Kegawardaruratan Medik
Disusun oleh :
PUSPO PALUPI YEKTI HANGUJIWAT
22010118120004
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
DAFTAR ISI
2
DAFTAR TABEL
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Keadaan darurat dan bencana, baik yang disebabkan faktor alam maupun manusia sulit
komunitas layanan penting seperti perumahan, transportasi, komunikasi, sanitasi, air, dan
Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara
mendadak disertai dengan jatuhnya banyak korban. Menurut The International Disaster
Database – centre for research on epidemiologyc of disaster, dalam tiga puluh tahun terakhir
Dalam hal bencana alam, Indonesia kebetulan negara dengan potensi bencana alam yang
cukup banyak dan skalanya besar. Data dari BNPB menunjukkan bahwa setiap hari terjadi
hampir empat kali bencana di Indonesia. Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari gempa
bumi, tsunami, tanah longsor, erupsi gunung berapi, banjir, dan sebagainya. Dari deretan
bencana yang ditimbulkan akibat perbuatan manusia, selain yang disebutkan di atas,
massa dalam suatu pertunjukan musik, pertandingan olahraga, hingga peristiwa politik.
Masalah penanganan korban bencana harus lebih serius dilakukan melalui sistem yang
lebih baik lagi karena Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana. 3 Setiap tim
kesehatan baik perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya harus memahami konsep
manajemen bencana, dimulai dari definisi bencana, klasifikasi bencana, siklus manajemen
5
penanggulangan bencana yang menjadi dasar bagi tim bencana termasuk tim kesehatan untuk
melakukan perencanaan selama fase pra bencana, bencana, dan paska bencana.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Gawat darurat adalah suatu kondisi klinik yang memerlukan pelayanan medis.
Gawat darurat medis adalah suatu kondisi yang dalam pandangan penderita, keluarga
atau siapa pun yang bertanggung jawab dalam membawa penderita ke rumah sakit,
a. Cepat;
b. Tepat;
c. Bermutu; dan
d. Terjangkau
Terdapatnya kondisi gawat darurat ini, berlanjut hingga petugas kesehatan yang
Kondisi tersebut berkisar antara yang memerlukan pelayanan ekstensif segera dengan
rawat inap di rumah sakit dan yang memerlukan pemeriksaan diagnostik atau
memerlukan rawat inap (The American Hospital Association). Dalam hal tersebut
sehingga, gawat darurat merupakan suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.
pada setiap saat dan dimana saja. Penderita gawat darurat adalah penderita yang
disebabkan (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestasi) yang bila tidak segera
7
ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh, atau meninggal. Dalam hal ini
faktor waktu sangat berperan sangat penting (time saving is life saving) atau tindakan
berarti.4
2.1.2 Triage
Triase (Triage) berasal dari kata perancis yang berarti "menyeleksi". Triage adalah
trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya
yang ada. Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien
Triage bencana adalah suatu sistem untuk enetapkan prioritas perawatan medis
berdasarkan berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkat kedaruratannya, agar dapat
kondisi dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi lainnya serba terbatas.
Proses triase berperan penting dalam mengatasi alur masuk pasien di unit gawat
darurat sehingga pasien tertangani sesuai kegawatannya dan tidak terjadi penumpukan
Hakikat Triage
2. Berat cedera
3. Jumlah pasien
8
5. Harapan hidup
Metode triage
a. Single Triage
perdarahan masif
dan universal
9
Gambar 2 START Triage
Katergori Triage
pneumonithorax, distress
10
pernafasan, henti jantung,
sadar
2 Kunin II Bisa Pengobatan mereka dapat
11
lambung, gangguan psikologis
4 Hitam 0 Meninggal Korban sudah meninggal
diselamatkan Menghilang
rumah sakit.
Kategori korban :
Korban – korban yang akan hidup dengan apapun yang kita lakukan
12
Triage di UGD
UGD. Prioritas diberikan pada pasien yang paling membutuhkan. Sumber daya
emergency
tanda B.
tanda C.
tanda D.
Triage in-patient
13
Diterapkan sehari-hari di setting unit perawatan, misalnya ICU, kamar bedah,
dan unit rawat jalan. Prioritas diberikan pada pasien yang paling membutuhkan
Triage incident
Triage militer
Semua prosedur penanganan gawat darurat, maka langkah pertama yang dilakukan
sejak detik pertama pasien masuk instalasi gawat darurat adalah pemeriksaan secara
cepat dan efisien disebut sebagai primary survey. Dasar dari pemeriksaan primary
a. Airway
14
- Evaluasi apakah ada tanda-tanda obstruksi jalan nafas dengan look, listen
dan feel
- Buka mulut pasien dan kaji apakah ada sumbatan dijalan nafas seperti
Sianotik
oksigenasi. Ketika penderita tidak mampu dalam mempertahankan jalan nafas, oleh
karena itu, patensi jalan nafas harus segera dipertahankan dengan cara buatan,
diantaranya : reposisi, chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway
Jika pernafasannya membaik, jaga agar jalan nafas tetap terbuka dan periksa
1. Lihat (Look) yaitu melihat pergerakan naik turunnya dada yang simetris,
jika tidak simetris maka perlu dicari kelainan intra-thorakal atau fail chest.
kedua paru, vesikuler normal atau suara menghilang, adanya rhonkhi yang
15
b. Breathing
maupun perifer. Kelainan perifer disebabkan karena akibat dari adanya aspirasi
Look
Listen
Feel
Disamping itu, nilai PaO2 yang direkomendasikan >75 mmHg dan kadar
ke 2 midclavikula
c. Circulation
shock hipovolemik yang ditandai dengan tekanan darah kurang dari 90 mmHg dan
16
dapat mengalami penurunan tekanan darah yang berpengaruh terhadap tingkat
kinerja otak. Oleh sebab itu, hal yang pertama harus segera dinilai adalah
1. Tingkat kesadaran yaitu ketika volume darah menurun perfusi otak juga
2. Warna Kulit, yaitu berupa wajah yang keabu-abuan dan kulit ekstremitas
3. Nadi adalah pemeriksaan nadi yang dilakukan pada nadi terbesar seperti a.
femoralis dan a. karotis (kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan
irama. Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara
- Ketika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah minimal 80
mmHg sistol
- Ketika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah minimal
70 mmHg sistol
- Ketika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah minimal
70 mmHg sistol
- Ketika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah minimal
60 mmHg sistol
antara lain :
yang dipakai yaitu Ringer Laktat atau NaCl 0,9℅ adanya dua jalur dari
17
akibat dari hipotensi lebih berbahaya terhadap cedera otak dibanding
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes kehamilan (pada wanita
usia subur), golongan darah dan cross-match serta Analisa Gas Darah
(BGA).
posisi tidur yaitu kepala diposisikan datar, cegah head down (kepala lebih
d. Disability
neurologis secara cepat dan pupil. Pemeriksaan neurologis secara cepat yaitu
A - Alert: pasien sadar, awas, responsive, orientasi waktu, tempat dan orang
baik
18
U – unresponsive: pasien tidak berespon terhadap rangangan nyeri
Dalam hal ini, penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh adanya penurunan
oksigenasi atau perfusi ke otak serta trauma langsung. Nilai pupil dilihat dari
e. Expossure
2. Kaji seluruh bagian tubuh pasien, kaji apakah ada memar, laserasi,
Pada exposure merupakan bagian terakhir dari primary survey, pasien harus
diberikan selimut hangat, cairan intravena yeng telah dihangatkan dan ditempatkan
pada ruangan cukup hangat ini dilakukan pada saat dirumah sakit. Periksa
punggung dengan memiringkan pasien dengan cara long roll. Pemeriksaan seluruh
yaitu pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse oxymetri, foto thoraks, dan foto
polos abdomen.
memeriksa ke seluruh tubuh yang lebih teliti dimulai dari ujung rambut sampai ujung
kaki ( head to toe) baik pada tubuh dari bagian depan maupun belakang serta evaluasi
- Suhu tubuh
19
- Nadi
- Respiratory Rate
- Blood pressure
- Saturasi oksigen
berat
bila berulang dalam selang waktu berawal lama hal itu untuk menetukan waktu
dan durasi
- A: Alergy
- M: medication
20
- E: events leading to illness/injury
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika
terjadi henti jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap henti
(CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrillator
eksternal otomatis/ automated external defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon
terhadap serangan jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD. Resusitasi
jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk
mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan
Tahap ini merupakan tahapan umum pada saat tiba di suatu lokasi kejadian, baik pada
kasus trauma ataupun kasus medis.Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari
segala situasi dan potensi bahaya yang ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan
a. Amankan keadaan
pasien, seperti lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim, atau emosi dari
orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu menggunakan alat perlindungan diri (APD)
yang sesuai.
21
Bila tidak ada ancaman bahaya jangan memindahkan korban, misalnya api atau gas
beracun. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus dilakukan secepat
tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat dari botolnya. Gali informasi
melalui saksi mata apa yang terjadi dan menggunakan informasi tersebut untuk
menilai apa yang terjadi. Penolong juga harus memikirkan kemungkinan korban telah
dipindahkan dari tempat kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau oleh si korban
sendiri.
d. Jumlah korban
Evaluasi pula keadaan sekitar bilamana terdapat korban lain. Jangan sekali-kali
berpikir hanya ada satu korban, oleh sebab itu sangat penting untuk segera mengamati
e. Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting karena akan
sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih dari satu penolong maka
akan lebih efektif menangani korban, seperti pengaktivan EMS dan mengamankan
lokasi. 5
nyawa korban, seperti adanya sumbatan jalan nafas, perdarahan dan sebagainya.
22
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si korban hanya
a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah
bantuan napas. Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan
napas setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik untuk tiap pemberian napas.
Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas. Periksa nadi setiap 2
menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga korban mulai bernapas dengan
spontan, penolong terlatih tiba, nadi korban menghilang dimana pada kasus ini
penolong harus memulai RJP dan pasangkan AED bila tersedia serta apabila keadaan
b. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-langkah yang harus
layanan kesehatan darurat terdekat. Kemudian segera melakukan RJP yang benar
23
dengan langkah-langkah sebagai berikut:- Letakkan korban pada permukaan datar dan
2.2 Bencana
2.2.1 Definisi
menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi
atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk
Bencana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai sesuatu yang
dan menganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
Menurut Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam WHO
– ICN bencana adalah sebuah peristiwa, bencana yang tiba-tiba serius mengganggu
fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan
24
mengatasinya dengan menggunakan sumber dayanya sendiri. Meskipun sering
Dari ketiga definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa bencana adalah suatu
keadaan yang tiba-tiba mengancam kehidupan masyarakat karena faktor alam dan/atau
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah
penyakit;
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
Bencana yang terjadi dapat digambarkan seperti sebuah lingkaran atau kita sebut sebagai
25
Gambar 5 Siklus Bencana
Siklus bencana dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra bencana, fase bencana dan
fase pasca bencana. Fase pra bencana adalah masa sebelum terjadi bencana. Fase bencana
adalah waktu/saat bencana terjadi. Fase pasca bencana adalah tahapan setelah terjadi
bencana. Semua fase ini saling mempengaruhi dan berjalan terus sepanjang masa.
Siklus bencana ini menjadi acuan untuk melakukan penanggulangan bencana yang bisa
Penanganan bencana bukan hanya dimulai setelah terjadi bencana. Kegiatan sebelum
dan kesiapsiagaan merupakan hal yang sangat penting untuk mengurangi dampak bencana.
26
Saat terjadinya bencana diadakan tanggap darurat dan setelah terjadi bencana (pasca-
a. Pencegahan
b. Mitigasi
untuk menghilangkan sama sekali atau mengurangi secara drastis akibat dari
pemberian sangsi dan penghargaan untuk mendorong perilaku yang lebih tepat, dan
27
mengambil keputusan yang berkesadaran. Upaya-upaya rekayasa termasuk
perbaikan struktur yang sudah ada supaya lebih tahan ancaman bencana.
c. Kesiapsiagaan
Fase Kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan
kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana.
Dari sudut pandang pelayanan medis, bencana lebih dipersempit lagi dengan
membaginya menjadi “Fase Akut” dan “Fase Sub Akut”. Dalam Fase Akut, 48 jam
medis darurat”. Pada fase ini dilakukan penyelamatan dan pertolongan serta tindakan
medis darurat terhadap orang-orang yang terluka akibat bencana. Kira-kira satu minggu
sejak terjadinya bencana disebut dengan “Fase Akut”. Dalam fase ini, selain tindakan
terhadap orang-orang yang terluka pada saat mengungsi atau dievakuasi, serta dilakukan
pengungsian.
a. Fase Pemulihan
28
Fase Pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase
sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sedia kala (sebelum terjadi bencana).
rencana untuk rekonstruksi sambil terus memberikan bantuan kepada para korban.
Fase ini bagaimanapun juga hanya merupakan fase pemulihan dan tidak sampai
lain, fase ini merupakan masa peralihan dari kondisi darurat ke kondisi tenang.
b. Fase Rekonstruksi/Rehabilitasi
dapat kembali pada keadaan yang sama seperti sebelum mengalami bencana,
29
3. Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa kontrol jalan napas,
fungsi pernapasan dan jantung, pengawasan posisi korban, kontrol perdarahan, imobilisasi
fraktur, pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Harus
selalu diingat bahwa, bila korban masih berada di lokasi yang paling penting adalah
memindahkan korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke pos medis
lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan pertama utama, seperti mempertahankan jalan
napas, dan kontrol perdarahan. Resusitasi Kardiopulmoner tidak boleh dilakukan di lokasi
Pos medis lanjutan kemudian didirikan sebagai upaya untuk menurunkan jumlah
pemberian infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur, pembalutan luka, pencucian luka bakar.
Fungsi pos medis lanjutan ini dapat disingkat menjadi “Three ‘T’ rule” (Tag, Treat, Transfer)
1. Tempat perawatan korban gawat darurat (korban yang diberi tanda dengan label merah
dan kuning). Lokasi ini merupakan proporsi terbesar dari seluruh tempat perawatan.
30
2. Tempat perawatan bagi korban nongawat darurat (korban yang diberi tanda dengan
Jika bencana yang terjadi mempunyai beberapa daerah pusat bencana, di setiap daerah
pusat bencana tersebut harus didirikan pos medis lanjutan. Dengan adanya beberapa pos
medis lanjutan ini pemindahan korban ke sarana kesehatan penerima harus dilakukan secara
Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai pos medis lanjutan akan
dipindahkan ke satu tempat dengan fasilitas stabilisasi dan evakuasi yang lebih baik, dimana
dari tempat ini transfer selanjutnya akan dikoordinasi. Tempat penampungan korban sebelum
pemindahan ini disebut sebagai Pos Penatalaksanaan Evakuasi yang dapat berupa sebuah
“Rumah Sakit Lapangan”, Poliklinik, Rumah Sakit tipe B, atau fasilitas sejenis.
Pada beberapa keadaan tertentu seperti jika daya tampung Rumah Sakit terlampaui, atau
korban membutuhkan perawatan khusus (mis., bedah saraf), korban harus dipindahkan ke
Rumah Sakit lain yang menyediakan fasilitas yang diperlukan penderita. Pemindahan seperti
ini dapat dilakukan ke Rumah Sakit lain dalam satu wilayah, ke daerah atau provinsi lain,
atau bahkan ke negara lain. Pelayanan medis spesialistik, seperti bedah saraf, mungkin
tersedia pada rumah sakit di luar area bencana. Namun, evakuasi medis semacam ini harus
dengan hati-hati dikontrol dan terbatas bagi pasien yang memerlukan penanganan
spesialistik yang tidak tersedia pada area bencana. Kebijakan mengenai evakuasi harus
31
bencana, dan kepada rumah sakit yang akan menerima pasien. Rumah sakit darurat yang
dilengkapi petugas dan mandiri, dari pihak pemerintah, militer, palang merah atau pihak
swasta didalam negeri atau dari negara tetangga yang memiliki kultur dan Bahasa yang sama,
dapat dipertimbangkan penggunaannya dalam kasus yang ekstrim tetapi lihat masalah yang
potensial. Rumah sakit didaftarkan sesuai dengan lokasi geografiknya, dimulai dari yang
32
BAB III
PENUTUP
Kejadian gawat darurat tentunya tidak bisa kita prediksi, kapanpun dan dimanapun
segera. Keterlambatan dalam penanganan dapat berakibat kecacatan fisik atau bahkan sampai
kematian. Kondisi ini memerlukan penanganan gawat darurat yang tepat dan segera, sehingga
pertolongan pertama pada korban/pasien dapat dilakukan secara optimal. Setiap tim
kesehatan baik perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya harus memahami konsep
manajemen bencana, dimulai dari definisi bencana, klasifikasi bencana, siklus manajemen
penanggulangan bencana yang menjadi dasar bagi tim bencana termasuk tim kesehatan untuk
melakukan perencanaan selama fase pra bencana, bencana, dan paska bencana.
33
DAFTAR PUSTAKA
34