DosenPengampu:
Reza Alrayan, S.Farm., Apt
DisusunOleh:
Afifa Nurrul Rofiqoh
Haryani
Indah Sari
Ratna Komala
Rafika Rana Fadhilah
Tegar Raka Haryuni
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.
Penyusun juga mengucapakan terimakasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Virus adalah organisme yang sangat kecil dengan diameternya di tingkat nanometer.
Virus ada hampir di mana-mana, seperti di udara, tanah dan tubuh binatang. Tubuh
manusia juga banyak mengeluarkan virus, namun kebanyakan tidak menimbulkan
penyakit. Sistem kekebalan tubuh manusia dapat menghasilkan antibodi terhadap virus,
antibodi akan mengenali virus tersebut dan menghancurkannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Virus
Virus adalah organisme subselular karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Bentuk dan ukuran virus sangat beragam. Satuan
ukuran yang digunakan untuk mengamati virus adalah nanometer(1 nm= 10-9 m). Virus
umumnya berukuran antara 10-300 nm.
Secara umum,virus belum dapat dikelompokkan sebagai organisme hidup karena
tidak memiliki ciri atau sifat makhluk hidup, kecuali kemampuannya untuk bereproduksi.
Reproduksi pada virus pun hanya dapat dilakukan ketika virus berada dalam sel tubuh
inangnya. Tanpa sel inang, vitus tidak dapat menunjukkan sifat makhluk hidup atau
bereproduksi.
Virus membutuhkan ribosom inang untuk dapat mensintesis protein. Ribosom inang
digunakan untuk mentranslasi RNA (ribonucleic acid, asam ribonukleat) virus menjadi
protein. Virus menggunakan energi dan berbagai komponen pembangun sel (seperti asam
amino, nukleotida, lipid dan karbohidrat) dari tubuh inang untuk mendukung “aktivitas
hidup” mereka. Oleh karena itu, virus merupakan parasit obligat intraseluler, yaitu makhluk
hidup yang bersifat parasit jika berada dalam sel inang.
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya,
ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh
sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar. Adapun beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh virus adalah : influenza, polio, tampak, cacar, herpes, hepatitis, flu burung
dan HIV/AIDS.
Contoh Penyakit yang disebabkan oleh virus :
1. Influenza
2. Hiv
3. Herpes
Obat antivirus seperti asiklovir, inosipleks, idoksuridin dan oseltamivir. Ada dua
metode yang digunakan untuk identifikasi beberapa obat antivirus (asiklovir, inosipleks,
idoksuridin dan oseltamivir, yaitu secara reaksi kimia termasuk test reaksi warna dan test
mikrokristal serta spektrofotometri inframerah, karena data hasil pemeriksaan secara reaksi
kimia dan spektrofotometri inframerah tidak dicantumkan pada Farmakope Indonesia.
2
Penggolongan Obat Antivirus
3
Gambar 1. Beberapa contoh antivirus dan mekanisme kerja
4
2.2. Macam-macam obat Influenza
1. ISOPRINOSINE 500MG TAB (Harus dengan Resep Dokter)
Sub Antivirus
Kategori:
Komposisi: Methisoprinol
Perhatian: Pasien dengan gout, penyakit jantung yang mendapat terapi digitalis
Efek peningkatan sementara asam urat dalam urin dan serum, ruam kulit atau
Samping: gatal, rasa lelah atau lesu dan diare
Pabrik: Medifarma
2. COLDMIX-D SYR 60 ML
5
Sub Obat Batuk dan Pilek
Kategori:
Indikasi: untuk meredakan gejala influenza, seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan bersin yang disertai batuk
Perhatian: Tidak dianjurkan digunakan pada anak usia di bawah 6 tahun, wanita
hamil dan menyusui, hati-hati penggunaan pada penderita hipertensi dan
gangguan hati / ginjal
Kemasan: 1 Botol
6
gejala-gejala yang sering timbul pada influenza.
Hentikan penggunaan lamivudine dan hubungi dokter jika memiliki efek samping serius
seperti:
tanda-tanda infeksi baru seperti demam, menggigil, sakit tenggorokan, gejala flus, mudah
memar atau pendarahan tidak biasa, kehilangan nafsu makan, sakit mulut.
sakit parah di perut bagian atas yang menyebar ke punggung, mual dan muntah, detak
jantung cepat.
mual, perut bagian atas sakit, kehilangan nafsu makan, urin gelap, pup berwarna pucat,
kulit atau mata berwarna kekuningan.
keringat meningkat, tangan tremor, cemas, merasa marah, sulit tidur (insomnia).
diare, kehilangan berat badan tanpa alasan jelas, perubahan menstruasi, impoten,
kehilangan ketertarikan untuk seks.
bengkak di leher atau tenggorokan (tiroid membesar).
bermasalah dalam berjalan, bernafas, berbicara, menelan, atau menggerakkan mata.
pinggang sakit parah, kehilangan kendali buang air besar.
7
Efek samping yang kurang serius yaitu:
batuk-batuk
sakit kepala
merasa lelah
hidung ingusan
diare halus
perubahan pada bentuk atau lokasi lemak tubuh
2. obat Zidovudine
Oral: 300 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg per oral setiap 8 jam
IV: 1 mg / kg IV (diinfuskan selama 1 jam) setiap 4 jam sekitar jam, untuk total dosis
harian dari 5 sampai 6 mg / kg
Durasi: Terapi harus dilanjutkan selama pasien mentolerir, atau sampai pasien beralih ke
agen antiretroviral lain.
dosis ibu: 100 mg oral 5 kali sehari sampai awal persalinan Namun, yang paling
berwenang juga akan mempertimbangkan dosis oral standar 300 mg setiap 12 jam atau
200 mg setiap 8 jam.
Terapi harus dimulai pada 14-34 minggu kehamilan. Neonatus juga harus dirawat selama
6 minggu. Meskipun penggunaan ini dilakukan, transmisi ke bayi masih mungkin terjadi
dalam beberapa kasus
Berhentilah memakai zidovudine dan hubungi dokter jika memiliki salah satu efek samping
yang serius lainnya:
8
mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut, vagina, atau dubur), bintik-
bintik ungu atau merah di bawah kulit Anda
meningkatnya keringat, tremor di tangan Anda, kecemasan, perasaan mudah marah,
masalah tidur (insomnia)
diare, kehilangan berat badan tanpa alasan, perubahan menstruasi, impotensi, kehilangan
minat pada seks
pembengkakan di leher atau tenggorokan (gondok)
masalah dengan berjalan, bernapas, berbicara, menelan, atau gerakan mata
kelemahan atau perasaan berduri di jari tangan atau kaki
nyeri punggung bawah yang parah, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus
masalah hati – sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan, urin gelap,
tinja berwarna seperti tanah liat, sakit kuning (menguningnya kulit atau mata)
pankreatitis – sakit parah di perut bagian atas menyebar ke punggung, mual dan muntah,
detak jantung cepat atau
reaksi parah kulit – demam, sakit tenggorokan, pembengkakan di wajah atau lidah, rasa
terbakar di mata Anda, sakit kulit, diikuti dengan ruam kulit merah atau ungu yang
menyebar (terutama di wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan melepuh dan
mengelupas.
3. Obat Efavirenz
a. Dosis umum untuk orang dewasa pengidap infeksi HIV 600 mg diminum satu kali
sehari, dosis umum untuk orang dewasa dengan Nonoccupational Exposure
Rekomendasi US CDC: 600 mg diminum satu kali sehari, durasi terapi: 28 hari. Dosis
umum untuk orang dewasa dengan Occupational Exposure Rekomendasi US Public
9
Health Service: 600 mg diminum satu kali sehari, durasi terapi: 28 hari, jika dapat
ditoleransi.
10
2.3. Macam-macam obat Herpes
11
oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk
membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat
menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-
deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir
(dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis
berhenti. Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel
karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif.
3. Resistensi
Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin
kinase virus atau pada gen DNA polimerase.
4. Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis
herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes
labialis) dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir
terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk
terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
5. Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk
herpes zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis
herpetik adalah dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5 % untuk herpes
labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya dan infeksi VZV digunakan
asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
6. Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal
dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa
terbakar dan sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral,
walaupun jarang dapat menyebabkan mual, diare, ruam dan sakit kepala; dan
sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi renal dan neurotoksitas.
12
2) Valasiklovir
Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat
dalam formulasi oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi
asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati.
1. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh
eliminasinya 2-3 jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis
valasiklovir ditemukan di urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
2. Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan asiklovir
3. Indikasi
Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks, virus varicella-zoster dan sebagai profilaksis terhadap
penyakit yang disebabkan sitomegalovirus.
4. Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari.
Untuk herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
5. Efek samping
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan
mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa
macam obat.
3) Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil pada posisi 3’ rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan
mekanisme kerjanya sama denga asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada
gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih
memungkinkan adanya perpanjangan primer dengan template, jadi gansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
1. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui
infus intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk otak. Kadar
di plasma mencapai diatas kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV
yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh berkisar antara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar
13
30 jam pada penderita gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada hewan
memperlihatkan bahwa gansiklovir dieksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh.
2. Mekanisme kerja
Gansiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim
fosfotransferase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir
monofosfat merupakan fosfotransferase yang lebih baik dibandingkan dengan
asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklovir trifosfat sedikitnya 12 jam,
sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa
asiklovir lebih superior dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang
disebabkan oleh sitomegalovirus.
3. Resistensi
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah
satu dari dua mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karena mutasi pada
fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA
polimerase virus. Varian virus yang sangat resisten pada gansiklovir disebabkan
karena mutasi pada keduanya (gen UL97 dan DNA polimerase) dan dapat terjadi
resistensi silang terhadap sidofovir atau foskarnet.
4. Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised
(misalnya : AIDS), baik untuk terapi dan pencegahan.
5. Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance per oral 3000 mg
per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi intraocular (intravitreal)
4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV retinitis.
6. Efek samping
Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neutropenia
terjadi pada 15-40% pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20%. Zidovudin
dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mielotoksisitas gansiklovir.
Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi gansiklovir. Probenesid dan
asiklovir dapat mengurangi klirens renal gansiklovir. Recombinant
colonystimulating factor (G-CSF; filgastrim, lenogastrim) dapat menolong dalam
penanganan neutropenia yang disebabkan oleh gansiklovir.
14
4) Pensiklovir
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan
mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namum perbedaannya pensiklovir
bukan DNA chain terminator obligat.
1. Mekanisme kerja
Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.
2. Resistensi
Resistensi terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase
atau DNA polimerase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat
jarang. Virus herpes yang resisten terhadap asiklovir juga resisten terhadap
pensiklovir.
3. Indikasi
Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis rekuren (cold
sores).
4. Dosis
Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim.
5. Efek samping
Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.
15
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Penemuan obat baru semakin meningkat pada saat ini terutama untuk obat–obat
antivirus. Dengan berkembangnya penemuan obat–obat tersebut maka distribusinya juga
akan meningkat. Oleh sebab itu perlu pengawasan dan pengontrolan obat untuk mencegah
terjadinya pemalsuan dan penyalahgunaan obat yang merugikan masyarakat.
3.2.Saran
Dengan selesainya makalah ini maka saya selaku penulis akan memberikansaran berupa :
1.Bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan pada obat antivirus harus lebih
teliti dan memahami setiap jenis obat antivirus agar tidak terjadi kesalahan atau
malapraktek.
2.Bagi pembaca semoga makalah ini berguna untuk mempelajari dan mendalami materi
antivirus
16
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/url?q=http://repository.unand.ac.id/917/1/3._asmaedy_samah_%2
528OK%2529.doc&sa=U&ved=2ahUKEwjQwY68g6vbAhUQb30KHeN1CygQFjAAegQICh
AB&usg=AOvVaw0Cim5z2E_1dzUL85FAswi9
17