Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MARIA F. N.

MONINGKA

NIM : 2019034

SEMESTER : 2

REHABILITAS JANTUNG
1. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gagal jantung
1) Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang paling sering menjadi penyebab
seseorang mengalami gagal jantung.
Penyakit jantung ini muncul akibat adanya sumbatan (plak) yang menghambat
pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah pada jantung menjadi tidak lancar.
Akibatnya, otot jantung akan rusak akibat kekurangan pasokan oksigen, sehingga
jantung tidak bisa memompa darah dengan baik. Hal inilah yang membuat penderita
penyakit jantung koroner berisiko mengalami gagal jantung.
2) Hipertensi
Saat tekanan dalam pembuluh darah terlalu tinggi, jantung perlu bekerja lebih keras
untuk memompa darah agar pasokannya ke seluruh organ tubuh terpenuhi. Apabila
tekanan darah tinggi ini tidak diobati, otot jantung akan bekerja lebih berat untuk
memompa darah.
Jika beban kerja jantung berlebihan akibat harus memompa darah lebih kuat, lama
kelamaan otot jantung bisa menjadi lebih kaku, sehingga kemampuan jantung dalam
memompa darah akan terganggu.
3) Katup jantung rusak
Sistem peredaran darah di dalam tubuh bisa diibaratkan dengan jalan satu arah.
Bagian jantung yang bertugas untuk memastikan agar aliran darah dari dan menuju
jantung tidak berbalik adalah katup-katup jantung. Oleh karena itu, ketika terjadi
kerusakan pada katup jantung, aliran darah bisa terbendung dan menyebabkan
gangguan pada jantung.
Aliran darah yang terhambat akibat kelainan katup jantung tersebut akan membuat
jantung bekerja ekstra. Seiring waktu, jantung yang dipaksa untuk kerja berat akan
melemah dan menyebabkan jantung tidak mampu lagi memompa darah secara
normal, sehingga terjadilah gagal jantung.
4) Diabetes
Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gagal jantung.
Risiko ini akan semakin besar apabila kadar gula darah penderita diabetes tidak
terkontrol atau cenderung tinggi.
Ada beberapa alasan mengapa diabetes turut berperan dalam menimbulkan gagal
jantung. Salah satunya adalah karena diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah jantung dan ginjal, sehingga fungsi jantung lama-kelamaan
terganggu.
Alasan lainnya adalah karena gula darah yang tinggi membuat darah pekat dan kental,
sehingga jantung harus bekerja ekstra untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Hal-
hal tersebutlah yang menyebabkan penderita diabetes berisiko mengalami gagal
jantung.
5) Aritmia
Aritmia adalah kondisi ketika irama jantung tidak normal, baik terlalu cepat, terlalu
lambat, atau tidak teratur. Saat irama jantung tidak normal, kondisi tersebut akan
mengganggu fungsi jantung secara keseluruhan, tak terkecuali kemampuan jantung
dalam memompa darah.
6) Kelainan atau kerusakan otot jantung (kardiomiopati)
Otot jantung memiliki peran besar dalam memompa darah. Jika otot jantung
mengalami kerusakan, maka jantung akan sulit memompa darah dengan baik.
,Akibatnya, pasokan darah ke organ-organ tubuh akan terganggu.
Rusaknya otot jantung bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya faktor bawaan
lahir, peradangan otot jantung, kelainan jaringan ikat, hingga hipertensi kronis.
7) Miokarditis
Miokarditis merupakan peradangan pada otot jantung yang umumnya disebabkan
oleh infeksi virus. Selain infeksi virus, miokarditis juga bisa disebabkan oleh infeksi
parasit dan jamur, serta penyakit autoimun. Peradangan yang terjadi dapat
mengganggu fungsi jantung, termasuk membuat jantung tidak bisa lagi memompa
darah secara efektif.
8) Hipertiroidisme
Hipertiroidisme merupakan kondisi ketika kadar hormon tiroid dalam darah tinggi.
Tingginya kadar tiroid ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah
satunya adalah memicu jantung berdetak lebih cepat. Jika tidak diobati, lama-
kelamaan jantung yang berdetak cepat bisa melemah dan menyebabkan gagal
jantung.
9) Penyakit jantung bawaan
Jika terdapat kelainan pada katup atau otot jantung akibat cacat jantung bawaan,
bagian jantung yang sehat perlu bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke
berbagai organ tubuh. Beban jantung yang meningkat ini pada akhirnya dapat
menyebabkan jantung gagal berfungsi dengan baik.

Selain kondisi-kondisi di atas, ketidakmampuan jantung memompa darah juga bisa


disebabkan oleh hipertensi pulmonal, anemia, obesitas, penyakit ginjal, efek samping
obat-obatan, alergi, infeksi, dan pembekuan darah di paru-paru.
2. Perbedaan gejala gagal jantung kiri (systolic CHF) dan gagal jantung kanan
(diastolic Hf)
 Gagal jantung kiri
Kondisi ini terjadi saat bilik kiri jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh
tubuh. Akibatnya, darah yang telah kaya dengan oksigen dari paru-paru, akan
menumpuk di pembuluh darah paru-paru.
Penumpukan darah bersih tersebut, membuat penderitanya menjadi kekurangan
oksigen. Karena kekurangan oksigen, penderita gagal jantung akan mengalami
sesak napas, atau batuk-batuk. Selain itu, darah juga kembali ke paru-paru,
sehingga akan terjadi penumpukan cairan di organ tersebut.
Pemicu gagal jantung kiri biasanya adalah gangguan lainnya pada jantung, seperti
penyakit jantung koroner, serangan jantung, atau tekanan darah tinggi. Gagal
jantung kiri merupakan jenis gagal jantung yang paling sering dialami, sehingga
kerap disebut gagal jantung saja.

 Gagal jantung kanan


Kondisi ini terjadi jika bilik kanan jantung, tidak mampu memompa darah yang
berasal dari tubuh ke paru-paru. Akibatnya, terjadi penumpukan darah di
pembuluh balik. Penumpukan darah tersebut akan membuat penumpukan cairan
di berbagai area tubuh, seperti kaki dan perut.
Gagal jantung kanan disebabkan oleh berbagai gangguan medis lain. Namun
gagal jantung kiri yang parah, bisa menjadi pemicu utama timbulnya gagal
jantung kanan. Penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi, juga dapat
mendorong terjadinya gagal jantung kanan.

3. Asuhan keperawatan pada gagal jantung akut


KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan
memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan
menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik.GJK selanjutnya
dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada
dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
Tanda :
Gelisah, perubahan status mental misalnya : letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala :
Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung ,
bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak
kaki, abdomen
Tanda :
 TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
 Irama Jantung ; Disritmia.
 Frekuensi jantung ; Takikardia.
 Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
 posisi secara inferior ke kiri.
 Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolic.
 Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik
 Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
 kapiler lambat
 Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
 Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
 Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
c. Integritas ego
Gejala :
Ansietas,kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda :
Berbagai manifestasi perilaku, misalnya : ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung
d. Eliminasi
Gejala :
Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
Gejala :
Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet
tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic
Tanda :
Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dn pitting).
f. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pusing, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i. Pernapasan
Gejala :
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan
bantuan pernapasan
Tanda :
1) Pernapasan :takipnea,napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema
pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
k. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
l. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya :
penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan

2. Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,
Perubahan structural, ditandai dengan :
 Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
 Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
 Bunyi ekstra (S3 & S4)
 Penurunan keluaran urine
 Nadi perifer tidak teraba
 Kulit dingin kusam
 Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.

3. Intervensi Keperawatan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,
Perubahan structural, ditandai dengan
 Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan
gambaran pola EKG
 Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
 Bunyi ekstra (S3 & S4)
 Penurunan keluaran urine
 Nadi perifer tidak teraba
 Kulit dingin kusam
 Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan :
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia
terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan
epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.

Intervensi Rasional
1. Auskultasi nadi 1. Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat
apical; kaji frekuensi, istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
irama jantung kontraktilitas ventrikel.
2. Palpasi nadi perifer 2. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis
dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse
alternan.      
3. Pantau TD 3. Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah
dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tidak
dapat norml lagi.
4. Kaji kulit terhadap 4. Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
pucat dan sianosis ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung;
vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan
kongesti vena
5. Kolaborasi : Berikan 5. Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan
oksigen tambahan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
dengan kanula Banyak obat dapat digunakan untuk
nasal/masker dan meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki
obat  sesuai indikasi  kontraktilitas dan menurunkan kongesti
(kolaborasi)
6. Berikan obat sesuai 6. Meningkatkan volum sekuncup, memperbaiki
indikasi (diuretic, kontraktilitas, menurunkan kongesti dan
vasodilator, ACE meningkatkan istirahat .
inhibitor, sedative )

Anda mungkin juga menyukai