Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU KANDUNG KEMIH

A. Konsep Dasar Batu Kandung Kemih


1. Definisi
Batu saluran kemih merupakan terbentuknya massa keras seperti batu yang
disebabkan oleh adanya proses pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih
dalam jumlah yang berlebihan atau dapat juga disebabkan oleh faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi tersebut (Purnomo, 2011). Pengendapan ini
terjadi di sepanjang saluran kemih dan dapat menyebabkan perdarahan, nyeri, infeksi
atau bahkan penyumbatan saluran kemih (Nova, 2013).
Proses pengendapan batu ini dapat disebut urolithiasis, dapat terbentuk di
berbagai organ saluran kemih seperti ginjal (nefrolithiasis), ureter (ureterolithiasis),
kandung kemih (vesicolithiasis), dan uretra (uretholithiasis) (Purnomo, 2011).
terdapat kemungkinan hipotesis awal dari terbentuknya batu saluran kemih ini, yaitu:
(Janice, 2013)
a) Awalnya batu terbentuk di ginjal, dan kemudian turun ke saluran kemih
bagian bawah. Dimana batu ginjal merupakan batu yang terbentuk di
tubulus ginjal dan kemudian berada di kaliks, infudibulum, pelvis ginjal,
dan bahkan dapat mengisi pelvis dan seluruh kaliks ginjal.
b) Batu memang terbentuk saluran kemih bagian bawah yang diakibatkan
oleh adanya statis urine seperti pada batu kandung kemih (vesicolithiasis)
akibat terjadinya hiperplasia prostat atau batu uretra (uretholithiasis) yang
terbentuk di dalam divertikel uretra.
2. Etiologi
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh keadaan air kemih yang jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu, atau akibat air kemih mengalami
kekurangan penghambat pembentukan batu yang normal (Sudoyo, 2014). Ukuran dari
batu saluran kemih bervariasi, mulai dari yang kecil dan bersifat tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai dengan yang sebesar 2,5 cmatau bahkan lebih, batu
yang ukurannya besar disebut kalkulus staghorn (Nova, 2013).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih,
yaitu: (Nurlina, 2010)
1. Faktor intrinsik Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari individu itu
sendiri, yang termasuk faktor intrinsik adalah :
a. Umur
Batu saluran kemih lebih banyak dijumpai pada orang dewasa antara 15-59
tahun dengan persentase sebesar 72,4% (Turney, 2012). Rerata umur 42,20
tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun) (Muslim, 2004;
Turney, 2012). Umur terbanyak dari penderita batu saluran kemih di negara-
negara barat yaitu 20-50 tahun (Paul, 2013) dan di Indonesia antara 30-59
tahun (Muslim, 2007). kemungkinan keaadaan ini dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan antara faktor sosial ekonomi, budaya dan diet (Muslim,
2010)
b. Jenis kelamin
Batu saluran kemih pada laki-laki 3-4 kali lebih banyak jika dibandingkan
dengan wanita (Alan, 2011; Romero, 2010). Hal ini mungkin dapat
disebabkan oleh karena kadar kalsium air kemih sebagai bahan utama
pembentuk batu pada wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki,
dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan penghambat terjadinya batu
(inhibitor) pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki (Muslim, 2011)
c. Keturunan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya batu saluran kemih adalah
keturunan, misalnya Asidosis Tubulus Ginjal (ATG). Pada ATG terdapat
suatu gangguan ekskresi H+ di tubulus ginjal atau tidak ditemukannya HCO3
dalam air kemih, yang mengakibatkan timbulnya metabolik asidosis (Alan,
2011). Beberapa penyakit keturunan yang mempengaruhi terjadi batu saluran
kemih, yaitu: (Scheiman & Steven, 2010)
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar individu,
yang termasuk faktor ekstrinsik yaitu:
a. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan merupakan suatu keadaan peningkatan lemak tubuh di jaringan
adiposa, yang dapat ditentukan dengan menggunakan pengukuran
antropometri seperti IMT dan distribusi lemak tubuh melalui pengukuran tebal
lemak bawah kulit. Berdasarkan data WHO, dikatakan obese jika IMT ≥ 30
kg/m2 (Nurlina, 2008). Pada penelitian kasus batu kalsium oksalat yang
bersifat idiopatik, ditemukan terkena kegemukan sebesar 59,2% laki-laki yang
mengalami kenaikan sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 21 tahun
memiliki RR sebesar 1,39, sedangkan pada wanita yang mengalami kenaikan
berat badan sebesar 15,9 kg dari berat badan pada umur 18 tahun memiliki RR
sebesar 1,7. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan pH air kemih, kadar
asam urat, dan peningkatan oksalat dan kalsium pada orang yang gemuk
(Rivers, 2012).
b. Geogravi
Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan seperti temperature,
kebiasaan makan, dan kelembapan yang sangat menentukan faktor intrinsik
yang menjadi faktor predisposisi batu saluran kemih. Seseorang yang tempat
tinggal di daerah pegunungan, bukit, atau daerah tropis memiliki prevalensi
batu saluran kemih yang tinggi (Nurlina, 2010).
c. Faktor iklim dan cuaca
Pada keadaan suhu panas produksi keringat dan konsentrasi air kemih akan
meningkat. Akibat dari peningkatan konsentrasi air kemih adalah
meningkatnya pembentukan kristal air kemih (Nurlina, 2010).
d. Jumlah air yang diminum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak
konsumsi air akan meminimalisir kemungkinan terbentuknya batu, dan jika
kurang konsumsi air dapat menyebabkan kadar dari semua substansi dalam
urine meningkat (Nurlina, 2010) .
e. Diet/Pola makan
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu saluran
kemih. Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan protein dalam tubuh
normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan
meningkatkan resiko terbentuknya batu saluran kemih. Kadar protein yang
tinggi (terutama protein hewani) dapat menurunkan kadar sitrat air kemih,
akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik (Parivar, 2010)
f. Jenis pekerjaan
Kejadian batu saluran kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya (Alan, 2011).
g. Kebiasaan menahan buang air
kemih Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulkan statis air
kemih yang dapat berakibat timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK
yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat menyebabkan terbentuknya
jenis batu struvit (Alan, 2011).

3. Pathway
Patofisiologi
Kebanyakan kalkuli vesikalis terbentuk de novo dalam kandung kemih, tetapi
beberapa awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian menuju ke dalam
kandung kemih, di mana dengan adanya pengendapan tambahan akan menyebabkan
tumbuhnya batu kristal. Pada pria yang lebih tua, batu kandung kemih terdiri atas asam
urat. Batu jenis ini merupakan batu yang paling mungkin terbentuk di kandung kemih.
Batu yang terdiri atas kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk di ginjal. Jenis umum
dari sebagian besar batu vesikalis pada orang dewasa terdiri atas asam urat (>50%). Pada
kondisi yang lebih jarang, batu kandung kemih terdiri atas kalsium oksalat, kalsium
fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium ammonium fosfat (bila dikaitkan dengan
infeksi).
Menariknya, klien dengan batu asam urat jarang pernah memiliki riwayat gout
atau hyperuricemia. Batu pada anak terutama tediri atas asam amonium, kalsium oksalat,
atau campuran tercemar asam urat dan oksalat kalsium ammonium dengan fosfat
kalsium. Pemberian air tajin (air mendidih atau pada saat menanak beras) sebagai
pengganti ASI memiliki rendah fosfor, akhirnya menyebabkan eksresi amonia tinggi.
Anak-anak juga biasanya memliki asupan tinggi sayuran kaya oksalat (meningkatkan
kristaluria oksalat) dan protein hewani (sitrat diet rendah). Dengan terbentuknya batu di
dalam kandung kemih, masalah akan tergantung pada besarnya batu dalam menyumbat
muara uretra.
Berbagai manifestasi akan muncul sesuai dengan derajat penyumbatan tersebut.
Ketika batu menghambat dari saluran urine, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostaltik. Bila nyeri mendadak terjadi secara akut dan disertai nyeri tekan suprapubik,
serta muncul mual muntah, maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare,
demam, dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
terjadi akibat reflex dan proksimitas anatomik ginjal ke lambung, pankreas, dan usus
besar. Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa,
akut, dan kolik yang menyebar ke kepala, abdomen, dan genitalia. Klien sering merasa
ingin BAK, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya mengandung darah
akibat aksi abrasi batu, gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya, klien akan
mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dengan 1cm secara spontan. Batu yang
berdiameter 1cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan
secara spontan dan saluran urine membaik dan lancar. Adanya batu pada kandung kemih
memberikan manifestasi pada berbagai masalah keperawatan (Muttaqin dan Sari, 2011:
3)
4. Manifestasi klinik batu kandung kemih

Batu kandung kemih bisa tidak menimbulkan keluhan atau gejala apa pun. Gejala
baru muncul saat batu yang terbentuk menyumbat saluran urine atau melukai dinding
kandung kemih.

a) Nyeri dan rasa seperti terbakar saat buang air kecil


b) Urine berdarah (hematuria)
c) Urine lebih pekat dan gelap
d) Sulit buang air kecil
e) Tidak lancar atau tersendat-sendat saat buang air kecil
f) Tidak nyaman atau sakit pada penis, jika terjadi pada pria
g) Nyeri pada perut bagian bawah
h) Terus-menerus merasa ingin buang air kecil, terutama di malam hari
i) Lebih sering mengompol, jika terjadi pada anak-anak

5. Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien batu
saluran kemih, yaitu : (American Urological Association)
1. Urinalisa
Warna urine normal adalah kekuning-kuningan, sedangkan yang abnormal
berupa warna merah yang menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi
urine, kalkulus renalis, tumor, atau kegagalan ginjal). pH urine normal sekitar
4,6-6,8 (rata-rata 6,0), jika pH urine asam maka akan meningkatkan kadar
sistin dan batu asam urat, sedangkan jika pH urine basa akan meningkatkan
kadar magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat. Pada
pemeriksaan urine 24 jam kemungkinan dapat ditemukan adanya kreatinin,
asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin yang meningkat. Pada
pemeriksaan kultur urine dapat menunjukan adanya infeksi saluran kencing.
2. Laboratorium
a. Hormon paratyroid mungkin meningkat apabila terdapat gagal ginjal
(PTH merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan serum
dan kalsium urine)
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukn ukuran ginjal, ureter, dan bladder. Selain itu, dapat juga
menunjukkan adanya batu disekitaran saluran kemih.
4. Endoskopi Ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu di dalam kandung kemih yang abnormal, dan dapat
juga menunjukan adanya calculi (perubahan anatomik) pada area ginjal dan
sepanjang ureter

6. Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih


Tujuan dasar penatalaksanaan medis Batu saluran kemih adalah untuk
menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi (Sudoyo, 2014).
Batu dapat dikeluarkan dengan cara :
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditunjukan untuk batu yang berukuran lebih kecil
yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar
tanpa intervensi medis (Lee, 2012). Dengan cara mempertahankan keenceran
urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu (misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu
atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada (Sudoyo, 2014).
Setiap pasien batu saluran kemih wajib minum paling sedikit 8 gelas air sehari
(European Urological Association, 2011).
b. Pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar
batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat
yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi non steroid seperti ketorolac
dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin
dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila
terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, batu saluran kemih dapat
dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan
untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya (Spernat,
2011). 3. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithoripsy) Merupakan tindakan
non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melaui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL
merupakan pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada
tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dilekuarkan melalui saluran kemih.
ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti
dapat menurunkan lamarawat inap di rumah sakit (Canadian Urological
Association, 2010; Turney, 2012).
d. Endourologi
Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemduian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan
langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi
tersebut adalah : (European Urological Association, 2011; Turney, 2012)
1. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu
yang berada di dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil
2. Litotripsi adalah memecah batu kandung kemih atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam kandung kemih.
3. Ureteroskopi adalah alat yang dengan menggunakan energi tertentu, batu
yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntunan uteroskopi ini.
e. Ekstrasi Dormia
Bekerja dengan cara mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui
alat keranjang Dormia.
f. Tindakan operasi
Penanganan batu saluran kemih, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan
bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Terdapat beberapa jenis tindakan pembedahan yang dibedakan
berdasarkan dari lokasi dimana batu tersebut berada, yaitu: (When Zhong,
2014)
1. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di dalam ginjal.
2. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di ureter.
3. Vesokilotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di vesica urinearia.
4. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang
berada di uretra.

7. Komplikasi Batu Kandung Kemih

Batu kandung kemih dapat menyebabkan komplikasi serius bila tidak segera
ditangani. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi adalah:

a) Tersumbatnya aliran urine akibat batu kandung kemih tersangkut di


saluran kencing (uretra)

b) Infeksi saluran kemih


B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan diagnosa medis.

b) Keluhan Utama

Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidak nyamanan dalam aktivitas


atau yang menggangu saat ini.

c) Riwayat Kesehatan Sekarang

Di mana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa ke RS.

d) Riwayat Kesehatan

Penyakit Dahulu Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga

Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan dari


orang tua.

f) Riwayat psikososial

Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya
dan bagaimana perawat secara umum.

Pola-pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup Bagaimana pola hidup orang atau klien
yang mempunyai penyakit batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien
perawatan dan tata laksana hidup sehat.
b) Pola nutrisi dan metabolisme Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu
makan menurun karena adanya luka pada ginjal.

c) Pola aktivitas dan latihan Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan
fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.

d) Pola eliminasi Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.

e) Pola tidur dan istirahat Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau
terganggu karena adanya penyakitnya.

f) Pola persepsi dan konsep diri Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi
yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.

g) Pola sensori dan kognitif Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit

h) Pola reproduksi sexual

Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan
selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.

i) Pola hubungan peran Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar
tetap baik tidak ada gangguan.

j) Pola penaggulangan stress Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dan selalu
melakukan hal yang positif jika stress muncul

k) Pola nilai dan kepercayaan Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit
yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

(Handerson, M.A, “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika


Yogyakarta, 2011)

Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum - Klien biasanya lemah. - Kesadaran komposmetis. -


Adanya rasa nyeri.

b) Kulit - Teraba panas. - Turgor kulit menurun. - Penampilan pucat.


c) Pernafasan - Pergerakan nafas simetris.

d) Cardio Vaskuler - Takicardi. - Irama jantung reguler.

e) Gastro Intestinal - Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.

f) Sistem Integumen - Tampak pucat.

g) Geneto Urinalis - Dalam BAK produksi urin tidak normal. - Jumlah lebih
sedikit karena ada penyumbatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Pada kasus Batu kandung kemih didapatkan diagnosa


keperawatan yang sering muncul adalah :

a) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, kimiawi, fisik

b) Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih

c) Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, terjadi peradangan (inflamasi)

d) Resiko Perfusi Renal Tidak Efektif berhubungan dengan Disfungsi Ginjal


3. Rencana asuhan keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil/Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut a. Tujuan = Setelah 1. Catat lokasi, lamanya intensitas 1. Membantu mengevaluasi
-Berhubungan dengan dilakukan tindakan dan penyebaran tempat obstruksi dan
agen pencedera selama 3 x 24 jam 2. Jelaskan penyebab nyeri dan kemajuan gerakan
fisiologis, kimiawi maka nyeri hilang, pentingnya melaporkan ke kalkulus
dan fisik keseimbangan cairan perawat terkait perubahan 2. Pemberian analgesic
dipertahankan. karakteristik nyeri sesuai waktu
3. Berikan tindakan nyaman 3. Meningkatkan relaksasi,
4. Berikan obat sesuai menurunkan tegangan
b. Kriteria hasil = pasien
indikasi : :contoh meperidin otot
bebas dari rasa nyeri
(demerol) dan morfin. 4. Diberikan selama akut
pasien tampak rileks,
5. Berikan kompres hangat untuk menurunkan kolik
bisa tidur dan istirahat.
uretral dan meningkatkan
relaksasi otot/mental
5. Menghilangkan tegangan
otot dan dapat
menurunkan reflex
spasme
2 Gangguan eliminasi a. Tujuan = setelah 3 x 1. Awasi output dan input 1. Memberikan informasi
urin 24 jam mka pasien karakteristik urin. tentang fungsi ginjal dan
-Berhubungan dengan mampu berkemih 2. Tentukan pola berkemih adanya komplikasi
stimulasi kandung dengan normal normal pasien dan perhatikan (infeksi dan pendarahan)
kemih oleh batu, variasi 2. Kalkulus dapat
iritasi ginjal atau 3. Dorong peningkatan menyebabkan
b. Kriteria hasil = pola
ureteral, obstruksi pemasukan cairan eksitabilitas saraf, yang
eliminasi urine dan
mekanin, inflamasi. 4. Awasi pemeriksaan LAB menyebabkan sensasi
output dalam batas
(elektrolit, BUN, kretainin) kebutuhan sensasi segera
normal, tidak
menunjukkan adanya 5. Ambil urin untuk culture dan 3. Peningkatan hidrasi
tanda-tanda onstruksi sensifitas membilas bakteri
(tidak ada rasa sakit 4. Peninggian BUN, kretinin
saat berkemih), dan elektrolit
pengeluaran urin mengindikasikan
lancar. disfungsi ginjal
5. Menentukan adanya ISK,
yang menjadi penyebab
komplikasi
3 Risiko infeksi a. Tujuan = setelah 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui
-Berhubungan dengan dilakukan tindakan 1 x infeksi local dan sistemik komplikasi secara cepat
trauma jaringan atau 24 jam maka masalah 2. Batasi jumlah pengunjung dan menentukan
proses inflamasi resiko infeksi teratasi 3. Berikan perawatan kulit pada intervensi yang cocok
area edema 2. Untuk mengurangi
4. Cuci tangan sebelum kontak penyebaran infeksi
b. Kriteria hasil = tidak
dan sesudah kontak dengan 3. Agar kulit tampak bersih
ada tanda – tanda
pasien dan lingkungan pasien dan terhindar dari infeksi
infeksi
5. Ajarkan cara memeriksa 4. Cuci tangan termasuk
kondisi luka atau luka operasi salah satu cara untuk
6. Anjurkan meningkatkan mengurangi penyebaran
asupan nutrisi dan cairan infeksi
5. Agar keluarga dan klien
mengetahui adanya tanda-
tanda infeksi dan dapat
memantau kondisi klien
6. Agar dapat membantu
meningkatkan kesehatan
klien
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah suatu tindakan asuhan keperawatan yang telah disesuaikan
dengan intervensi/perencanaan asuhan keperawatan. Mencangkup tindakan mandiri dan
kolaborasi, tindakan mandiri adalah tindakan asuhan keperawatan didasarkan dengan
analisa data dan kesimpulan perawat bukan atas petunjuk data petugas kesehatan.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh keputusan tim
medis antara dokter , perawat dan apoteker medis lainnya. (Ratna,2017).

5. Evaluasi Keperawatan
Kegiatan pada akhir dari proses asuhan keperawatan, dimana perawat dapat
menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri dari klien dan dapat menilai sejauh
mana masalah klien dapat diatasi sesuai dengan perencanaan, tindakan. Apabila perawat
juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, maka tujuan yang ditetapkan oleh
tim medis belum tercapai maka dari itu proses asuhan keperawatan dapat dimodifikasi
sesuai dengan data klien. (Ratna 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Haris,S., Sarindah,A., Yusni., Raihan., 2012. Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Ruang
Rawat Inap Anak RSUD Dr. Zainoel Abidin. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh

Hasanah,N. 2014. Evaluasi Leukosituria pada Tersangka Infeksi Saluran Kemih di


RSUD Cengkareng. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehataan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.

Khairina,A. 2013. Urinalisis sebagai uji diagnostik infeksi saluran kemih pada anak
berusia 2 bulan hingga 2 tahun dengan gejala demam. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Mangatas, S.M dan Suwitra, K., 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Saluran
Kemih Terkomplikasi. Dexa media. Jakarta.

PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2
PPNI, Tim Pokja SDKI. “Standar Luaran Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2

PPNI, Tim Pokja SIKI. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”. Jakarta selatan :
DPP: Dewan Pengurus Pusat. 2016. 1-2

Purnomo, Basuki B. “dasar-dasar urologi.” Jakarta : Sagung seto. 2011, 6-9

Anda mungkin juga menyukai