PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. Yang lain
akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan
repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup
tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah
penderita hiperglikemi mencapai lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini
akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei
yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat dengan
cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen terjadi pada
negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada perubahan demografi pada
masyarakat, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup. Di negara berkembang
angka kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat
karena menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat dengan
cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan
salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara
1
individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei
nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada
kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya
penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak,
sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003).
Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap permasalahan
diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di Indonesia tahun 2001 terdapat
5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada tahun 2020 diestimasikan akan meningkat
menjadi 8,2 juta, apabila tidak dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada
penderita. (Depkes, 2005)
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah peningkatan
penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan angka kejadian
diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan
pencegahan, penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat
sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi
hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak
mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar penderita
hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani secara teratur dan
mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan
Hiperglikemi secara teori.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Hiperglikemi
b. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah Hiperglikemi
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien
dengan Hiperglikemi
2
d. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperglikemi
e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada klien
dengan Hiperglikemi
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya lebih,
glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan keadaan
dimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau 11,1
mmol/L) (Reference ranges for blood tests). Peningkatan glukosa dalam darah terjadi
ketika pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika sel tidak dapat menerima respon
insulin untuk menangkap glukosa dalam darah (American Assisiation Diabetes, 2000).
Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia merupakan tanda dari
diabetes militus. Seseorang yang memiliki hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit
diabetes militus. Namun ketika hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa memicu
timbulnya diabetes dan ketoasidosis (AIDS Info, 2005).
B. Etiologi
1. Predisposisi
Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
Kerusakan sel Beta
Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak
(khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)
Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)
Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak
dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam
darah
2. Presipitasi
Usia
Overweight
Here
ditas anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia
Faktor imunologi respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringan asing.(John, Ratery et al,. 2009).
C. Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam
level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat
4
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa
setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication.
(Frier, BM et al,. 2004).
D. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh
proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun
mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan
meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat
meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan
meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa
memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan),
nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai
akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi.
Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding
pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras
(arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal
dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata
dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.
Pathway
Faktor predisposisi
F. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang
dimana tanda gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah dan
mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi
pada gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat
6
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf,
sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh (Gangren).
G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas GDS > 200 mg% (Plasma vena).
Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.
Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :
7
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya
( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
Ultrasonografi
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
Komposisi makanan :
Karbohidrat = 60 % – 70 %
Protein = 10 % – 15 %
Lemak = 20 % – 25 %
Jumlah kalori perhari
Antara 1100 -2300 kkal
Kebutuhan kalori basal :Laki-laki : 30 kkal / kg BB, Perempuan : 25 kkal / kg
BB
Penilaian status gizi :
Kurus : BBR 110 %
Obesitas bila BBRR > 110 %
Obesitas ringan 120% – 130 %,Obesitas sedang 130% – 140%, Obesitas berat
140% – 200%, Obesitas morbit > 200 %
Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
Gemuk : BB x 20 kalori/hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
Berat badan ideal = (TB – 100 cm) – 10%
2. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
8
Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin, meningkatkan
sensitivitas insulin)
Menurunkan berat badan
Mencegah kegemukan
Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas
9
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
d. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.
Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan
gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan
10
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas pasien kembali teratur.
2. Respirasi rate pasien kembali normal.
3. Pasien mudah untuk bernafas.
Intervensi:
1) Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2) Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3) Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4) Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
11
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Turgor kulit dan capillary refill baik
3. Keseimbangan urin output
4. Kadar elektrolit normal
5. GDS normal
Intervensi :
1) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2) Observasi kepatenan atau kelancaran infuse
3) Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk
setiap jam
4) Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
Pemberian therapi insulin
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen
(mandiri) dan kolaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta
apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
12
J. Relaksasi Autogenik
Autogenik memiliki makna pengaturan sendiri. autogenik merupakan salah satu
contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan
persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti
diri sendiri (Kanji, et al, 2006; Saunders, 2007).
Pada relaksasi autogenik pasien tidak lagi bergantung kepada terapisnya tetapi
melalui tehnik sugerti diri (Auto suggestive), seseorang dapat melakukan sendiri
perubahan dalam dirinya sendiri, juga dapat mengatur pemunculan emosinya (Saunders,
2007). Widyastuti (2004) menambahkan bahwa relaksasi autogenik membantu individu
untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi
jantung dan aliran darah.
14
Hubungan relaksasi autogenik dengan respon tubuh
a. Mempengaruhi fungsi pulau-pulau langerhans sehingga dapat mengalirkan hormon-
hormonya dengan baik ke seluruh tubuh dan diduga latihan ini akan menurunkan
kabutuhan mereka akan terapi
b. Relaksasi autogenik memberikan hasil setelah dilakukan sebanyak tiga kali latihan,
setiap kali latihan dilakukan selama 15 menit
c. Membantu keseimbangan untuk memperbaiki keseimbangan antara organ tubuh dan
sirkulasi tubuh
d. Menstimulasi pankreas dan hati untuk dapat menjaga gula darah dalam batas normal
e. Menstimulasi sistem syaraf parasimpatis yang membuat otak memerintahkan
pengaturan rennin angiotensin pada ginjal sehingga membantu menjaga tekanan
darah dalam batas normal
f. Menjaga organ-organ yang terluka, artinya dengan relaksasi autogenik yang teratur
maka akan menjaga pasien dari situasisituasi yang cepat berubah sehingga stressor
terkurangi dan relaksasi terjadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEGAWATDARURATAN
PADA NY.M DENGAN HIPERGLIKEMIA
DI RUANG IGD RSU MAYJED HM RYACUDU KOTABUMI
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.M
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Sumber Biaya : BPJS Kesehatan
Tanggal Masuk : 3 Januari 2020
No Register : 24.66.02
Diagnosa Medis : Hiperglikemia
15
B. Sumber Informasi
Nama : Tn.S
Umur : 55 Tahun
Hubungan dengan Klien: Suami
D. Pengkajian Primer
● AIRWAY : Jalan nafas bersih, tidak ada stridor, gargling, tidak ada
penumpukan secret, klien tidak batuk.
E. Pengkajian Sekunder
● Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dating ke IGD dengan keluhan Lemas sejak 2 hari yang lalu, badannya terasa
lemas apabila klien melakukan pekerjaan seperti biasanya. Lemas berkurang apabila
klien beristirahat atau tidur. Sejak kemarin Klien merasa lemas sekali lemas tidak hilang
walaupun sudah beristirahat, Klein tampak mengeluarkan keringat dingin yang berlebih,
mengeluh pusing, mual , muntah ± 5 x /hari, Nyeri tekan Epigartrium skala 4 ( 0-10),
Klien merasa haus sekali dan mengatakan sering BAK ±15 x/hari TD
100/60mmHg,Pols 90x/menit, RR 28x/menit, pola nafas kussmaul, Temperatur 36° C.
16
Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap, GDS,AGD, Terpasang IVFD Nacl Guyur 1
Kolf, Oksigen 2 Liter/ menit, CRT≤3 detik, kekuatan otot 4444 4444
4444 4444
● Anamnesa Singkat
Allergies
Klien Mengatakan tidak pernah alergi terhadap makanan, minuman dan obat-
obatan.
Medikasi
Klien Biasa minum obat Diabetes Melitus tetapi tidak rutin.
Pertinent Medikal Hystori
Klien sudah± 5 Tahun menderita Diabetes Melitus tetapi tidak rajin control.
Last Meal
Sudah sejak pagi klien tidak mau makan dikarenakan mual , muntah dan nyeri
tekan Epigastrium. Klien tadi pagi mengeluh pusing klien minum paracetamol
500mg ( oral ).
Events
Klien mengatakan lemas ± 2 hari yang lalu setelah selesai melakukan pekerjaan
rumah.
Mulut
Bibir simetris, mukosa mulut kering, bau mulur berbau aseton, lidah kotor.
Leher
Tidak ada pembengkatan kelenjat Tiroid, dan pembengkakan vena jugularis, tidak
ada cidera servikal.
Dada
17
- Inspeksi
Tidak ada Trauma tumpul/ tajam, dinding dada simetris, RR 28x/menit, Pols 90 x/
menit. Pernafasan kussmaull
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan , tidak ada krepitasi.
- Perkusi
Bunyi jantung sonor
- Auskultasi
Tidak ada suara nafas tambahan
Abdomen
Tidak ada trauma abdomen, Adanya Nyeri tekan Epigastrium skala 4 (0-10).
Ekstremitas / Muskuloskletal
Klien mengatakan lemas pada bagian anggota gerak atas dan bawah. Bisa bergerak
melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang. Tidak ada
oedema,nyeri maupun fraktur pada anggota gerak atas dan bawah.
Kulit
Turgor kurang, mukosa kulit kering, Akral dingin, keluar keringat dingin berlebih.
G. Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Klien mengatakan asupan makanan berkurang karena setiap makan terasa mual dan
muntah ± 5 x / hari atau setelah makan ( ± 500 cc /hari ) , selama di igd klien muntah 1
kali ±100 cc, klien hanya menghabiskan 3-4 sendok makanan saja dengan frekuensi 3
x / hari, BB 60 kg.
2. Pola Cairan
Klien mengatakan haus sekali dan sering minum , klien minum sehari ( ± 2000 cc).
Selama 6 jam di igd klien minum 3 gls ( ±600 cc ). Klien mendapatkan terapi IVFD
Nacl guyur 1 Kolf (500 ml ) selanjutnya nacl 20 tetes / menit
3. Pola Eliminasi
a. BAK
Klien mengatakan di rumah klien sering BAK ± 12 x /Hari ( ± 2000 cc ) . Saat di IGD
terpasang dower cateter dengan jumlah 700 cc ( selama 6 jam ).
Tidak ada keluhan selama BAK, Urine jernih dan berbau khas.
Total cairan masuk : Total cairan keluar :
Infus : 500 cc Urine : 2000 cc + 700 cc =
Minum : ± 2000 + 600 cc/ jam 2700cc/24 jam
AM : 5cc x 60 kg =300 IWL : 15 cc x 60kg / 24 = 37,5
Total : 3400 Muntah : ± 600 cc / 24 jam
18
Total : 3337
Maka saldo cairan Ny.M dalam 1 jam yaitu :
Cairan masuk – cairan keluar = 3400-3337 = 63 cc
b. BAB
Selama di IGD klien tidak BAB.
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3 Januari 2020
b. Keperawatan.
- Monitor tanda-tanda vital
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor kadar gula darah
- Monitor intake output cairan
- Kalaborasi pemberian cairan untravena
- Kalaborasi pemberian oksigen.
- Pemberian terapi rileksasi autogenik
Data Objective :
- Respirasi 28 x/ menit
- Pola nafas kussmaul
*AGD :
- PH menurun 6,4
- PCO2 30 mmHg
- HCO3 15 mg/dl.
3. Data Subjektif : Defisit volume Diuresis
- Klien Mengatakan haus
cairan Osmotik
sekali dan sering minum
( ±2000 cc )
- Klien mengatakan sering
BAK ±12 x / hari (±2000
cc )
- Klien mengatakan keluar
keringat dingin yang
berlebih.
Data Objective:
20
- Turgor kurang
- Mukosa Mulut Kering
- Klien sering minum
selama di IGD ± 3 gelas (
600 cc )
- Terpasang IVFD Nacl
guyur 1 kolf (500 cc).
- Terpasang cateter dower
± 700cc selam 6 jam di
IGD
- Nadi 90 x/mnt.
- Akral dingin
- Keringat berlebih
4. Data Subjective : Nausea Gangguan
- Klien Mengatakan Mual
Pankreas
- Klien mengatakan
muntah selama ± 6 kali
600 cc
- Klien mengatakan nyeri
uluhati skala nyeri 4 ( 0-
10 )
- Klien mengatakan Pusing
dan keluar keringat
dingin .
Data Objectif;
- Klien tampak mual
- Klien muntah
- Akral dingin
- Tampak keluar keringat
berlebihan
- Adanya Nyeri Tekan
Epigastrium Skala 4 (0-
10)
- TD 100/60mmHg
22
kadar gula darah Askep di IGD ± 6 1. Identifikasi kemungkinan
berhubungan jam kadar gula darah penyebab hiperglikemia.
2. Monitor kadar gula darah.
dengan Disfungsi klien stabil,
3. Monitor tanda-tanda gejala
Pankreas. hiperglikemia bisa
hiperglikemia.
teratasi ditandai 4. Monitor intake dan out put
dengan : cairan
1. Klien mengatakan 5. Kalaborasi pemberian
sudah tidak lemas cairan intravena.
6. Kalaborasi pemberian obat
lagi dapat
diabetic untuk menurunkan
mengerakan
GDS.
anggota gerak atas
dan bawah dan
dapat menahan
tekanan dari
perawat.
2. GDS dalam Batas
Normal 100-200
mg/dl
V. IMPLEMENTASI
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 3 /1/2020 Pemantauan Respirasi. S:
13.00 1. Memonitor - Klien mengatakan masih sesak.
O:
WIB Frekuensi,irama,kedalaman
- RR 28 x/menit
dan upaya nafas. - SPO2 : 85 %
2. Memonitor pola nafas.
23
3. Mengauskultasi bunyi - Pernafasan kussmaul
nafas - Terpasang O2 2liter/menit.
4. Memonitor saturasi oksigen - AGD : PCO2 30 mmHg
5. Memonitor nilai AGD HCO3 15mg/dl
6. Kalaborasi pemberian A: Masalah belum teratasi.
oksigen 2 liter/ menit P : Lanjutkan intervensi.
7. Memonitor SPO2
8. Mengajarkan klien 1. Memonitor
melakukan rileksasi Frekuensi,irama,kedalaman
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian diatas dapat ditarik kesimpulan , hiperglikemia berasal dari
bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya lebih, glyc artinya manis dan emia yang
berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan keadaan dimana jumlah glukosa dalam
darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau 11,1 mmol/L) (Reference ranges for
blood tests). Maka dari itu setelah dilakukan pengkajian diagnosa keperawatan yang
diangkat yaitu :
1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan Asidosis Metabolik
2. Defisit Volume cairan berhubungan dengan Dieuresis Metabolik
3. Ketidakstabilan Gula darah berhubungan dengan Disfungsi Pankreas
4. Nausea berhubungan dengan Gangguan Pankreas.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah kompleksitas
masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap masalah
yang timbul akibat hiperglikemi.
26
DAFTAR PUSTAKA
27