Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan (Hardisman,2014)

1) Penanganan pertama pada keracunan makanan


a) Kurangi kadar racun yang masih ada di dalam lambung dengan memberi korban
minum air putih atau susu sesegera mungkin
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban untuk muntah
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah dengan
kepala menunduk lebih rendah dari badanya agar tidak tersedak
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut korban bila ia
dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha memuntahkannya jika tidak tahu racun
yang di telan
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan seperti anti
karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah, tiner, serta pembersih
toilet.
2) Penanganan di rumah sakit
a) Tindakan emergency
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breating : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernafasan tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keadaan penderita gawat darurat dan perbaiki
perfusi jaringan
b) Resusitasi
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernafasan dan nadi.
Infus dextrose 5% kec. 15-20 tts/menit, nafas buatan, oksigen, hisap lendir dalam
saluran pernafasan, hindari obat-obatan depresan saluran nafas, jika perlu
respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke
mulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mulut penolong.
Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup fase mask atau menggunakan
alat bag – valve – mask.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemberian sirup ipecac 15-30 ml. dapat diulang setelah 20 menit bila
tidak berhasil. Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksan bila diduga
racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage,
pada penderita yang kesadaranya menurun, atau pada penderita yang tidak
kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah
keracunan. Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis, kataris dan kumbah lambung sebaliknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4-6 jam pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.
4) Antidotum (penawar racun)
Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat efek akumulasi akhir pada
tempat penumpukan.
a. Mula-mula berikan bolus IV 1-2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5-1 mg setiap 5-10-15 menit sampai timbul gejala-
gejala atropinisasi (muka merah,mulut kering, takikardi, midriasis,febris,
dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15-30-60 menit selanjutnya setiap
2-4-6-8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.

Patofisiologi

Keracunan dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya faktor bahan kimia, mikroba,
makanan, toksin, dll. Penyebab tersebut mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi
penurunan organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah,
diare, perut kembung, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati
(sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).

Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai dilambung, lalu
lambung akan mengadakan perlawanan sebadai adaptasi pertahanan diri terhadap bebda atau zat
asing yang masuk kedalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang
zat tersebut dengan cara memuntahkanya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan
mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan
keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat
dingin yang akan merangsang kelenjar hipopsis anterior untuk mempertahankan homeostatis
tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat
tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.

Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan
tingkat kesadaran dan depresi pernafasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu,
sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dam pembuluh darah perifer, dan sebagian
lagi karena depredi pusat kardiovaskuler di otak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila
berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi
mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya
depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,
asidemia, dan hipoksia (Brunner and Suddarth,2010).

Manifestasi klinis ( Suarjana,2011)

- Mual
- Muntah-muntah
- Diare
- Hipertermi/hipotermi
- Sering BAB, kadang bercampur darah, nanah atau lendir
- Rasa lemas dan menggigil
- Dehidrasi
- Kram perut
- Kejang
- Mulut kering

Anda mungkin juga menyukai