Anda di halaman 1dari 31

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan ukuran panjang
1-4/Um dan ketebalan 0,3-0,6/Um, yang ditularkan melalui tetesan air ludah (droplet) dari
penderita TBC kepada individu yang rentan.Penyakit ini telah lama dikenal di seluruh dunia,
bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Pada tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch berhasil
mengidentifikasi dan membiakkan basil Mycobacterium tuberculosis, dan mengumumkannya
secara resmi pada pertemuan Perhimpunan Ahli Fisiologi di Berlin.
Penyakit TBC dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh manusia, meskipun yang paling
sering adalah organ paru-paru. Diperkirakan, penyakit ini telah menyerang sepertiga jumlah
penduduk dunia, dengan 95% penderitannya berada di negara berkembang dan sebanyak 75%
adalah golongan usia produktif.
Tidak jauh berbeda dengan penyakit AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di
Amerika Serikat yang kemudian dengan pesatnya menyebar ke seluruh dunia. Berdasarkan
informasi kesehatan yang terbatas di Negara-negara Asia, tercatat beberapa manifestasi klinis
paling umum pada pasien AIDS di Asia, meliputi pneumonia pneumocytis carinii, candidiasis,
tuberculosis (TBC), varicella zoster, herpes simplex, cytomegalovirus, dan sarcoma kaposi.
Pada perkembangan selanjutnya manifestasi klinis tuberculosis paru atau TBC merupakan
manifestasi klinis paling umum di Negara-negara sedang berkembang (khususnya Asia dan
Afrika) dan memiliki arti kesehatan masyarakat yang sangat penting. Hal itu dikarnakan penyakit
TBC yang sangat menular dan mudah menyebar melalui saluran pernafasan (batuk). Sedangkan
penyakit TBC di Negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia merupakan masalah
kesehatan yang khas, karena penyakit ini berkaitan dengan rendahnya tingkat ekonomi. Oleh
karena itu munculnya HIV/AIDS sebagai penyakit baru (emerging diseases) yang dibarengi
dengan meningkatnya maifestasi klinis TBC merupakan penyakit lama (reemerging diseases)
yang menjadi beban ganda terhadap masyarakat Indonesia.

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka makalah ini akan membahas antara lain mengenai :
1. Penyakit HIV/AIDS, meliputi : Batasan-batasan penyakit HIV/AIDS, Sejarah AIDS,
Cara Penularan, Perjalanan Penyakit, Epidemiologi AIDS, Program Penanggulangan
HIV/AIDS.
2. Penyakit TBC, meliputi : Pengertian dan Sejarah TBC, Etiologi dan Perjalanan Penyakit
TBC, Manifestasi dan Cara Penularan TBC, Epidemiologi TBC, dan Program
Penanggulangan TBC.
3. Penanggulangan HIV/AIDS dan TBC, meliputi : Perjalanan Penyakit TBC pada
penderita HIV/AIDS, Epidemiologi TBC pada pengidap HIV/AIDS, Program
Penanggulangan TBC pada Pengidap HIV/AIDS, Tujuan Penanggulangan HIV dan
AIDS dan Upaya yang dilakukan untuk penanggulangan HIV/AIDS dan TBC.

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian dan sejarah, cara
penularan, perjalanan penyakit, epidemiologi, dan program penanggulangan HIV/AIDS.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian dan sejarah, cara
penularan, etiologi dan perjalanan penyakit TBC, manifestasi dan cara penularan TBC,
epidemiologi TBC, dan program penanggulangan TBC.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang perjalanan penyakit TBC pada
penderita HIV/AIDS, epidemiologi TBC pada pengidap HIV/AIDS, bagaimana program
penanggulangan TBC pada pengidap HIV/AIDS, tujuan penanggulangan HIV dan AIDS
dan upaya yang dilakukan untuk penanggulangan HIV/AIDS dan TBC.

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendahuluan
Mengakhiri abad ke-20, dunia kesehatan dikejutkan dengan munculnya penyakit baru yang
sangat berbahaya dan ganas menyerang kehidupan manusia, yakni penyakit HIV/AIDS. AIDS
(Acquirred Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit menular disebabkan oleh virus
HIV (Human Immuno Deficiency Virus). Penyebarannya sanagt cepat ke seluruh dunia. Pada
tahun 1999 dilaporkan 191.000 kasus AIDS ke WHO oleh 145 negara. Sampai pertengahan
tahun 2000 diperkirakan 30 juta orang di dunia terinfeksi HIV, yang terdiri dari 24,5 juta orang
dewasa dan 5,5 juta anak-anak. Pada akhir abad ke-20 diperkirakan terdapat 40 juta orang yang
terinfeksi HIV.
Penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat yang kemudian
dengan pesatnya menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1988 jumlah kasus di Amerika Serikat
mencapai 48.139 orang. Di Negara-negara Amerika Latin dilaporkan 7.215 kasus AIDS melanda
kaum muda berusia 20-49 tahun yang sebagian besar adalah kaum homoseksual dan pengguna
obat- obat suntik ke pembuluh darah. Berdasarkan informasi kesehatan yang terbatas di Negaranegara Asia, tercatat beberapa manifestasi klinis paling umum pada pasien AIDS di Asia,
meliputi pneumonia pneumocytis carinii, candidiasis, tuberculosis (TBC), varicella zoster,
herpes simplex, cytomegalovirus, dan sarcoma kaposi.
Pada perkembangan selanjutnya manifestasi klinis tuberculosis paru atau TBC merupakan
manifestasi klinis paling umum di Negara-negara sedang berkembang (khususnya Asia dan
Afrika) dan memiliki arti kesehatan masyarakat yang sangat penting. Hal itu dikarnakan penyakit
TBC yang sangat menular dan mudah menyebar melalui saluran pernafasan (batuk). Sedangkan
penyakit TBC di Negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia merupakan masalah
kesehatan yang khas, karena penyakit ini berkaitan dengan rendahnya tingkat ekonomi. Oleh
karena itu munculnya HIV/AIDS sebagai penyakit baru (emerging diseases) yang dibarengi

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

dengan meningkatnya maifestasi klinis TBC merupakan penyakit lama (reemerging diseases)
yang menjadi beban ganda terhadap masyarakat Indonesia.
Wabah ganda TBC dan HIV/AIDS khususnya di Indonesia dan di Negara-negara
berkembang pada umunya memperlihatkan kecenderungan untuk bersatu bersama-sama
menyerang kesehatan masyarakat. WHO memperkirakan sekurang-kurangnya terdapat 4,5 juta
orang di dunia, dan 98% diantaranya berada di Negara berkembnag telah terinfeksi HIV dan
TBC secara bersamaan. Lebih lanjut WHO mengungkapkan bahwa infeksi gabungan antara
mycobacterium tuberculosis dengan HIV akan memicu tuberculosis akan aktif (pada pengidap
TBC laten). Akibat lemahnya system kekebalan tubuh. Riset baru menunjukan bahwa bakteri
TBC dapat mengaktifkan HIV tahap laten yang ada dalam sel-sel yang telah terifeksi (World
AIDS, 24 November 1992). Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa pengidap HIV mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk terserang TBC aktif.
Pada saat ini wabah TBC berkembnag pesat di Negara-negara sedang berkembang. Di
Uganda, kasus TBC aktif meningkat 2 kali lipat dalam 3 tahun terakhir ini. Dilaporkan juga
bahwa pada tahun 1999 kasus TBC telah meningkat blebih dari 2 kali di Zambia, yaitu 7.000
kasus menjadi 17.000 kasus pada 3 tahun terkahir. Peningkatan kasus TBC ini erat kaitannya
dengan meningkatnya jumlah kasus pengidap HIV. WHO memperkirakan sakitar 60% pasien
TBC di Uganda dan Zambia telah terinfeksi HIV. Orang dengan HIV positif dan menderita TBC
aktif beresiko meninggal 3-4 kali dari orang yang HIV negative dan menderita TBC aktif. Di
Afrika, penyakit TBC menjadi penyebab utama kematian di kalangan orang dewasa pengidap
HIV.
Asia sebagai benua terbesar dengan lebih dari 50% penduduk dunia ternyata terdapat 2/3
penderita TBC dari seluruh dunia. Beberapa ahli epidemiologi mengungkapkan bahwa dengan
penyebaran HIV yang sangat pesat di India dan Thailand dewasa ini, berarti akan menghadapi
lebih banyak lagi kasus TBC. Hal ini merupakan bencana yang sedang menunggu saatnya untuk
meletus. Indonesia dengan 202 juta penduduk menghadapi masalah yang besar dengan adanya
infeksi opurtunistrik TBC dan HIV. Sampai akhir tahun 2003 dilaporkan 2.157 kasus penderita
HIV/AIDS. Hal ini merupakan masalah besar karena kasus AIDS sendiri merupakan fenomena
gunung es, yaitu penderita sebenarnya lebih besar dari yang dilaporkan. Indonesia sendiri belum
dpaat menuntaskan penderita TBC yang ada sebab ketidakmampuan pembiayaan pengobatan,

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

ketidaktahuan bahaya TBC dan rantai penularannya, serta ketidaktuntasan pasien menyelesaikan
pengobatan TBC yang dideritanya.
B. Penyakit HIV/AIDS
1. Batasan
Menurut Tuti Parwati, 1996 AIDS didefinisikan sebagai suatu sindrom atau kumpulan gejala
penyakit dengan karakteristik defisiensi kekebalan tubuh yang berat dan merupakan nanifestasi
stadium akhir infeksi virus AIDS. Batasan yang digunakan negara-negara yang mempunyai
fasilitas diagnostik yang memadai, definisi AIDS adalah :
a) Suatu penyakit yang menunjukkan adanya defisiensi imun selular, misalnya sarkoma
kaposi atau, satu atau lebih infeksi oportunistik yang di diagnostik dengan cara yang
dapat di percaya.
b) Tidak adanya sebab-sebab lain imuno defisiensi seluler yang diketahui berkaitan dengan
penyakit tersebut.
Sedangkan negara yang tidak mempunyai fasilitas diagnostik yang memadai telah disusun
suatu ketentuan klinik menurut workshop di Bangui, Afrika Tengah, Oktober 1985 sebagai
berikut :
a. Dicurigai AIDS pada oarang dewasa bila terdapat paling sedikit 2 gejala mayor dan 1
gejala minor dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi
berat, atau pemakaian kortikosteroid. Gejala mayor tersebut adalah :
1) Penurunan berat badan lebig dari 10%.
2) Diare kronis lebih dari 1 bulan.
3) Demam lebih dari 1 bulan (kontinu/intermitten).
Sedangkan gejala minor adalah :
1) Batuk lebih dari 1 bulan.
2) Dermatitis pruritik umum.
3) Herpes zoster recurrens.
4) Kandidiasis oro-faring.
5) Limfadenopati generalisasi.

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

6) Herpes simpleks diseminati yang kronis progresif.


b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit 2 gejala mayor dan 2 gejala minor
dan tidak ada sebab-sebab imunosupresi yang lain sperti kanker, malnutrisi berat atau
pemakain kortikosteroid yang lama.
Adapun gejala mayor tersebut adalah :
1) Penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lamabat dan abnormal.
2) Diare kronis lebih dari 1 bulan.
3) deman lebih dari 1 bulan (kontinu/intermitten).
Sedangkan gejala minor adalah :
1) Batuk persisten.
2) Dermatitis generalisata.
3) Infeksi umum yang berulang.
4) Kandidiasis oro-faring.
5) Limfadenopati generalisata.
6) Infeksi HIV pada ibunya.

2. Sejarah AIDS
Pertama kali kasus AIDS dilaporkan oleh Centre for Disease Control (CDC) di Amerika
Serikat pada sekelompok kaum homoseks di California dan New York pada tahun 1981. Pada
mereka ditemukan adanya sarkoma kaposi dan pneumonia pneumocystis carinii dan beberapa
gejala klinis yang jarang muncul. Gejala penyakit tersebut semakin jelas diketahui sebagai akibat
adanya kegagalan sistem imun dan karenanya disebut AIDS. Kasus serupa dengan cepat
dilaporkandari Eropa Barat, Australia, Amerika Latin, Afrika, dan Asia. Teori tentang adanya
faktor infeksi sebagai penyebab baru dapat dikonfirmasi pada tahun 1983 dengan diisolasinya
virus penyebab AIDS yang sekarang disebut HIV(Human Immuno Deficiency Virus), dan tes
serologi pertama kali dapat dilakukan pada tahun 1984.
Etiologi AIDS sampai tahun 1994 diketahui ada dua subtipe virus HIV, yaitu HIV 1 dan HIV
2 yang merupakan suatu virus RNA yang termasuk retrovirus dan lentivirus. HIV 1
penyebarannya meluas di hampir seluruh dunia, sedangkan HIV 2 ditemukan pada pasien-pasien

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

dari Afrika Barat dan Portugal. HIV 2 lebih mirip monkey virus yang disebut SIV (Simian
Immuno Deficiency Virus). Antara HIV 1 dan HIV 2 intinya mirip tetapi selubung luarnya sangat
berbeda.
3. Cara Penularan
Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang telah tertular,
walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala penyakit. HIV hanya dapat
ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah. Dosis virus memegang
peranan penting. Makin besar jumlah virusnnya, maka makin besar kemungkinan terinfeksi.
Jumlah virus yang banyak terdapat pada darah, sperma, cairan vagina, dan serviks, serta cairan
otak. Dalam saliva, air mata, urin, keringat, dan air susu hanya ditemukan dalam jumlah sedikit
sekali.
Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu :
a. Hubungan seksual, baik melalui vagina, oral, maupun anal dengan seseorang pengidap.
Penularan lebih muda terjadi apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorrhoe, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis.
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/ jarum suntik
1) Transfusi darah/ produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi sampai 90%.
Ditemukan sekitar 3-5% dari total kasus sedunia.
2) Pemakaian jarum tidak steril/ pemakaian bersama jarum dan sempritnya pada para
pecandu narkotika suntik.
3) Penularan lewat kecelakaan, tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
4) Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil, saat
melahirkan atau setelah melahirkan.

4. Perjalanan penyakit
Menurut Zubairi Djoerban, 1995 sesudah HIV memasuki tubuh manusia, partikel virus
tersebut bergabung dengan DNA sel penderita, seumur hidup akan terinfeksi . dari semua orang
yang terinfeksi, hanya sedikit yang menjadi AIDS. Pada 3 tahun pertama hanya sebagian kecil,

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

sedangkan sesudah 10 tahun kira-kira 50% berkembang menjadi AIDS. Perjalanan penyakit
tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan sistem
kekebalan tubuh yang juga bertahap. Sel yang terutama diserang oleh HIV adalah salah satu jenis
sel darah putih yang disebut limfosit, subjenis limfosit T helper.
Gejala penyakit AIDS merupakan manifestasi rendahnya kadar limfosit T helper, yang secara
bertahap dirusak HIV. Segera sesudah terinfeksi HIV, jumlah limfosit T helperakan berkurang
dari sekitar 2.000/

menjadi kurang lebih 1000/

dan kemudian secara bertahap

jumlahnya makin berkurang. Limfosit T memegang peranan penting dalam sistem kekebalan
tubuh manusia, sehingga bila jumlah dan fungsinya terganggu menyebabkan seseorang mudah
diserang penyakit infeksi dan kanker.
Manifestasi klinis infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada beberapa klasifikasi
infeksi HIV yang dibuat oleh CDC, USA, 1987 yang dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
a. Infeksi akut
Sekitar 30-50% dari mereka yang terinfeksi HIV akan memperlihatkan gejala infeksi akut
yang mirip dengan gejala infeksi mononukleosis, yaitu demam, sakit tenggorokan,
letargi, batuk, mialgia, keringat malam, dan keluhan berupa nyeri menelan, mual,
muntah, dn diare. Ditemukan adanya pembengkakan kelenjar limfa leher, faringitis,
macular rash, dan aseptik meningitis yang akan sembuh dalam 6 minggu.
b. Infeksi kronis asimtomatik
Fase akut akan diikuti fase kronis asimtomatik yang lamanya bisa bertahun-tahun.
Walaupun tdak ada gejala, virus masih dapat diisolasi dari darah pasien. Hal ini pasien
masih infeksius. Pada fase ini terjadi replikasi lambat pada sel-sel tertentu dan laten pada
sel-sel lain. Aktivitas HIV tetap terjadi dan ini dibuktikan dengan menurunnya fungsi
sistem imun dari waktu ke waktu.
c. PGL (pembengkakan kelenjar limfa)
Pada kebanyakan kasus, gejala pertama yang muncul adalah PGL. Ini menunjukkan
adanya hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfa, dapat persisten bertahun-tahun
dan pasien tetap merasa sehat. Terjadi progesif bertahap dari adanya hiperplasia folikel
dalam kelenjar limfa sampai timbulnya involusi dengan adanya invasi sel limfosit T8. Ini

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

merupakan reaksi tubuh untuk menghancurkan sel dendritik folikel yang terinfeksi HIV.
Dan infeksi ke otak juga sering terjadi.
d. Penyakit lain
Dengan menurunnya sel limfosit T4, makin jelas tampak gejala klinis yang dapat
dibedakan dalam beberapa keadaan, yaitu:
1) Gejala dan keluhan yang disebabkan oleh hal-hal tidak langsung berhubungan dengan
HIV, seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, keringat malam, rasa lelah berlebihan,
batuk kronis lebih dari 1 bulan, dan penurun berat badan 10% atau lebih. Apabila yang
mencolok adalah penurunan berat badan, maka ini merupakan salah satu indikator AIDS.
2) Gejala langsung akibat HIV, seperti miopati, neuropati perifer, dan penyakit susunan
syaraf otak. Hampir 30% pasien dalam stadium akhir AIDS akan menderita dementia
kompleks, yaitu menurun sampai hilangnya daya ingat, gangguan flingsi motorik dan
kognitif, sehingga pasien sulit berkomunikasi dan tidak bisa berjalan.
3) Infeksi oportunistik dan neoplasma: pada stadium kronis simtomatik ini sangatb sedikit
keluhan dan gejala yang benar-benar langsung akibat HIV. Sebagian besar adalah akibat
menurunnya sel limfosit T4, sehingga dengan terganggunya sentral sistem imun seluler
ini, maka infeksi oportunistik yang sering dialami adalah infeksi virus, parasit, dan
mikobakterium. Neoplasma yang dikenal sebagai penyakit indikator AIDS adalah
sarkoma kaposi dan limfoma sel B.
Masa inkubasi adalah waktu dari terjadinya infeksi sampai munculnya penyakit yang
ditimbulkan HIV yang pertama pada pasien. Dari penelitian pada sebagian besar kasus dikatakan
masa inkubasi rata-rata 5-10 tahun dan bervariasi sangat lebar, yaitu antara 6 bulan sampai lebih
dari 10 tahun. Walupun tanpa gejala, tetapi yang bersangkutan dapat menjadi sumber penularan.
5. Epidemiologi
Pandemi virus HIV tidak hanya menimbulkan dampak negatif di bidang kesehatan, tetapi
juga di bidang sosial, ekonomi, dan politik.
6. Program penanggulangan HIV/AIDS
Program penanggulangan HIV/AIDS berada di sub-Direktorat Pemberantasan Penyakit
Kelamin dan Frambosia, Direktorat Jendral P2MPLP (Pemberantasan Penyakit Menular dan

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Pembinaan

Lingkungan

Pemukiman),

Kementerian

Kesehatan,

RI.

Tujuan

program

penanggulanganHIV/AIDS adalah:
1. Tujuan jangka panjang
Mencegah terjadinya penularan dan memberantas PMS (Penyakit Menular Seksual) termasuk
infeksi HIV/AIDS serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi dari PMS termasuk infeksi
HIV/AIDS sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
2. Tujuan jangka pendek
a. Mencegah peningkatan prevalensi infeksi HIV pada kelompok perilaku berisiko tinggi
tidak melebihi dari 1%.
b. Menurunkan prevalensi sifilis di kalangan kelompok perilaku risiko tinggi menjadi
kurang dari 1%.
c. Menurunkan prevalensi gonore di kalangan kelompok perilaku risiko tinggi menjadi
kurang dari 1%.
Sedangkan kegiatan pokok penanggulangan HIV/AIDS meliputi 2 kegiatan, yakni:
a. Kegiatan pokok
1) Penyuluhan tentang HIV/AIDS.
2) Tindakan pencegahan pada kelompok risiko tinggi.
3) Penemuan penderita secara dini.
4) Penatalaksanaan penderita secara cepat.
5) Pelacakan kontak/konseling.
b. Kegiatan pendukung
1) Pengembangan institusional dan manajemen/ pemantapan koordinasi.
2) Surveilans epidemiologi termasuk sistem pencatatan dan pelaporan.
3) Pelatihan.
4) Penelitian dan kajian.
5) Monitoring dan evaluasi.

10

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

C. Penyakit Tbc (Tuberculosis)


1. Pengertian dan Sejarah
Kuman penyebab TBC (mycobacterium tuberculosis) ditemukan pertama kali pada tahun
1882 oleh Robert Koch,sedangkan vaksin BCG ditemukan pada tahun 1921 . kemudian pada
tahun 1944 ditemukan streptomisin sebagai obat pertama anti TBC (OAT) , kemuadian disusul
INH pada tahun 1949.penyakit TBC muncul kembali ke permukaan dengan meningkatnya kasus
TBC di negara-negara maju atau industry pada tahun 1990 .selain itu,peningkatan kasus TBc
sebagai reemerging disease dipengaruhi pula dengan terjadinya penyebaran infeksi HIV / AIDS.
Saat ini diseluruh dunia terdapat 8 juta kasus terinfeksi dan 3 juta kasus meninggal . TBC
umumnya menyerang golongan produktif dan golongan social ekonomi rendah sehingga
berdampak pada pemberdayaan sumber daya manusia yang dapat menghambat pertumbuhan
ekonomi Negara.
Tuberculosis adalah suatu penyakit menular sebagian besar disebabkan oleh kuman
mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui
udara yang dihirup kedalam paru , kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian
tubuh lain melalui system peredaran darah,system saluran limfa , melalui saluran pernafasan
(bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian bagian tubuh lainnya . TB paru pada manusia
dapat dijumpai dalam dua bentuk , yaitu :
1. Tuberculosis primer : bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali.
2. Tuberculosis pascaprimer : bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang
terkena infeksi dan sembuh . TBC ini merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan.dengan terdapatnya kuman dalam dahak, penderita merupakan sumber
penularan.
2. Etiologi dan Perjalanan Penyakit
Etiologi penyebab tuberculosis paru adalah kuman tahan asam mycobacterium tuberculosis,
sangat jarang oleh M.Bovis dan M.Atipik. Adapaun perjalanan penyakit atau pathogenesis
penyakit ini adalah : Implantasi kuman terjadi pada respiratory bronchial atau alveoli yang
selanjutnya akan berkembang sebagai berikut :

11

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

a. Focus Primer kompleks primer sembuh pada sebagian besar atau meluas
tuberculosis primer.
b. Dari kompleks besar yang sembuh terjadi reaktivasi kuman yang tadinya dormant pada
focus primer, reinfeksi endogen tuberculosis pascaprimer penyebaran kuman dalam
tubuh penderita dapat melalui empat cara, yaitu :
1) Lesi yang meluas
2) Aliran limfa (limfogen)
3) Melalui aliran darah (hematogen) yang dapat menimbulkan lesi tuberculosis ekstra
paru,antara lain pleura , selaput otak,ginjal dan tulang
4) Penyebaran milier.
3. Manifestasi klinis dan cara penularan
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala
yang sangat bervariasi pada masing-masing penderita , mulai dari tanpa gejala hingga gejala
yang sangat akut dan hanya beberapa bulan setelah diketahui sehat hingga beberapa tahun sering
tidak ada hubungan antara lama sakit maupun luasnya penyakit. Secara klinis manifestasi TBC
dapat terjadi dalam beberapa fase,yaitu :
a. Dimulai dengan fase asimtomatik dengan lesi yang hanya dapat dideteksi secara
radiologic.
b. Berkembang menjadi plisis yang jelas kemudian mengalami stagnasi atau regresi.
c. Eksaserbasi memburuk.
d. Dapat berulang kemudian menjadi menahun.
Tanda tanda dan gejala penderita TBC adalah :
a) Sistemik : malaise , anoreksia , berat badan menurun , keringat malam .akut : demam
tinggi , seperti flu , menggigil milier : demam akut , sesak nafas dan sianosis.
b) Respiratorik : batuk-batuk lama lebih dari 2 minggu ,riak yang mukoid ,nyeri dada ,
batuk darah , dan gejala-gejala lain , yaitu bila ada tanda-tanda penyebaran ke organorgan lain seperti pleura : nyeri pleuritik , sesak nafas , ataupun gejala meningeal , yaitu :
nyeri kepala , kaku kuduk dan lain-lain.

12

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Cara penularan : daya penularan dari seorang penderita TBC ditentukan oleh :
a) Banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita .
b) Penyebaran kuman di udara
c) Penyebaran kuman bersama dahak berupa droplet dan berada disekitar penderita TBC.
Kuman mycobacterium tuberculosis pada penderita TBC paru dapat terlihat langsung dengan
mikroskop pada sediaan dahak nya (BTA Positif) dan sangat infeksius.sedangkan penderita yang
kuman nya tidak dapat dilihat langsung dengan mikroskop pada sediaan dahaknya (BTA
Negatif) dan sangat kurang menular .penderita TB ekstra paru tidak menular, kecuali penderita
TB paru . Penderita TB BTA positif mengeluarkan kuman kuman di udara dalam bentuk
droplet yang sangat kecil pada waktu bersin atau batuk. Droplet yang sangat kecil ini mongering
dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberculosis dan dapat bertahan di
udara selama beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap orang lain . jika kuman tersebut sudah
menetap dalam paru orang yang menghirupnya , kuman mulai membelah diri (berkembang biak)
dan terjadi infeksi. Orang yang serumah dengan penderita TB BTA positif adalah orang yang
besar kemungkinannya terpapar kuman tuberculosis.
4. Epidemiologi
TBC kembali muncul ke permukaan sebagai pembunuh utama oleh satu jenis kuman. Di
dunia diperkirakan terdapat 8 juta orang terserang TBC dengan kematian 3 juta orang. Dengan
munculnya epidemic HIV / AIDS di dunia, jumlah penderita TBC meningkat. Menurut WHO ,
kematian wanita karena TBC lebih banyak daripada kematian karena kehamilan , bersalin dan
nifas. Oleh karena itu , WHO mencanangkan kedaruratan global pada tahun 1933 karena
diperkirakan penduduk dunia telah terinfeksi kuman TBC (Ditjen PPML & PLP, 2001). Di
Indonesia, penyakit tuberculosis paru masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hasil
survey kesehatan rumah tangga tahun 1998 menunjukan bahwa tuberculosis merupakan
penyebab kematian nomor 2 (11%) setelah penyakit kardiovaskular pada semua golongan usia
dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi.

13

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Penyakit TB paru menyerang sebagian besar kelompok usia produktif dan kelompok usia
produktif dan kelompok sosio ekonomi rendah. Dengan meningkatnya infeksi HIV / AIDS di
Indonesia, penderita TB paru cenderung meningkatnya pula. Diperkirakan setiap tahun terdapat
500.000 kasus baru TBC, yaitu sekitar 200.000 penderita terdapat di sekitar puskesmas,
sedangkan 200.000 ditemukan pada pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintahan dan swasta
serta sisanya belum terjangkau unit pelayanan kesehatan. Angka kematian karena TBC
diperkirakan 175.000 per tahun sedang selebihnya belum terjangkau.
5. Program penanggulangan TBC
Sampai saat ini program penanggulangan TB paru belum dapat menjangkau seluruh
puskesmas yang ada. Hal itu dikarenakan belum adanya keseragaman pengobatan dan system
pencatatan pelaporan di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta
sehingga diperlukan adanya kerja sama semua pihak yang terkait dalam pemberantasan TBC.Sub
direktorat TBC, Direktorat PPML, Ditjen PPMPLP dalam kegiatan penanggulangan TBC
mempunyai dua tujuan, yaitu :
a. Tujuan jangka panjang
Memutuskan rantai penularan sehingga penyakit TB paru tidak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia.
b. Tujuan jangka pendek
1) Tercapainya kesembuhan minimal 85% penderita baru BTA posistif yang ditemukan.
2) Tercapainya cakupan penemuan semua penderita secara bertahap.
3) Tercegahnya resistensi obat TBC di masyarakat.
4) Mengurangi penderitaan manusia akibat penyakit TBC.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut kegiatan yang dilaksanakan dalam menanggulangi
penyakit TBC meliputi :
a. Kegiatan pokok
1) Komponen diagnosis
Deteksi penderita di poliklinik.
Penegakan diagnosis secara laboratorium.
2) Komponen pengobatan

14

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Pengobatan yang cukup dan tepat.


Pengawasan menelan obat setiap hari terutama pada fase awal 2.
b. Kegiatan pendukung
1) Pelatihan staf dan penyegaran.
2) Supervise pengelola TBC.
3) Pencatatan dan pelaporan untuk penemuan penderita dan penilaian hasil pengobatan.
4) Memeriksa keluarga yang kontak dengan penderita TBC.
5) Melacak penderita lalai berobat 2 hari (kategori 1) atau seminggu (kategori 2).
6) Penyuluhan kepada penderita TBC dan masyarakat.
7) Pengadaan kebutuhan program dan pendukungnya.
8) Menjamin keperluan dana operasional.
D. Penanggulangan HIV/AIDS dan TBC
Dalam penanggulangan TBC dan HIV/AIDS terjadi apa yang disebut infeksi oportunistik.
Infeksi oportunistik adalah masuknya agent penyakit kedalam tubuh host sesudah masuknya
agent penyakit lain yang telah lebih dulu melemahkan system kekebalan tubuh host. Masuknya
kuman TBC ke tubuh penderita terjadi karena lemahnya system kekebalan tubuh penderita akibat
telah terinfeksi HIV.
1. Perjalanan Penyakit Tbc Pada Penderita HIV/AIDS
Penularan infeksi dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) terutama terjadi melalui
hubungan seksual, transfusi darah atau penggunaan produk darah lainnya dari ibu ke bayi.
Infeksi dengan HIV mengakibatkan kerusakan yang luas dari sistem kekebalan tubuh. Sebagai
akibatnya, jika terjadi infeksi opportunistik maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah
bahkan bisa menyebabkan kematian, dan keadaan ini dikenal dengan AIDS (Acquired Immuno
Deficiency Syndrome). Infeksi Oportunistik (IO) adalah infeksi yang timbul akibat penurunan
kekebalan tubuh. Infeksi ini dapat timbul karena mikroba (jamur, bakteri dan virus) yang berasal
dari luar tubuh maupun yang sudah ada di dalam tubuh namun dalam keadaan normal terkendali
karena adanya kekebalan tubuh. Tuberkulosis (TB) adalah IO tersering pada orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia. Infeksi HIV memudahkan terjadinya infeksi Mycrobacterium
Tuberculosis. Inilah yang menjadikan penderita HIV memiliki resiko lebih besar terkena TB jika
dibandingkan dengan Non-HIV. Risiko ODHA untuk menderita TB adalah 10% pertahun,

15

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

sedangkan pada non-ODHA adalah 10% seumur hidupnya. TB merupakan penyebab kematian
tersering pada ODHA. Diperkirakan oleh WHO, TB merupakan penyebab kematian 13 %
penderita AIDS.
Bila kedua infeksi tersebut (Tuberkulosis dan HIV) terjadi bersamaan maka jumlah penderita
tuberkulosis akan meningkat sebagai akibat meningkatnya resiko untuk mudahnya berkembang
menjadi tuberkulosis. Peningkatan jumlah penderita tuberkulosis akan mengakibatkan
peningkatan dari transmisi atau penularan kuman tuberkulosis dalam masyarakat untuk
menurunkan penularan yang berlebihan ini, adalah sangat penting untuk menemukan sedini
mungkin dan mengobati sampai sembuh semua penderita tuberkulosis yang menular mengingat
infeksi HIV/AIDS belum ada obatnya.
Manifestasi klinis penderita TBC pada pengidap HIV/AIDS dapat menderita Komplikasi,
antara lain berupa :
a. Batuk darah (haemoptysis).
b. Pneumothorax spontan (paru kolaps karena kerusakan jaringan paru oleh penyakit
tuberkulosis).
c. Bronchiectasis, Fibrosis pada paru. Ini merupakan akibat penyakit TB paru yang meluas.
d. Insufisiensi kardio pulmoner (Corpulmonale Chronicum).
e. Tuberkulosis ekstra paru yang menyerang pleura, selaput otak, tulang, dan ginjal.

2. Epidemiologi TBC Pada Pengidap HIV/AIDS

Infeksi AIDS pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981 pada orang dewasa
homoseksual sedangkan pada anak tahun 1983. Di Indonesia kasus AIDS pertama kali
dilaporkan pada 1987 yang menimpa seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya
mulai dilaporkan adanya kasus di beberapa provinsi. Karena AIDS bukan penyakit maka AIDS
tidak menular, yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh
mencapai masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah, cairan sperma dan cairan vagina,
dan bisa menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain
konsentrasi HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.

16

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Secara epidemiologik yang penting sebagai media perantara virus HIV adalah semen, darah
dan cairan vagina atau serviks. Penularan virus HIV secara pasti diketahui melalui hubungan
seksual (homoseksual, biseksual dan hetero-seksual) yang tidak aman, yaitu berganti-ganti
pasangan, seperti pada promiskuitas. Penyebaran secara ini merupakan penyebab 90% infeksi
baru di seluruh dunia. Penderita penyakit menular seksual terutama ulkus genital, menularkan
HIV 30 kali lebih mudah dibandingkan orang yang tidak menderitanya. Parenteral, yaitu melalui
suntikan yang tidak steril, misalnya pada pengguna narkotik suntik, pelayanan kesehatan yang
tidak memperhatikan sterilitas, mempergunakan produk darah yang tidak bebas HIV, serta
petugas kesehatan yang merawat penderita HIV/AIDS secara kurang hati-hati. Perinatal, yaitu
dari ibu yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya. Transmisi HIV-I dari ibu ke janin
dapat mencapai 30%, sedangkan HIV-2 hanya 10%. Penularan secara ini biasanya terjadi pada
akhir kehamilan atau saat persalinan. Bila antigen p24 ibu jumlahnya banyak, dan/ atau jumlah
reseptor CD4 kurang dari 700/ml, maka penularan lebih mudah terjadi. Ternyata HIV masih
mungkin ditularkan melalui air susu ibu (Merson, 2006).
Berdasarkan cara penularan, insidensi tertinggi penularan AIDS melalui hubungan
heteroseksual diikuti pengguna narkotika (nafza). Secara umum ada 5 faktor yang perlu
diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa
agent, host yang rentan, tempat keluar kuman dan tempat masuk kuman (portd entree) (Harris
dan Bolus, 2008).
Pada 10 tahun pertama sejak penderita AIDS pertama ditemukan di Indonesia, peningkatan
jumlah kasus AIDS masih rendah. Pada akhir 1997 jumlah kasus AIDS kumulatif 153 kasus
dan HIV positif baru 486 orang yang diperoleh dari serosurvei di daerah sentinel. Pada akhir
abad ke 20 terlihat kenaikan yang sangat berarti dari jumlah kasus AIDS dan di beberapa daerah
pada sub-populasi tertentu, angka prevalensi sudah mencapai 5%, sehingga sejak itu Indonesia
dimasukkan kedalam kelompok negara dengan epidemi terkonsentrasi.

3. Tujuan Penanggulangan HIV dan AIDS


Tujuan Umum penanggulangan HIV dan AIDS yaitu untuk mencegah dan mengurangi
penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.

17

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Tujuan Khusus Penanggulangan HIV dan AIDS


1) Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana kondusif untuk
mendukung upaya penanggulangan HIV dan AIDS, dengan menitikberatkan pencegahan
pada sub-populasi berperilaku resiko tinggi dan lingkungannya dengan tetap
memperhatikan sub-populasi lainnya.
2) Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan, pengobatan, dan dukungan
kepada ODHA yang terintegrasi dengan upaya pencegahan.
3) Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan masyarakat umum termasuk
ODHA dalam berbagai upaya penanggulangan HIV dan AIDS.
4) Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara lembaga pemerintah, LSM, sektor
swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan mitra internasional di pusat dan di daerah
untuk meningkatkan respons nasional terhadap HIV dan AIDS.
5) Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif dalam
penanggulangan HIV dan AIDS.
Dibeberapa kota besar pencegahan dan pengobatan dalam penanggulangan HIV/AIDS pada
umumnya masih jauh dari harapan penanggulangan HIV/AIDS, sehingga berdampak pada
meningkatnya orang terinfeksi dari tahun ke tahun, hal ini dapat kita ambil contoh Pada Tahun
1990 jumlah kumulatif secara nasional kasus aids terjadi 17 kasus, dan meningkat sampai dengan
bulan Juni 2011 secara kumulatif terjadi 26.483 kasus. Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi
berada pada kelompok umur 20-29 (46,3%) diikuti dengan kelompok umur 30-39 tahun (31,4%)
dan kelompok umur 40-49 tahun (9,7%). (laporan dari 300 kabupaten/kota dan 32 provinsi)
(SUMBER : PP & PL KEMENKES RI). Sedangkan kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah lebih
dari dua dekade akan tetapi jumlah orang terinfeksinya terus meningkat. Kondisi tersebut
disebabkan pencegahan dan perawatan di Indonesia belum terintegrasi dengan baik, sebagai
contoh belum meratanya kapasitas lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam melakukan
pencegahan dan belum terciptanya layanan yang kompherensif dan terintegrasi (IMS,VCT,CD4,
ARV).
Melihat kondisi diatas dapat kita lihat beberapa hal yang harus ditanggulangi bersama, yaitu:
1) status kualitas pencegahan dan pengobatan,
2) status sistem penanggulangan HIV/AIDS,
3) status pengetahuan dan kesadaran masyarakat,

18

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

4) status penataan institusi dan peraturan yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS.
Kondisi pertama : tentang status kualitas pencegahan dan pengobatan, kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan sebab pencegahan dan perawatan saling berhubungan. Misalnya, pencegahan
dampak buruk pada odha yang membutuhkan perawatan.
Kondisi kedua : tentang status sistem penanggulangan HIV/AIDS, pada beberapa daerah
belum terbangun sistem penanggulangan HIV/AIDS. Pada kondisi tersebut pencegahan dan
pengobatan pada daerah yang belum memiliki sistem tersebut akan terjadi peningkatan kasuskasus baru HIV/AIDS di daerah tersebut, hal ini dikarenakan pemerintah daerah tidak dapat
memonitoring laju epidemi HIV/AIDS di daerah tersebut. Pada daerah yang sudah mempunyai
sistem penanggulangan HIV/AIDS juga masih banyak kekurangan antar institusi terkait, hal ini
dikarenakan kurang koordinasi diantara institusi yang berhubungan dengan penanggulangan
HIV/AIDS.
Kondisi ketiga : tentang status pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Masyarakat adalah
bagian penting dan strategis dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Karena masyarakat
dapat menjadi objek sebagai dampak HIV/AIDS sekaligus dapat menjadi subjek sebagai pelaku
penanggulangan HIV/AIDS. Sehubungan dengan peran masyarakat sebagai subjek status
pengetahuan dan kesadaran HIV/AIDS pada masyarakat perlu ditingkatkan.
Kondisi keempat : status penataan institusi dan peraturan. Sejak Undang-Undang RI No. 22,
Tahun 1999, tentang Otonomi Daerah dilaksanakan pada bulanJanuari 2000, pemerintahkota
atau kabupaten mempunyai kewenangannya sendiridalam mengelola sumberdaya yang ada di
dalam wilayahnya dan juga untuk menatakelembagaannya. Berhubungan dengan itu pemerintah
kota dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS membentuk instansi yang disebut Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) yang bertanggung jawab secara teknis terhadap penanggulangan
HIV/AIDS pada masing-masing kota atau kabupaten. Namun instansi penanggulangan
HIV/AIDS di pisahkan dengan instansi Dinas Kesehatan, dimana pelayanan kesehatan
masyarakat kota atau kabupaten dikelola oleh Dinas Kesehatan setempat. Instansi lainnya yang
berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS seperti Pariwisata, Keamanan daerah, dll dikelola
oleh masing-masing instansi.
Penataan institusi pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS masih ada kekurangan dalam
implementasi dilapangan, dimana KPA sebagai lembaga koordinasi belum dapat melakukan

19

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

koordinasi dengan baik terhadap pihak-pihak yang terkait dalam penanggulangan AIDS, padahal
dampak penanggulangan AIDS berhubungan erat pada kesehatan dan ekonomi masyarakat.
Sebenarnya dalam penanggulangan HIV/AIDS ini, berbagai tindakan telah dilakukan oleh
instansi teknis yang bertanggung jawab, namun nampaknya hal itu tidak dilakukan secara
komprehensif melainkan lebih pada tindakan taktis untuk periode jangka pendek. Sebagai
contoh, sepanjang yang penulis ketahui belum ada peraturan (misalnya : peraturan daerah) yang
telah dibuat untuk penggunaan kondom pada semua pelanggan pekerja seks; yang ada hanya
anjuran penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks.
Untuk mengatasi dan memitigasi keadaan tersebut diatas, apa tindakan strategis yang harus
dilakukan? Berdasarkan kondisi diatas nampak bahwa penanggulangan HIV/AIDS merupakan
suatu prioritas untuk dilakukan dalam upaya memitigasi dampaknya didaerah perkotaan dan
kabupaten.
Tujuan penanggulangan HIV/AIDS ini adalah :
1. Menurunya prevalensi HIV/AIDS.
2. Meningkatkannya kualitas hidup ODHA.
3. Menurunya Stigma dan Diskriminasiterhadap ODHA.
Untuk itu dalam konsep penanggulangan HIV/AIDS maka beberapa tindakan strategis perlu
dilakukan dengan mempertimbangkan Rumusan sebagai berikut :
1. Karakteristik penularan HIV/AIDS pada daerah kota atau kabupaten;
2. Mengkombinasikan 2 konsep yaitu konsep pencegahan dan konsep perawatan bagi orang
terinfeksi HIV/AIDS.
Berikut ini, 4 rumusan tindakan strategis yang dapat dilakukan guna meningkatkan
penanggulangan HIV/AIDS di kota dan kabupaten :
Strategi 1 : Menyediakan dan meningkatkan sitem penanggulangan HIV/AIDS. Sistem
penanggulangan HIV/AIDS sudah ada dibeberapa daerah dimana pencegahan dan perawatan
bagi orang terinfeksi dilengkapi dengan sistem itu. Namunsistem yang ada belum terintegasi
dengan baik dan tidak memiliki perawatan yang memadai. Bahkan ada beberapa kota yang
belum memiliki sistem penanggulangan HIV/AIDS sama sekali. Oleh karena itu pencegahan dan
perawatan dalam penanggulangan HIV/AIDS adalah prioritas utama yang harus dilakukan.
Secara teknis pemerintah daerah harus menyediakan dan meningkatkan sistem penanggulangan
HIV/AIDS tersebut.

20

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Strategi 2 : Menata institusi teknis pemerintah dan membuat peraturan. Instansi yang
bertanggung jawab terhadap penyediaan dan peningkatan penanggulangan HIV/AIDS perlu
ditingkatkan dengan melibatkan dengan beberapa instansi lainnyadibawah koordinasi kantor
walikota. Oleh karena, secara subtansial penyediaan dan peningkatan penanggulangan
HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan maka peran KPAP, DINKES, dll hendaknya mepunyai
komitment yang kuat dalam penanggulangan HIV/AIDS pada masing masing kota atau
kabupaten. Disamping itu peraturan pada tingkat peraturan daerah perlu diadakan sebagai
instrumen dalam penanggulangan HIV/AIDS.
Strategi 3 : Meningkatkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan aspek
yang potensial untuk menunjang penanggulangan HIV/AIDS, Oleh karena itu, sangat penting
pemerintah melakukan tindakan guna meningkatkan, memperbaiki dan partisipasi kesadaran
masyarakat. Tindakan yang dapat dilakukan berupa penyebaran informasi, membuat program
yang berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS, Peningkatan kapasitas bagi lembagalembaga swadaya masyarakat (Misalnya : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang ada di
tingkat kelurahan) untuk memberikan informasi yang tepat tentang HIV/AIDS pada warga.
Kegiatan seperti ini perlu dilakukan guna mencegah infeksi baru pada masyarakat luas serta
menurunkan stigma dan diskriminasi pada odha.
Strategi 4 : Mencari dana penunjang dari masyarakat dan swasta. Secara umum, sumber
keuangan untuk penanggulangan HIV/AIDS berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) atau Daerah (APBD). Sumber keuangan lain yang berpotensi sebagai penunjang
dapat berasal dari pihak masyarakat atau swasta. Hal ini dapat dilakukan dengan pertimbangan
bahwa penanggulangan HIV/AIDS melibatkan semua pihak (Stakeholder) misalnya pihak yang
menyediakan tempat hiburan malam (cafe, lokalisasi, diskotik, dll) dan masyarakat. Dana dapat
diperoleh dengan cara membayar retribusi atau pajak bagi pihak-pihak yang menyediakan tempat
hiburan malam. Namun, semua tindakan tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan resmi
pemerintah.
Penyebaran HIV dipengaruhi oleh perilaku berisiko kelompok-kelompok masyarakat.
Pencegahan dilakukan kepada kelompok-kelompok masyarakat sesuai dengan perilaku
kelompok dan potensi ancaman yang dihadapi. Kegiatan-kegiatan dari pencegahan dalam bentuk
penyuluhan, promosi hidup sehat, pendidikan sampai kepada cara menggunakan alat pencegahan

21

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

yang efektif dikemas sesuai dengan sasaran upaya pencegahan. Dalam mengemas programprogram pencegahan dibedakan kelompok-kelompok sasaran sebagai berikut :
Kelompok Tertular (Infected People)
Kelompok tertular adalah mereka yang sudah terinfeksi HIV. Pencegahan ditujukan untuk
menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara produktifitas individu dan meningkatkan
kwalitas hidup.
Kelompok Berisiko Tertular Atau Rawan Tertular (High-Risk People)
Kelompok berisiko tertular adalah mereka yang berperilaku sedemikian rupa sehingga sangat
berisiko untuk tertular HIV. Dalam kelompok ini termasuk penjaja seks baik perempuan maupun
laki-laki, pelanggan penjaja seks, penyalahguna napza suntik dan pasangannya, waria penjaja
seks dan pelanggannya serta lelaki suka lelaki. Karena kekhususannya, narapidana termasuk
dalam kelompok ini. Pencegahan untuk kelompok ini ditujukan untuk mengubah perilaku
berisiko menjadi perilaku aman.
Kelompok Rentan (Vulnerable People)
Kelompok rentan adalah kelompok masyarakat yang karena lingkup pekerjaan, lingkungan,
ketahanan dan atau kesejahteraan keluarga yang rendah dan status kesehatan yang labil, sehingga
rentan terhadap penularan HIV. Termasuk dalam kelompok rentan adalah orang dengan
mobilitas tinggi baik sipil maupun militer, perempuan, remaja, anak jalanan, pengungsi, ibu
hamil, penerima transfusi darah dan petugas pelayanan kesehatan. Pencegahan untuk kelompok
ini ditujukan agar tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang berisiko tertular HIV. (Menghambat
menuju kelompok berisiko).
Masyarakat Umum (General Population)
Masyarakat umum adalah mereka yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok terdahulu.
Pencegahan ditujukan untuk peningkatkan kewaspadaan, kepedulian dan keterlibatan dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di lingkunagnnya.

4. Penyelenggara Upaya Penanggulangan HIV dan AIDS


Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat dan
pemerintah bersama-sama dibantu oleh mitra internasional. Pemerintah meliputi departemen,
kementerian, lembaga non-departemen dan dinas-dinas daerah serta TNI dan POLRI.
Masyarakat meliputi LSM, swasta dan dunia usaha, civil society lainnya dan masyarakat umum.

22

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

KPA di semua tingkat berfungsi sebagai koordinator. Para pemangku kepentingan mempunyai
peran dan tanggung jawab masing-masing dan bekerja sama dalam semangat kemitraan. Pokokpokok tugas dan tanggung jawabmasing-masing penyelenggara adalah sebagai berikut :
1) Pemerintah Pusat
Departemen, Kementerian, Lembaga Non-Departemen, TNI dan POLRI membentuk
Kelompok Kerja Penanggulangan HIV dan AIDS dan membuat rencana pencegahan dan
penanggulangan yang selaras dengan Stranas HIV dan AIDS 2007 2010 sesuai dengan area
kegiatan instansi bersangkutan. KPAN mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan dari unsur
pemerintah pusat.
2) Pemerintah Provinsi
Dinas-dinas Provinsi, Kantor Wilayah dari instansi pusat di provinsi, komando TNI dan
POLRI di provinsi menyelenggarakan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS
dipimpin oleh Gubernur. Pemerintah Propinsi membentuk dan memfungsikan Komisi
Penanggulangan AIDS Provinsi dan menyediakan sumberdaya untuk kegiatan pencegahan
dan penanggulangan di propinsi.

3) Pemerintah Kabupaten/Kota
Dinas-dinas Kabupaten/Kota, Kantor Departemen dari instansi pusat di kabupaten/kota,
komando TNI dan POLRI di kabupaten/kota menyelenggarakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS dipimpin oleh Bupati/Walikota. Pemerintah Kabupaten/Kota
membentuk dan memfungsikan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten/Kota dan
menyediakan sumberdaya untuk kegiatan pencegahan dan penanggulangan di kabupaten/kota.

4) Pemerintah Kecamatan Dan Kelurahan/Desa


Di wilayah kecamatan dan kelurahan/desa yang berpotensi adanya penularan HIV, dapat
dibentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS yang masing-masing
dipimpin oleh Camat dan Lurah/Kepala Desa. Tugas utama adalah menggerakkan masyarakat
untuk ikut serta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang dirancang
oleh KPA Kabupaten/Kota.

23

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

5) Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat Di
Daerah
DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dengan kepedulian yang tinggi
menampung informasi dari masyarakat tentang situasi HIV dan AIDS di wilayah urusannya
dan sesuai dengan tugas dan fungsinya membantu upaya pencegahan dan penanggulangan.
Bersama dengan KPAN/KPA di daerah dapat membentuk Forum Komunikasi.
6) Komisi Penanggulangan Aids Nasional
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional sebagai penanggung jawab upaya pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia mempunyai tugas yang sangat berat
sehingga memerlukan kawenangan yang jelas untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya dengan efektif.

7) Komisi Penanggulangan Aids Provinsi Dan Kabupaten/Kota


Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi dan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten /
Kota dibentuk dan dipimpin masing-masing oleh Gubernur dan Bupati / Walikota. KPA di
daerah membantu kelancaran pelaksanaan tugas KPA Nasional.

8) Masyarakat Sipil (Civil Soceity)


Civil soceity merupakan mitra kerja yang penting dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS. Lembaga Swadaya Masyarakat dan Organisasi NonPemerintah lainnya seperti Kelompok Dukungan Sebaya telah memberikan kontribusi yang
bermakna karena mampu menjangkau sub-populasi berperilaku berisiko dan menjadi
pendamping dalam proses perawatan dan pengobatan ODHA. Civil Soceity berperan dalam
penyuluhan, pelatihan, pendampingan ODHA, pemberian dukungan dan konseling serta
melakukan pelayanan VCT. Dimasa mendatang peran ini diharapkan meningkat dan merata di
seluruh wilayah Indonesia. Komisi Penanggulangan AIDS di semua tingkat menciptakan
lingkungan yang kondusif sehingga civil society dapat menjalankan perannya dengan tenang
dan aman.

24

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

9) Dunia Usaha Dan Sektor Swasta


Jenis pekerjaan, lingkungan dan tempat kerja berpotensi bagi pekerja untuk terpapar HIV.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) telah mengakui bahwa HIV dan AIDS sebagai
persoalan dunia kerja. Prinsip-prinsip utama Kaidah ILO tentang HIV dan AIDS dan Dunia
Kerja perlu ditingkatkan implementasinya di dunia kerja Indonesia melalui kesepakatan
tripartit. Implementasi Kaidah ILO tersebut dijabarkan dalam program penanggulangan HIV
dan AIDS di dunia kerja dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhan.

10) Tenaga Profesional, Organisasi Profesi Dan Lembaga Pendidikan Tinggi


Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pelibatan tenaga
profesional baik secara individu maupun melalui organisasi profesi dan lembaga pendidikan
tinggi. Para profesional berperan dalam perumusan kebijakan, penelitian, riset operasional.

11) Keluarga Dan Masyarakat Umum


Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan dukungan
masyarakat luas. Keluarga sebagai unit terkecil masyarakat mempunyai tugas penting dan
sangat mulia sebagai benteng pertama dalam pencegahan dan penanggulangan HIV dan
AIDS. Ketahanan keluarga dalam arti yang sesungguhnya perlu tetap diupayakan dan
ditingkatkan. Selain itu keluarga mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi ODHA
dengan berempati dan menjauhkan sikap diskriminatif terhadap mereka. Masyarakat Umum
berperan membantu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di lingkungan
masing-masing dengan memberikan kemudahan dan meciptakan lingkungan yang kondusif.
Untuk menjalankan fungsi tersebut, masyarakat berhak menerima informasi yang benar
tentang masalah HIV dan AIDS.

12) Orang Dengan Hiv Dan Aids (Odha)


Peranan ODHA dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS di masa mendatang
semakin penting. Selaras dengan prinsip Greater Involvement of People with AIDS (GIPA)
ODHA berhak berperan pada semua tingkat proses pecegahan dan penanggulangan mulai dari
tingkat perumusan kebijakan sampai pada monitoring dan evaluasi. Untuk dapat menjalankan
peran tersebut, ODHA baik secara individual maupun organisasi meningkatkan persiapan diri.

25

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Seimbang dengan hak-haknya, ODHA bertanggung jawab untuk mencegah penularan HIV
kepada pasangannya dan orang lain.

5. Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional dengan para mitra bilateral dan multilateral adalah suatu komponen
yang bermakna dalam penanggulangan masalah HIV dan AIDS dan telah dirasakan mamfaatnya.
Bantuan telah diberikan antara lain bagi program peningkatan kapasitas kelembagaan baik di
pusat maupun di daerah, program perawatan, pengobatan dan dukungan pada ODHA, program
pengurangan dampak buruk di kalangan penasun , program pencegahan penularan HIV dari ibu
ke anak dan program penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja. Kerjasama internasional
diperlukan dan diharapkan berlanjut, dan implementasinya mengacu kepada Strategi Nasional
2007-2010 dan Rencana Aksi Nasional 2007-2010. Berdasarkan Perpres No 75/2006 mobilisasi
dan pemanfaatan bantuan dana dan bantuan teknis dari mitra internasional akan diarahkan dan
dikoordinasikan oleh KPAN. Evaluasi menggunakan sistem monitoring dan evaluasi nasional
serta menggunakan instrumen-instrumen pemantauan yang baku. Bantuan mitra internasional
diperlukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan prioritas penanggulangan HIV dan AIDS untuk
2007-2010, terutama pengembangan kelembagaan; perawatan, dan pengobatan dukungan
terhadap ODHA; peningkatan upaya pencegahan terutama di kalangan kelompok berperilaku
risiko tinggi; pengembangan dan pemanfaatan sistem monitoring dan evaluasi nasional;
penyediaan obat antiretroviral; pengembangan pencegahan penularan dari ibu ke anak,
penanggulangan masalah-masalah lintas batas HIV dan AIDS, serta penelitian. KPAN
memfasilitasi upaya menuju harmonisasi dan koordinasi di antara para mitra internasional, dan
dengan berbagai sektor pemerintah terkait serta pemangku kepentingan lainnya (masyarakat,
dunia usaha, LSM, universitas). Hal ini bertujuan juga agar bantuan yang diperlukan dapat
tersedia dan menjangkau mereka yang sangat membutuhkan dengan cepat dan efisien. Untuk
mengetahui dan mendukung pencapaian harmonisasi dan koordinasi yang lebih kuat dan
perencanaan strategis yang baik dari bantuan mitra internasional, KPAN perlu mempunyai
sistem informasi khusus. Agar sistem ini berjalan dengan baik dan dirasakan manfaatnya, maka
KPAN sebagai koordinator memerlukan dukungan dan partisipasi aktif dari mitra internasional
internasional.

26

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

Strategi Nasional ini merupakan respons pemerintah dan rakyat Indonesia terhadap epidemi
HIV dan AIDS yang semakin meningkat. Dengan Strategi Nasional yang jitu, dapat
dikembangkan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS yang
komprehensif, integratif dan harmonis untuk tahun-tahun mendatang. Disadari sepenuhnya
bahwa tidaklah mudah melaksanakan program-program yang besar ini, karena kompleksnya
masalah yang dihadapi yang dapat berubah dengan cepat. Namun dengan kesungguhan,
keikhlasan dan dengan tekat yang bulat serta berbekal pengalaman bangsa Indonesia dalam
memecahkan persoalan-persoalan besar, upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS
akan dapat membuahkan hasil yang diharapkan.
E. HIV/AIDS dan TBC Tantangan Pencapaian MDGs di Bidang Kesehatan di
Indonesia
1. Pendahuluan
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam (BTA) dengan ukuran panjang
1-4/Um dan ketebalan 0,3-0,6/Um, yang ditularkan melalui tetesan air ludah (droplet) dari
penderita TBC kepada individu yang rentan.
Penyakit ini telah lama dikenal di seluruh dunia, bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Pada
tanggal 24 Maret 1892, Robert Koch berhasil mengidentifikasi dan membiakkan basil
Mycobacterium tuberculosis, dan mengumumkannya secara resmi pada pertemuan Perhimpunan
Ahli Fisiologi di Berlin.
Penyakit TBC dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh manusia, meskipun yang
tersering adalah organ paru-paru. Diperkirakan, penyakit ini telah menyerang sepertiga jumlah
penduduk dunia, dengan 95% penderitannya berada di negara berkembang dan sebanyak 75%
adalah golongan usia produktif.
2. Penurunan Insidensi dan Prevalensi Penyakit HIV/AIDS dan TBC Sebagai Salah
Satu Tujuan Mdgs
Saat ini, jumlah kasus baru (insidensi) dan kasus lama (prevalensi) penyakit TBC di seluruh
dunia terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, yaitu 1) tingginya

27

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

angka kemiskinan pada mayoritas penduduk di negara berkembang dan di beberapa daerah
perkotaan di negara maju, 2) perubahan demografik dengan meningkatnya umur harapan hidup,
3) perlindungan kesehatan yang tidak memadai di banyak negara miskin, 4) kurangnya akses
terhadap sarana dan pra saraana kesehatan, rendahnya pengawasan kasus penyakit TBC, serta
kemampuan deteksi kasus TBC dan tata-laksana yang tidak memadai, 5) ledakan jumlah kasus
HIV, terutama di Afrika dan Asia dan 6) fenomena resistensi obat anti-TBC.
Adanya fenomena peningkatan insidensi dan prevalensi kasus TBC di seluruh dunia, yang
dikenal sebagai fenomena TBC global, telah mendorong Badan Kesehatan Dunia

(WHO)

mendeklarasikan global health emergency pada bulan maret 1993, untuk menyadarkan
masyarakat dunia bahwa kita sedang menghadapi ancaman serius penyakit TBC.
Pada bulan September 2000, diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang diikuti oleh 189 negara anggota. Konferensi itu
menyepakati untuk mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goals (MDGs).
MDGs memiliki 8 tujuan yang ingin dicapai hingga tahun 2015, yaitu, 1) menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan, 2) memenuhi pendidikan dasar, 3) pemberdayaan perempuan dan
mendorong kesetaraan gender, 4) menurunkan angka kematian balita, 5) meningkatkan kualitas
kesehatan ibu melahirkan, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lain (TBC,
dsb), 7) menjamin kelestarian lingkungan hidup dan 8) mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan. Tantangan untuk memenuhi delapan tujuan diatas tersebut memiliki keterkaitan
satu dengan yang lainnya. Tercapainya satu tujuan, akan mendekatkan pencapaian tujuan
lainnya.
Jelaslah bagi kita penurunan jumlah kasus insidensi dan prevalensi penyakit TBC menjadi
salah satu tujuan MDGs yang mesti secara bersama-sama diperjuangkan hingga tahun 2005.

28

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

3. Pelbagai Tantangan Dan Kendala Di Lapangan Untuk Menurunkan Insidensi Dan


Prevalensi Penyakit HIV/AIDS dan TBC di Indonesia
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan prevalensi penyakit TBC di Indonesia
sebesar 786 per 100.000 penduduk, dengan 44% diantaranya BTA positif, yakni ditemukannya
bakteri M.tuberkulosis dalam dahak (sputum) penderita.
Indonesia kini menempati urutan ketiga penderita penyakit TBC terbanyak di dunia, dengan
582.000 kasus baru per tahun, yang hampir separuhnya adalah TBC paru dengan BTA positif.
Di Indonesia, penyakit TBC merupakan masalah kesehatan masyarakat. Menurut survei
kesehatan rumah tangga (SKRT) pada tahun 1985 dan survei kesehatan nasional (Suskesnas)
tahun 2001, penyakit TBC merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia, setelah
penyakit kardio-vaskuler dan penyakit infeksi saluran pernafasaan pada semua kelompok umur,
serta penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
Untuk mengurangi angka prevalensi penyakit TBC di Indonesia, pada tanggal 24 Maret
1999, pemerintah melalui Menteri Kesehatan Republik Indonesia mencanangkan Gerakan
Terpadu Nasional untuk Pemberantasan Tuberkulosis (GERDUNAS TB), upaya ini
dimaksudkan untuk melibatkan pihak swasta dan masyarakat menanggulangi penyakit ini.
Upaya untuk menurunkan angka insidensi dan prevalensi panyakit TBC di Indonesia tidaklah
mudah. Diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam bentuk suatu program pemberantasan
nasional.
Ada beberapa hal mendasar yang mesti diperhatikan dalam penanggulangan penyakit TBC,
yaitu, 1) Adanya kesepakatan nasional dan lokal terhadap program penanggulangan penyakit
TBC, 2) pendidikan kesehatan nasional dan lokal mengenai penyakit TBC, 3) penemuan kasuskasus baru melalui pemeriksaan rutin dahak terhadap orang-orang yang memiliki gejala penyakit
TBC, 4) pengobatan standar yang diobservasi, 5) pengembalian penderita yang lalai berobat, 6)
pencatatan dan pemantauan kasus yang tersandarisasi, 7) Memastikan ketersedian obat dan
perlengkapan lainnya, 8) pelatihan-pelatihan berulang yang berkelanjutan bagi para petugas
kesehatan, 9) vaksinasi BCG bayi yang baru lahir serta 10) pemeriksaan anggota keluarga yang
berinteraksi erat dengan orang dewasa penderita TBC.

29

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit HIV/AIDS dan TBC adalah penyakit yang dapat menginfeksi semua orang, dari
berbagai lapisan usia dan taraf ekonomi. Namun sesungguhnya penyakit TBC dapat
disembuhkan dengan minum obat anti-TBC secara teratur, sedangkan penyakit HIV/AIDS
sebaiknya dilakukan pencegahan atau diantisipasi agar seseorang tidak terinfeksi.
Pemerintah bersama para stake holders bidang kesehatan dan masyarakat memiliki peran
yang besar dalam upaya menekan angka insidensi dan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan
TBC di Indonesia. Adapun cara yang dapat dilakukan semua orang untuk mencegah dan atau
terhindarnya seseorang dari infeksi HIV/IADS dan TBC dengan cara :
1. Mencegah Infeksi HIV/AIDS
Menjalankan pola hidup sehat, seperti : tidak memakai NAPZA, tidak melakukan
hubungan seks secara bebas, menghindari pemakaian jarum suntik yang tidak
streil atau bekas pakai (bekas orang lain).
Bagi pasangan suami-istri hendaknya setia pada pasangannya dan tidak
melakukan hubungan seks selain dengan istrinya.
Bagi mereka yang belum menikah dan suka melakukan hubungan seks, sebaiknya
hubungan seks dilakukan dengan tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan
alat kontrasepsi (kondom).
Bagi masyarakat umum atau awam, sebaiknya mencari informasi dan
mengedukasi untuk mengetahui informasi terkini dan bahaya yang ditimbulkan
dari HIV/AIDS.
2. Mencegah Infeksi TBC
Menjalankan pola hidup sehat, seperti : makan makanan bergizi secara teratur,
tidak merokok, mengindari polusi udara.
Bagi masyarakat umum atau awam, sebaiknya mencari informasi dan
mengedukasi untuk mengetahui informasi terkini tentang penyakit TBC beserta
gejala dan pengobatannya.

30

Makalah IKM HIV/AIDS dan TBC Tantangan Kesehatan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo Notoadmodjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu


dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta, 2012.
dr.Genis Ginanjar Wahyu. 2014 . Lampiran Tantangan Pencapaian
MDGs

di

Bidang

Kesehatan

di

Indonesia

(Ketua

Bidang

Pengembangan Media dan Jaringan Kesehatan), Biro Kesehatan DPD


PKS Kota Bandung

31

Anda mungkin juga menyukai