Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II

DosenPengampu:
Reza Alrayan, S.Farm., Apt

DisusunOleh:
Afifa Nurrul Rofiqoh
Haryani
Indah Sari
Ratna Komala
Rafika Rana Fadhilah
Tegar Raka Haryuni

Program Studi Ilmu Keperawatan


Kampus 2 STIKes Kuningan
Tahun Pelajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-
Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan II.
Penyusun juga mengucapakan terimakasih kepada berbagai pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Cirebon, 29 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 2
2.1 Pengertian Virus................................................................................................... 2
2.2 Macam-macam obat Influenza ............................................................................ 2
2.3 Macam-macam obat HIV ..................................................................................... 3
2.4 Macam-macam obat Herpes ................................................................................ 5
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 13
3.1 Kesimpualan ........................................................................................................ 13
3.2 Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Virus adalah organisme yang sangat kecil dengan diameternya di tingkat nanometer.
Virus ada hampir di mana-mana, seperti di udara, tanah dan tubuh binatang. Tubuh
manusia juga banyak mengeluarkan virus, namun kebanyakan tidak menimbulkan
penyakit. Sistem kekebalan tubuh manusia dapat menghasilkan antibodi terhadap virus,
antibodi akan mengenali virus tersebut dan menghancurkannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud antivirus?
2. Bagaimana antivirus itu?
3. Apa saja yang termasuk obat antivirus?
4. Bagaimana mekanisme obat antivirus berjalan?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Virus
Virus adalah organisme subselular karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop elektron. Bentuk dan ukuran virus sangat beragam. Satuan
ukuran yang digunakan untuk mengamati virus adalah nanometer(1 nm= 10-9 m). Virus
umumnya berukuran antara 10-300 nm.
Secara umum,virus belum dapat dikelompokkan sebagai organisme hidup karena
tidak memiliki ciri atau sifat makhluk hidup, kecuali kemampuannya untuk bereproduksi.
Reproduksi pada virus pun hanya dapat dilakukan ketika virus berada dalam sel tubuh
inangnya. Tanpa sel inang, vitus tidak dapat menunjukkan sifat makhluk hidup atau
bereproduksi.
Virus membutuhkan ribosom inang untuk dapat mensintesis protein. Ribosom inang
digunakan untuk mentranslasi RNA (ribonucleic acid, asam ribonukleat) virus menjadi
protein. Virus menggunakan energi dan berbagai komponen pembangun sel (seperti asam
amino, nukleotida, lipid dan karbohidrat) dari tubuh inang untuk mendukung “aktivitas
hidup” mereka. Oleh karena itu, virus merupakan parasit obligat intraseluler, yaitu makhluk
hidup yang bersifat parasit jika berada dalam sel inang.
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya,
ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh
sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar. Adapun beberapa penyakit yang
diakibatkan oleh virus adalah : influenza, polio, tampak, cacar, herpes, hepatitis, flu burung
dan HIV/AIDS.
Contoh Penyakit yang disebabkan oleh virus :

1. Influenza
2. Hiv
3. Herpes

Obat antivirus seperti asiklovir, inosipleks, idoksuridin dan oseltamivir. Ada dua
metode yang digunakan untuk identifikasi beberapa obat antivirus (asiklovir, inosipleks,
idoksuridin dan oseltamivir, yaitu secara reaksi kimia termasuk test reaksi warna dan test
mikrokristal serta spektrofotometri inframerah, karena data hasil pemeriksaan secara reaksi
kimia dan spektrofotometri inframerah tidak dicantumkan pada Farmakope Indonesia.

2
Penggolongan Obat Antivirus

Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah sebagai berikut :


1. Antinonretrovirus

a. Antivirus untuk herpes


b. Antivirus untuk influenza
c. Antivirus untuk HBV dan HCV

2. Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)

a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)


b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
d. Protease inhibitor (PI)
e. Viral entry inhibitor

3
Gambar 1. Beberapa contoh antivirus dan mekanisme kerja

SENYAWA MEKANISME KERJA


Asiklovir Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang menghambat
DNA polimerase virus

Valasiklovir Sama dengan asiklovir

Gansikovir Dimetabolisme menjadi gansiklovir trifosfat, yang


menghambat DNA polimerase virus

Pensiklovir Dimetabolisme menjadi pensiklovir trifosfat yang


menghambat DNA polimerase virus

Famsiklovir Sama dengan pensiklovir

Foskarnet Menghambat DNA polimerase dan reverse transcriptase


pada tempat ikata pirofosfat

Ribavirin Mengganggu mRNA virus

Lamivudin Hambatan DNA polimerase dan reverse transciptase virus

Amantadin Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel

Rimantadin Hambatan kenal ion protein M2 dan modulasi pH intrasel


Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein
virus

Interferon alfa Induksi enzim seluler yang mengganggu sintesis protein


virus

NRTI Menghentikan perpanjangan rantai DNA virus, dengan cara


bergabung pada ujung 3 rantai DNA virus

NNRTI Menghambat HIV-1 reverse transriptase melalui interaksi


dengan allosteric pocket site.

4
2.2. Macam-macam obat Influenza
1. ISOPRINOSINE 500MG TAB (Harus dengan Resep Dokter)

Sub Antivirus
Kategori:

Tag: antivirus , campak , influenza

Komposisi: Methisoprinol

Indikasi: Sebagai terapi antivirus : influenza, campak, parotitis (mumps), varisela,


hepatits A, demam berdarah

Dosis: Dosis umum pada dewasa dan anak : 50-100mg/kgBB/hari, terbagi


dalam 4-6 dosis. lama terapi 4-10 hari

Penyajian: Berikan sesudah makan

Perhatian: Pasien dengan gout, penyakit jantung yang mendapat terapi digitalis

Efek peningkatan sementara asam urat dalam urin dan serum, ruam kulit atau
Samping: gatal, rasa lelah atau lesu dan diare

Kemasan: 1 Dos isi 1 Strip x 8 Tablet

Harga: Rp 18.126,- / Tablet

Pabrik: Medifarma

Deskripsi: Isoprinosine digunakan sebagai terapi antivirus seperti campak,


influenza, varisela, hepatitis A, parotitis dan demam berdarah.

2. COLDMIX-D SYR 60 ML

5
Sub Obat Batuk dan Pilek
Kategori:

Tag: batuk , pilek , batuk


berdahak , demam , influenza , hidung
tersumbat

Komposisi: Paracetamol 125 mg, glyceril guaiacolate 25 mg, Phenylpropanolamine


HCL 6,25 mg, Dextromethorphan HBr 5 mg, chlorpheniramine maleat 1
mg

Indikasi: untuk meredakan gejala influenza, seperti demam, sakit kepala, hidung
tersumbat dan bersin yang disertai batuk

Dosis: Anak 6 - 12 tahun: 5 mL diberikan 3 kali sehari.

Penyajian: Berikan sesudah makan

Perhatian: Tidak dianjurkan digunakan pada anak usia di bawah 6 tahun, wanita
hamil dan menyusui, hati-hati penggunaan pada penderita hipertensi dan
gangguan hati / ginjal

Efek Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardi,


Samping: aritmia, mulut kering, palpitasi, retensi urin, penggunaan dosis besar dan
jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati

Kemasan: 1 Botol

Harga: Rp 22.042,- / Botol

Pabrik: Kalbe Farma

Deskripsi: COLDMIX-D bekerja sebagai analgesik-antipiretik (paracetamol),


dekongestan hidung (PPA), antitusif (DMP), dan ekspektoran (GG) di
mana demam, hidung tersumbat, batuk, batuk berdahak merupakan

6
gejala-gejala yang sering timbul pada influenza.

2.3. Macam-macam obat HIV


1. Obat Lamivudine
a. Dosis yang biasa digunakan orang dewasa untuk Infeksi HIV: 150 mg lewat mulut
dua kali sehari atau 300 mg lewat mulut sehari sekali.
b. Dosis yang biasa digunakan orang dewasa untuk Hepatitis B Kronis: 100 mg lewat
mulut sekali sehari.
c. Dosis yang biasa digunakan orang dewasa untuk Nonoccupational
Exposure: Rekomendasi CDC: 150 mg lewat mulut dua kali sehari atau 300 mg lewat
mulut sekali sehari.

d. Dosis yang biasa digunakan orang dewasa untuk Occupational Exposure:

Rekomendasi kelompok kerja Pelayanan Kesehatan Publik Amerika Serikat:


a. Dosis yang disarankan: 300 mg lewat mulut sekali sehari
b. Dosis alternatif: 150 mg lewat mulut dua kali sehari
c. Durasi terapi: 28 hari, jika ditoleransi

Hentikan penggunaan lamivudine dan hubungi dokter jika memiliki efek samping serius
seperti:

 tanda-tanda infeksi baru seperti demam, menggigil, sakit tenggorokan, gejala flus, mudah
memar atau pendarahan tidak biasa, kehilangan nafsu makan, sakit mulut.
 sakit parah di perut bagian atas yang menyebar ke punggung, mual dan muntah, detak
jantung cepat.
 mual, perut bagian atas sakit, kehilangan nafsu makan, urin gelap, pup berwarna pucat,
kulit atau mata berwarna kekuningan.
 keringat meningkat, tangan tremor, cemas, merasa marah, sulit tidur (insomnia).
 diare, kehilangan berat badan tanpa alasan jelas, perubahan menstruasi, impoten,
kehilangan ketertarikan untuk seks.
 bengkak di leher atau tenggorokan (tiroid membesar).
 bermasalah dalam berjalan, bernafas, berbicara, menelan, atau menggerakkan mata.
 pinggang sakit parah, kehilangan kendali buang air besar.

7
Efek samping yang kurang serius yaitu:

 batuk-batuk
 sakit kepala
 merasa lelah
 hidung ingusan
 diare halus
 perubahan pada bentuk atau lokasi lemak tubuh

2. obat Zidovudine

 Dosis Dewasa untuk Infeksi HIV:

 Oral: 300 mg oral setiap 12 jam atau 200 mg per oral setiap 8 jam

 IV: 1 mg / kg IV (diinfuskan selama 1 jam) setiap 4 jam sekitar jam, untuk total dosis
harian dari 5 sampai 6 mg / kg

 Durasi: Terapi harus dilanjutkan selama pasien mentolerir, atau sampai pasien beralih ke
agen antiretroviral lain.

 dosis ibu: 100 mg oral 5 kali sehari sampai awal persalinan Namun, yang paling
berwenang juga akan mempertimbangkan dosis oral standar 300 mg setiap 12 jam atau
200 mg setiap 8 jam.

 Selama persalinan dan melahirkan: 2 mg / kg IV (diinfuskan selama 1 jam) diikuti dengan


infus IV kontinu 1 mg / kg / jam sampai klem tali pusat.

 Terapi harus dimulai pada 14-34 minggu kehamilan. Neonatus juga harus dirawat selama
6 minggu. Meskipun penggunaan ini dilakukan, transmisi ke bayi masih mungkin terjadi
dalam beberapa kasus

Berhentilah memakai zidovudine dan hubungi dokter jika memiliki salah satu efek samping
yang serius lainnya:

 nyeri otot yang parah


 tanda-tanda infeksi baru seperti demam, menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, luka di mulut
dan tenggorokan
 kulit pucat, merasa pusing, denyut jantung cepat, kesulitan berkonsentrasi

8
 mudah memar, perdarahan yang tidak biasa (hidung, mulut, vagina, atau dubur), bintik-
bintik ungu atau merah di bawah kulit Anda
 meningkatnya keringat, tremor di tangan Anda, kecemasan, perasaan mudah marah,
masalah tidur (insomnia)
 diare, kehilangan berat badan tanpa alasan, perubahan menstruasi, impotensi, kehilangan
minat pada seks
 pembengkakan di leher atau tenggorokan (gondok)
 masalah dengan berjalan, bernapas, berbicara, menelan, atau gerakan mata
 kelemahan atau perasaan berduri di jari tangan atau kaki
 nyeri punggung bawah yang parah, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus
 masalah hati – sakit perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan, urin gelap,
tinja berwarna seperti tanah liat, sakit kuning (menguningnya kulit atau mata)
 pankreatitis – sakit parah di perut bagian atas menyebar ke punggung, mual dan muntah,
detak jantung cepat atau
 reaksi parah kulit – demam, sakit tenggorokan, pembengkakan di wajah atau lidah, rasa
terbakar di mata Anda, sakit kulit, diikuti dengan ruam kulit merah atau ungu yang
menyebar (terutama di wajah atau tubuh bagian atas) dan menyebabkan melepuh dan
mengelupas.

Efek samping yang tidak begitu serius mungkin termasuk:

 masalah tidur (insomnia)


 mual ringan, sembelit
 nyeri sendi
 sakit kepala atau
 perubahan bentuk atau lokasi lemak tubuh (terutama di lengan, kaki, wajah, leher, dada,
dan badan)

3. Obat Efavirenz

a. Dosis umum untuk orang dewasa pengidap infeksi HIV 600 mg diminum satu kali
sehari, dosis umum untuk orang dewasa dengan Nonoccupational Exposure
Rekomendasi US CDC: 600 mg diminum satu kali sehari, durasi terapi: 28 hari. Dosis
umum untuk orang dewasa dengan Occupational Exposure Rekomendasi US Public

9
Health Service: 600 mg diminum satu kali sehari, durasi terapi: 28 hari, jika dapat
ditoleransi.

b. Dosis umum untuk anak pengidap HIV

Berat badan 3.5 – 5 kg: 100 mg diminum 1 kali sehari


Berat badan 5 – 7.5 kg: 150 mg diminum 1 kali sehari
Berat badan 7.5 – 15 kg: 200 mg diminum 1 kali sehari
Berat badan 15 – 20 kg: 250 mg diminum 1 kali sehari
Berat badan 20 – 25 kg: 300 mg diminum 1 kali sehari
Berat badan 25 – 32.5 kg: 350 mg diminum 1 kali sehari
Beratbadan32.5 – 40 kg: 400 mg diminum 1 kalisehari
Berat badan >40 kg: 600 mg diminum 1 kali sehari

Efek samping lainnya yang lebih umum, meliputi:

 mual ringan, muntah, atau kram perut, diare, atau konstipasi


 batuk-batuk
 penglihatan kabur
 sakit kepala, capek,pusing, berkunang-kunang
 masalah keseimbangan atau koordinasi tubuh
 nyeri otot atau sendi
 gangguan tidur (insomnia), mimpi aneh
 perubahan bentuh atau lokasi lemak tubuh (pada lengan, kaki, wajah, leher, dada, dan
pinggang)

10
2.3. Macam-macam obat Herpes

Golongan Obat Antinonretrovirus

a. Antivirus untuk herpes


Obat-obat yang aktif terhadap virus herpes umumnya merupakan antimetabolit
yang mengalami bioaktivasi melalui enzim kinase sel hospes atau virus untuk
membentuk senyawa yang dapat menghambat DNA polimerase virus. Gambaran
mekanisme kerja obat-obat antimetabolit (analog purin dan pirimidin) sebagai antivirus.
1) Asiklovir
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis
analog nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus
herpes.
1. Farmakokinetik
Asiklovir bersifat konsisten mengikuti model dua-kompartemen; volume
distribusi taraf mantap kira-kira sama dengan volume cairan tubuh. Kadar plasma
taraf mantap setelah dosis oral ialah 0,5 ug/ml setelah dosis 200 mg dan 1,3 ug/ml
setelah dosis 600 mg. pada pasien dengan fungsi ginjal normal, waktu paruh
eliminasi kira-kira 2 ½ jam pada orang dewasa dan 4 jam pada neonatus serta 20
jam pada pasien anuria. Kadar obat juga dapat diukur di saliva, cairan lesi dan
secret vagina. Kadar cairan serebrospinal mencapai setengah kadar plasma. Di
ASI kadarnya lebih tinggi. Lebih dari 80% dosis obat dieliminasi melalui filtasi
glomerulus ginjal dan sebagian kecil melalui sekresi tubuli. Hanya sekitar 15%
dosis obat yang diberikan dapat ditemukan kembali di urine sebagai metabolit
inaktif.
2. Mekanisme kerja
Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin. Asiklovir adalah suatu
prodrug yang beru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi
asiklovir trifosfat.
Langkah yang penting dari proses ini adalah pembentukan asiklovir
monofosfat yang dikatalisis oleh timidin kinase pada sel hospes yang terinfeksi
oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan

11
oleh sitomegalo virus, kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk
membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat
menghambat sintesis DNA virus dengan cara kompetisi dengan 2’-
deoksiguanosin trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. Jika asiklovir
(dan bukan 2’-deosiguanosin) yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintesis
berhenti. Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA virus bersifat ireversibel
karena enzim eksonuklease tidak dapat memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif.
3. Resistensi
Resistensi terhadap asiklovir disebabkan oleh mutasi pada gen timidin
kinase virus atau pada gen DNA polimerase.
4. Indikasi
Infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik lokal maupun sistemik (termasuk keratitis
herpetik, herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal dan herpes
labialis) dan infeksi VZV (varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir
terhadap VZV kurang dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk
terapi kasus varicella dan zoster jauh lebih tinggi dari pada terapi infeksi HSV.
5. Dosis
Untuk herpes genital ialah 5 kali sehari 200 mg tablet, sedangkan untuk
herpes zoster ialah 4 kali sehari 400 mg. Penggunaan topikal untuk keratitis
herpetik adalah dalam bentuk krim ophthalmic 30 % dank rim 5 % untuk herpes
labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lainnya dan infeksi VZV digunakan
asiklovir intravena 30 mg/kg BB perhari.
6. Efek samping
Asiklovir pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Asiklovir topikal
dalam pembawa polietilen glikol dapat menyebabkan iritasi mukosa dan rasa
terbakar dan sifatnya sementara jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral,
walaupun jarang dapat menyebabkan mual, diare, ruam dan sakit kepala; dan
sangat jarang dapat menyebabkan insufiensi renal dan neurotoksitas.

12
2) Valasiklovir
Valaksiklovir merupakan ester L-valil dari asiklovir dan hanya terdapat
dalam formulasi oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi
asiklovir melalui enzim valasiklovir hidrolase di saluran cerna dan di hati.
1. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oralnya 3 hingga 5 kali asiklovir (54%) dan waktu paruh
eliminasinya 2-3 jam, waktu paruh intraselnya 1-2 jam. Kurang dari 1% dari dosis
valasiklovir ditemukan di urine selebihnya dieliminasi sebagai asiklovir.
2. Mekanisme kerja dan resistensi
Sama dengan asiklovir
3. Indikasi
Valasiklovir terbukti efektif dalam terapi infeksi yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks, virus varicella-zoster dan sebagai profilaksis terhadap
penyakit yang disebabkan sitomegalovirus.
4. Sediaan dan dosis
Untuk herpes genital per oral 2 kali sehari 500 mg tablet selama 10 hari.
Untuk herpes zoster 3 kali sehari 2 tablet 500 mg selama 7 hari.
5. Efek samping
Sama dengan asiklovir. Pernah terdapat laporan valasiklovir menyebabkan
mikroangiopati trombolik pada pasien imunosupresi yang menerima beberapa
macam obat.
3) Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil pada posisi 3’ rantai samping asikliknya. Metabolisme dan dan
mekanisme kerjanya sama denga asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada
gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus hidroksil, sehingga masih
memungkinkan adanya perpanjangan primer dengan template, jadi gansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asiklovir.
1. Farmakokinetik
Bioavailabilitas oral sangat rendah sehingga gansiklovir diberikan melalui
infus intravena. Obat ini tersebar luas keberbagai jaringan termasuk otak. Kadar
di plasma mencapai diatas kadar hambat minimum (KHM) untuk isolat CMV
yakni 0,02-3,0 ug/ml. Waktu paruh berkisar antara 3-4 jam tetapi menjadi sekitar

13
30 jam pada penderita gagal ginjal yang hebat. Penelitian pada hewan
memperlihatkan bahwa gansiklovir dieksresi melalui ginjal dalam bentuk utuh.
2. Mekanisme kerja
Gansiklovir diubah menjadi gansiklovir monofosfat oleh enzim
fosfotransferase yang dihasilkan sel yang terinfeksi sitomegalovirus. Gansiklovir
monofosfat merupakan fosfotransferase yang lebih baik dibandingkan dengan
asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklovir trifosfat sedikitnya 12 jam,
sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam. Perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa
asiklovir lebih superior dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang
disebabkan oleh sitomegalovirus.
3. Resistensi
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh salah
satu dari dua mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karena mutasi pada
fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau karena mutasi pada DNA
polimerase virus. Varian virus yang sangat resisten pada gansiklovir disebabkan
karena mutasi pada keduanya (gen UL97 dan DNA polimerase) dan dapat terjadi
resistensi silang terhadap sidofovir atau foskarnet.
4. Indikasi
Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised
(misalnya : AIDS), baik untuk terapi dan pencegahan.
5. Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance per oral 3000 mg
per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi intraocular (intravitreal)
4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV retinitis.
6. Efek samping
Mielosupresi dapat terjadi pada terapi dengan gansiklovir. Neutropenia
terjadi pada 15-40% pasien dan trombositopenia terjadi pada 5-20%. Zidovudin
dan obat sitotoksik lain dapat meningkatkan resiko mielotoksisitas gansiklovir.
Obat-obat nefrotoksik dapat mengganggu ekskresi gansiklovir. Probenesid dan
asiklovir dapat mengurangi klirens renal gansiklovir. Recombinant
colonystimulating factor (G-CSF; filgastrim, lenogastrim) dapat menolong dalam
penanganan neutropenia yang disebabkan oleh gansiklovir.

14
4) Pensiklovir
Struktur kimia pensiklovir mirip dengan gansiklovir. Metabolisme dan
mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir, namum perbedaannya pensiklovir
bukan DNA chain terminator obligat.
1. Mekanisme kerja
Pada prinsipnya sama dengan asiklovir.
2. Resistensi
Resistensi terhadap pensiklovir disebabkan oleh mutasi pada timidin kinase
atau DNA polimerase virus. Kejadian resistensi selama pemakaian klinis sangat
jarang. Virus herpes yang resisten terhadap asiklovir juga resisten terhadap
pensiklovir.
3. Indikasi
Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis rekuren (cold
sores).
4. Dosis
Diberikan secara topikal dalam bentuk 1% krim.
5. Efek samping
Reaksi lokal pada tempat aplikasi, namun jarang terjadi.

15
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Penemuan obat baru semakin meningkat pada saat ini terutama untuk obat–obat
antivirus. Dengan berkembangnya penemuan obat–obat tersebut maka distribusinya juga
akan meningkat. Oleh sebab itu perlu pengawasan dan pengontrolan obat untuk mencegah
terjadinya pemalsuan dan penyalahgunaan obat yang merugikan masyarakat.

3.2.Saran

Dengan selesainya makalah ini maka saya selaku penulis akan memberikansaran berupa :
1.Bagi perawat dalam melakukan proses keperawatan pada obat antivirus harus lebih
teliti dan memahami setiap jenis obat antivirus agar tidak terjadi kesalahan atau
malapraktek.
2.Bagi pembaca semoga makalah ini berguna untuk mempelajari dan mendalami materi
antivirus

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/url?q=http://repository.unand.ac.id/917/1/3._asmaedy_samah_%2
528OK%2529.doc&sa=U&ved=2ahUKEwjQwY68g6vbAhUQb30KHeN1CygQFjAAegQICh
AB&usg=AOvVaw0Cim5z2E_1dzUL85FAswi9

17

Anda mungkin juga menyukai