Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

OMPHALOCELE

Dosen Pengampu : Reni Ilmiasih, M.Kep.Sp.Kep.An.

DISUSUN OLEH :

1. Hilmy Haydar El Fauzi 201510300511002


2. Nadiah 201510300511007
3. Putri Lailin Nisak 2015103005110
4. Elvira Bintang Mahadhika 201510300511025
5. Indra Prayoggi 201510300511026
6. Ika Wahyu Purwaningsih 201510300511028

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

OMPHALOCELE

1. Definisi
a. Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan) pada
waktu lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding
abdomen di umbilikus dan usus yang menonjol hanya di tutupi oleh
membrane tipis transparan yang terdiri dari amnion dan peritoneum.
(W. A. Newman Dorland, 2002).
b. Omphalocele adalah protrusi visera intra abdominal ke dasar korda
umbilical kantong tertutup peritoneum tanpa kulit (Donna L. Wong,
2004)
c. Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam
kembali kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
hingga menyebabkan timbulnya omfalokel. (Ngastiyah, 2005).

Gambar 1. Bayi dengan Omfalokel

2. Anatomi Fisiologi
a. Usus Halus
Usus halus adalah segmen pertemuan antara panjang dari saluran
Gastrointestinal (GI) yang jumlah panjangnya kira – kira dua pertiga
dari panjang total saluran. Bagian ini membalik dan melipat dari yang
memungkinkan kira – kira 7000 cm area permukaan untuk sekresi dan
absrobsi. Usus halus dibagi dalam tiga bagian anatomik :
a. Bagian atas disebut Duodenum
b. Bagian tengah disebut Yeyunum
c. Bagian wajah disebut Ileum
(Brunner and Suddart (Edisi 8),2001).

Gambar 2. Anatomi Usus Halus

Fungsi usus halus terdiri dari :


a. Menerima zat – zat makanan yang sudah dicerna untuk disearap
melalui kapiler – kapiler darah dan saluran – saluran limfe.
b. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
c. Karbohidrat diserap adalam bentuk monosakarida.

b. Usus Besar
Usus besar mempunyai beberapa bagian yaitu :
a. Seikum (berbentuk seperti cacing sehingga disebut sebagai umbai
cacing)
b. Kolon asenden (panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum sampai kebawah hati)
c. Appendiks (usus buntu : berbentuk seperti corong dari akhir
seikum yang mempunyai pintu keluar)
d. Kolon transversum (panjang 38 cm, membujur dari kolon esenden
sampai ke kolon desenden)
e. Kolon desendens (panajang 25 cm, terletak dibawah bagian kiri
abdomen membujur dari atas ke baawah dari fleksura lienalis
sampai ke depan ileum kiri)
f. Kolon sigmoid (lanjutan dari kolon desendens yang terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyeripai huruf S)

Gambar 3. Anatomi Usus Besar

Fungsi usus besar, terdiri dari :


a. Menyerap air dari makanan
b. Tempat tinggal bakteri koli
c. Tempat feses
(Syaifuddin, 2000)

3. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, omphalokel yang kecil terjadi dengan rasio 1


kasus dalam 5.000 kelahiran. Omphalokel yang besar terjadi dengan rasio
1 kasus dalam 10.000 kelahiran. Perbandingan laki-laki dengan perempuan
adalah 1:1. Menurut catatan Dinas Kesehatan Bangka Belitung, dalam
kurun waktu tiga bulan belakangan ini, setidaknya ada enam kasus
kelahiran dengan usus terburai. Padahal, selama ini catatan medis
memperlihatkan, angka kejadian kelainan dinding perut adalah sekali
dalam tiap 200.000 kelahiran. Perempuan umur 40 tahun atau lebih
cenderung melahirkan bayi dengan omphalokel. Angka kematian kelainan
ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah dan terjadi
infeksi.

4. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang.


Beberapa faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan
terjadinya omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan
rokok pada ibu hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat,
kelainan genetik serta polihidramnion.
Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu:
a. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi
plasenta dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur,
diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering
dijumpai.
b. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek
dinding abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi
kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas
peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada
pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah
terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati
bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan
amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
c. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
5. Patofisiologi
a. Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada
dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi
pada isi usus pada salah satu samping umbilikus.hal ini
menyebabakan organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen
dan terbungkus kantong.
b. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap abnormal.
c. Omfalokel terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan
dinding abdomen ,dan terbentuk defek.
d. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus
e. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen
janin,akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan
iritasi dari cairan as.amino,usus juga terlihat pendek dan rongga
abdomen sempit.
f. Usus visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari
tubuh cepat berlangsung,sehingga terjadi dehidrasi dan
hipotermi,kontaminasi usus dengan kuman dapat terjadi,dan distensi
usus sehingga mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen pada
saat pembedahan.
g. Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -6 minggu isi abdomen
terletak diluar embrio.pada usia 10minggu terjadi pegembangan
lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masukke
rongga perut.bila proses ini terhambat maka akan terbentuk kantong di
pangkal umbilikus yang terisi usus,lambung dan kadang
hati.dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amino
yang keduanya bening sehingga isi kantong tampak keluar,keadaan ini
disebut omfalokel.bila usus keluar di titik terlemah dikanan
umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut tanpa di
bungkus,peritoneum dan amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
Pathway

Kelainan bawaan

Alat dalam gagal kembali ke rongga dalam


abdomen

Isi abdomen masuk ke dalam umbilikus

Korda terobek

Omfalokel
Agen cidera biologis

Ileus obstruksi Usus keluar


Nyeri

Keterbatasan
koognitif

Kekurangan cairan Pertahanan tubuh


(dehidrasi) primer tidak Defisiensi
adekuat pengetahuan
orangtua

Kenaikan suhu tubuh (hipertemi)


Resiko infeksi

Ansietas
6. Manifestasi klinis
Menurut A.H. Markum, manifestasi dari omphalokel adalah :
a. Organ visera / internal abdomen keluar
b. Penonjolan pada isi usus
c. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedang tanda yang lain :
a. Apabila berukuran kecil di dalam korda umbilicus terdapat
sembuhan yang berisi usus
b. Apabila ukuran besaar di dalam korda berisi hati dan usus
c. Tali pusat tampak terletak di daerah apeckantong dengan pembuluh
darah umbilicus meluncur sepanjang kantong masuk kedalam
rongga perut
d. Sering ditemukan pada bayi premature
e. Umbilicus menonjol keluar.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :


a. Perawatan pra-bedah
1. Terpeliharanya suhu tubuh
2. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami
prolaps sangat meningkatkan area permukaan.
3. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah
distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.
4. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang
tidak melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan
pembungkus Saran untuk menutup usus atau menutup dengan
kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk mencegah
kontaminasi
5. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan
pada mesenterium.
6. Terapi intravena untuk hidrasi
7. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya
kantong, luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di
dalam kantong, akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong
omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding
kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut,
kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omphalocele terlalu besar dan rongga perut
terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan ke
dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding
perut, diafragma akan terdorong ke atas sehingga terjadi
gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga
terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong
omphalocele dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan
menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar. Dengan
demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi,
sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia
ventralis yang besar. Epitelisasi ini membutuhkan waktu 3-4
bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis tersebut dapat
dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
8. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan

b. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya
lubang pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk
mengembalikan visera kedalam kavum abdomen dan menutup
diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan
saja, namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan
mengambil kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini
untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan menutup
lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada
perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin
sukar karena usus akan udem.
c. Paska Bedah
1. Perawatan paska bedah neonatus rutin
2. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan
diperlukan
3. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
4. Pemberian antibiotika
5. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali
lagi mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat.
Namun ini tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).
1) Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan
2) Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang
sudah rapi seperti orang normal lainnya.

8. Komplikasi

Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi


pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini
mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosi.

komplikasi dari omphalokel adalah :

1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan
nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama.
4. Nekrosis
9. Prognosis
Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan
lain yang memperburuk prognosis. Omphalocele yang besar dapat ditutup
meskipun dengan operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele
dianggap kritis mengancam hidup jika disertai dengan ukuran torax yang
kecil dengan hipoplasia pulmoner yang mengakibatkan gangguan
pernafasan.

10. Pencegahan
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B
komplek dan protein.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
kesehatan klien yang memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien.
a. Identitas Pasien
yaitu: mencakup nama, umur, agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan,
perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas keluarga, dll.
b. Data Fokus
a) Mengkaji kondisi abdomen
b) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
c) Kaji letak defek, umun nya berada disebelah kanan umbilicus
d) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
e) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/kronis
sering disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi.
f) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin
disebabkan oleh perlambatan pengosongan lambung, akumulasi gas /
feses, inflamasi/obstruksi.
g) Mengukur temperature tubuh, Demam, manifestasi umum dari penyakit
pada anak-anak dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan
dehidrasi, infeksi atau inflamasi, Lakukan pengukuran suhu secara
kontinyu tiap 2 jam dan Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu
secara mendadak
h) Kaji sirkulasi, Kaji adanya sianosis perifer
i) Kaji distress pernapasan
1. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
2. Frekuensi : Cepat (Takipneu), Normal atau lambat
3. Kedalaman :Normal. Dangkal (Hipopnea), terlali dalam
(Hipernea)
4. Kemudahan : Sulit (Dispneu), Otophnea
5. Irama : Fariasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan
6. Opservasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum,dan nyeri
dada
7. Kaji adanya suara nafas tambahan (Mengi/wheezing)
8. Perhatikan bila pasien tampak pucat/ sianosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1. Pre Op :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat
2. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
3. Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan
dengan keterbatasan kognitif

2. Post Op :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2. Kecemasan orang tua berhubungan dengan status kesehatan
3. Defisiensi pengetahuan orang tua tentang cara perawatan anak post op
berhubungan dengan keterbatasan kognitif
DIAGNOSA NOC NIC
Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Kontrol Infeksi
keperawatan 1x24 jam
berhubungan dengan 1. Ganti peralatan
“Keparahan Infeksi“
pertahanan tubuh berkurang, dengan kriteria perawatan per
hasil :
primer yang tidak pasien sesuai
adekuat No Indikator Skala protokol instruksi
1. Kemerahan 5 2. Pertahankan teknik

2. Caiaran 5 isolasi yang sesuai


luka yang 3. Batasi jumlah
berbau
busuk pengunjung
4. Pakai sarung tangan
3. Demam 5
steril
4. Hipotermi 5 5. Jaga lingkungan

5. Nyeri 5 aseptik saat


mengganti tabung
dan botol TPN
Keterangan :
6. Cuci tangan sebelum
1. Berat
dan sesudah
2. Cukup Berat
3. Sedang kegiatan perawatan
4. Rngan
pasien
5. Tidak ada
7. Berikan terapi
antibiotik sperti
yang disipakan
Hipertermi Setelah dilakukan asuhan Perawatan Demam
keperawatan 1x24 jam
berhubungan dengan 1. Pantau suhu dan
“Termoregulasi“ adekuat,
dehidrasi dengan kriteria hasil : tanda-tanda

No Indikator Skala 2. Monitor warna kulit


dan suhu
1. Tingkat 5
pernafasan 3. Jangan beri aspirin

2. Hipertermi 5 untuk anak-anak


4. Berikan oksigen
3. Penurunan 5
suhu kulit yang sesuai

4. Denyut 5 5. Tingkatkan srkulasi


nadi radial udara
5. Dehidrasi 5 6. Lembabkan bibir
dan mukosa hidung
7. Dorong konsumsi
Keterangan :
cairan
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

1. Berat
2. Cukup Berat
3. Sedang
4. Rngan
5. Tidak ada

Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan Pendidikan Orang Tua :


keperawatan 1x24 jam
orang tua tentang Bayi
“Pengetahuan :Proses
penyakit berhubungan Penyakit “yang benart, 1. Targetkan sasaran
dengan kriteria hasil :
dengan keterbatasan pada kelompok
kognitif No Indikator Skala beresiko tinggi dan
1. Faktor 5 rentan usia yang akan
penyebab
mendapat manfaat
dan faktor
yang besar dari pendidikan
berkontribusi
kesehatan
2. Faktor resiko 5 2. Tentukan
3. Efek 5 pengetahuan
fisiologis
kesehatan
penyakit
3. Rumuskan tujuan
4. Tanda dan 5
gejala dalam program
penyakit pendidikan
5. Efek 5 kesehtan
psikososial
4. Gunakan berbagai
penyakit
terhadap strategi dan
keluarga intervensi utama
dalam program
Keterangan : pendidikan

1. Tidak ada
pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat
banyak
C. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasiltasi koping. (
Nursalam, 2001).

D. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil ( Nursalam, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta :


EGC.

Suriadi & Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Penerbit
FKUI : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai