OLEH:
ABD. RAHMAN MUNIR
L2 2011
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit
untuk mendapat kemoterapi antivirus dengan selektifitas yang tinggi. Siklus
replikasi virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia
menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat
membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik
dalam replikasi virus sebagai targetkemoterapi antivirus, semakin jelas bahwa
kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan
dengan efek yang minimal pada sel horpes.
Perkembangan obat antivirus baik sebagai profilaksis ataupun terapi
belum mencapai hasil seperti apa yang diinginkan oleh umat manusia. Berbeda
dengan antimikroba lainya, antiviral yang dapat menghambat atau membunuh
virus juga akan dapat merusak sel hospes dimana virus itu berada. Ini karena
replikasi virus RNA maupun DNA berlangsung didalam sel hospes dan
membutuhkan enzim dan bahan lain dari hospes. Tantangan bagi penelitian ialah
bagaimana menemukan suatu obat yang dapat menghambat secara spesifik
salah satu proses replikasi virus seperti : peletakan, uncoanting dan replikasi.
Analisis biokimiawi dari proses sintesis virus telah membuka tabir bagi terapi
yang efektif untuk beberapa infeksi seperti : virus hespes, beberapa virus saluran
napas dan human immunodeficiency virus (HIV).
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Jenis-Jenis Penyakit Antivirus
1. Influenza
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit
menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili
Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium
udara melalui bersin dari sipenderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi
adalah demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan
mengeluarkan cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus
yang lebih buruk, influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia,
yang dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang
berusia lanjut.
Masa penularan hingga terserang penyakit ini biasanya adalah 1
sampai 3 hari sejak kontak dengan hewan atau orang yang influensa. Virus
influensa cepat sekali bermutasi, sehingga setiap kali para ahli virus harus
berusaha menemukan penangkal yang baru. Wabah flu terbesar pertama
adalah pandemi flu spanyol (1918). Beberapa tahun yang lalu kita mengenal
flu Hong Kong dan pada tahun 2005 merebak flu burung. Semua ini
menunjukkan betapa sulitnya usaha penangkalan terhadap penyakit ini.
2. Herpes
ahli
percaya
bahwa
hal
ini
masih
terlalu
awal
untuk
komersial,
dan
pelanggannya,
serta
pasangan
seks
mereka.
SENYAWA
MEKANISME KERJA
Asiklovir
Valasiklovir
Gansikovir
Dimetabolisme
menjadi
gansiklovir
menghambat DNA polimerase virus
trifosfat,
yang
Pensiklovir
Dimetabolisme
menjadi
pensiklovir
menghambat DNA polimerase virus
trifosfat
yang
Famsiklovir
Foskarnet
Ribavirin
Lamivudin
Amantadin
Rimantadin
Interferon alfa
NRTI
NNRTI
dihasilkan
oleh
sitomegalo
virus,
kemudian
enzim
seluler
2) Valasiklovir
11
adanya
perpanjangan
primer
dengan
template,
jadi
3. Resistensi
Sitomegalovirus dapat menjadi resisten terhadap gansiklovir oleh
salah satu dari dua mekanisme. Penurunan fosforilasi gansiklovir karena
mutasi pada fosfotransferase virus yang dikode oleh gen UL97 atau
karena mutasi pada DNA polimerase virus. Varian virus yang sangat
resisten pada gansiklovir disebabkan karena mutasi pada keduanya (gen
UL97 dan DNA polimerase) dan dapat terjadi resistensi silang terhadap
sidofovir atau foskarnet.
4. Indikasi
Infeksi
CMV,
immunocompromised
terutama
(misalnya
CMV
retinitis
AIDS),
baik
pada
untuk
pasien
terapi
dan
pencegahan.
5. Sediaan dan dosis
Untuk induksi diberikan IV10 mg/kg per hari (2x5 mg/kg, setiap 12
jam) selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintenance per
oral 3000 mg per hari (3 kali sehari 4 kapsul @ 250 mg). implantasi
intraocular (intravitreal) 4,5 mg gansiklovir sebagai terapi lokal CMV
retinitis.
6. Efek samping
Mielosupresi
dapat
terjadi
pada
terapi
dengan
gansiklovir.
kerjanya
sama
dengan
asiklovir, namum
perbedaannya
3. Indikasi
Infeksi herpes simpleks mokokutan, khususnya herpes labialis
rekuren (cold sores).
4. Dosis
15
2. Resistensi
16
virus
influenza A dan
B.
Keduanya
merupakan
inhibitor
Hambatan
terhadap
neuraminidase
mencegah
terjadinya
infeksi.
dan
menurunkan
tingkat
keparahan,
jika
penyakitnya
berkembang.
2. Resistensi
Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan pada
hambatan aktivitas enzim neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh
penurunan afinitas ikatan reseptor hemagglutinin sehingga aktivitas
neuraminidase tidak memiliki efek pada penglepasan virus pada sel yang
terinfeksi.
3. Indikasi
Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.
4. Dosis
Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x 5
mg, setiap 12 jam )selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral dengan
dosis 150 mg per hari ( 2 x 75 mg kapsul, setiap 12 jam ) selama 15 hari.
19
3) Ribavirin
Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif terhadap virus
RNA dan DNA.
1. Mekanisme kerja
Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak
lengkap.
Setelah
mengalami
fosforilasi
intrasel,
ribavirin
trifosfat
20
5. Farmakokinetik
Ribavirin efektif diberikan per oral dan intravena. Terakhir digunakan
sebagai aerosol untuk kondisi infeksivirus pernapasan tertemtu, seperti
pengobatan infeksi
primate
21
penggunaan
oral/suntikan
ribavirin
termasuk
anemia
1. Mekanisme kerja
Merupakan
L-enantiomer
analog
deoksisitidin.
Lamivudin
23
Per oral 100 mg per hari ( dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang
bila
perlu
ditingkatkan
hingga
100mg/hari.
Lama
terapi
yang
dianjurkanadalah 1 tahun pada pasien HBeAg (-) dan lebih dari 1 tahun
pada pasien yang HBe (+).
6. Efek Samping
Mual, muntah, sakit kepala, peningkatan kadar ALT dan AST dapat
terjadi pada 30-40% pasien.
2. Golongan Obat Antiretrovirus (Antivirus untuk HIV)
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
Reverse transkripstase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral
sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini
bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat
terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang
telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus
mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk
komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat
dengan steatosis.
1) Zidovudin
1. Farmakokinetik
24
25
Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan
sirup 5 mg /5ml disi peroral 600 mg / hari.
6. Efek samping
Anemia, neotropenia, sakit kepala, mual.
2) Didanosin
1. Farmakokinetik
Karena sifat asamnya, didanosin diberikan sebagai tablet kunyah,
buffer atau dalam larutan buffer. Absorpsi cukup baik jika diminum dalam
keadaan puasa; makanan menyebabkan absorpsi kurang. Obat masuk
system saraf pusat tetapi kurang dari AZT. Sekitar 55% obat diekskresi
dalam urin.
2. Mekanisme kerja
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
3. Resistensi
Resistensi terhadap didanosin disebabkan oleh mutasi pada
reverse transcriptase. Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
4. Indikasi
Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi
anti HIV lainnya.
5. Dosis
26
Tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis
tunngal atau terbagi.
6. Efek samping
Diare, pancreatitis, neuripati perifer.
b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
Tenofovir disoproksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptase
inhibitor pertama yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam
kombinasi dengan obat anti retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus
melalui tiga tahap fosforilase intraselular untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi
hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja. Diharapkan berkurangnya satu
tahap fosforilase obat dapat bekerja lebih cepat dan konversinya menjadi
bentuk aktif lebih sempurna.
Tenofovir Disoproksil
1. Mekanisme kerja
Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
2. Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT kodon 65.
27
3. Spektrum aktivitas
HIV ( tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.
4. Indikasi
Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh
dikombinasi dengan lamifudin dan abakafir.
5. Dosis
Per oral sehari 300 mg tablet.
6. Efek samping
Mual, muntah, Flatulens, dan diare.
c. Non- Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers
transcriptase dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif
enzim
dan
menginduksi
perubahan
konformasi
pada
situs
akif
ini.
1. Mekanisme kerja
Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
28
2. Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT.
3.
Spektrum aktivitas
HIV ( tipe 1 ).
5. Dosis
Per oral 200mg / hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mg
per hari ), kemudian 400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet ).
6. Efek samping
Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan peningkatan
enzim hati.
2) Delavirdin
1. Mekanisme kerja
Sama dengan devirapin.
2. Resistensi
Disebabkan oleh mutasi pada RT. Tidak ada resistensi silang
dengan nefirapin dan efavirens.
3. Spektrum aktivitas
29
HIV tipe 1.
4. Indikasi
Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.
5. Dosis
Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersedia
dalam bentuk tablet 100mg.
6. Efek samping
Ruam, penningkatan tes fungsi hati, menyebabkan neutropenia.
d. Protease inhibitor (PI)
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs
aktif HIV protease. HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan
penglepasan poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan
polipeptida prekusor virus oleh enzim protease sehingga dapat menghambat
maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak
virulen.
1) Sakuinavir
1. Mekanisme kerja
30
31
2) Ritonavir
1. Mekanisme kerja
Sama dengan sakuinavir.
2. Resistensi
Terhadap ritonavir disebabkan oleh mutasi awal pada protease kodon 82.
3. Spektrum aktivitas
HIV (1 & 2 )
4. Indikasi
Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PI
seperti sakuinavir ).
5. Dosis
Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersama
dengan makanan )
6. Efek samping
32
1) Mekanisme kerja
Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara
menghanbat fusi virus ke membrane sel.
2) Resistensi
Perubahan genotif pada gp41 asam amino 36-45 menyebabkan
resistensi terhadap enfuvirtid, tidak ada resistensi silang dengan anti HIV
golongan lain.
3) Indikasi
Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan antiHIV-lainnya.
33
4) Dosis
Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan dengan
lengan atas bagian paha enterior atau abdomen.
5) Efek samping
Adanya reaksi local seperti nyeri, eritema, proritus, iritasi dan nodul
atau kista.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
34
Kesimpulan
dari
makalah
ini
adalah
obat-obat
antivirus
dipakai
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Suilistia Gan. Dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta : Gaya
Baru
Gunawan, Suilistia Gan. Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Gaya
Baru
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : EGC
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi 6.
Jakarta: Depkes RI
Mary J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2.
Jakarta: EGC
35