Disusun oleh :
Nama : Tuti Heryanti
NIM : E.01.05.19.047
Prodi : D.III Keperawatan/IV
2. Etiologi
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh keadaan air kemih yang jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu, atau akibat air kemih mengalami kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal (Sudoyo, 2014). Ukuran dari batu saluran
kemih bervariasi, mulai dari yang kecil dan bersifat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai dengan yang sebesar 2,5 atau bahkan lebih, batu yang ukurannya besar
disebut kalkulus staghorn (Nova, 2013)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran
kemih, yaitu: (Nurlina, 2008)
A. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, yang
termasuk faktor intrinsik adalah :
1) Umur
Batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa antara 15-59
tahun dengan persentase sebesar 72,4% (Turney, 2012). Rerata umur 42,20 tahun
(pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun) (Muslim, 2004; Turney, 2012).
Umur terbanyak dari penderita batu saluran kemih di negara-negara barat yaitu 20-
50 tahun (Paul, 2013) dan di Indonesia antara 30-59 tahun (Muslim, 2007).
kemungkinan keaadaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan antara faktor
sosial ekonomi, budaya dan diet (Muslim, 2007).
2) Jenis kelamin
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak jika dibandingkan
dengan wanita (Alan, 2011; Romero, 2010). Hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki (Herman, 1995; Muslim, 2004)
3) Keturunan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah
keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat suatu
gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3 dalam air
kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan, 2011). Beberapa
penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran kemih, yaitu:
(Scheiman & Steven, 2001)
a. Dent’s disease merupakan penyakit keturunan yang dakibatkan terjadinya
peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus
meningkat. Akibatnya terjadi hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium
oksalat dan gagal ginjal
b. Barter Syndrome merupakan penyakit keturunan dengan gejala poliuria,
hiperkalsiuria, dan nefrokalsinosis.
B. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar individu,
yang termasuk faktor ekstrinsik yaitu:
1) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan merupakan suatu keadaan peningkatan lemak tubuh di jaringan
adiposa, yang dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran antropometri
seperti IMT dan distribusi lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak bawah
kulit. Berdasarkan data WHO, dikatakan obese jika IMT ≥ 30 kg/m2 (Nurlina,
2008). Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang bersifat idiopatik,
ditemukan terkena kegemukan sebesar 59,2% laki-laki yang mengalami kenaikan
sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 21 tahun memiliki RR sebesar 1,39,
sedangkan pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 15,9 kg dari
berat badan pada umur 18 tahun memiliki RR sebesar 1,7. Hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan pH air kemih, kadar asam urat, dan peningkatan oksalat dan
kalsium pada orang yang gemuk (Rivers, 2012).
2) Geogravi
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti temperature,
kebiasaan makan, dan kelembapan yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi faktor predisposisi batu saluran kemih. Seseorang yang tempat tinggal di
daerah pegunungan, bukit, atau daerah tropis memiliki prevalensi batu saluran
kemih yang tinggi (Nurlina, 2008).
3) Faktor iklim dan cuaca
Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan konsentrasi air kemih akan
meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air kemih adalah meningkatnya
pembentukan kristal air kemih (Nurlina, 2008)
4) Jumlah air yang diminum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak konsumsi air akan meminimalisir
kemungkinan terbentuknya batu, dan jika kurang konsumsi air dapat menyebabkan
kadar dari semua substansi dalam urine meningkat (Sudarth, 2003; Nurlina, 2008) .
5) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan resiko
terbentuknya batu saluran kemih. Kadar protein yang tinggi (terutama protein
hewani) dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat
dalam darah akan naik (Parivar, 2003)
6) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya (Alan, 2011).
7) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan statis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit
(Alan, 2011).
3. Tanda dan Gejala
1) Batu Ginjal
a. Sering kali asimtomatik
b. Nyeri panggul hebat dan tumpul
c. Hhematuria miskroskopik
d. Manisfestasi ISK
2) Batu Ureter
a. Kolik ginjal
b. Nyeri panggul akut dan hebat pada bagian yang terserang
c. Seringkali menyebar ke bagian suprapubik, lipat paha dan genetal ekstern a
d. Mual, muntah, pucat dan kult ingin serta lembap
3) Batu kandung kemih
a. Dapat asimtomatik
b. Nyeri uprapubik yang tumpul, kemungjinan terjadi saat olahraga atu berkemih
c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
d. Manifestasi ISK
4. Klasifikasi
Komposisi kimia yang terkandung di dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan sistin (Hesse, 2009).
1) Batu kalsium oksalat
Kalsium oksalat merupakan jenis batu yang paling banyak menyebabkan terjadinya
batu saluran kemih, yaitu sekitar 70-80 % dari seluruh kasus batu saluran kemih.
Laki-laki dua kali lebih sering terkena batu jenis ini dibandingkan 18 dengan wanita.
Angka kejadian tertinggi pada usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat dapat terjadi
akibat adanya proses multifaktor, kongenital, dan gangguan metabolik (Hesse, 2009).
Batu kalsium oksalat tediri dari 2 bentuk yang berbeda, yaitu : (Hesse, 2009)
a. Whewellite (kalsium oksalat monohidrat) merupakan jenis batu kalsium oksalat
yang berbentuk padat, warna coklat atau kehitaman dengan konsentrasi asam
oksalat yang tinggi pada air kemih.
b. Weddllite (kalsium oksalat dihidrat) merupakan kombinasi dari kalsium dan
magnesium, yang berwarna kuning dan mudah hancur jika dibandingkan dengan
whewellite.
Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Gangguan
metabolisme asam urat merupakan tanda dari pembentukan batu kalsium oksalat,
sehingga perlu diperhatikan apabila kadar asam urat >6,4 mg/100ml. Peningkatan
ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu oksalat, tinggiya
ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren (Hesse, 2009).
2) Batu asam urat
Lebih dari 5-10% penderita batu saluran kemih dengan komposisi asam urat.
Pasien biasanya berusia >60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Pada pasien yang memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol, diet tinggi protein, dan
kegemukan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk menderita batu asam urat, hal
ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah.
Sebanyak 2-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena tingginya asam
urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini merupakan jenis batu yang
dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi
kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat dapat ditemukan hasil
dengan kadar asam urat >380 µmol/dl (6,4 mg/100ml) dan pH air kemih ≤ 5,8
(Hesse, 2009).
3) Batu kalsium fosfat
Batu kalsium fosfat terdiri 2 jenis yang terbentuk berdasarkan suasana pH air
kemih (Bhargava, 2012). Karbonat apatite (dahlite) merupakan jenis batu kalsium
fosfat yang terbentuk pada pH 6,8, dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan sitrat
rendah. Jenis batu kalsium fosfat ini merupakan jenis batu yang terbentuk bersamaan
dengan kalsium oksalat atau struvit. (Pushpa, 2010; Bhargava, 2012)
Kalsium hidrogen fosfat (brushit) merupakan jenis batu kalsium fosfat yang terbetuk
pada pH 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi (Alan, 2011).
4) Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan oleh karena adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri yang
memproduksi urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Sekitar 46%
batu struvit terjadi pada wanita, sehingga dapat dikatakan bahwa wanita lebih sering
terkena batu struvit dibandingkan laki-laki (Pushpa 2010; Bhargava, 2012). Infeksi
saluran kemih terjadi akibat tingginya konsenstrasi ammonium dan pH air kemih >7.
Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit
dan kristalisasi karbonat apetite. Pada batu struvit, volume air yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Disamping
pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan
methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan (Pushpa 2010; Bhargava,
2012). Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, peningkatan kadar
amonium dan fosfat air kemih, serta infeksi pada saluran kemih (Hesse, 2009).
5) Batu cystine
Batu cystine terjadi pada saat kehamilan, yang disebabkan oleh adanya gangguan
ginjal yang menyebabkan reabsorpsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan ornithine
yang berkurang, dengan frekuensi kejadian sekitar 1-2%. Pembentukan batu terjadi
saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua (Pushpa 2010;
Bhargava, 2012).
Faktor utama penyebab batu cystine adalah keturunan dengan kromosom autosomal
resesif, yang menyebabkan terjadinya gangguan transport amino cystine, lysin,
arginin, dan ornithin. Sehingga batu cystine dalam hal penanganannya memerlukan
pengobatan seumur hidup. Selain itu diet, pengenceran air kemih yang rendah, serta
asupan protein hewani yang tinggi mungkin dapat menyebabkan pembentukan batu
(Pushpa 2010; Bhargava, 2012).
Analisis darah dan air kemih menunjukan cystine darah dalam batas normal
sedangkan cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Selain itu kalsium, oksalat, dan asam
urat meningkat. Perlu diketahui bahwa alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan
pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine dengan
tioptoron dan asam askorbat (Hesse, 2009; Pushpa 2010; Bhargava, 2012).
5. Patofisiologi
Tiga faktor penyebab urolitiasis : supersaturasi, nukleasi dan kurangnya zat
inhibitorik dalam urine.
Ketika konsentrasi garam tidak larut dalam urine sangat tinggi, yaitu saat urine dalam
keadaan super saturasi, kristal dapat terbentuk. Biasanya kristal ini pecah dan dibuang
karena ikatan yang mengikatnya lemah. Namun, neukleus kristal dapat membentuk ikatan
stabil untuk membentuk batu.Stimulus yang dibutuhkan untuk memulai kristalisasi dalam
urine supersaturasi mungkin rendah .
Konsumsi makanan tinggi garam atau makanan yang tidak larut penurunan asupan cairan
selama tidur, memungkinkan konsentrasi meningkat hingga ke tititk pemicu dan batu
terbentuk dan berkembang .
Ketika asupan cairan memadai tidak ada pembentukan batu . keasamaan atau kebasaan
urine dan ada atau tidak adanya senyawa menghamnat batu juga mempengaruhi litiasis.
Sebagian besar ( 70-89%) batu ginjal adalah batu kalsium , terdiri atas kalsium oksalat
dan / kalsium fosfat. Batu ini ummnya dikaitkan dengan konsentrasi kalsium yang tinggi
dalam darah dan urine. Batu asam urat terbentuk saat konsentrasi asam urat dakam urine
tinggi. Lebih sering terjadi pada pria dan dapat dikaitkan dengan gout. Faktor genetik
menyebabkan pembentukan batu asam urat dan batu kalsium . Batu struvit dikaitkan
dengan ISK yang disebabkan oleh bakteri penghail urea seperti proteus. Batu ini dapat
tumbuh menjadi sangat besar mengisi velpis ginjar dan kaliks. Batu struvit sering kali
disebut batu staghorn karena bentuknya . Batu sistin jarang terjadi dan disebabkkan oleh
Kelainan genetik.
8. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu
saluran kemih, yaitu : (American Urological Association).
1) Urinalisa
Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal berupa
warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar 4,6-6,8 (rata-rata 6,0),
jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar sistin dan batu asam urat,
sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan kadar magnesium, fosfat amonium,
atau batu kalsium fosfat. Pada pemeriksaan urine 24 jam kemungkinan dapat
ditemukan adanya kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin yang
meningkat. Pada pemeriksaan kultur urine dapat menunjukan adanya infeksi saluran
kencing.
2) Laboratorium
Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum dan kalsium urine)
3) Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga menunjukkan
adanya batu disekitaran saluran kemih.
4) Endoskopi Ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5) USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6) Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat juga
menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan sepanjang
ureter.
9. Pengkajian
1) Identitas
Seorang otomatis, faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
pementukan batu. Namun, angka kejadian urplgitiasis dilapan sering kali terjadi pada
laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup,
aktifitas dan geografis. (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pad lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan
perubahan.(Dinda,2011)
3) Pola Psikologis
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (Nyeri hebat)
pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak
terjadi kaena bukan merupakan penyakit menular.(Prabowo E, dan Pranata, 2014)
Resiko Infeksi
DS:
1. Mengeluh lelah
Pembedahan
DO:
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan
Minor
DS : Intoleransi Aktivitas
1. Dispneu saat/setelah
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
DO :
1. Tekanan darah berubah
>20 % dari kondisi
istirahat
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia saat
/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis
dengan penuh
- Jelaskan hal-hal
perhatian
yang membuat
- Gunakan
pendekatan pasien cemas
yang tenang
dan
meyakinkan
Edukasi Edukasi
- Jelaskan - Menjelaskan
dialami - Keluarga
pengobatan dan
prognosis
Kolaborasi
Kolaborasi
Kolaborasi dalam
- Kolaborasi
pemberian obat
pemberian obat
diperlukan agar
antiansietas,
mempercepat
jika perlu
proses intervensi
5. Defisit Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
Pengetahuan bd tindakan keperawatan Edukasi kesehatan Edukasi kesehatan
kurang terpapar maka tingkat
informasi dd pengetahuan membaik Observasi Observasi
merasa bingung , dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi 1) Untuk
tampak gelisah 1) Perilaku sesuai kesiapan dan mengetahui
anjuran kemampuan kesiapan pasien
meningkat menerima
menerima
2) Verbalisasi informasi
2) Identifikasi informasi
minat dalam
belajar faktor-faktor 2) Untuk
meningkat yang mengetahuifaktor
3) Kemampuan meningkatkan yang bisa
menjelaskan dan memotivasi
pengetahuan menurunkan pasien
tentang suatu motivasi
topik meningkat perilaku hidup
4) Kemampuan bersih dan sehat
menggambarka
n pengalaman Terapeutik Terapeutik
sebelumnya 1) Sediakan materi 1) Untuk
meningkat dan media memudahkan
5) Pertanyaan pendidikan dalam
tentang masalah kesehatan
menyampaikan
yang dihadapi
2) Berikan materi
menurun
6) Perilaku kesempatan 2) Untuk
membaik untuk bertanya memastikan
tingkat
pemahaman
pasien
Edukasi
1) Jelaskan faktor
Edukasi
resiko yang
1) Menjelaskan
dapat
faktor apa saja
mempengaruhi
yang dapat
kesehatan
mempengaruhi
kesehatan
6. Resiko Infeksi bd Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
ketidakadekuatan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
pertahanan tubuh maka tingkat infeksi
primer perubahan menurun dengan Observasi Observasi
sekresi pH kriteria hasil : 1) Monitor tanda 1) Untuk
1) Kebersihan dan gejala mengetahui tanda
tangan infeksi dan gejala dari
meningkat infeksi
2) Kebersihan
badan Terapeutik
meningkat Terapeutik
1) Batasi jumlah 1) Untuk
3) Nafsu makan menghindari
meningkat pengunjung
2) Cuci tangan paparan luar
4) Demam
menurun sebelum dan 2) Untuk
5) Kemerahan sesudah kontak menghindari
menurun pasien penyebaran
6) Bengkak infeksi
menurun
Edukasi
7) Kadar sel darah Edukasi
1) Jelaskan tanda
putih membaik 1) Agar pasien
dan gejala
infeksi memahami tanda
2) Ajarkan cara gejala infeksi
mencuci tangan 2) Mencuci tangan
degan benar yag baik dan
3) Ajarkan etika benar
batuk bisamengurangi
atau mencegah
infeksi
3) Agar saat batuk
tidak
menyebarkan
infeksi atau
bakteri
Kolaborasi
1) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian 1) Kolaborasi
imunisasi pemberian
imunisasi untuk
menambah
Daya tahan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III. Jakarta:EGC
Lemone Priscilla, Burke.M Karen dan Bauldoff Gerene 2016. Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 5