Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN : BATU SALURAN KEMIH

Disusun oleh :
Nama : Tuti Heryanti
NIM : E.01.05.19.047
Prodi : D.III Keperawatan/IV

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN


BUDI LUHUR CIMAHI
2021
1. Definisi
Batu saluran kemih merupakan terbentuknya massa keras seperti batu yang
disebabkan oleh adanya proses pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih
dalam jumlah yang berlebihan atau dapat juga disebabkan oleh faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi tersebut (Purnomo, 2011).
Pengendapan ini terjadi di sepanjang saluran kemih dan dapat menyebabkan perdarahan,
nyeri, infeksi atau bahkan penyumbatan saluran kemih (Nova, 2013).
Proses pengendapan batu ini dapat disebut urolithiasis, dapat terbentuk di berbagai organ
saluran kemih seperti ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis), kandung kemih
(vesicolithiasis), dan uretra (uretholithiasis) (Purnomo, 2011). terdapat 2 kemungkinan
hipotesis awal dari terbentuknya batu saluran kemih ini, yaitu: (Janice, 2013)

2. Etiologi
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh keadaan air kemih yang jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu, atau akibat air kemih mengalami kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal (Sudoyo, 2014). Ukuran dari batu saluran
kemih bervariasi, mulai dari yang kecil dan bersifat tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai dengan yang sebesar 2,5 atau bahkan lebih, batu yang ukurannya besar
disebut kalkulus staghorn (Nova, 2013)
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran
kemih, yaitu: (Nurlina, 2008)
A. Faktor intrinsik
Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, yang
termasuk faktor intrinsik adalah :
1) Umur
Batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa antara 15-59
tahun dengan persentase sebesar 72,4% (Turney, 2012). Rerata umur 42,20 tahun
(pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun) (Muslim, 2004; Turney, 2012).
Umur terbanyak dari penderita batu saluran kemih di negara-negara barat yaitu 20-
50 tahun (Paul, 2013) dan di Indonesia antara 30-59 tahun (Muslim, 2007).
kemungkinan keaadaan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan antara faktor
sosial ekonomi, budaya dan diet (Muslim, 2007).
2) Jenis kelamin
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak jika dibandingkan
dengan wanita (Alan, 2011; Romero, 2010). Hal ini mungkin dapat disebabkan
oleh karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama pembentuk batu pada
wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu (inhibitor) pada wanita lebih tinggi
daripada laki-laki (Herman, 1995; Muslim, 2004)
3) Keturunan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah
keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat suatu
gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3 dalam air
kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan, 2011). Beberapa
penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran kemih, yaitu:
(Scheiman & Steven, 2001)
a. Dent’s disease merupakan penyakit keturunan yang dakibatkan terjadinya
peningkatan 1,25 dehidroksi vitamin D sehingga penyerapan kalsium di usus
meningkat. Akibatnya terjadi hiperkalsiuria, proteinuria, glikosuria,
aminoasiduria dan fosfaturia yang akhirnya mengakibatkan batu kalsium
oksalat dan gagal ginjal
b. Barter Syndrome merupakan penyakit keturunan dengan gejala poliuria,
hiperkalsiuria, dan nefrokalsinosis.
B. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar individu,
yang termasuk faktor ekstrinsik yaitu:
1) Kegemukan (obesitas)
Kegemukan merupakan suatu keadaan peningkatan lemak tubuh di jaringan
adiposa, yang dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran antropometri
seperti IMT dan distribusi lemak tubuh melalui pengukuran tebal lemak bawah
kulit. Berdasarkan data WHO, dikatakan obese jika IMT ≥ 30 kg/m2 (Nurlina,
2008). Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang bersifat idiopatik,
ditemukan terkena kegemukan sebesar 59,2% laki-laki yang mengalami kenaikan
sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 21 tahun memiliki RR sebesar 1,39,
sedangkan pada wanita yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 15,9 kg dari
berat badan pada umur 18 tahun memiliki RR sebesar 1,7. Hal ini dikarenakan
terjadinya penurunan pH air kemih, kadar asam urat, dan peningkatan oksalat dan
kalsium pada orang yang gemuk (Rivers, 2012).
2) Geogravi
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti temperature,
kebiasaan makan, dan kelembapan yang sangat menentukan faktor intrinsik yang
menjadi faktor predisposisi batu saluran kemih. Seseorang yang tempat tinggal di
daerah pegunungan, bukit, atau daerah tropis memiliki prevalensi batu saluran
kemih yang tinggi (Nurlina, 2008).
3) Faktor iklim dan cuaca
Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan konsentrasi air kemih akan
meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air kemih adalah meningkatnya
pembentukan kristal air kemih (Nurlina, 2008)
4) Jumlah air yang diminum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak konsumsi air akan meminimalisir
kemungkinan terbentuknya batu, dan jika kurang konsumsi air dapat menyebabkan
kadar dari semua substansi dalam urine meningkat (Sudarth, 2003; Nurlina, 2008) .
5) Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran kemih.
Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh normalnya
adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan resiko
terbentuknya batu saluran kemih. Kadar protein yang tinggi (terutama protein
hewani) dapat menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat
dalam darah akan naik (Parivar, 2003)
6) Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak
duduk dalam melakukan pekerjaannya (Alan, 2011).
7) Kebiasaan menahan buang air kemih
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan statis air kemih yang
dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan
oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit
(Alan, 2011).
3. Tanda dan Gejala
1) Batu Ginjal
a. Sering kali asimtomatik
b. Nyeri panggul hebat dan tumpul
c. Hhematuria miskroskopik
d. Manisfestasi ISK
2) Batu Ureter
a. Kolik ginjal
b. Nyeri panggul akut dan hebat pada bagian yang terserang
c. Seringkali menyebar ke bagian suprapubik, lipat paha dan genetal ekstern a
d. Mual, muntah, pucat dan kult ingin serta lembap
3) Batu kandung kemih
a. Dapat asimtomatik
b. Nyeri uprapubik yang tumpul, kemungjinan terjadi saat olahraga atu berkemih
c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
d. Manifestasi ISK

4. Klasifikasi
Komposisi kimia yang terkandung di dalam batu ginjal dan saluran kemih dapat
diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat, oksalat, dan sistin (Hesse, 2009).
1) Batu kalsium oksalat
Kalsium oksalat merupakan jenis batu yang paling banyak menyebabkan terjadinya
batu saluran kemih, yaitu sekitar 70-80 % dari seluruh kasus batu saluran kemih.
Laki-laki dua kali lebih sering terkena batu jenis ini dibandingkan 18 dengan wanita.
Angka kejadian tertinggi pada usia 30-50 tahun. Batu kalsium oksalat dapat terjadi
akibat adanya proses multifaktor, kongenital, dan gangguan metabolik (Hesse, 2009).
Batu kalsium oksalat tediri dari 2 bentuk yang berbeda, yaitu : (Hesse, 2009)
a. Whewellite (kalsium oksalat monohidrat) merupakan jenis batu kalsium oksalat
yang berbentuk padat, warna coklat atau kehitaman dengan konsentrasi asam
oksalat yang tinggi pada air kemih.
b. Weddllite (kalsium oksalat dihidrat) merupakan kombinasi dari kalsium dan
magnesium, yang berwarna kuning dan mudah hancur jika dibandingkan dengan
whewellite.
Batu kalsium oksalat dapat dianalisis melalui darah dan air kemih. Gangguan
metabolisme asam urat merupakan tanda dari pembentukan batu kalsium oksalat,
sehingga perlu diperhatikan apabila kadar asam urat >6,4 mg/100ml. Peningkatan
ekskresi asam oksalat terjadi pada 20-50% pasien dengan batu oksalat, tinggiya
ekskresi oksalat berhubungan dengan pembentukan batu rekuren (Hesse, 2009).
2) Batu asam urat
Lebih dari 5-10% penderita batu saluran kemih dengan komposisi asam urat.
Pasien biasanya berusia >60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat.
Pada pasien yang memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol, diet tinggi protein, dan
kegemukan memiliki peluang yang lebih tinggi untuk menderita batu asam urat, hal
ini diakibatkan oleh terjadinya peningkatan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah.
Sebanyak 2-40% pasien pada Gout akan membentuk batu, oleh karena tingginya asam
urat yang berakibat hiperurikosuria. Batu asam urat ini merupakan jenis batu yang
dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi
kemolisis. Analisis darah dan air kemih pada batu asam urat dapat ditemukan hasil
dengan kadar asam urat >380 µmol/dl (6,4 mg/100ml) dan pH air kemih ≤ 5,8
(Hesse, 2009).
3) Batu kalsium fosfat
Batu kalsium fosfat terdiri 2 jenis yang terbentuk berdasarkan suasana pH air
kemih (Bhargava, 2012). Karbonat apatite (dahlite) merupakan jenis batu kalsium
fosfat yang terbentuk pada pH 6,8, dengan konsentrasi kalsium yang tinggi dan sitrat
rendah. Jenis batu kalsium fosfat ini merupakan jenis batu yang terbentuk bersamaan
dengan kalsium oksalat atau struvit. (Pushpa, 2010; Bhargava, 2012)
Kalsium hidrogen fosfat (brushit) merupakan jenis batu kalsium fosfat yang terbetuk
pada pH 6,5-6,8 dengan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi (Alan, 2011).
4) Batu struvit (magnesium-amonium fosfat)
Disebabkan oleh karena adanya infeksi saluran kemih oleh bakteri yang
memproduksi urease (proteus, providentia, klebsiella dan psedomonas). Sekitar 46%
batu struvit terjadi pada wanita, sehingga dapat dikatakan bahwa wanita lebih sering
terkena batu struvit dibandingkan laki-laki (Pushpa 2010; Bhargava, 2012). Infeksi
saluran kemih terjadi akibat tingginya konsenstrasi ammonium dan pH air kemih >7.
Pada kondisi tersebut kelarutan fosfat menurun yang berakibat terjadinya batu struvit
dan kristalisasi karbonat apetite. Pada batu struvit, volume air yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. Disamping
pengobatan terhadap infeksinya, membuat suasana air kemih menjadi asam dengan
methionine sangat penting untuk mencegah kekambuhan (Pushpa 2010; Bhargava,
2012). Analisis darah dan air kemih didapatkan pH air kemih >7, peningkatan kadar
amonium dan fosfat air kemih, serta infeksi pada saluran kemih (Hesse, 2009).
5) Batu cystine
Batu cystine terjadi pada saat kehamilan, yang disebabkan oleh adanya gangguan
ginjal yang menyebabkan reabsorpsi asam amino, cystine, arginin, lysin dan ornithine
yang berkurang, dengan frekuensi kejadian sekitar 1-2%. Pembentukan batu terjadi
saat bayi, walaupun manifestasi paling banyak terjadi pada dekade dua (Pushpa 2010;
Bhargava, 2012).
Faktor utama penyebab batu cystine adalah keturunan dengan kromosom autosomal
resesif, yang menyebabkan terjadinya gangguan transport amino cystine, lysin,
arginin, dan ornithin. Sehingga batu cystine dalam hal penanganannya memerlukan
pengobatan seumur hidup. Selain itu diet, pengenceran air kemih yang rendah, serta
asupan protein hewani yang tinggi mungkin dapat menyebabkan pembentukan batu
(Pushpa 2010; Bhargava, 2012).
Analisis darah dan air kemih menunjukan cystine darah dalam batas normal
sedangkan cystine air kemih ≥0,8 mmol/hari. Selain itu kalsium, oksalat, dan asam
urat meningkat. Perlu diketahui bahwa alkalinisasi air kemih dengan meningkatkan
pH 7,5-8 akan sangat bermanfaat untuk menurunkan ekskresi cystine dengan
tioptoron dan asam askorbat (Hesse, 2009; Pushpa 2010; Bhargava, 2012).

5. Patofisiologi
Tiga faktor penyebab urolitiasis : supersaturasi, nukleasi dan kurangnya zat
inhibitorik dalam urine.
Ketika konsentrasi garam tidak larut dalam urine sangat tinggi, yaitu saat urine dalam
keadaan super saturasi, kristal dapat terbentuk. Biasanya kristal ini pecah dan dibuang
karena ikatan yang mengikatnya lemah. Namun, neukleus kristal dapat membentuk ikatan
stabil untuk membentuk batu.Stimulus yang dibutuhkan untuk memulai kristalisasi dalam
urine supersaturasi mungkin rendah .
Konsumsi makanan tinggi garam atau makanan yang tidak larut penurunan asupan cairan
selama tidur, memungkinkan konsentrasi meningkat hingga ke tititk pemicu dan batu
terbentuk dan berkembang .
Ketika asupan cairan memadai tidak ada pembentukan batu . keasamaan atau kebasaan
urine dan ada atau tidak adanya senyawa menghamnat batu juga mempengaruhi litiasis.
Sebagian besar ( 70-89%) batu ginjal adalah batu kalsium , terdiri atas kalsium oksalat
dan / kalsium fosfat. Batu ini ummnya dikaitkan dengan konsentrasi kalsium yang tinggi
dalam darah dan urine. Batu asam urat terbentuk saat konsentrasi asam urat dakam urine
tinggi. Lebih sering terjadi pada pria dan dapat dikaitkan dengan gout. Faktor genetik
menyebabkan pembentukan batu asam urat dan batu kalsium . Batu struvit dikaitkan
dengan ISK yang disebabkan oleh bakteri penghail urea seperti proteus. Batu ini dapat
tumbuh menjadi sangat besar mengisi velpis ginjar dan kaliks. Batu struvit sering kali
disebut batu staghorn karena bentuknya . Batu sistin jarang terjadi dan disebabkkan oleh
Kelainan genetik.

Fathway Batu Saluran Kemih


6. Komplikasi
Batu saluran kemih dapat mengobstruksi aliran urine diberbagai titik saluran kemih,
dapat menyebabkan komplkasi seperti hidronefrosis dan statis urine yang selanjutnya
menyebabkan infeksi.

7. Penatalaksanaan Medis dan Non Medis

No Jenis Batu Penatalaksaaan


Medis Non Medis
1 Kalsium posfat Pemberian obat dieureutik  Anjurkan diet batasi
dan/oksalat 70- tiazida, fosfat makanan tinggi natrium
80% dan protein, tingkatkan
makanan yang
mengasamkan urine
 Tingkatkan hidrasi ,
latihan
2 Struvit 15-20%  Terapi antibiotik untuk ISK
 Intervensi bedah atau
litotropsi untuk mengangkat
batu

3 Asam urat 5- Kalium sitrat, alopurinol  Anjurkan diet rendah


10% purin
 Tingkatkan hidrasi
4. Sistin Pensilinamin, natrium  Anjurkan diet
bikarbonat pembatasan natrium
 Tingkatkan hidrasi

8. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu
saluran kemih, yaitu : (American Urological Association).
1) Urinalisa
Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal berupa
warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar 4,6-6,8 (rata-rata 6,0),
jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar sistin dan batu asam urat,
sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan kadar magnesium, fosfat amonium,
atau batu kalsium fosfat. Pada pemeriksaan urine 24 jam kemungkinan dapat
ditemukan adanya kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin yang
meningkat. Pada pemeriksaan kultur urine dapat menunjukan adanya infeksi saluran
kencing.
2) Laboratorium
Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum dan kalsium urine)
3) Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga menunjukkan
adanya batu disekitaran saluran kemih.
4) Endoskopi Ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5) USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6) Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat juga
menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan sepanjang
ureter.

9. Pengkajian
1) Identitas
Seorang otomatis, faktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam proses
pementukan batu. Namun, angka kejadian urplgitiasis dilapan sering kali terjadi pada
laki-laki dan pada masa usia dewasa. Hal ini dimungkinkan karena pola hidup,
aktifitas dan geografis. (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu saluran kemih ialah nyeri pada saluran
kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pad lokasi dan besarnya batu, dapat
terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan gastrointestinal dan
perubahan.(Dinda,2011)
3) Pola Psikologis
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya ketidaknyamanan (Nyeri hebat)
pada pasien, sehingga focus perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak
terjadi kaena bukan merupakan penyakit menular.(Prabowo E, dan Pranata, 2014)

4) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari


a. Penurunan aktivitas selama terjadi bukan karen akelemahan otot, tetapi
dikarenakan gangguan rasa nyaman9nyeri). Kegiatan aktivitas relatuve dibantu
oleh keluarga, misalnya berpakaian , mandi makan, minum dan lain sebagainya,
terlbih jika kolik mendadak terjadi (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
b. Terjadi mual muntah karena peningkatan tingkat stress pasien akibat nyeri hebat.
Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi ph pencernaan yang asam akibat
sekresi HCL berlebihan. Pemenuhan kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada
masalah. Namun, klien sering kali membatasi minum karena takut urinnya
semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami. (Prabowo E, dan Pranaya,
2014)
c. Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola, kecuali diikuti
penyakit peserta lainya. Klien mengalami nyeri saat kencing (disuria, pada
diagnosis uretolithiasis). Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (Oliguria).
Disertai vesika . (Prabowo E, dan Pranata, 2014)
5) Pemeriksaan Fisik
Anamnesa tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang kuat, Oliguria ,
disuria , gross hematuria menjadi ciri khas dari urolithiasi. Kaji TTV, biasanya tidak
perubahan yang mencolok pada urolithiasis. Takikard akibat nyeri yang hebat, nyeri
pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika (Vesikolithiasis/uretrolithiasis),
teraba masa keras/batu. (Prabowo, E dan Pranata,2014)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainanfisik
sampai tanda tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditibulkan. Terjadi nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestial dan perubahan. (Dian, 2011)
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos metis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 110/80
mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C, dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) 29,3 Kg/m2. Pada pemeriksaan palpasi regio flank
sinistra didapatkan tanda ballotement (+) dan pada perkusi nyeri ketok
costovertebrae angle sinistra(+). (Nadhi Tf,2013)
6) Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran , GCS, Refleks bicara, Compos metis ( Nadhi, 2013)
b. Sistem panca indra
Termasuk penglihatan pupil isokor, dengan refleks cahaya (+), Tidak ditemukan
kelainan sistem penddengaran
c. Sistem pernafasan
Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan jalan nafas, atau tidak mengeluh batuk
atau sesak. Tidak ada riwayat bronchitis, TB, asma, emplesema, pneumonia.
d. Sistem Pencernaan
Mulut dan tenggorokan, fungsi mengunyah dan menelan baik, bisisng usus
normal, adanya nyeri tekan pada abdomen, teraba keras atau batu, nyeri perkusi
pada pinggang
e. Sistem integumen
Hngat, kemerahan dan pucat
f. Sistem Muskuloskeletal
Mengalami intoleransi aktivitas karena nyeri yang dirasakan pada saat melakukan
aktivitas tertentu
g. Sistem perkemihan
Adanya oliguria, disuria, gross hematuria, menjadi ciri khas urolithiasis, nyeri
yang hebat , nyeri ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika teraba
massa keras/batu. Nilai frekuensi buang air kecil dan jumlahnya. Gangguan pola
berkemih.
10. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

Tanda Mayor Nyeri Akut


1 DS: Mengeluh nyeri Batu saluran kemih
. DO:
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi Obstruksi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat Nyeri saat kencing
5. Sulit tidur Nyeri pada pinggang
Tanda minor Retensi urine
DS: -
DO:
1. Tekanan darah meningkat Nyeri akut
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
Tanda Mayor Gangguan eliminasi
2. DS: Batu saluran kemih Urine
1) Desakan berkemih
(Urgensi)
2) Urin menetes
(dribbling) Obstruksi
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Mengompol
6) Enuresis Kencing tiba tiba berhenti
DO: Pancaran miksi kecil
1) Distensi kandung
kemih
2) Berkemih tidak tuntas Perubahan Eliminasi Urine
(hesitancy)
3) Volume residu urin
meningkat
1. Tanda Minor
DS: -
DO: -
Faktor Resiko Batu saluran kemih
3. 1. Penyakit Kronis Resiko Infeksi
2. Efek prosedur invasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan Obstruksi
organisme patogen
lingkungan
5. Ketidakadekuatan Nyeri saat kencing
pertahannan tubuh perimer Nyeri pada pinggang
6. Ketidak kuatan pertahanan Retensi urine
tubuh sekunder

Resiko Infeksi

4. Mayor Batu saluran kemih Intoleransi aktivitas

DS:
1. Mengeluh lelah
Pembedahan
DO:
1. Frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat Kelemahan

Minor
DS : Intoleransi Aktivitas
1. Dispneu saat/setelah
aktivitas
2. Merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas
3. Merasa lemah

DO :
1. Tekanan darah berubah
>20 % dari kondisi
istirahat
2. Gambaran EKG
menunjukan aritmia saat
/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
4. Sianosis

5. Mayor Batu saluran kemih Ansietas


DS:
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang Pembedahan
dihadapi
3. Sulit berkomunikasi
DO:
1. Tampak gelisah Bertanya tanya tentang
2. Tampak tegang keadaanya
3. Sulit tidur
Minor Tanpak cemas dan gelisah
DS:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi Kurang pengetahuan
4. Merasa tidak berdaya
DO:
1. Frekuensi napas meningkat Ansietas
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih

6. Mayor Batu saluran kemih Defisit Pengetahuan


DS:
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang Obstruksi
dihadapi
3. Sulit berkomunikasi
DO:
1. Tampak gelisah Pasien mengatakan kurang
2. Tampak tegang mengetahui tentang
3. Sulit tidur
penyakitnya
Minor
DS:
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi Kurang pengetahuan
4. Merasa tidak berdaya
DO:
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaphoresis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih

11. Diagnosa Keperawatan sesuai dengan prioritas


1) Nyeri akut bd Agen pencedera fisiologi dd Tampak meringis , Tekanan darah
meningkat
2) Gangguan eliminasi Urine bd Penurunan kapasitas kandung kemih dd Desakan
berkemih (Urgensi), distensi kandung kemih
3) Intoleransi aktivitas bd kelemahan dd mengeluh lemah
4) Ansietas bd kurang terpapar informasi dd merasa bingung, tampak gelisah
5) Defisit Pengetahuan bd kurang terpapar informasi dd merasa bingung , tampak gelisah
6) Resiko Infeksi bd ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer perubahan sekresi pH

12. Rencana Asuhan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Nyeri akut bd Setelah dilakukan Intervensi utama : Intervensi utama :
Agen pencedera intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
fisiologi dd 2 x 24 nyeri akut
Tampak membaik dengan Observasi Observasi
meringis , kriteria hasil :
1. Identifikasi 1. Identifikasi
Tekanan darah  Keluhan nyeri
meningkat lokasi, lokasi,
menurun
karakteristik, karakteristik,
 Meringis
durasi, durasi, frekuensi,
menurun
frekuensi, kualitas,
 Gelisah
kualitas, intensitas nyeri
menurun
intensitas nyeri 2. Identifikasi skala
 Pola napas
2. Identifikasi nyeri
membaik
skala nyeri 3. Identifikasi
3. Identifikasi respon nyeri non
respon nyeri verbal
non verbal 4. Identifikasi
4. Identifikasi faktor yang
faktor yang memperberat dan
memperberat memperingan
dan nyeri
memperingan 5. Identifikasi
nyeri pengetahuan dan
5. Identifikasi keyakinan
pengetahuan tentang nyeri
dan keyakinan 6. Identifikasi
tentang nyeri pengaruh budaya
6. Identifikasi terhadap respon
pengaruh nyeri
budaya 7. Identifikasi
terhadap respon pengaruh nyeri
nyeri pada kualitas
7. Identifikasi hidup
pengaruh nyeri 8. Monitor
pada kualitas keberhasilan
hidup terapi
8. Monitor komplementer
keberhasilan yang sudah
terapi diberikan
komplementer 9. Monitor efek
yang sudah samping
diberikan penggunaan
9. Monitor efek analgetik
samping Terapeutik
penggunaan 10. Berikan teknik
analgetik nonfarmakologis
Terapeutik untuk
1. Berikan teknik mengurangi rasa
nonfarmakologi nyeri (mis.
s untuk TENS, hypnosis,
mengurangi akupresur, terapi
rasa nyeri (mis. musik,
TENS, biofeedback,
hypnosis, terapi pijat,
akupresur, aroma terapi,
terapi musik, teknik imajinasi
biofeedback, terbimbing,
terapi pijat, kompres
aroma terapi, hangat/dingin,
teknik imajinasi terapi bermain)
terbimbing, 11. Control
kompres lingkungan yang
hangat/dingin, memperberat
terapi bermain) rasa nyeri (mis.
2. Control Suhu ruangan,
lingkungan pencahayaan,
yang kebisingan)
memperberat 12. Fasilitasi istirahat
rasa nyeri (mis. dan tidur
Suhu ruangan, 13. Pertimbangkan
pencahayaan, jenis dan sumber
kebisingan) nyeri dalam
3. Fasilitasi pemilihan
istirahat dan strategi
tidur meredakan nyeri
4. Pertimbangkan Edukasi
jenis dan 14. Jelaskan
sumber nyeri penyebab,
dalam periode, dan
pemilihan pemicu nyeri
strategi 15. Jelaskan strategi
meredakan meredakan nyeri
nyeri 16. Anjurkan
Edukasi memonitor nyri
1. Jelaskan secara mandiri
penyebab, 17. Anjurkan
periode, dan menggunakan
pemicu nyeri analgetik secara
2. Jelaskan tepat
strategi 18. Ajarkan teknik
meredakan nonfarmakologis
nyeri untuk
3. Anjurkan mengurangi rasa
memonitor nyri nyeri
secara mandiri Kolaborasi
4. Anjurkan 19. Kolaborasi
menggunakan pemberian
analgetik secara analgetik, jika
tepat perlu
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
Intervensi Pendukung :
Intervensi Pendukung Pemberian obat oral
: Pemberian obat oral Observasi
Observasi 1. Untuk
1. Identifikasi mengetahui
kemungkinan alergi yang
alergi, interaksi diderota pasien
dan 2. Supaya tidak
kontraindikasi salah
obat. memberikan obat
2. Verifikasi order 3. Supaya tidak
obat sesuai salah
dengan indikasi memberikan obat
3. Periksa tanggal 4. Supaya
kedaluwarsa mengetahui tanda
obat vital pasie
4. Monitor tanda
vital dan nilai 5. Monitor efek
laboratorium terapeutik obat
sebelum 6. Monitor efek
pemberian obat, samping
jika perlu toksisitas, dan
5. Monitor efek interaksi obat
terapeutik obat
6. Monitor efek
samping
toksisitas, dan
interaksi obat
Terapeutik
Terapeutik
1. Supaya tidak
1. Perhatikan
salah
prosedur
memberikan obat
pemberian obat
2. Supaya tidak
yang aman dan
salah
akurat
memberikan obat
2. Hindari
3. Agar tidak salah
interupsi saat
memberikan obat
mempersiapkan
4. Ikuti pemberian
,
obat sesuai
memverifikasi,
anjuran dokter
atau mengelola
5. Supaya tidak
obat
salah
3. Lakukan
memberikan obat
prinsip 6 benar
6. Supaya tidak
4. Perhatikan
salah
jadwal
memberikan obat
pemberian obat
7. Fasilitasi minum
jenis hipnotik,
obat
narkotika, dan
8. Tandatangani
antibiotic.
pemberian
5. Hindari
narkotika, sesuai
pemberian obat
yang tidak protocol
diberi label 9. Dokumentasikan
dengan benar pemberian obat
6. Buang obat dan respons
yang tidak terhadap obat
terpakai atau Edukasi
kedaluwarsa 1. Jelaskan jenis
7. Fasilitasi obat, alasan
minum obat pemberian,
8. Tandatangani tindakan
pemberian yang
narkotika, diharapkan,
sesuai protocol dan efek
9. Dokumentasika samping
n pemberian sebelum
obat dan pemberian
respons 2. Agar pasien
terhadap obat dapat
Edukasi mengetahui
1. Jelaskan jenis factor yang
obat, alasan dapat
pemberian, meningkatka
tindakan yang n dan
diharapkan, dan menurunkan
efek samping efektifitas
sebelum obat
pemberian
2. Jelaskan factor
yang dapat
meningkatkan
dan
menurunkan
efektifitas obat
2. Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
eliminasi Urine tindakan keperawatan Manajemen Eliminasi Manajemen Eliminasi
bd Penurunan maka eliminasi urine Urine Urine
kapasitas membaik dengan
kandung kemih kriteria hasil : Observasi Observasi
dd Desakan 1) Sensai 1) Identifikasi 1) Untuk
berkemih berkemih tanda dan gejala mengetahui
(Urgensi), meningkat retensi atau adanya retensi
distensi kandung 2) Desakan inkontinensia
urine pada klien
kemih berkemih urine
2) Identifikasi 2) Faktor penyebab
menurun
3) Distensi faktor yang yang
kandung kemih menyebabkan menyebabkan
menurun retensi atau terjadinya retensi
4) Berkemih tidak inkontinensia urine harus
tuntas menurun urien diidentifikasi
5) Volume resdu 3) Monitor
3) Lakukan monitor
urine menurun eliminasi urine
sebagai bahan
pertimbangan
dalam
pelaksanaan
tindakan
Terapeutik
1) Catat waktu Terapeutik
waktu haluaran 1) Sebagai
urine dan dokumentasi
berkemih perkembangan
pasien
2) Ambil sempel 2) Sebagai bahan
urine tengah pemeriksaan
LAB
Edukasi
Edukasi
1) Ajarkan tanda
1) Agar pasien
dan gejala
infeksi saluran menegtahui tanda
kemih gejala nya
2) Ajarkan
mengukur 2) Agar pasien bisa
asupan cairan melakukannya
secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian obat 2) Untuk
supositoria mempercepat
uretra penyembuhan
pasien

3. Intoleransi Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama


aktivitas bd intervensi keperawatan, Managemen energy Managemen energy
kelemahan dd Toleransi aktivitas Observasi Observasi
mengeluh lemah meningkat dengan 1) Identifikais 1) Agar mengetahui
kriteria : gangguan apa gangguan
1) Frekuensi nadi fungsi tubuh yang terjadi pada
meningkat yang tubuh pasien
2) Saturasi oksigen mengakibatkan yang
meningkat kelelahan mengakibatkan
3) Kemudahan 2) Monitor kelelahan
melakukan kelelahan fisik 2) Memperhatikan
aktivitas sehari dan emosiaonal kelelahan fisik
hari meningkat 3) Monitor pola dan juga
4) Kecepatan dan jam tidur emosiaonal
berjalan Terapeutik 3) Memperhatikan
meningkat 1) Sediakan pola dan jam
5) Jarak berjalan lingkungan todur bisa
meningkat nyaman dan mempengaruhi
6) Kekuatan tubuh rendah stimulus pola aktivitas
bagian atas 2) Lakukan Terapeutik
meningkat rentang gerak 1) Menyediakan
7) Kekuatan pasif dan aktif lingkungan yang
tubhuh bagian 3) Berikan nyaman agar
bawah aktivitas pasien bisa
meningkat distraksi ysng konsentrasi
8) Toleransi dalam mrenenangkan 2) Lakukan latihan
menaiki tangga Edukasi gerak
meningkat 1) Anjurkan tirah 3) Lakukan gerakan
9) Keluhan lelah baring yang
menurun 2) Anjurkan menyenangkan
10) Dispnea saat melakukan agar pasien
aktivitas aktivitas secara berseia mulai
menurun bertahap bergerak
11) Dispnea setelah Kolaborasi Edukasi
aktivitas 1) Kolaborasi 1) Agar pasien tidak
menurun dengan gizi hanya berbaring
12) Perasaan lemah tentang cara bisa juga
menurun meningkatkan beraktivitas
13) Aritmia saat asupan 2) Lakukan
aktivitas makakanan . aktivitas secara
menurun bertahap tidak
14) Aritmia setelah dilakukan
aktivitas berasamaan agar
menurun tida syok
15) Sianosis Kolaborasi
menurun 1) Mengonsumsi
16) Warna kulit gizi seimbang
membaik agar energy
17) Tekanan darah untuk
membaik beraktivitas lebih
18) Frekuensi nafas tinggi
membaik
19) EKG Iskemia
membaik
4. Ansietas bd Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
kurang terpapar
asuhan keperawatan, Reduksi Ansietas Reduksi Ansietas
informasi dd
merasa bingung, diharapkan tingkat
tampak gelisah
ansietas klien Observasi Observasi
berkurang dengan - Identifikasi saat - Untuk
kriteria hasil : tingkat ansietas mengetahui
- Verbalisasi berubah tingkat ansietas
kebingungan (mis.kondisi, - Monitor tanda –
menurun waktu, stressor) tanda ansietas
- Verbalisasi - Monitor tanda –
khawatir akibat tanda ansietas
kondisi yangt Terapeutik Terapeutik

dihadapi - Ciptakan - Lakukan suasana

menurun suasana yang membuat

- Perilaku gelisah terapetik untuk pasien percaya

dan tegang menumbuhkan


kepercayaan - Menemani pasien
menurun
- Temani pasien agar stress pasien
- Anoreksia
untuk berkurang
menurun
- Tanda tanda mengurangi
- Memahami
vital Normal kecemasan, jika
situasi pasien dan
- Konsentrasi memungkinkan
dengarkan pasien
membaik - Pahami situasi
dengan penuh
- Kontak mata yang membuat
perhatian
membaik ansietas
- Berikan motivasi

- Dengarkan kepada pasien

dengan penuh
- Jelaskan hal-hal
perhatian
yang membuat
- Gunakan
pendekatan pasien cemas
yang tenang
dan
meyakinkan
Edukasi Edukasi

- Jelaskan - Menjelaskan

prosedur, pengobatan yang

termasuk diberikan kepada

sensasi yang pasien

dialami - Keluarga

- Informasikan menemani pasien

secara factual agar merasakan

mengenai kasih sayang

diagnosis, yang utuh

pengobatan dan
prognosis
Kolaborasi
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam
- Kolaborasi
pemberian obat
pemberian obat
diperlukan agar
antiansietas,
mempercepat
jika perlu
proses intervensi
5. Defisit Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
Pengetahuan bd tindakan keperawatan Edukasi kesehatan Edukasi kesehatan
kurang terpapar maka tingkat
informasi dd pengetahuan membaik Observasi Observasi
merasa bingung , dengan kriteria hasil: 1) Identifikasi 1) Untuk
tampak gelisah 1) Perilaku sesuai kesiapan dan mengetahui
anjuran kemampuan kesiapan pasien
meningkat menerima
menerima
2) Verbalisasi informasi
2) Identifikasi informasi
minat dalam
belajar faktor-faktor 2) Untuk
meningkat yang mengetahuifaktor
3) Kemampuan meningkatkan yang bisa
menjelaskan dan memotivasi
pengetahuan menurunkan pasien
tentang suatu motivasi
topik meningkat perilaku hidup
4) Kemampuan bersih dan sehat
menggambarka
n pengalaman Terapeutik Terapeutik
sebelumnya 1) Sediakan materi 1) Untuk
meningkat dan media memudahkan
5) Pertanyaan pendidikan dalam
tentang masalah kesehatan
menyampaikan
yang dihadapi
2) Berikan materi
menurun
6) Perilaku kesempatan 2) Untuk
membaik untuk bertanya memastikan
tingkat
pemahaman
pasien
Edukasi
1) Jelaskan faktor
Edukasi
resiko yang
1) Menjelaskan
dapat
faktor apa saja
mempengaruhi
yang dapat
kesehatan
mempengaruhi
kesehatan
6. Resiko Infeksi bd Setelah dilakukan Intervensi Utama Intervensi Utama
ketidakadekuatan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi
pertahanan tubuh maka tingkat infeksi
primer perubahan menurun dengan Observasi Observasi
sekresi pH kriteria hasil : 1) Monitor tanda 1) Untuk
1) Kebersihan dan gejala mengetahui tanda
tangan infeksi dan gejala dari
meningkat infeksi
2) Kebersihan
badan Terapeutik
meningkat Terapeutik
1) Batasi jumlah 1) Untuk
3) Nafsu makan menghindari
meningkat pengunjung
2) Cuci tangan paparan luar
4) Demam
menurun sebelum dan 2) Untuk
5) Kemerahan sesudah kontak menghindari
menurun pasien penyebaran
6) Bengkak infeksi
menurun
Edukasi
7) Kadar sel darah Edukasi
1) Jelaskan tanda
putih membaik 1) Agar pasien
dan gejala
infeksi memahami tanda
2) Ajarkan cara gejala infeksi
mencuci tangan 2) Mencuci tangan
degan benar yag baik dan
3) Ajarkan etika benar
batuk bisamengurangi
atau mencegah
infeksi
3) Agar saat batuk
tidak
menyebarkan
infeksi atau
bakteri
Kolaborasi
1) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian 1) Kolaborasi
imunisasi pemberian
imunisasi untuk
menambah
Daya tahan tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid III. Jakarta:EGC

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(SDKI) Edisi I Cetakan


III(Revisi).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI) Edisi Cetakan II.Jakarta


PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI) Edisi Cetakan II.Jakarta

Silvia Anderson Price, RN,PhD . Fatofisiologi Volume 2 Edisi 6

Kapita Selekta Penyait Edisi 2

Lemone Priscilla, Burke.M Karen dan Bauldoff Gerene 2016. Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 3 Edisi 5

Anda mungkin juga menyukai