakan dan gradasi D3 Keperawatan 29 63
poinnya adalah: 1=membutuhkan instruksi S1 Keperawatan 17 37
dasar lebih lanjut, 2=percaya diri untuk Pengalaman bekerja
tampil dengan pengawasan/pembinaan yang < 5 Tahun 21 45.6
ketat, 3=percaya diri untuk tampil dengan 5-10 Tahun 9 19.6
sedikit konsultasi, atau 4= percaya diri untuk >10 Tahun 16 34.8
tampil mandiri. Skala dan subskala Cronbach
berkisar antara 0,87 hingga 0,92. Selanjutnya

LLDIKTI Wilayah X 78
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

Karakteristik reponden pada penelitian menemukan dan menangani nyeri serta gejala
ini ditampilkan melalui Tabel 1. Berdasarkan pada pasien. Perawat dapat melayani nyeri
karakteristik, perawat yang bertugas diruang dengan cara yang signifikan untuk
intensif dominan berada pada usia 36-45 memastikan bahwa orang yang mengalami
(47.3%) perawat, berjenis kelamin nyeri menerima, memahami, melaksanakan,
perempuan 42 orang (91.3) dan dan melaporkan efektivitas rencana
berpendidikan D3 Keperawatan 29 orang perawatan nyeri mereka. Perawat memainkan
(63%) serta hampir separuh memiliki peran penting dalam beberapa aspek
pengalaman kerja >5 tahun 21 orang (45.6%). perawatan nyeri, yang meliputi
penilaian/penilaian ulang nyeri,
pengembangan rencana perawatan yang
Pengetahuan tentang perawatan paliatif berpusat pada pasien, implementasi rencana
Tabel 2. Pengetahuan perawat tentang itu, mengamati dan melaporkan dampak dari
perawatan paliatif rencana itu, serta menyediakan dan
memperkuat pendidikan pasien. Ini semua
Variabel dan f % adalah bagian yang penting dari proses
kategori keperawatan yang mendukung praktik
Pengetahuan terbaik dalam manajemen nyeri.
Cukup 1 2.2 Kebanyakan, perawat berada di garis depan
Kurang 45 97.8 advokasi dan sangat penting dalam
membantu orang dengan nyeri.
Berdasarkan hasil penelitian dari 46 Perawat bertanggung jawab untuk secara
orang perawat di Ruang Intensif ICU dan efektif mengelola rasa sakit pasien mereka
ROI menunjukkan sebanyak 45 memiliki melalui pemberian obat yang tepat,
pengetahuan kurang. Hasil ini sejalan dengan penerapan strategi berbasis non-farmakologis
penelitian terkait yang dilakukan sebelumnya seperti kompres panas, dingin, perubahan
dimana hasilnya diperoleh dari 157 perawat posisi, pijat sederhana, gerakan, penyangga,
82,8% memiliki pengetahuan yang kurang dll., dan komunikasi dengan anggota lain dari
(Christina et al., 2018). tim manajemen nyeri (Kim et al., 2020).
Selanjutnya pertanyaan pada kuesioner Perawat lebih unggul dalam pengetahuan
didapat jumlah jawaban tertinggi pada tentang psikososial sangat dipengaruhi oleh
pertanyaan tentang nyeri dan psikososial dan usia, jenis kelamin dan pengalaman kerja
pertanyaan dengan nilai terendah tentang sehingga perawat dalam hal ini sangat empati
masalah pencernaan dan filosofi. Perawat dalam memenuhi kebutuhan psikososial klien
memiliki pengetahuan dalam penanganan (Prem et al., 2012).
nyeri dan psikososial dan terendah pada Pada penelitian ini perawat kurang
filosofi (Kim et al., 2020) dengan pengetahuan pada masalah gastrointestinal
pengetahuan terendah pada aspek masalah dan filosofi, apabila perawat kurang pada
gastrointestinal (Seven & Sert, 2020). pengetahuan filosofi perawat palliatif
Tindakan penanganan nyeri pada berdampak pada proses pemberian asuhan
perawat dilakukan secara non farmakologis keperawatan, dimana filosofi merupakan
dan kolaborasi dengan dokter. Perawat selalu pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh

LLDIKTI Wilayah X 79
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

perawat yang bertugas di layanan Intensif Perawat dalam penelitian ini telah
Care Unit. Perawat tidak memiliki memiliki pengetahuan yang cukup tentang
pengetahuan yang memadai pada domain manajemen dan gejala nyeri. Namun
yang berbeda yaitu esensi, filosofi dan diketahui bahwa pengetahuan kurang pada
prinsip perawatan paliatif. Hal ini perawat adalah mengenai prinsip perawatan
dikarenakan hanya sedikit perawat yang paliatif dan aspek psikososial. Hal ini dapat
mendapatkan pendidikan dan pelatihan disebabkan karena kurangnya focus terhadap
terkait perawatan paliatif (Al Qadire, 2014). perawatan paliatif dalam kurikulum
Pada penelitian ini perawat rendah pendidikan perawat. Dalam pelaksanaan
pengetahuan pada masalah gastrointestinal. praktek keperawatan, perawat lebih fokus
Pada perawat ada beberapa tindakan yang pada keluhan yang dikatakan pasien
belum mampu perawat laksanakan. Pasien mengenai gejala yang tampak dan nyeri yang
yang menerima perawatan paliatif dapat dirasakan, namun keluhan pasien mengenai
mengalami sejumlah gejala lambung yang permasalahan psikologis yang ia rasakan
berbeda, semuanya yang dapat berdampak masih belum terungkap.
besar pada kualitas hidup pasien. Dengan Berdasarkan uraian diatas penulis
penilaian yang akurat Masalah yang muncul menyatakan bahwa perawat memiliki
dan hubungan multi-profesional tentang pengetahuan cukup tentang perawatan
pengendalian gejala ada banyak intervensi palliatif pada aspek nyeri dan psikososial,
farmakologis dan non farmakologis yang dan rendah pada aspek filosofi sehingga
dapat meredakan gejala tersebut pasien. diharapkan agar perawat diberikan
Sehingga dalam hal ini pelatihan tentang pendidikan perawatan palliatif.
perawatan palliative sangat diperlukan
(Wills, 2014).
Kepercayaan Diri Perawat Tentang
Pada penelitian sebelumnya ditemukan
Perawatan Paliatif
bahwa dari semua pertanyaan terdapat
pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh Tabel 3. Kepercayaan diri perawat
perawat dengan benar yaitu tentang tingkat tentang perawatan paliatif
saturasi oksigen berkorelasi dengan sesak
napas, tentang morfin menjadi penyebab Kepercayaan diri f %
Tinggi 26 56.3
delirium pada pasien kanker yang sakit parah,
Rendah 20 43.4
dan tentang tidak adanya rute kecuali vena
sentral untuk pasien yang tidak dapat
mempertahankan rute intravena. Jawaban Berdasarkan hasil penelitian
pertanyaan tertinggi pada aspek filosofi yaitu kepercayaaan diri pada perawat di ruang
tentang perawatan paliatif yang tidak boleh intensif menunjukkan sebanyak 26 (56.2%)
diberikan bersamaan dengan perawatan memiliki kepercayaan diri tinggi (Tabel 3).
kanker, pada aspek nyeri yaitu tentang tujuan Hasil ini sejalan dengan penelitian terkait
manajemen nyeri dan pada aspek psikiatri yang dilakukan oleh hasil yang diperoleh
tentang perlunya pemberi sedasi terus sebanyak 72 (56.7%) perawat memiliki
menerus untuk meredakan penderitaan kepercayaan diri (Kurnia et al., 2020).
(Lopez-Garcia et al., 2020). Perawat memiliki kepercayaan diri tertinggi

LLDIKTI Wilayah X 80
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

tentang bereaksi dan mengatasi mual/muntah semangat klien dan keluarga dalam menjalani
dan terendah tentang menjelaskan proses proses perawatan paliatif sehingga lebih
kematian. Sebanyak 88,2% partisipan merasa memilih untuk tidak menjelaskan proses
percaya diri atau agak percaya diri dalam kematian kepada klien dan keluarga (Kim et
mengendalikan gejala mual dan muntah al., 2020). Pasien yang menjalani perawatan
(Krautheim et al., 2017). paliatif sangat memerlukan dukungan secara
Mual dan muntah adalah gejala tidak emosional, motivasi dan spiritual sehingga
menyenangkan yang dilaporkan sangat dapat menghindari klien dan keluarga dari
mengganggu oleh penderitanya dan depresi serta dapat dengan koperatif
berdampak signifikan pada aktivitas menjalani proses perawatan (Onyeka, 2010).
kehidupan sehari-hari. Mual dan muntah Kepercayaan diri dapat dikembangkan
pada pasien dengan penyakit lanjut melalui pendidikan formal. Oleh karena itu,
merupakan gejala yang melemahkan yang tingkat pendidikan yang lebih tinggi
menurunkan kualitas hidup pasien, keluarga berkaitan dengan kepercayaan diri yang lebih
dan pengasuhnya. Gejala-gejala ini sering tinggi. Kepercayaan diri dapat ditingkatkan
terjadi pada pasien dengan penyakit ganas dengan pengalaman partisipasi verbal yang
dan tidak ganas. Intervensi perawatan paliatif biasanya merupakan bagian dari formal
telah terbukti meningkatkannya pengalaman pendidikan pada perawat, sehingga perawat
pasien dalam perawatan di akhir hayat. sangat dituntut untuk melanjutkan
Penyebab perawat kurang percaya diri pendidikan agar dapat meningkatkan
dalam menjelaskan proses kematian kompetensinya.
diakibatkan akan menganggu emosional serta
Hubungan Pengetahuan dan Kepercayaan
Diri Perawat tentang Perawatan Paliatif

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dan Kepercayaan diri tentang Perawatan Paliatif pada
perawat di Ruang Intensif

Pengetahuan Kepercayaan Diri Total p


Tinggi Rendah
n % n % N %
Cukup 1 100 0 0 1 100 1,000
Kurang 25 55,5 20 44,5 45 100
Total 26 56,5 20 43,5 46 100

Berdasarkan Tabel 4 diketahui antara pengetahuan dengan kepercayaan diri


sebanyak 45 orang memiliki pengetahuan perawat dalam melaksanakan perawatan
kategori kurang dan hampir separuh paliatif di ruang perawatan intensif.
mempunyai kepercayaan diri tinggi. Jika Berdasarkan hasil uji bivariat untuk
dilihat dari hasil analisis dapat dinyatakan menganalisis hubungan antara variabel
tidak adanya hubungan yang signifikan independen dan dependen pada penelitian ini

LLDIKTI Wilayah X 81
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

diperoleh nilai p>0,05 sehingga dapat hubungan antara pengetahuan dengan


disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang kepercayaan diri tentang Perawatan Palliatif
signifikan antara pengetahuan dan pada perawat. Pengetahuan bukan
kepercayaan diri pada perawat dalam merupakan faktor penentu tingkat
melaksanakan perawatan palliatif diruang kepercayaan diri perawat dalam
Intensif. Hasil ini berbeda dengan penelitian melaksanakan tugasnya di ruang perawatan
sebelumnya yang menyatakan ada hubungan intensif.
yang signifikan antara pengetahuan dengan Diharapkan kepada institusi pelayanan
kepercayaan diri perawat (Kurnia et al., kesehatan untuk dapat melaksanakan
2020). pelatihan tentang perawatan paliatif dalam
Kepercayaan diri perawat pada rangka meningkatkan pengetahuan perawat
penelitian ini hampir separuh memiliki di ruang intensif. Dengan pengetahuan yang
kepercayaan diri tinggi. Kepercayaan diri baik diharapkan kualitas asuhan keperawatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, meningkat dan kepercayaan diri perawat
jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja dalam melakukan asuhan keperawatan di
serta pengetahuan, adapun pengetahuan dan ruang intensif dilandasi dengan pengetahuan
pengalaman kerja merupakan factor yang yang adekuat. Perawat di ruang intensif juga
sangat dominan mempengaruhi kepercayaan perlu meningkatkan pengetahuan tentang
diri perawat (Bandura, 2012). perawatan paliatif baik melalui pelatihan
Pada penelitian ini perawat berada pada formal yang tersertifikasi maupun melalui
rentang umur dewasa dan hampir separuh berbagi metode norformal sehingga
berjenis kelamin perempuan. Usia dan jenis pengetahuan yang didapat akan mendukung
kelamin pada penilitian ini mempengaruhi kepercayaan diri dalam memberikan asuhan
kepercayaan diri perawat. Pada ruang ICU keperawatan pada pasien paliatif di ruang
dan ROI perawat tidak hanya berfokus pada intensif.
pelayanan perawatan paliatif tetapi
melaksanakan pelayanan keperawatan umum UCAPAN TERIMAKASIH
sehingga perawat sangat percaya diri dalam Ucapan terima kasih dari peneliti kepada
memberikan pelayanan keperawatan. semua pihak yang telah berkontribusi dalam
Kepercayaan diri yang rendah pada pelaksanaan penelitian ini.
perawat yang memiliki pengetahuan yang
baik disebabkan juga oleh beban kerja yang DAFTAR PUSTAKA
dijalani selama proses perawatan sehingga Adhysti, K. (2016). Pelayanan Paliatif pada
perawat tidak optimal dalam memberikan Pasien Kanker di RSUP Dr. Sadjito
pelayanan Yogyakarta. Fakultas Keperawatan
Universitas Gajah Mada.
SIMPULAN Al Qadire, M. (2014). Nurses’ knowledge
Perawat di ruang intensif memiliki about palliative care: A cross-sectional
pengetahuan tentang perawatan paliatif yang survey. Journal of Hospice and
kurang, namun telah memiliki kepercayaan Palliative Nursing, 16(1), 23–30.
https://doi.org/10.1097/NJH.00000000
diri tinggi dalam memberikan asuhan
00000017
keperawatan intensif. Tidak terdapat American Nurses Association. (2016).

LLDIKTI Wilayah X 82
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

American Nurses Association Position 00581-6


Statement on Nurses’ Roles and Krautheim, V., Schmitz, A., Benze, G.,
Responsibilities in Providing Care and Standl, T., Schiessl, C., Waldeyer, W.,
Support at the End of Life. ANA Position Hapfelmeier, A., Kochs, E. F.,
Statement, 1–10. Schneider, G., Wagner, K. J., & Schulz,
Balicas, M. R., Lunsford, B., & Farrell, E. R. C. M. (2017). Self-confidence and
(2018). The Effect of Palliative Care knowledge of German ICU physicians
Nursing Education to Improve in palliative care - A multicentre
Knowledge in Palliative Care of prospective study. BMC Palliative Care,
Hospital-Based Nurses Caring for 16(1), 1–8.
Patients with Chronic, Serious Illness. https://doi.org/10.1186/s12904-017-
The George Washington University, 0244-6
11(1), 1–46. Kurnia, T. A., Trisyani, Y., & Prawesti, A.
Bandura, Al. (2012). On the functional (2019). Factors Associated with Nurses’
properties of perceived self-efficacy Self-Efficacy in Applying Palliative
revisited. Journal of Management, Care in Intensive Care Unit. Jurnal
38(1), 9–44. Ners, 13(2), 219.
https://doi.org/10.1177/0149206311410 https://doi.org/10.20473/jn.v13i2.9986
606 Kurnia, T. A., Trisyani, Y., & Prawesti, A.
Christina, S., Shantibala K, Akoijam, B. S., (2020). knowledge and self-confidence
& Pulu, J. (2018). Knowledge of in intensive care unit. 26(4), 183–190.
Palliative Care among Nurses in a Lopez-Garcia, M., Rubio, L., Gomez-Garcia,
Tertiary Hospital in Manipur. IOSR R., Sanchez-Sanchez, F., Miyashita, M.,
Journal of Dental and Medical Sciences Medina-Abellan, M. D., & Perez-
(IOSR-JDMS) , 17(12), 84–88. Carceles, M. D. (2020). Palliative care
https://doi.org/10.9790/0853- knowledge test for nurses and
1712048488 physicians: Validation and cross-
Coelho, C. B. T., & Yankaskas, J. R. (2017). cultural adaptation. BMJ Supportive and
New concepts in palliative care in the Palliative Care, 1–8.
intensive care unit. Revista Brasileira de https://doi.org/10.1136/bmjspcare-
Terapia Intensiva, 29(2), 222–230. 2019-002182
https://doi.org/10.5935/0103- Mercadante, S., Gregoretti, C., & Cortegiani,
507X.20170031 A. (2018). Palliative care in intensive
Kemenkes RI. (2019). Goverment Autoryty care units: Why, where, what, who,
In Palitative Care Development in Asia. when, how. BMC Anesthesiology, 18(1),
Kepmenkes. (2007). Kepmenkes RI No. 1–6. https://doi.org/10.1186/s12871-
821/MENKES.SK/2007 Tentang 018-0574-9
Kebijakan Perawatan Paliatif. Nakazawa, Y., Miyashita, M., Morita, T.,
Kim, S., Lee, K., & Kim, S. (2020). Umeda, M., Oyagi, Y., & Ogasawara, T.
Knowledge, attitude, confidence, and (2009). The palliative care knowledge
educational needs of palliative care in test: Reliability and validity of an
nurses caring for non-cancer patients: A instrument to measure palliative care
cross-sectional, descriptive study. BMC knowledge among health professionals.
Palliative Care, 19(1), 1–14. Palliative Medicine, 23(8), 754–766.
https://doi.org/10.1186/s12904-020- https://doi.org/10.1177/0269216309106

LLDIKTI Wilayah X 83
Emil Huriani et al| Pengetahuan Dan Kepercayaan Diri Tentang Perawatan Paliatif Pada Perawat
ICU

(74-84)

871 Sekse, R. J. T., Hunskår, I., & Ellingsen, S.


Onyeka, T. C. (2010). Psychosocial issues in (2018). The nurse’s role in palliative
palliative care: A review of five cases. care: A qualitative meta-synthesis.
Indian Journal Of Palliative Care, Journal of Clinical Nursing, 27(1–2),
16(3), 123–128. e21–e38.
https://doi.org/10.4103/0973- https://doi.org/10.1111/jocn.13912
1075.73642 Seven, A., & Sert, H. (2020). How The
Phillips, J., Salamonson, Y., & Davidson, P. Nurses’ Attitude for Dying Patients and
M. (2011). An instrument to assess Their Knowledge about Palliative Care?
nurses’ and care assistants’ self-efficacy Bezmialem Science, 8(3), 250–257.
to provide a palliative approach to older https://doi.org/10.14235/bas.galenos.20
people in residential aged care: A 19.3419
validation study. International Journal Steven, A., White, G., & Marples, G. (2014).
of Nursing Studies, 48(9), 1096–1100. Enhancing Confidence and Competence
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2011. in End of Life Care: an Educational
02.015 Pathway for Community Nursing Staff.
Prem, V., Karvannan, H., Kumar, S. P., BMJ Supportive & Palliative Care,
Karthikbabu, S., Syed, N., Sisodia, V., 4(Suppl 1), A36.1-A36.
& Jaykum, S. (2012). Study of nurses’ https://doi.org/10.1136/bmjspcare-
knowledge about palliative care: A 2014-000654.99
quantitative cross-sectional survey. Wills, J. (2014). Fundamentals of Health
Indian Journal Of Palliative Care, Promotion for Nurses. John Wiley &
18(2), 122–127. Sons.

LLDIKTI Wilayah X 84

Anda mungkin juga menyukai