Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier Pada Sistem Reproduksi


2.1.1 Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah pencegahan terhadap etiologi penyakit. Perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam tentang etiologi. Faktor pencetus, faktor
risiko timbulnya kanker, dan berupaya melenyapkan pengaruhnya bagi manusia.
(Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk. 2009)
Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ketiga faktor
utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang
membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu
dengan lainya dan selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu
mencetuskan terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya
proses penyakit dan masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk pencegahan
primer masalah sistem reproduksi pada dewasa, antara lain :
1. Pada Pria
a. Promosi Kesehatan
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promosi kesehatan oleh
para ahli kesehatan di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan,
bukan promosi kesehatan, hal ini dikarenakan makna yang terkandung
dalam istilah promotion of health disini adalah meningkatkan
kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olahraga
teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak
terserang penyakit. Namun demikian, bukan berarti bahwa
peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya dengan promosi
kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tentang promotion
of health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan
sebagainya peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu
dan masyarakat. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap
pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Sebagian besar strategi promosi kesehatan termasuk ke dalam
pencegahan primer. Seperti peningkatan kesehatan, misalnya: dengan
pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS; standarisasi
nutrisi; menghindari seks bebas dan sebagainya. Perlindungan khusus,
misalnya: imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.
b. Spesific Protection
Di bawah ini merupakan pencegahan primer (specific protection)
secara umum yang dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya
masalah dalam sistem reproduksi.
1. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar
kelainan dapat segera ditangani lebih awal.
2. Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak
menggunakan pakaian teralu ketat sehingga testis tidak kepanasan.
3. Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang
sejuk diperlukan untuk perkembangan sperma.
4. Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan
bergizi, cukup olahraga, menghindari penyakit menular seksual,
dan menciptakan ketenangan psikis.
5. Menghindari minuman berakohol dan rokok.
2. Pada Wanita
Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah
dengan promosi kesehatan dan spesific protection. Pada promosi
kesehatan seperti peningkatan kesehatan, misalnya dengan pendidikan
kesehatan reproduksi tentang menghindari seks bebas kanker serviks; dan
sebagainya. Untuk spesific protection, berikut ada penjelasannya
a. Pencegahan HIV
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah
melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau
jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama
periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi,
namun tidak terdapat catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan
tersebut, dengan demikian resiko infeksinya secara umum dapat
diabaikan.
Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.
A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya.
C (condom )= jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah
condom.
b. Pencegahan Kanker Payudara
Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya
menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup
sehat. Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias
SADARI.
c. Pencegahan Vulvavaginitis
1. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering
2. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar
dengan air bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet
umum), cara pembersihan dengan gerakan dari depan ke belakang
3. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya
terdapat pada sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
4. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
5. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya

d. Pencegahan Gonorrhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain
1. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
2. Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki
resiko penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
3. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau
pastikan patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan
seksual
e. Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat
dicegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman ,
misalnya menggunakan kondom.
f. Pencegahan Herpes Genitalis
Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang
untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah
untuk menghindari terinfeksi dengan HIV, yang sangat menular, pada
waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan
seksual denagn hanya satu orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks
selama setiap kontak seksual
2. Batasi jumlah pasangan seks
3. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah
genital atau di mana pun
g. Pencegahan Kanker Serviks
1. Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual
lebih dari satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena
secara fisik seluruh organ intim dan yang terkait pada wanita baru
matang pada usia 21 tahun.
2. Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah
berhubungan seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap
Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi keberadaanHuman
Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang keladi dari
tercetusnya penyakit kanker serviks.
3. Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak
perempuan dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus
HPV, bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah
infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan mulaidari usia 9-
26 tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan).
Dan biayanya pun terbilang murah.
4. Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya
hidup sehat (berolahraga).

2.1.2 Pencegahan sekunder


Pencegahan adalah penemuan dini, diagnosis dini, terapi dini terhadap
kanker (Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk. 2009). Adapun tujuan pada
pencegahan sekunder yaitu diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi
dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan
untuk:
1. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan
penyakit pada tahap ini
2. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila
penyakit ini merupakan penyakit menular
3. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan
orang sakit serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan
hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena
rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang
terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau
tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang
layak.
Pencegahan sekunder terdiri dari :
a. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk
mendeteksi gejala kanker serviks secara dini. Dengan melakukan
pemeriksaan pap smear setiap tahun, jika ditemukan adanya kanker
serviks baru pada tahap awal sehingga kesempatan untuk sembuh lebih
besar. Artinya semakin dini penyakit kanker serviks diketahui maka
semakin mudah menanganinya.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara
mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui
kelainan maka segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk
memastikan diagnosa seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi
atau kolposcopy
b. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak
melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka
tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat
mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau mengalami ketidak
mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada
tahap ini. Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ
reproduksi mencegah terjadinya infertilitas.

2.1.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,
angka survival, dan kualitas hidup dalam terapi kanker. Perhatian terapi
ditujukan pada penatalaksanaan nyeri, paliasi, dan rehabilitasi. contoh:
rehabilitasi pada penderita-penderita kanker ovarium, kanker payudara dan
lain sebagaiannya. (Dr. dr. Imam Rasjidi, SpOG (K) Onk. 2009)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang
diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh
dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering
terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggoota
masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan
diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga perlu
pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi
misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
1. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya.
2. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan
kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.
3. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya
sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
4. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Ca Mammae

a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya


benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit
pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada
bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium
atau kanker serviks.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya


bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak


terlalu berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata.


Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada


tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri
tekan.

f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling,


ulserasi atau tanda-tanda radang.

i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

6. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa


pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya
benjolan biasa.

b. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia,


muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat
mengkonsumsi makanan mengandung MSG.

c. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami


melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan


klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

e. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga


kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.

b. Istirahat dan Tidur


Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

c. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau


kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri,
malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.

d. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan


dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social.

e. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada


tingkat kepuasan.

f. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan


keputus asaan.

g. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya


dengan lapang dada.

a. Diagnosa
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah
jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan
prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan
kurang pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan
fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan bagian
tubuh, perubahan dalam citra diri
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pencegahan kanker payudara (SADARI)
4.1.1 Pengertian SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah pengembangan
kepedulian seorang wanita terhadap kondisi payudaranya sendiri. Tindakan ini
dilengkapi dengan langkah-langkah khusus untuk mendeteksi secara awal
penyakit kanker payudara. Kegiatan ini sangat sederhana dan dapat dilakukan oleh
semua wanita tanpa perlu merasa malu kepada pemeriksa, tidak membutuhkan
biaya, dan bagi wanita yang sibuk hanya perlu menyediakan waktunya selama
kurang lebih 5 menit. SADARI sebaiknya mulai dilakukan saat seorang wanita
telah mengalami menstruasi. Tingkat sensitivitasnya (kemampuannya untuk
mendeteksi kanker payudara) adalah sekitar 20-30%. Wanita yang dianjurkan
melakukan SADARI atau Breast Self Examination (BSE) dan saran waktu
pelaksaan SADARI adalah sebagai berikut:
1. Wanita usia subur : 7-8 hari setelah menstruasi
2. Wanita pasca menopause : pada waktu tertentu setiap bulan
3. Setiap wanita berusia diatas 20 tahun perlu melakaukan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) setiap bulan.
4. Wanita yang berisiko tinggi sebelum mencapai usia 50 tahun perlu
melakukan mamografi setiap tahun, pemeriksaan payudara oleh dokter
setiap 2 tahun.
5. Wanita yang berusia antara 20-40 tahun :
 Mamogram awal atau dasar antara usia 35-40 tahun
 Melakukan pengujian payudara pada dokter setiap 3 tahun
6. Wanita yang berusia antara 40-49 tahun melakukan pemeriksaan
payudara pada dokter dan mamografi setiap 1-2 tahun
7. Wanita yang berusia diatas 50 tahun melakukan pemeriksaan payudara
pada dokter dan mamografi pada setiap tahun.
4.1.2 Tujuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tujuan dilakukan SADARI untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan
pada payudara baik struktur, bentuk ataupun tekstur, mengetahui adanya kelainan
pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-kelainan tersebut tidak
ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan
pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang
diakibatkan gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri
penderita (Suryaningsih, 2009).
Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan untuk merasakan dan
mengenal lekuk-lekuk payudara sehingga jika terjadi perubahan dapat segera
diketahui. Kebanyakan kanker payudara ditemukan pertama kali oleh kaum
wanita sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri
sendiri dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang
dari satu sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat
diobati dalam stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar (Hediyani,
2012).

4.1.3 Cara Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Menurut Suryaningsih (2009), cara melakukan sadari sebaiknya adalah
dilakukan pada payudara kanan kiri dan ketiak kanan kiri. Bila terasa benjolan
sebesar 1 cm atau lebih, segera pergi ke dokter. Semakin dini penanganan,
semakin besar kemungkinan sembuh dengan sempurna. Adapun langkah-langkah
pada SADARI menurut Hediyani (2012) adalah:
1. Melihat payudara.
2. Memijat payudara.
3. Meraba payudara.
Langkah 1
- Melihat payudara di depan cermin
- Posisi pundak tegap
- Kedua tangan di pinggang
Yang harus dilihat adalah :
- Ukuran payudara
- Bentuk payudara
- Warna payudara Payudara normal adalah payudara dengan bentuk sempurna
tanpa perubahan bentuk dan pembengkakan.
Payudara yang bermasalah jika :
- Kulit mengkerut
- Terjadi lipatan
- Ada tonjolan
- Puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.
- Kemerahan dan ada rasa nyeri

Langkah 2
- Angkat tangan di depan cermin
- Amati jika ada perubahan pada payudara
Langkah 3
- Cermati puting anda di depan cermin
- Periksalah ada cairan yang keluar dari kedua puting atau tidak. ( baik itu cairan
bening, seperti susu, berwarna kuning, atau bercampur darah).
- Periksalah puting apakah terdapat tanda-tanda yang tidak wajar seperti ada luka
atau koreng.
Langkah 4
Pada langkah keempat ini rasakan payudara dengan cara berbaring dan lakukan
pemijatan.
Langkah 4a
Merasakan payudara dengan cara berbaring, caranya:
- Pergunakanlah tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu sebaliknya.
- Pijatlah dengan pelan namun mantap (tapi bukan keras), pijatan dapat dilakukan
dengan tiga ujung jari (telunjuk, tengah, manis).
- Jaga posisi ujung jari datar terhadap permukaan payudara
- Gunakan gerakan memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian
payudara.

Langkah 4b
Pijatlah payuadara sambil berbaring
- Mulai pijatlah seluruh payudara dari atas sampai bawah, kiri kanan.
- Setelah itu pijat juga tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak
sampai belahan payudara
- Buatlah pola memutar untuk memastikan sudah memijat seluruh seluruh
payudara - Mulailah dari puting, buat gerakan memutar semakin lama semakin
besar sampai mencapai bagian tepi.
- Anda juga dapat membuat gerakan naik turun. Gerakan ini bagai sebagian besar
wanita dianggap lebih efektif.
- Pastikan merasakan seluruh jaringan payudara dari depan (puting) sampai bagian
belakang.
- Pakailah pijatan-pijatan yang sesuai dengan anatomi payudara yaitu: ringan
untuk kulit dan jaringan tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah
payudara dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam.
- Saat harus mencapai jaringan bagian dalam, dapat merasakan tulang iga.
Langkah 5
- Rasakan payudara saat berdiri atau duduk
- Dapat diraba saat mandi, karena bagi sebagian wanita, mereka merasakan lebih
mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan basah dan licin.
- Lakukan dengan gerakan yang sama seperti dijelaskan dalam langkah 4

Anda mungkin juga menyukai