Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
diakibatkan oleh virus dengue dan disebarluaskan oleh nyamuk terutama
spesies Aedes aegypti. WHO menggolongkan penyakit ini ke dalam penyakit
infeksi baru yang sedang muncul dan meningkat karena semakin meluasnya
sebaran geografis serta semakin meningkatnya jumlah penduduk yang terkena.
Lebih dari 2,5 miliar penduduk dunia berisiko terkena penyakit DBD dengan
mayoritas atau sekitar 70% populasi hidup di kawasan Asia Pasifik.1
DBD merupakan demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot,
sendi, dan tulang penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam. DBD
menyerang semua orang tidak terbatas oleh kelompok umur tertentu. Hingga
saat ini proporsi kasus yang terbanyak adalah pada golongan anak-anak.
Namun dalam dekade ini proporsi kasus pada golongan umur dewasa
cenderung meningkat.2,3

2.2 Epidemiologi
Kejadian demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh
dunia dalam beberapa dekade terakhir. Satu perkiraan baru-baru ini
menunjukkan 390 juta infeksi per tahun (interval kredibel 284–528 juta), di
mana 96 juta (67–136 juta) bermanifestasi secara klinis (dengan berbagai
keparahan penyakit). Studi lain, tentang prevalensi demam berdarah,
memperkirakan 3,9 miliar orang, di 128 negara, berisiko terinfeksi virus
dengue.4
Istilah haemorrhagic fever di Asia Tenggara pertama kali digunakan di
Filipina pada tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemi penyakit serupa di
Bangkok. Setelah tahun 1958 penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk
epidemi di beberapa negara lain Asia Tenggara, di antaranya di Hanoi (1958),
Malaysia (1962-1964), Saigon (1965) yang disebabkan virus dengue tipe 2, dan
Calcutta (1963) dengan virus dengue tipe-2 dan chikungu berhasil diisolasi dari
beberapa kasus.5
Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968,
tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Di Jakarta kasus
pertama dilaporkan pada tahun 1969. Kemudian DBD berturut-turut dilaporkan
di Bandung (1972), Yogyakarta (1972). Epidemi pertama di luar Jawa
dilaporkan pada tahun 1972 di Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh
Riau, Sulawesi Utara dan Bali (1973). Pada tahun 1974 epidemi dilaporkan di
Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1993 DBD telah
menyebar ke seluruh propinsi di Indonesia. Pada saat ini DBD sudah endemis
di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975 penyakit ini telah
berjangkit di daerah pedesaan.5
Berdasarkan jumlah kasus DBD, Indonesia menempati urutan kedua
setelah Thailand. Sejak tahun 1968 angka kesakitan rata-rata DBD di Indonesia
terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973), 8,65 (1983), dan
mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per 100.000 penduduk
dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang. Pada saat ini DBD telah
menyebarluas di kawasan Asia Tenggara Pasifik Barat dan daerah Karibia.1,2
Kasus di seluruh Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2
juta pada 2008 dan lebih dari 3,2 juta pada 2015 (berdasarkan data resmi yang
disampaikan oleh Negara Anggota). Baru-baru ini jumlah kasus yang
dilaporkan terus meningkat. Pada 2015, 2,35 juta kasus demam berdarah
dilaporkan di Amerika saja, di mana 10 200 kasus didiagnosis menderita
demam berdarah parah yang menyebabkan 1181 kematian.4
Tidak hanya jumlah kasus yang meningkat karena penyakit ini menyebar
ke daerah-daerah baru, tetapi wabah eksplosif sedang terjadi. Ancaman
kemungkinan wabah demam berdarah sekarang ada di Eropa karena penularan
lokal dilaporkan untuk pertama kali di Perancis dan Kroasia pada 2010 dan
kasus impor terdeteksi di 3 negara Eropa lainnya. Pada 2012, wabah demam
berdarah di pulau Madeira di Portugal mengakibatkan lebih dari 2.000 kasus
dan kasus impor terdeteksi di daratan Portugal dan 10 negara lain di Eropa. Di
antara para pelancong yang kembali dari negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengah, demam berdarah adalah penyebab demam tersering kedua
setelah malaria.4
Pada tahun 2014, tren menunjukkan peningkatan jumlah kasus di Republik
Rakyat Tiongkok, Kepulauan Cook, Fiji, Malaysia dan Vanuatu, dengan
Dengue Tipe 3 (DEN 3) yang memengaruhi negara-negara Pulau Pasifik
setelah selang waktu lebih dari 10 tahun. Demam berdarah juga dilaporkan di
Jepang setelah selang lebih dari 70 tahun.4
Pada tahun 2015, Delhi, India, mencatat wabah terburuk sejak 2006 dengan
lebih dari 15.000 kasus. Pulau Hawaii, Amerika Serikat, terkena dampak
wabah dengan 181 kasus yang dilaporkan pada 2015 dan penularan
berkelanjutan pada 2016. Negara-negara kepulauan di Fiji, Tonga, dan
Polinesia Prancis terus mencatat kasus.4
Tahun 2016 ditandai dengan wabah demam berdarah besar di seluruh
dunia. Wilayah Wilayah Amerika melaporkan lebih dari 2,38 juta kasus pada
tahun 2016, di mana Brasil saja menyumbang sedikit kurang dari 1,5 juta kasus,
sekitar 3 kali lebih tinggi dari tahun 2014. 1032 kematian dengue juga
dilaporkan di wilayah tersebut. Wilayah Pasifik Barat melaporkan lebih dari
375.000 kasus dugaan demam berdarah pada tahun 2016, di mana Filipina
melaporkan 176.411 dan Malaysia 100.028 kasus, mewakili beban yang sama
dengan tahun sebelumnya untuk kedua negara. Kepulauan Solomon
mengumumkan wabah dengan lebih dari 7000 tersangka. Di Wilayah Afrika,
Burkina Faso melaporkan wabah demam berdarah setempat dengan
kemungkinan 1061 kasus.4
Pada tahun 2017, pengurangan signifikan dilaporkan dalam jumlah kasus
demam berdarah di Amerika - dari 2.177.171 kasus pada 2016 menjadi 584.263
kasus pada 2017. Ini mewakili pengurangan 73%. Panama, Peru dan Aruba
adalah satu-satunya negara yang mencatat peningkatan kasus selama 2017.
Demikian pula penurunan 53% dalam kasus demam berdarah juga dicatat
selama 2017. Pada kuartal pertama 2018, pengurangan 27% kasus tercatat
dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017. Pada awal 2018 Paraguay
dan Argentina melaporkan wabah demam berdarah.4
Pada tahun 2018, demam berdarah juga dilaporkan dari Bangladesh,
Kamboja, India, Myanmar, Malaysia, Pakistan, Filipina, Thailand, dan
Yaman.4
Diperkirakan 500.000 orang dengan demam berdarah berat memerlukan
rawat inap setiap tahun, dan dengan perkiraan 2,5% kasus kematian, setiap
tahun. Secara global, 28% penurunan dalam kasus kematian telah dicatat antara
2010 dan 2016 dengan peningkatan yang signifikan dalam manajemen kasus
melalui peningkatan kapasitas di negara tersebut.4
Morbiditas dan mortalitas DBD yang dilaporkan berbagai negara bervariasi
disebabkan beberapa faktor, antara lain status umur penduduk, kepadatan
vektor, tingkat penyebaran virus dengue, prevalensi serotipe virus dengue dan
kondisi meteorologis. Secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan antara jenis
kelamin, tetapi kematian ditemukan lebih banyak terjadi pada anak perempuan
daripada anak laki-laki. Pada awal terjadinya wabah di sebuah negara, pola
distribusi umur memperlihatkan proporsi kasus terbanyak berasal dari
golongan anak berumur < 15 tahun (86-95%). Namun pada wabah selanjutnya,
jumlah kasus golongan usia dewasa muda meningkat. Di Indonesia pengaruh
musim terhadap DBD tidak begitu jelas, namun secara garis besar jumlah kasus
meningkat antara September sampai Februari dengan mencapai puncaknya
pada bulan Januari.5,6
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan
bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas
dan tempat penampungan air lainnya).6
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan
virus dengue yaitu: 1) vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat
lain; 2) pejamu: terdapatnya penderita dilingkungan atau keluarga, mobilisasi
dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin; 3) lingkungan: curah
hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.7

2.3 Penyebab Demam Berdarah Dengue


DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue yang terdiri dari empat tipe,
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus
dengue dari penderita DBD lainnya. Virus penyebab DBD adalah virus dengue
anggota dari genus flavivirus (Arbovirus group B). Maksud dari Arbovirosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh antrophoda.8
Menurut Depkes RI, keempat virus tersebut terdapat diberbagai daerah di
Indonesia. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang
Departemen Kesehatan RI menujukkan bahwa Dengue DEN-3 merupakan
serotype virus dominan yang menyebabkan kasus berat.9
Selain itu, adanya kebiasaan masyarakat menampung air untuk keperluan
sehari-hari seperti menampung air hujan, menampung air sumur atau membeli
air di penjual air sehingga bak mandi atau drum/tempayan jarang dikuras
berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Ada pula kebiasaan
masyarakat menyimpan barang-barang bekas tetapi kurang rajin memeriksa
lingkungan terhadap adanya air yang tertampung di dalam tempat
penampungan air (TPA) serta kurang melaksanakan kebersihan lingkungan,
akibatnya anjuran 3M Plus (Menguras, Menutup, dan Mengubur Plus
menaburkan larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, serta pemakaian
insektisida rumah tangga) untuk mencegah DBD belum terlaksana secara
efektif.1

2.4 Vektor Demam Berdarah Dengue


Penyakit DBD tidak langsung ditularkan dari orang ke orang, melainkan
ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Di Indonesia nyamuk Aedes agypti tesebar luas di seluruh pelosok
tanah air, baik di kota ataupun di desa kecuali di wilayah yang ketinggiannya
lebih dari 100 meter diatas permukaan laut. Aedes aegypti adalah salah satu
vektor yang efisien untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antropofilik dan
hidup dekat manusia dan sering hidup di dalam rumah.10
Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada waktu musim hujan karena
terdapat genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembang biak
nyamuk betina Aedes aegypti. Selain nyamuk betina Aedes aegypti, nyamuk
Aedes albopictus juga salah satu vektor penyebar penyakit demam berdarah.
Akan tetapi peranan nyamuk Aedes albopictus kurang dibandingkan dengan
nyamuk Aedes aegypti hal tersebut karena nyamuk tersebut tinggal di kebun
atau semak-semak sehingga kontak dengan manusia hanya sedikit, sedangkan
nyamuk Aedes aegypti berada di sekitar rumah dimana manusia tinggal.10
Nyamuk Aedes aegypti akan menjadi vektor apabila:11
a. Ada virus dengue pada orang yang dihisap darahnya, yaitu orang sakit
DBD, 1-2 hari sebelum demam atau 4-7 hari selama demam.
b. Nyamuk hanya akan bisa menularkan penyakit apabila umurnya lebih dari
10 hari, oleh karena masa inkubasi extrinsik virus di dalam tubuh nyamuk
8-10 hari. Untuk nyamuk bisa mencapai umur lebih dari 10 hari perlu
tempat hinggap istirahat yang cocok dan kelembaban tinggi, karena
nyamuk bernapas dengan spirakel dengan demikian permukaan tubuhnya
luas dan menyebabkan penguapan tinggi, bila kelembaban rendah nyamuk
akan mati kering. Tempat hinggap tersedia oleh adanya lingkungan fisik
dan kelembaban dipengaruhi oleh lingkungan fisik (curah hujan) atau
lingkungan biologi (tanaman hias atau tanaman pekarangan).
c. Untuk dapat menularkan penyakit dari orang ke orang nyamuk harus
menggigit manusia yang mengandung virus dengue.
d. Untuk bisa bertahan hidup maka jumlah nyamuk harus banyak karena
musuhnya banyak (manusia dan sebagai makanan hewan seperti ikan,
katak, cicak).
e. Nyamuk juga harus tahan terhadap virus, karena virus akan
memperbanyak diri di dalam tubuh nyamuk dan bergerak dari lambung,
menembus dinding lambung, dan kelenjar ludah nyamuk. Pemberantasan
vektor tidak selalu berarti pemberantasan nyamuk bisa juga dengan cara
mengurangi salah satu dari 5 (lima) syarat tadi. Bila banyak nyamuk Aedes
aegypti belum tentu merupakan musim penularan, karena kalau tidak ada
sumber penularan atau umur nyamuk pendek tidak bisa menjadi vektor.
2.4.1 Morfologi Nyamuk Aedes aepgypti
Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa memiliki tubuh berwarna hitam
kecoklatan dengan ukuran tubuh antara 3-4 cm, dengan mengabaikan panjang
kakinya. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki perbedaan dalam ukuran,
namun nyamuk jantan memiliki tubuh lebih kecil daripada betina dan terdapat
rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.8
Badan nyamuk Aedes aegypti dewasa secara umum terdiri atas kepala,
dada (thorax), dan perut (abdomen).

Gambar 2.1 Badan nyamuk Aedes aegypti


Tanda khas Aedes aegypti berupa gambaran lyre pada bagian dorsal thorax
(mesonotum) yaitu sepasang garis putih yang sejajar di tengah dan garis
lengkung putih yang lebih tebal pada setiap sisinya. Probosis berwarna hitam,
skutelum bersisik lebar berwarna putih dan abdomen berpita putih pada bagian
basal. Ruas tarsus kaki belakang berpita putih.
2.4.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10-12 hari dan hanya nyamuk betina saja yang menggigit dan
menghisap darah serta memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya.
Umur nyamuk tersebut sekitar 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-rata 11/2
bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya.10
Adapun stadium telur, larva, pupa sampai menjadi nyamuk dewasa adalah
sebagai berikut:
2.4.2.1 Telur
Telur nyamuk Aedes aegypti berbentuk ellips atau oval memanjang,
berwarna hitam, berukuran 0,5-0,8 mm, dan tidak memiliki alat pelampung.
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur-telurnya satu per satu pada
permukaan air, biasanya pada tepi air di tempat-tempat penampungan air bersih
dan sedikit di atas permukaan air. Nyamuk Aedes aegypti betina dapat
menghasilkan hingga 100 telur apabila telah menghisap darah manusia. Telur
pada empat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan. Telur-telur ini
kemudian akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 1-2 hari terendam air.
Telur Aedes aegypti diperkirakan memiliki berat 0,0010 - 0,015 mg dan
(Astuti dkk ,2004). Telur Aedes aegypti tidak memiliki pelampung. Pada
permukaan luar dinding sel tersebar suatu struktur sel yang disebut outer
chorionic cell.

Gambar 2.2 Panjang telur Aedes aegypti


2.4.2.2 Larva
Larva nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri khas memiliki siphon yang
pendek, besar dan berwarna hitam. Larva ini tubuhnya langsing, bergerak
sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan pada waktu istirahat membentuk
sudut hampir tegak lurus dengan permukaan air. Larva menuju ke permukaan
air dalam waktu kira-kira setiap 1⁄2-1 menit, guna mendapatkan oksigen untuk
bernapas. Larva nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang selama 6-8 hari.
Ada empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut,
yaitu:
a. Larva instar I; berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm atau satu
sampai dua hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernapasan pada siphon belum menghitam.

Gambar 2.3 Larva instar I


b. Larva instar II; berukuran 2,5-3,5 mm berumur dua sampai tiga hari
setelah telur menetas, duri-duri dada belum jelas, corong pernapasan sudah
mulai menghitam.

Gambar 2.4 Larva instar II


c. Larva instar III; berukuran 4-5 mm berumur tiga sampai empat hari
setelah telur menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong pernapasan
berwarna coklat kehitaman.
Gambar 2.5 Larva instar III
d. Larva instar IV; berukuran paling besar yaitu 5-6 mm berumur empat
sampai enam hari setelah telur menetas dengan warna kepala gelap.

Gambar 2.6 Larva instar IV


2.4.2.3 Pupa
Pupa nyamuk berbentuk seperti koma. Kepala dan dadanya bersatu
dilengkapi sepasang terompet pernapasan. Stadium pupa ini adalah stadium tak
makan. Jika terganggu dia akan bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalam
waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.

Gambar 2.7 Pupa

2.4.2.4 Nyamuk Dewasa


Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk
mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk
perkembangan telur demi keturunannya. Nyamuk jantan setelah kawin akan
istirahat, dia tidak menghisap darah tetapi cairan tumbuhan sedangkan nyamuk
betina menggigit dan menghisap darah orang.

Gambar 2.8 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

2.4.3 Perilaku Nyamuk Aedes aegypti


Berikut ini merupakan penjelasan dari perilaku nyamuk Aedes aegypti yang
meliputi perilaku makan, istirahat, dan jarak terbang:12
1. Perilaku Makan
Nyamuk Aedes aegypti betina bersifat antropofilik atau yang dikenal dengan
menyukai darah manusia walaupun nyamuk tersebut juga dapat memakan
hewan yang berdarah panas lainnya. Sedangkan nyamuk Aedes aegypti jantan
menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga. Nyamuk Aedes aegypti bersifat
diurnal, yaitu mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit
biasanya mulai dari pagi sampai sore hari dengan dua puncak aktivitas antara
pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Selain itu nyamuk Aedes aegypti
mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) atau
lebih dari satu orang. Kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites)
atau lebih dari satu orang adalah untuk memenuhi lambungnya dengan darah.
Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
2. Perilaku Istirahat
Setelah menghisap darah nyamuk Aedes aegypti suka bersitirahat didalam
rumah atau kadang diluar rumah, berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda yang
menggantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuhan di dekat tempat
perkembangbiakannya. Biasanya ditempat yang gelap dan lembab nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya.
3. Jarak Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dipengaruhi oleh beberpa faktor
termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi dengan batas jarak 100
meter dari tempat kemunculan. Namun, penelitian terbaru di Peurto Rico
menunjukkan bahwa nyamuk ini dapat menyebar lebih dari 400 meter terutama
untuk tempat bertelur.

2.5 Metode Survei Vektor DBD


Metode survei vektor DBD dapat dilakukan dengan cara salah satunya
adalah survei telur yaitu ovitrap.13
Survei telur dilakukan dengan memasang Oviposition Trap atau yang biasa
dikenal dengan sebutan ovitrap merupakan perlengkapan perangkap telur
sangat berguna untuk deteksi dini terhadap gangguan yang baru berlangsung di
wilayah nyamuk yang sebelumnya telah dibasmi. Perangkap telur nyamuk
yang dilengkapi dengan rendaman/infusi jerami telah terbukti sebagai metode
surveilans Aedes aegypti yang sangat reproduktif dan efisien di wilayah
perkotaan dan juga telah terbukti berguna untuk mengevaluasi program-
program pengendalian.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Polson et al tahun 2002 yang
menyatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina lebih menyukai ovitrap yang
berisikan rendaman rumput kering daripada yang berisikan air keran. Jenis
rumput yang digunakan dapat bermacam- macam jenis seperti pada penelitian
Singh et al tahun 2005 menggunakan rendaman rumput jenis Cynadon
dactyloni, penelitian Santos et al tahun 2003 menggunakan rumput jenis
Eleusine indica (Poaceae), penelitian Tang et al tahun 2007 menggunakan
jenis rumput Axonopus commpressus dan penelitian Santana et al tahun 2006
menggunakan rumput jenis Panicum maximum. Selain itu menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hoel et al tahun 2011 menyatakan bahwa ovitrap yang
berwarna hitam lebih menarik nyamuk dalam mencari tempat untuk bertelur.
Perangkap telur atau ovitrap adalah peralatan yang terdiri dari tabung gelas
kecil bermulut lebar yang di cat hitam bagian luarnya. Tabung gelas tersebut
dilengkapi dengan tongkat kayu (paddle) yang dijepit vertikal di bagian dalam
tabung dan bagian kasarnya menghadap kearah dalam.tabung separuhnya diisi
dengan air dari rendaman jerami yang telah direndam selama tujuh hari dan
ditempatkan di lokasi yang diduga menjadi habitat nyamuk, biasanya di dalam
atau di lingkungan sekitar rumah.
Paddle diperiksa untuk menemukan dan menghitung jumlah telur yang
terperangkap. Presentasi ovitrap yang positif menginformasikan tingkat
paparan nyamuk Aedes aegypti. Jumlah telur digunakan untuk estimasi
populasi nyamuk betina dewasa serta perbandingan jumlah telur nyamuk antar
daerah.

2.6 Metode Ovitrap di Wilayah Puskesmas Cisarua


Puskesmas Cisarua terletak di Kecamatan Cisarua di Kabupaten Bandung
Barat Provinsi Jawa Barat. Puskesmas Cisarua merupakan salah satu dari 31
Puskesmas yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Wilayah kerja Puskesmas
Cisarua terdiri dari empat desa, yaitu Desa Jambudipa, Desa Pada Asih, Desa
Kertawangi, dan Desa Pasirhalang. Luas wilayah kerja Puskesmas Cisarua
adalah 2.983,194 km2, dengan desa paling luas adalah Desa Kertawangi dan
paling sempit adalah Desa Pasirhalang.
Puskesmas Cisarua secara geografis berbatasan langsung dengan wilayah
Utara wilayah Kabupaten Subang, sebelah selatan wilayah kerja Puskesmas
Ngamprah dan Kota Cimahi, sebelah Timur wilayah kerja Puskemas Pasir
Langu dan sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah kerja Puskesmas
Ngamprah. Letak wilayah Puskesmas Cisarua dapat dijangkau dengan
menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat sehingga masyarakat tidak
sulit berobat ke Puskesmas Cisarua.
Puskesmas Cisarua mempunyai 58 RW, yang terdiri dari 17 RW Desa
Jambudipa, 15 RW Desa Padaasih, 14 RW Desa Kertawangi, dan 12 Desa
Pasirhalang. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Cisarua tahun2015
adalah 42.469 jiwa, yang terdiri dari 21.573 jiwa penduduk laki-laki dan 20.620
jiwa penduduk perempuan. Sebagian besar penduduk Wilayah Puskesmas
Cisarua bermata pencaharian sebagai petani, baik petani dengan ladang milik
sendiri sendiri maupun buruh tani. Kondisi tanah yang subur di wilayah kerja
Puskesmas Cisarua sangat mendukung usaha dibidang pertanian sehingga
jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut cukup besar. Sementara itu,
tingkat pendidikan penduduk di wilayah Puskesmas Cisarua sebagian besar
hanya tamat Sekolah Dasar (SD).
Puskesmas Cisarua memiliki jenis pelayanan kesehatan baik didalam
gedung maupun diluar gedung. Kegiatan dalam gedung mengutamakan
kegiatan penyehatan perorangan. Kegiatan tersebut meliputi: Poli Umum, Poli
Gigi, Poli KIA dan KB, Poli MTBS, Poli lansia, Poli TB, Imunisasi, Pojok
Gizi, Klinik Sanitasi, Klinik konsultasi Jiwa. Sedangkan kegiatan luar gedung
diselenggarakan dalam rangka memfasilitasi masyarakat dan mendekatkan
masyarakat dengan pelayanan kesehatan dasar yang ada. Kegiatan tersebut
meliputi: Posyandu, Posbindu, UKS/UKGS, Puskesmas Keliling, Kesehatan
Kerja, Kesehatan Lingkungan, dan Promosi Kesehatan.
Gambar 3.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Cisarua.

Anda mungkin juga menyukai