PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan kelainan pada
system perkemihan hydronefrosis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi struktur urinarius:ginjal
2. Mengetahui definisi dari hydronefrosis
3. Mengetahui klasifikasi dari hydronefrosis
4. Mengetahui etiologi dari hydronefrosis
5. Mengetahui manifestasi klinis dari hydronefrosis
6. Mengetahui patofisiologi dari hydronefrosis
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk klien dengan hydronefrosis
8. Mengetahui penatalaksanaan dari hydronefrosis
9. Mengetahui komplikasi dari hydronefrosis
10. Mengetahui prognosis dari hydronefrosis
11. Mengetahui WOC dari hydronefrosis
12. Memahami asuhan keperawatan untuk klien dengan hydronefrosis
1.4 Manfaat
Sebagai perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
hydronefrosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hidronefrosis unilateral : obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada
umumnya disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap
kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi
serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab
obstruksi unilateral adalah:
a. Obstruksi taut ureteropelvik-kelainan ini umum ditemukan.
Pada beberapa pasien memang terdapat obstruksi anatomik-paling
sering adalah arteria renalis aberen yang menekan ureter bagian atas-sebagian
besar kasus bersifat idiopatik (hidronefrosis idiopatik).
Pada pasien ini didapatkan obstruksi fungsional pada taut ureteropelvik
dengan lumen paten. Kelainan kongenital pada inervasi atau otot ureteropelvik
telah diduga sebagai penyebab, dan kelainan ini dapat disembuhkan dengan
pengangkatan regio tersebut dan reanatomosis secara bedah. Pada kasus ini
didapatkan obstruksi berat dan dilatasi progresif pelvis ginjal (hidronefrosis)
di atas taut ureteropelvik. Ureter masih normal. Akibat pada ginjal bervariasi.
Pada pasien dengan pelvis ginjal ekstrarenal, pelebaran masif
menghasilkan massa kistik yang sangat besar pada hilum ginjal yang dapat
terlihat sebagai massa abdomen. Pada keadaan ini, peningkatan tekanan di
dalam ginjal kurang dibandingkan bila pelvis berada intrarenal, dan distensi
akan menyebabkan pembesaran sistem pelviokalise dan selanjutnya atrofi
ginjal.
b. Penyakit ureter kongenital
Kelainan kongenital ureter yang lain dapat menyebabkan hidronefrosis
unilateral. Keadaan ini meliputi ureter ganda, ureter bifida, dan kelainan otot
ureter yang menyebabkan penebalan dinding ureter (megaureter). Ureterokel
merupakan pelebaran kistik bagian terminal ureter yang disebabkan oleh
stenosis kongenital orifisium ureter pada dinding kandung kemih. Ureter
terminal kistik tersebut umumnya menonjol ke dalam lumen kandung kemih.
Walaupun kelainan ureter ini dapat terjadi pada masa anak, sebagian besar
ditemukan secara kebetulan atau menimbulkan gejala pada usia dewasa.
c. Penyakit ureter didapat
Kelainan ini umum ditemukan dan meliputi (1) obstruksi lumen oleh
batu, bekuan darah, atau kerak papila ginjal yang nekrotik; (2) penyebab
mural, seperti striktur fibrosa dan neoplasma; (3) tekanan ekstrinsik terhadap
ureter pada fibrosis retroperitoneum dan neoplasma retroperitoneum.
d. Striktur fibrosa
Striktur fibrosa dapat terjadi setelah peradangan, tuberkulosis, atau
cedera ureter yang sebagian besar disebabkan oleh pembedahan pelvis pada
kanker genokologi. Lesi neoplasma (baik primer maupun metastasis) jarang
mengenai ureter secara primer. Yang lebih sering terjadi adalah keganasan
retroperitoneum dan pelvis yang menginfiltrasi ureter pada saat menyebar.
Ureter juga dapat mengalami obstruksi pada bagian terminal yang masuk
kedalam kandung kemih. Kanker kandung kemih sering menimbulkan
komplikasi hidronefrosis unilateral.
2. Hidronefrosis bilateral :
a. Di sebelah distal kandung kemih, penyebab tersering adalah hiperplasia prostat
pada pria usia lanjut. Adanya katup uretra posterior kongenital juga dapat
menyebabkan hidronefrosis bilateral pada anak usia muda. Pada pasien paraplegia
dengan kandung kemih neurogenik biasanya juga didapatkan hidronefrosis bilateral.
b. Penyebab yang mengenai kedua ureter mencakup fibrosis retroperitoneum dan
keganasan.
c. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan (mungkin akibat efek
progesteron pada otot polos) juga dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis
ringan.
Sedangkan menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah
sebagai berikut:
a. Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
b. Striktur uretra
c. Batu ginjal
d. Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
e. Abnormalitas kongenital
f. Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
g. Bekuan darah
h. Kandung kemih neurogenik
i. Ureterokel
j. Tuberkulosis
k. Infeksi gram negatif
2.6 Komplikasi
Komplikasi paling umum dari ginjal yang mengalami obstruksi adalah infeksi
(polinefritis) akibat statis kencing yang memperburuk kerusakan ginjal dan bisa
menyebabkan krisis yang mengancam jiwa (William & Wilkins, 2008).
2.7 Penatalaksanaan
2. Hidronefrosis kronis
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal
bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan
kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari
jaringan fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan
d. Melebarkan uretra dengan dilator.
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Pada Aziz, 2008 dijelaskan beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan, diantaranya ialah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis. Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat
menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis
mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan
hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu,
hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam kehidupan.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan
diagnosis dan hidronefrosis. Penyebab pembesaran ginjal yang paling sering
dijumpai adalah hidronefrosis yang akan tampak pada gambar USG sebagai daerah
kistik multiple dengan batas yang jelas (kaliks) dan daerah kistis sentral yang
berdilatasi (pelvis renalis yang dalam keadaan normal mempunyai lebar kurang dari
1 cm). Gambar koronal akan memperlihatkan kontinuitas antara kolik dan pelvis.
Pada ginjal multikistik tidak terdapat kontinuitas semacam itu.
3. Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang
dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP.
4. CT Scan
CT scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih
dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan
2.9 Prognosis
3.1 Pengkajian
a) Identitas Klien
Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa)
Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih
akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran
uterus)
Agama
Pendidikan
Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk
duduk sehingga meningkatkan statis urine)
Status kawin
b) Keluhan Utama
c) Keluhan yang dirasakan pasien biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah
menembus pinggang.
d) Riwayat Kesehatan
e) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu ginjal,
tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
f) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien
berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
g) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter,
diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
h) Pengkajian Keperawatan
i) Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
j) Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
k) Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
l) Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)
m) Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah,
distraksi tergantung derajat keparahan)
n) Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)
o) Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
p) Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
Diagnosa Keperawatan 1
Domain 3 : Elimination and exchange
Class 1 : Urinary Functoin
00023 Retensi urin berhubungan dengan obstruksi saluran kemih
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 1 Physiological: Basic
Class : F-Elimination Class : B-Elimination management
0503 Urinary Elimination 0590 Urinary Elimination management
050301 Pola eliminasi (1-5) a. Monitoring pengeluaran urin
050302 Bau urin (1-5) terdiri dari frekuensi konsistensi,
050303 Jumlah Urin (1-5) bau, volume dan warna
050304 Warna urin (1-5) b. Monitoring tanda dan gejala
050306 Kejernihan urin (1-5) retensi urin
050307 intake Cairan (1-5) c. Identifikasi faktor yang
050313 Pengosongan Bladder(1- berhubungan dengan Inkotinensia
5) d. Ajari pasien tanda dan gejala
0500314 Dorongan berkemih (1- infeksi saluran perkemihan
5) e. Catat waktu terakhir berkemih
050332 Retensi urin (1-5)
Diagnosa keperawatan 2 :
Domain 12 : Comfort
Class 1 : Physical Comfort
00132 Nyeri berhubungan dengan adanya tekanan ginjal yang meningkat
NOC NIC
Domain 4 Health Knowledge and Domain 1 Physiological: Basic
behavior Class : E-Physical Comfort Promotion
Class : Q-Health Behavior 1400 pain Management
1605 Pain Control
160502 Mengenali tanda nyeri (1- a. Menunjukkan lokasi nyeri,
5) karakteristik, durasi, frekuensi,
160501 Mendiskripsikan faktor kualitas, intensitas dan faktor
penyebab (1-5) pencetus nyeri.
160510 Membuat catatan setiap b. Observasi respons nyeri pasien
tanda muncul (1-5) c. Ajari pasien teknik relaksasi
160503 Skala nyeri (1-5) (Nafas dalam, mendengarkan
160505 penggunaan analgesic music, massage)
sesuai rekomendasi (1-5) d. Kolaborasi analgesic care
Diagnosa keperawatan 3:
Domain 2 : Nutrition
Class 1 : Ingestion
00002 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual, muntah
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 1 Physiological: Basic
Class : K-Digestion & Nutrition Class : D-Nutrition Support
1009 Nutritional Status: Nutrient 1100 Nutrition Management
Intake
100901 Intake Kalori (1-5) a. Tentukan status nutrisi dan
100902 Intake protein (1-5) kebutuhan pasien
100903 Intake lemak (1-5) b. Identifikasi makanan yang
100904 Intake karbohidrat (1-5) alergi
100906 Inteke Mineral (1-5) c. Berikan pasien diet rendah
protein dan rendah natrium
(garam)
d. Ajari keluarga pasien pemberian
pola diet
Diagnosa keperawatan 4:
Domain 11: Safety protection
Class 1: infection
00004 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya system pertahanan tubuh
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 4 Safety
Class : H-Immune Respons Class : V-Risk Management
0703 Infection severity 6550 Infection Protection
Diagnosa keperawatan 5:
Domain 11: Safety Protection
Class 6: Thermoregulation
00007 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
NOC NIC
Domain 2 Physiologic Health Domain 2 Physilogical Complex
Class : I-Metabolic Regulation Class : M- Thermoregulation
0800 Thermoregulation 3386 Hypertermia Treatment