Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang
kadar puasa normal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160
mg /100 ml darah . ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )
Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin
adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. Yang lain
akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans.
Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia
khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini mereupakan
repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing.
Pergeseran pola penyakit saat ini terus terjadi, dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif. Hiperglikemi adalah penyakit degeneratif yang angka kejadiannya cukup
tinggi di berbagai negara dan merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah
penderita hiperglikemi mencapai lebih dari 180 juta jiwa diseluruh dunia. Kejadian ini
akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei
yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita
hiperglikemi terbesar di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Menurut data
Depkes, jumlah pasien hiperglikemi rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI 2005).
Jumlah orang yang menderita hiperglikemi diperkirakan akan meningkat dengan
cepat dalam 25 tahun, dengan perkiraan peningkatan sebesar 42 persen terjadi pada
negara berkembang. Perkiraan ini didasarkan pada perubahan demografi pada
masyarakat, tanpa mempertimbangkan perubahan gaya hidup. Di negara berkembang
angka kejadian kelebihan berat badan dan kegemukan terus meningkat dengan cepat
karena menurunnya aktivitas fisik dan banyak makan. Kejadian ini meningkat dengan
cepat pada angka kejadian hiperglikemi(Glumer et al. 2003). Hiperglikemi merupakan
salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan mutu sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara

1
individu, tetapi juga pada sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei
nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita hiperglikemi ini semakin meningkat, terutama pada
kelompok umur dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya
penanggulangan penyakit hiperglikemi belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup
besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak,
sistem saraf, hati, mata dan ginjal (Dirjen Bina Kesmas depkes RI 2003).
Menurut Diabetic Federation, organisasi yang peduli terhadap permasalahan
diabetes, jumlah penderita diabetes mellitus yang ada di Indonesia tahun 2001 terdapat
5,6 juta jiwa untuk usia diatas 20 tahun. Pada tahun 2020 diestimasikan akan meningkat
menjadi 8,2 juta, apabila tidak dilakukan upaya perubahan gaya hidup sehat pada
penderita. (Depkes, 2005)
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penderita DM, maka jumlah peningkatan
penyakit hiperglikemia bisa dikatakann meningkat sesuai dengan angka kejadian
diabetes mellitus atau bahkan lebih. Peningkatan dapat diturunkan dengan melakukan
pencegahan, penanggulangan baik secara medis maupun non medis, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan porsinya masing-masing. Perawat
sebagai salah satu tim kesehatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mengatasi
hiperglikemi. diperlukan peran perawat sebagai pelaksana dan pendidik dengan tidak
mengabaikan kolaboratif. Pentingnya peran perawat sebagai pendidik agar penderita
hiperglikemi mau dan mampu untuk melakukan latihan jasmani secara teratur dan
mengatur pola makannya yang dapat mencegah terjadinya komplikasi dari hiperglikemi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan
Hiperglikemi secara teori.

2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada klien dengan masalah Hiperglikemi
b. Dapat menganalisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan pada klien
dengan masalah Hiperglikemi
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien
dengan Hiperglikemi

2
d. Dapat melakukan implementasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperglikemi
e. Dapat mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan pada klien
dengan Hiperglikemi

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Hiperglikemia berasal dari bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya lebih,
glyc artinya manis dan emia yang berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan keadaan
dimana jumlah glukosa dalam darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau 11,1
mmol/L) (Reference ranges for blood tests). Peningkatan glukosa dalam darah terjadi
ketika pankreas memiliki sedikit insulin atau ketika sel tidak dapat menerima respon
insulin untuk menangkap glukosa dalam darah (American Assisiation Diabetes, 2000).
Hiperglikemia berbeda dengan diabetes militus, hiperglikemia merupakan tanda dari
diabetes militus. Seseorang yang memiliki hiperglikemia belum tentu memiliki penyakit
diabetes militus. Namun ketika hiperglikemia semakin kronis, hal ini bisa memicu
timbulnya diabetes dan ketoasidosis (AIDS Info, 2005).

B. Etiologi
1. Predisposisi
 Disfungsi kelenjar thyroid, adrenal dan pituitary glands
 Kerusakan sel Beta
 Penyakit intrakranial, ensefalitis, perdarahan otak, meningitis dan tumor otak
(khususnya yang berlokasi didekat pituitary glands)
 Pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang sedikit (tidak cukup)
 Pankreas memproduksi insulin dalam batas normal, namun sel tubuh tidak
dapat merespon rangsangan dari insulin untuk mengambil glukosa dalam
darah
2. Presipitasi
 Usia
 Overweight
 Here
 ditas  anggota keluarga yang memiliki riwayat hiperglikemia
 Faktor imunologi  respon autoimun, dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
sebagai jaringan asing.(John, Ratery et al,. 2009).
C. Klasifikasi
1. Hiperglikemia sedang
Peningkatan kadar gula dalam darah pada fase awal dimana gula darah dalam
level >126 mg/dl untuk gula darah puasa.
2. Hiperglikemia berat

4
Peningkatan kadar gula dalam darah pada level 200mg/dl untuk gula darah puasa
setelah terjadi selama beberapa periodik tanpa adanya hypoglikemic medication.
(Frier, BM et al,. 2004).

D. Patofisiologi
Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh
proses autoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun
mengakibatkan glukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas dengan kadar glukosa dalam darah meningkat. Kompensasi tubuh dengan
meningkatkan glucagon sehingga terjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan
menurunkan penggunaan glukosa oleh otot, lemak dan hati serta peningkatan produksi
glukosa oleh hati dengan pemecahan lemak terhadap kelaparan sel. Hiperglikemia dapat
meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkan dehidrasi sehingga tubuh akan
meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untuk menghasilkan glukosa
memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidak nafsu makan),
nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis.
Dengan menurunnya insulin dalam darah asupan nutrisi akan meningkat sebagai
akibat kelaparan sel. Menurunnya glukosa intrasel menyebabkan sel mudah terinfeksi.
Gula darah yang tinggi dapat menyebabkan penimbunan glukosa pada dinding
pembuluh darah yang membentuk plak sehingga pembuluh darah menjadi keras
(arterisklerosis) dan bila plak itu telepas akan menyebabkan terjadinya thrombus.
Thrombus ini dapat menutup aliran darah yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit
lain (tergantung letak tersumbatnya, missal cerebral dapat menyebabkan stroke, ginjal
dapat menyebabkan gagal ginjal, jantung dapat menyebabkan miocard infark, mata
dapat menyebabkan retinopati) bahkan kematian.

Pathway
Faktor predisposisi

Sel tidak mampu Defisiensi Inslunin


menerima
rangsangan insulin
Penurunan Kehilangan Glukoneogenesis
pemakaian glukosa Sodium, Cl,
Sel tidak
oleh sel Potasium &  Nafas
menangkap glukosa Fosfat
untuk dijadikan
5 aseton
Tubulus renalis tdk Glukosa
energi Resiko ketidak keluar Protein Lemak Mual
Gangguan

dpat menyerap Gangguan
Kolesterol
Retropatikembali semua mengendap pd (Angiopati)
Nutrisi, O2,
Protein
seimbangan bersama negatif Gangguan  Fatigue
saraf
Asidosis Nutrisi
Mual & <Luka
muntah
(Infeksi)
Nitrogen Integritas
<
Retina
penglihatan dinding
Mikrovaskuler
< volume
Ginjal
Nefropati
Gagal Pembuluh
Mobilisasi
cairan Osmotik
Darah
ginjalJantung
Aterosklerosis
Lemak
IMA diuresis
Hiperglikemia
Makrovaskuler
diabetik glukosaMetabolisme Lemak abnormal Poliuria
Polidipsi Serebral
Strokeelektrolit Aliran darah
Antibiotik
Ekstremitas
tidak seimbang
urin Urin perifer  Mengantuk
Hiperventilasi
Ketogenesis
Ketonemia
PH
Metabolik
BB + /polifagia muntah

sulit Anoreksia
kebutuhan
sembuh
Gangren
Kulit
Glikosuria BUN Astenia energi <
E. Manifestasi Klinik
1. Hiperglikemia sedang
Pada hiperglikemia akut belum terlihat tanda dan gejala yang bermakna, namun
seseorang yang memiliki hiperglikemia akut biasanya mengalami osmotik
dieresis. Keadaan ini biasanya terjadi karena kontrol gula darah yang rendah.
2. Hiperglikemia berat
Pada hiperglikemia kronis, biasanya seseorang sudah memiliki tanda gejala yang
bermakna diantaranya:
 Polyphagia (Peningkatan frekuensi makan karena sering lapar)
 Polydipsia (Peningkatan frekuensi minum karena sering haus)
 Polyuria (Peigkatan urinary)
 Blurred vision (penglihatan kabur)
 Fatigue (sleepiness) (Kelelahan)
 Weight loss (Kehilangan berat badan tanpa alasan)
 Poor wound healing (Proses penyembuhan luka lama)
 Dry mouth (Mulut kering)
 Dry or itchy skin (Kulit kering atau gatal)
 Tingling in feet or heels (Kesemutan pada ekstremitas)
 Erectile dysfunction (Disfungsi ereksi)
 Recurrent infections, external ear infections (swimmer's ear) (Rentan
terjhadap infeksi)
 Cardiac arrhythmia (Peningkatan irama jantung)
 Stupor (Kejang)
 Coma (Koma)
 Seizures (Pingsan)
(Jauch Chara K, et al,. 2007).

F. Komplikasi
Hiperglikemia akan menjadi masalah yang serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Ketoasidosis merupakan salah satu komplikasi dari hiperglikemia jangka panjang
dimana tanda gejalanya antara lain: nafas pendek, nafas bau buah, mual muntah dan
mulut kering. Selain ketoasidosis, hiperglikemia juga dapat meningkatkan komplikasi
pada gagal jantung dan ginjal. Jika hiperglikemia terjadi lama hal ini dapat

6
menyebabkan penurunan aliran darah terutama pada kaki dan terjadi kerusakan saraf,
sehingga kaki mudah mendapat luka dan sulit sembuh (Gangren).

G. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas GDS > 200 mg% (Plasma vena).
Bila GDS 100-200 mg% → perlu pemeriksaan test toleransi glukosa oral.
Kriteria baru penentuan diagnostik DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl.
Pemeriksaan lain yang perlu diperhatikan pada pasien hiperglikemi adalah :

Glukosa darah : Meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih


Aseton plasma : Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller)
selanjutnya akan menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA
yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/ penurunan
fungsi ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis
akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan

7
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya
( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.
Ultrasonografi

H. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropati.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia :
1. Diet
Komposisi makanan :
 Karbohidrat = 60 % – 70 %
 Protein = 10 % – 15 %
 Lemak = 20 % – 25 %
Jumlah kalori perhari
 Antara 1100 -2300 kkal
 Kebutuhan kalori basal :Laki-laki : 30 kkal / kg BB, Perempuan : 25 kkal / kg
BB
 Penilaian status gizi :
Kurus : BBR 110 %
Obesitas bila BBRR > 110 %
Obesitas ringan 120% – 130 %,Obesitas sedang 130% – 140%, Obesitas berat
140% – 200%, Obesitas morbit > 200 %
 Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa
adalah :
Kurus : BB x 40 – 60 kalori/hari
Normal (ideal) : BB x 30 kalori/hari
Gemuk : BB x 20 kalori/hari
Obesitas : BB x 10 – 15 kalori/hari
Berat badan ideal = (TB – 100 cm) – 10%
2. Latihan jasmani
Manfaat latihan jasmani :
8
 Menurunkan kadar glukosa darah (mengurangi resistensi insulin, meningkatkan
sensitivitas insulin)
 Menurunkan berat badan
 Mencegah kegemukan
 Mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lipid
darah, peningkatan tekanan darah, hiperkoagulasi darah

Prinsip : Continuous, Rhytmic, Interval, Progressive, Endurance (CRIPE)


 Continuous : berkesinambungan, terus-menerus tanpa henti, misal 30 menit
jogging tanpa henti
 Rhytmic : berirama yaitu kontraksi dan relaksasi secara teratur (jalan kaki,
jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung. Main golf, tenis, atau
badminton tidak memenuhi syarat karena banyak berhenti)
Interval : selang-seling antara gerak cepat dan lambat (jalan cepat diselingi jalan
lambat, jogging diselingi jalan)
 Progressive : bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan sampai sedang
hingga mencapai 30-60 menit
 Sasaran Heart Rate : 75-85 % dari maksimum Heart Rate
Maksimum Heart Rate : 220-umur
 Endurance : latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi,
seperti jalan (jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging, berenang, dan bersepeda.
3. Penyuluhan
Dilakukan pada kelompok resiko tinggi :
 Umur diatas 45 tahun
 Kegemukan lebih dari 120 % BB idaman atau IMT > 27 kg/m
 Hipertensi > 140 / 90 mmHg
 Riwayat keluarga DM
 Dislipidemia
 HDL 250 mg/dl
 Parah TGT atau GPPT ( TGT : > 140 mg/dl – 2200 mg/dl)
 glukosa plasma puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl)

4. Obat berkaitan Hiperglikemia


 Obat hiperglikemi oral
 Insulin

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda
asing yang menghalangi jalan nafas

9
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot
bantu pernafasan
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
d. Disability : Lemah,letih,sulit bergerak,gangguan istirahat tidur.

Pengkajian Sekunder
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istrahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas, letargi
/disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak
ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan
kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan
gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesi, gangguan penglihatan

10
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam menurun
(koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul


a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.

3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas.
Kriteria Hasil :
1. Pola nafas pasien kembali teratur.
2. Respirasi rate pasien kembali normal.
3. Pasien mudah untuk bernafas.
Intervensi:
1) Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2) Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3) Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4) Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5) Kolaborasi dalam pemberian therapi medis

11
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
Kriteria Hasil :
1. TTV dalam batas normal
2. Turgor kulit dan capillary refill baik
3. Keseimbangan urin output
4. Kadar elektrolit normal
5. GDS normal

Intervensi :
1) Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2) Observasi kepatenan atau kelancaran infuse
3) Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk
setiap jam
4) Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
Pemberian therapi insulin

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin,penurunan masukan oral,status hipermetabolisme.
Kriteria hasil ;
BB yang optimal
Intervensi:
1) Pantau berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2) Tentukan program diet dan pola makan dan bandingkan makanan yang di
habiskan
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen,muntahan makanan yang
belum di cerna.
4) Berikan makanan yang mengandung nutrient kemudian upayakan pemberian
yang lebih padat yang dapat di toleransi
5) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan sesuai indikasi

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen
(mandiri) dan kolaborasi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta
apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.

12
J. Relaksasi Autogenik
Autogenik memiliki makna pengaturan sendiri. autogenik merupakan salah satu
contoh dari teknik relaksasi yang berdasarkan konsentrasi pasif dengan menggunakan
persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti
diri sendiri (Kanji, et al, 2006; Saunders, 2007).
Pada relaksasi autogenik pasien tidak lagi bergantung kepada terapisnya tetapi
melalui tehnik sugerti diri (Auto suggestive), seseorang dapat melakukan sendiri
perubahan dalam dirinya sendiri, juga dapat mengatur pemunculan emosinya (Saunders,
2007). Widyastuti (2004) menambahkan bahwa relaksasi autogenik membantu individu
untuk dapat mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi
jantung dan aliran darah.

Tujuan Relaksasi Autogenik :


Untuk memberikan perasaan nyaman, mengurangi stres ringan, memberikan
ketenangan dan mengurangi ketegangan (National Safety Counsil, 2004)

Hal-Hal Yang Diperhatikan Dalam Melakukan Relaksasi Autogenik


1. Tidak dianjurkan untuk anak dibawah 5 tahun
2. Tidak dianjurkan untuk individu yang kurang motivasi atau individu yang memiliki
masalah mental dan emosional yang berat Individu dengan masalah serius DM atau
masalah jantung harus dibawah pengawasan dokter atau perawat ketika
melakukannya.
3. Beberapa peserta latihan mengalami kenaikan tekanan darah dan sebahagian
mengalami penurunan tekanan darah yang tajam. Jika merasa cemas atau gelisah
selama atau sesudah latihan, atau mengalami efek samping tidak bisa diam, maka
latihan harus dihentikan. (Saunders, 2002)

Langkah-Langkah Relaksasi Autogenik :


1. Persiapan klien
Menurut Saunders (2007) ada tiga posisi dasar dalam melakukan relaksasi
autogenik yaitu duduk di kursi, menyandar di atas kursi, atau berbaring di lantai.
Pada posisi berbaring prinsipnya sama dengan dengan yang dikemukakan dalam
National Safety Council (2004) memungkinkan gravitasi untuk mendukung .
Posisi tidur merupakan posisi tubuh terbaik melakukan relaksasi autogenik :
a. Sebaiknya dengan berbaring dilantai berkarpet atau tempat tidur
b. Kedua tangan disamping tubuh dan telapak tangan menghadap ke atas dan
13
c. tungkai lurus sehingga tumit di permukaan lantai
d. Bantal tipis diletakkan dibawah kepala atau lutut menyangga dan punggung
lurus.
2. Konsentrasi dan kewaspadaan
a. Ketika pertama kali melakukan latihan ini yang akan dirasakan adalah bahwa
pikiran menerawang ke hal-hal yang tampaknya lebih penting
b. Konsentrasi dalam latihan ini adalah hanya disini dan untuk saat ini, terutama
dalam keadaan tubuh saat itu.
c. Jika pada awalnya menemukan pikiran lain yang berusaha mengalihkan pikiran
tersebut, kemudian fokuskan kembali pikiran pada kewaspadaan tersebut.
(National Safety Counsil, 2004)
3. Fase Relaksai Autogenik
Latihan ini diawali dengan menarik nafas dalam dengan cara:
a. Memejamkan mata dan bernafas dengan pelan (menarik nafas melalui hidung
dan keluarkam melalui mulut)
b. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menhitung dalam hati dan
lambat setiap inhalasi (“hirup, dua, tia”) dan ekshalasi (“hembuskan, dua, tiga”)
c. Pada saat perawat mengajarkan tehnik ini, akan sangat membantu bila
meghitung dengan keras bersama klien pada awalnya.
d. Ulangi prosedur 3-5 kali (Saunders, 2006).

Fase Fokus Kalimat sugesti


1 Sensasi berat melalui a. Lengan dan tangan kananku terasa berat
tangan dan kaki dimulai dari 1x
b. Lengan dan tangan kiriku terasa berat 1x
tangan dan kaki yang dominan
c. Kaki dan tungkai kananku terasa berat 1x
d. Kaki dan tungkai kiriku terasa berat 1x
e. Lengan dan tungkaiku terasa berat 1x
2 Sensai Hangat melalui tangan dan a. Lengan dan tangan kananku terasa
kaki dimulai dari tangan dan kaki hangat 1x
b. Lengan dan tangan kiriku terasa terasa
yang dominan
hangat 1 x
c. Kaki dan tungkai kananku terasa hangat
1x
d. Kaki dan tungkai kiriku terasa hangat 1x
e. Lengan dan tungkai terasa hangat 1x
3 Sensai rileks pada pernafasan a. Nafasku pelan dan rileks 5x
b. Nafasku tenang dan nyaman 5x
4 Sensasi hangat pada abdomen a. Perutku terasa tenang dan rileks 5x
5 Sensasi dingin pada kepala a. Kepalaku terasa dingin 5x
b. Keseluruhan tubuhku tenang dan rileks

14
Hubungan relaksasi autogenik dengan respon tubuh
a. Mempengaruhi fungsi pulau-pulau langerhans sehingga dapat mengalirkan hormon-
hormonya dengan baik ke seluruh tubuh dan diduga latihan ini akan menurunkan
kabutuhan mereka akan terapi
b. Relaksasi autogenik memberikan hasil setelah dilakukan sebanyak tiga kali latihan,
setiap kali latihan dilakukan selama 15 menit
c. Membantu keseimbangan untuk memperbaiki keseimbangan antara organ tubuh dan
sirkulasi tubuh
d. Menstimulasi pankreas dan hati untuk dapat menjaga gula darah dalam batas normal
e. Menstimulasi sistem syaraf parasimpatis yang membuat otak memerintahkan
pengaturan rennin angiotensin pada ginjal sehingga membantu menjaga tekanan
darah dalam batas normal
f. Menjaga organ-organ yang terluka, artinya dengan relaksasi autogenik yang teratur
maka akan menjaga pasien dari situasisituasi yang cepat berubah sehingga stressor
terkurangi dan relaksasi terjadi.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEGAWATDARURATAN
PADA NY.M DENGAN HIPERGLIKEMIA
DI RUANG IGD RSU MAYJED HM RYACUDU KOTABUMI

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny.M
Usia : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Sumber Biaya : BPJS Kesehatan
Tanggal Masuk : 3 Januari 2020
No Register : 24.66.02
Diagnosa Medis : Hiperglikemia

15
B. Sumber Informasi
Nama : Tn.S
Umur : 55 Tahun
Hubungan dengan Klien: Suami

C. Keluhan Masuk Rumah Sakit


 Keluhan Utama : Lemas
Klien mengatakan lemas sudah sejak 2 hari yang lalu. Lemas terasa sekali apabila
klien melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya. Lemas berkurang apabila
beristirahat atau tidur. Sejak kemarin klien merasa lemas sekali lemas tidak hilang
walaupun klien seudah beristirahat. Klien mengatakan keluar keringat dingin yang
berlebih, pusing dan disertai dengan mual dan muntah ± 5 kali
dalam sehari. Lemas terasa sekali pada anggota gerak atas dan bawah. Klien juga
mengeluh haus sekali dan sering BAK ± 15 kali / hari.

D. Pengkajian Primer
● AIRWAY : Jalan nafas bersih, tidak ada stridor, gargling, tidak ada
penumpukan secret, klien tidak batuk.

● BREATHIN G : Klein mengeluh sesak nafas, Klien mengatakan dadanya terasa


berat bila menarik nafas, nafas dalam dan dangkal, Respirasi : 28 x/menit.

● CIRCULATION : Akral Dingin, CRT≤3 detik,Nadi 90 x/menit,Tekanan darah


100/60 mmHg, denyut lemah dan cepat. Tidak terdapat Oedema pada Ekstemitas bawah
dan wajah.

● DISABILITY : Kesadaran Komposmentis, GCS 15, Pupil isokor,Voice respon


terhadap suara baik, Pain respon terhadap nyeri Baik.

● EKSPOSURE : Tidak ada jas atau luka di seluruh tubuh.

E. Pengkajian Sekunder
● Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dating ke IGD dengan keluhan Lemas sejak 2 hari yang lalu, badannya terasa
lemas apabila klien melakukan pekerjaan seperti biasanya. Lemas berkurang apabila
klien beristirahat atau tidur. Sejak kemarin Klien merasa lemas sekali lemas tidak hilang
walaupun sudah beristirahat, Klein tampak mengeluarkan keringat dingin yang berlebih,
mengeluh pusing, mual , muntah ± 5 x /hari, Nyeri tekan Epigartrium skala 4 ( 0-10),
Klien merasa haus sekali dan mengatakan sering BAK ±15 x/hari TD
100/60mmHg,Pols 90x/menit, RR 28x/menit, pola nafas kussmaul, Temperatur 36° C.

16
Telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap, GDS,AGD, Terpasang IVFD Nacl Guyur 1
Kolf, Oksigen 2 Liter/ menit, CRT≤3 detik, kekuatan otot 4444 4444
4444 4444

● Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Klien belum pernah dirawat dengan penyalit seperti sekarang. Klien hanya berobat jalan
di Puskesmas terdekat. Klien sudah mempunyai riwayat penyakit Diabeters Melitus ± 5
tahun yang lalu tetapi tidak terkontrol dan tidak rutin minum obat.

● Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah klien mempunyai Riwayat penyakit DM.

● Anamnesa Singkat
 Allergies
Klien Mengatakan tidak pernah alergi terhadap makanan, minuman dan obat-
obatan.
 Medikasi
Klien Biasa minum obat Diabetes Melitus tetapi tidak rutin.
 Pertinent Medikal Hystori
Klien sudah± 5 Tahun menderita Diabetes Melitus tetapi tidak rajin control.
 Last Meal
Sudah sejak pagi klien tidak mau makan dikarenakan mual , muntah dan nyeri
tekan Epigastrium. Klien tadi pagi mengeluh pusing klien minum paracetamol
500mg ( oral ).
 Events
Klien mengatakan lemas ± 2 hari yang lalu setelah selesai melakukan pekerjaan
rumah.

F. Pemeriksaan Head To Toe


 Kepala
Mesocepal, wajah simetris Antara kanan dan kiri, rambut berwarna hitam, tidak
mudah rontok.
 Mata
Konjuctiva berwarna merah muda,pupil isokor, reaksi pipil terhadap cahaya baik,
klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
 Telinga
Telinga kanan dan kiri simetris, tidak ada serumen, kemampuan mendengar baik.

 Mulut
Bibir simetris, mukosa mulut kering, bau mulur berbau aseton, lidah kotor.
 Leher
Tidak ada pembengkatan kelenjat Tiroid, dan pembengkakan vena jugularis, tidak
ada cidera servikal.
 Dada
17
- Inspeksi
Tidak ada Trauma tumpul/ tajam, dinding dada simetris, RR 28x/menit, Pols 90 x/
menit. Pernafasan kussmaull
- Palpasi
Tidak ada nyeri tekan , tidak ada krepitasi.
- Perkusi
Bunyi jantung sonor
- Auskultasi
Tidak ada suara nafas tambahan
 Abdomen
Tidak ada trauma abdomen, Adanya Nyeri tekan Epigastrium skala 4 (0-10).
 Ekstremitas / Muskuloskletal
Klien mengatakan lemas pada bagian anggota gerak atas dan bawah. Bisa bergerak
melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang. Tidak ada
oedema,nyeri maupun fraktur pada anggota gerak atas dan bawah.
 Kulit
Turgor kurang, mukosa kulit kering, Akral dingin, keluar keringat dingin berlebih.

G. Pola Kebiasaan
1. Pola Nutrisi
Klien mengatakan asupan makanan berkurang karena setiap makan terasa mual dan
muntah ± 5 x / hari atau setelah makan ( ± 500 cc /hari ) , selama di igd klien muntah 1
kali ±100 cc, klien hanya menghabiskan 3-4 sendok makanan saja dengan frekuensi 3
x / hari, BB 60 kg.

2. Pola Cairan
Klien mengatakan haus sekali dan sering minum , klien minum sehari ( ± 2000 cc).
Selama 6 jam di igd klien minum 3 gls ( ±600 cc ). Klien mendapatkan terapi IVFD
Nacl guyur 1 Kolf (500 ml ) selanjutnya nacl 20 tetes / menit

3. Pola Eliminasi
a. BAK
Klien mengatakan di rumah klien sering BAK ± 12 x /Hari ( ± 2000 cc ) . Saat di IGD
terpasang dower cateter dengan jumlah 700 cc ( selama 6 jam ).
Tidak ada keluhan selama BAK, Urine jernih dan berbau khas.
Total cairan masuk : Total cairan keluar :
Infus : 500 cc Urine : 2000 cc + 700 cc =
Minum : ± 2000 + 600 cc/ jam 2700cc/24 jam
AM : 5cc x 60 kg =300 IWL : 15 cc x 60kg / 24 = 37,5
Total : 3400 Muntah : ± 600 cc / 24 jam
18
Total : 3337
Maka saldo cairan Ny.M dalam 1 jam yaitu :
Cairan masuk – cairan keluar = 3400-3337 = 63 cc
b. BAB
Selama di IGD klien tidak BAB.

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3 Januari 2020

NO PARAMETER RESULT UNIT REF RANGGE


1. WBC 4.22 X 10ˆ 3 /ul 4.00 – 10.00
2. RBC 4.82 X 10ˆ 6/ul 3.50 – 5.00
3. HGB 13,9 g/dl 11.0 - 15.0
4. PLT 179 X 10ˆ3/ul 150 - 450
5. GDS 496 mg/dl 100 – 200 mg/dl
6. AGD * PH 6,4 * 7,38-7,42
PCO2 30 mmHg * 38-42 mmHg
HCO3 15 mt/dl * 22-28 mt/dl

I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


a. Medis
- IVFD Nacl guyur 1 kolf selanjutnya 20 tetes/ menit
- Terapy injeksi :
1. Omeprazol 1 x 40 mg
2. Ondancentron 1 x 4 mg
- Terapy Oral
1. Metformin 3 x 500 mg
2. Glimepride 1 x 2 mg
- Terapy Oksigen : 2 liter / menit

b. Keperawatan.
- Monitor tanda-tanda vital
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor kadar gula darah
- Monitor intake output cairan
- Kalaborasi pemberian cairan untravena
- Kalaborasi pemberian oksigen.
- Pemberian terapi rileksasi autogenik

II. Analisa Data


NO DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1. Data Subjective: Ketidak stabilan Disfungsi
- Klien mengatakan
kadar glukosa Pankreas.
badannya terasa lemas
darah
terutama pada tangan dan
19
kaki.
- Klien mengatakan sering
minum dikarenakan haus
sekali tetapi mulutnya
terasa kering.
- Klien mengatakan sering
BAK ±15 x / hari
Data Objective :
- Klien Tampak Lemas.
Klien bisa menggerakan
anggota gerak melawan
tahanan perawat tetapi
kekuatannya berkurang.
kekuatan otot 4444 4444
4444 4444
- GDS : 496 mg/dl
2. Data Subjective : Pola nafas tidak Asidosis
- Klien mengeluh sesak
efektif Metabolik
nafas

Data Objective :
- Respirasi 28 x/ menit
- Pola nafas kussmaul
*AGD :
- PH menurun 6,4
- PCO2 30 mmHg
- HCO3 15 mg/dl.
3. Data Subjektif : Defisit volume Diuresis
- Klien Mengatakan haus
cairan Osmotik
sekali dan sering minum
( ±2000 cc )
- Klien mengatakan sering
BAK ±12 x / hari (±2000
cc )
- Klien mengatakan keluar
keringat dingin yang
berlebih.

Data Objective:

20
- Turgor kurang
- Mukosa Mulut Kering
- Klien sering minum
selama di IGD ± 3 gelas (
600 cc )
- Terpasang IVFD Nacl
guyur 1 kolf (500 cc).
- Terpasang cateter dower
± 700cc selam 6 jam di
IGD
- Nadi 90 x/mnt.
- Akral dingin
- Keringat berlebih
4. Data Subjective : Nausea Gangguan
- Klien Mengatakan Mual
Pankreas
- Klien mengatakan
muntah selama ± 6 kali
600 cc
- Klien mengatakan nyeri
uluhati skala nyeri 4 ( 0-
10 )
- Klien mengatakan Pusing
dan keluar keringat
dingin .

Data Objectif;
- Klien tampak mual
- Klien muntah
- Akral dingin
- Tampak keluar keringat
berlebihan
- Adanya Nyeri Tekan
Epigastrium Skala 4 (0-
10)
- TD 100/60mmHg

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan Asidosis Metabolik
2. Defisit Volume cairan berhubungan dengan Dieuresis Metabolik
3. Ketidakstabilan Gula darah berhubungan dengan Disfungsi Pankreas
4. Nausea berhubungan dengan Gangguan Pankreas.
21
IV. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi.
1. Monitor
efektif Askep di igd ± 6 jam
Frekuensi,irama,kedalaman
berhubungan pola nafas klien
dan upaya nafas.
dengan Asidosis kembali normal
2. Monitor pola nafas.
metabolik ditandai dengan 3. Auskultasi bunyi nafas
4. Monitor saturasi oksigen
kriteri hasil:
5. Monitor nilai AGD
- Klien mengatakan
6. Kalaborasi pemberian
tidak sesak lagi
oksigen.
- RR 20x/menit. 7. Pemberian terapi rileksasi
- SPO2 : 98 %
autogenik
2. Defisit volume Setelah dilakukan 1. Pantau tanda –tanda vital .
2. Kaji nadi perifer, pengisisan
cairan Askep di IGD ± 6
kapiler, turgor kulit dan
berhubungan jam Kebutuhan cairan
membrane mukosa.
dengan diuresis atau hidrasi pasien
3. Pantau pemasukan dan
metabolik terpenuhi ditandai
pengeluaran.
dengan kriteria hasil : 4. Pertahankan untuk
Klien menunjukkan memberikan cairan paling
hidrasi yang adekuat sedikit 2500 ml/hari dalam
dibuktikan dengan batas yang dapat ditoleransi
tanda-tanda vital jantung.
5. Catat adanya hal-hal seperti
stabil
TD : 120/80 mmHg, mual, muntah dan distensi
Nadi : 80 kali/menit lambung.
RR : 20 kali/meit 6. Observasi adanya kelelahan
T : 36,5oC,
yang meningkat, edema,
turgor kulit dan
peningkatan BB, nadi tidak
pengisian kapiler
teratur.
baik,haluran urin
7. Kalaborasi pemberian
tepat secara individu
cairan intaravena.
dan kadar elektrolit
dalam batas normal.
3. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Manajemen Hiperglikemia.

22
kadar gula darah Askep di IGD ± 6 1. Identifikasi kemungkinan
berhubungan jam kadar gula darah penyebab hiperglikemia.
2. Monitor kadar gula darah.
dengan Disfungsi klien stabil,
3. Monitor tanda-tanda gejala
Pankreas. hiperglikemia bisa
hiperglikemia.
teratasi ditandai 4. Monitor intake dan out put
dengan : cairan
1. Klien mengatakan 5. Kalaborasi pemberian
sudah tidak lemas cairan intravena.
6. Kalaborasi pemberian obat
lagi dapat
diabetic untuk menurunkan
mengerakan
GDS.
anggota gerak atas
dan bawah dan
dapat menahan
tekanan dari
perawat.
2. GDS dalam Batas
Normal 100-200
mg/dl

4. Nausea Setelah dilakukan 1. Identifikasi factor penyebab


Berhubungan Askep di IGD ± 6 mual dan muntah
2. Identifikasi dampak mual
dengan Gangguan jam, Nausea teratasi
dan muntah terhadap nafsu
Pankreas. ditandai dengan:
1. Klien mengatakan makan.
3. Anjurkan memperbanyak
tidak mual muntah
Istirahat.
lagi
4. Kalaborasi pemberian anti
2. Nyeri tekan
emetic.
epigastrium
berkurang.

V. IMPLEMENTASI
NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. 3 /1/2020 Pemantauan Respirasi. S:
13.00 1. Memonitor - Klien mengatakan masih sesak.
O:
WIB Frekuensi,irama,kedalaman
- RR 28 x/menit
dan upaya nafas. - SPO2 : 85 %
2. Memonitor pola nafas.
23
3. Mengauskultasi bunyi - Pernafasan kussmaul
nafas - Terpasang O2 2liter/menit.
4. Memonitor saturasi oksigen - AGD : PCO2 30 mmHg
5. Memonitor nilai AGD HCO3 15mg/dl
6. Kalaborasi pemberian A: Masalah belum teratasi.
oksigen 2 liter/ menit P : Lanjutkan intervensi.
7. Memonitor SPO2
8. Mengajarkan klien 1. Memonitor
melakukan rileksasi Frekuensi,irama,kedalaman

autogenik dan upaya nafas.


2. Memonitor pola nafas.
3. Mengauskultasi bunyi nafas
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Kalaborasi pemberian oksigen
2 liter/ menit
6. Memonitor SPO2
7. Mengajarkan klien melakukan
rileksasi autogenik

2. 3/1/2020 1. Memantau tanda –tanda S:


13.0 IB - Klien mengatakan haus sekali
vital .
2. Mengkaji nadi perifer, - Klien Mengatakan keluar

pengisisan kapiler, turgor keringat dingin banyak sekali


kulit dan membrane
O:
mukosa.
3. Memantau pemasukan dan - Turgor kurang.
- BB : 60 Kg
pengeluaran. - Terpasang Kateter Volume
4. Mempertahankan untuk
700cc
memberikan cairan paling - Klien tampak mengeluarkan
sedikit 2500 ml/hari dalam keringat berlebih.
batas yang dapat ditoleransi - Akral dingin.
- Membran mukosa mulut
jantung.
5. Mencatat adanya hal-hal kering.
seperti mual, muntah dan
distensi lambung. A: Masalah belum teratasi
6. Mengobservasi adanya
P : Lanjutkan Intervensi
kelelahan yang meningkat,
1. Memantau tanda –tanda vital .
edema, peningkatan BB, 2. Mengkaji nadi perifer,
nadi tidak teratur. pengisisan kapiler, turgor kulit
7. Kalaborasi pemberian
dan membrane mukosa.
24
cairan intaravena. 3. Memantau pemasukan dan
- IVFD Nacl Guyur 1 kolf
pengeluaran.
3. 3/1/2020 Manajemen Hiperglikemia. S:
13.17 - Klien mengatakan lemas.
1. Identifikasi kemungkinan
- Klien mengatakan Pusing
penyebab hiperglikemia. - Klien mengatakan Haus sekali
2. Monitor kadar gula darah.
3. Monitor tanda-tanda gejala
hiperglikemia.
4. Monitor intake dan out put O :
cairan - GDS : 496 mg/dl
5. Kalaborasi pemberian - Setelah 2 jam GDS : 362 mg/dl
cairan intravena. - Klienbisa bergerak melawan
6. Kalaborasi pemberian obat tahanan perawat tetapi
diabetic untuk menurunkan kekuatannya berkurang.
GDS. - TD; 100/60mmHg
- Nadi 90 x/Menit
- RR 28 x/ menit
- Temp 36° C
A : Masalah Sedang diatasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kadar gula darah.

4. 3/1/2020 1. Mengidentifikasi factor S:


13.20 IB - Klien mengatakan mual
penyebab mual dan muntah
- Klien mengatan muntah ±1 kali
2. Mengidentifikasi dampak
selama di IGD
mual dan muntah terhadap
- Klien mengatakan pusing
nafsu makan. - Klien mengatakan keluar
3. Menganjurkan
keringat dingin.
memperbanyak Istirahat.
4. Kalaborasi pemberian anti O:
- Klien muntah ± 100 cc
emetic.
- Akral dingin
- Ondasentron 4 mg
- GDS 496 mg/dl
- Omeprazole 40 mg
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan Intervensi

25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian diatas dapat ditarik kesimpulan , hiperglikemia berasal dari
bahasa yunani diantaranya, hyper yang artinya lebih, glyc artinya manis dan emia yang
berarti darah, jadi hiperglikemia merupakan keadaan dimana jumlah glukosa dalam
darah melebihi batas normal (> 200 mg/dl atau 11,1 mmol/L) (Reference ranges for
blood tests). Maka dari itu setelah dilakukan pengkajian diagnosa keperawatan yang
diangkat yaitu :
1. Pola Nafas Tidak Efektif Berhubungan dengan Asidosis Metabolik
2. Defisit Volume cairan berhubungan dengan Dieuresis Metabolik
3. Ketidakstabilan Gula darah berhubungan dengan Disfungsi Pankreas
4. Nausea berhubungan dengan Gangguan Pankreas.

B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga
terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah kompleksitas
masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap masalah
yang timbul akibat hiperglikemi.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa saat
melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik
pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem endokrin dan berorientasi
pada masalah atau keluhan klien khususnya klien dengan hiperglikemi mengingat
kondisi klien yang cukup kompleks.

26
DAFTAR PUSTAKA

Armaididarmawan blogspot.com/2010. diakses 13 April 2011


Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : media
aesculopius
Misnadirly. 2001. Permasalahan Kaki Diabetes Dan Upaya Penanggulangannya.
Diakses april 2011. http//www.tempo.co.id
Octa. 2005. Diabetes Mellitus Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Serius. Diakses
tanggal 11 April 2011.http://www.depkes.go.id
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G, Bare. 2001. Keperawatan Medical-Bedah Brunner &
Suddarth, Vol 2. Jakarta : EGC
Sustrani Lanny Dkk. 2004. Diabetes. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Timby, Barbara K & Nancy E, Smith. 2006. Introductory Medical-Surgical Nursing
9thEdition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Wilkinson, Judith M. 2005. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions And
NOC Outcomes. New jersey : pearson prentice hall

27

Anda mungkin juga menyukai