A. Peran perawat
Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai
dengan kedudukannya dalam suatu sistem. Dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar profei keperawatan dan bersifat konstan.Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989
peran perawat terdiri dari:
Merupakan fungsi mandiri dan tergantung pada orang lain,dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara sendiri dalam melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
2. Fungsi Dependent.
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau intruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang di berikan.Biasanya dilakukan oleh
perawat spesialis kepada perawat umum,atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interpendent
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan yang lainnya.Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama
tim dalam pemberian pelayanan.
C. Hakikat perawat
Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan hukum
untuk mendapatka atau memutuskan untuk berbuat sesuatu. Hak perawat terdri atas:
D. Kewajiban Perawat
1. Perawat wajib memiliki :
Surat izin perawat (SIP) ; sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk
menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh wilayah Indonesia.
Surat izin kerja (SIK) ; sebagai bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk
melakukan praktek keperawatan di sarana kesehatan.
2. Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.
3. Perawat wajib merujuk kasus yang tidak dapat ditangani.
4. Perawat menyimpan rahasia pasien sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
5. Perawat wajib memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang sesuai
batas kewenangan perawat.
6. Meminta persetujuan setiap tindakan yang akan dilakukan oleh perawat sesuai
dengan kondisi pasien baik secara tertulis maupun secara lisan.
7. Mencatat semua tindkan keperawatan (dokumentasi asuhan keperawatan) secara
akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku.
8. Mematuhi standar profesi dan kode etik perawat indonesia dalam melaksanakan
praktik profesi keperawatan.
9. Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK keperawatan dan
kesehatan.
10. Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa pasien sesuia batas
kewenangan dan SOP.
11. Melaksanakan program pemerintahan dalam meningkatkatkan derajt kesehatan
masyarakat.
12. Mentaati semua peraturan perundang-undangan.
13. Mengumpulkan angka kredit profesi dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memeroleh SIK dan SIPP.
14. Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dengan
anggota tim kesehatan lain.
Caring. Sikap peduli, hormat dan menghargai orang lain, yang artinya
memberi perhatian dan mempelajari apa yang menjadi kesukaan pasien
serta bagaimana caranya berpikir dan bertindak.
Sharing. Perawat senantiasa berbagi pengalaman dan saling bertukar cerita
dengan pasien.
Smiling. Senyuman seorang perawat bisa meningkatkan rasa nyaman
pasien.
Crying. Perawat dapat menerima respon emosional disaat senang maupun
duka.
Touching. Sentuhan fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
bermakna dalam menunjukan rasa simpati.
Helping. Perawat siap membantu dan memberikan perawatan kepada
pasien.
Believing in others. Meyakini bahwa orang lain memiliki keinginan dan
kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
Learning. Ada rasa untuk selalu belajar dan mengembangkan diri dan
keterampilannya.
Respecting. Menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang
lain dengan menjaga kerahasiaan pasien.
Listening. Perawat mau mendengar keluhan pasien.
Feeling. Merasakan dan memahami perasaan duka , senang, frustasi dan
rasa puas pasien.
Resume Materi 6
BAB III
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 4
Pasal 5
terjangkau.
Pasal 6
Pasal 7
jawab.
Pasal 8
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 9
berwawasan kesehatan.
Pasal 10
maupun sosial.
Pasal 11
yang setinggi-tingginya.
Pasal 12
Pasal 13
(1) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
(2) Program jaminan kesehatan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuanperaturan perundang-undangan.
Hak adalah kekuasaan/kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu badan
hokum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus diperbuat atau harus dilakukan seseorang atau
suatu badan hukum.
Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk perawatan tercantum pada UU
Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :
2.1.HAK PASIEN
2.2.KEWAJIBAN PASIEN
1. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan
2. penyakit kepada petugas kesehatan.
3. Mematuhi nasihat dokter dan perawat
4. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
5. Memenuhi imbalan jasa pelayanan
Sedangkan menurut Surat edaran DirJen Yan Medik No: YM.02.04.3.5.2504 Tentang
Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah Sakit, th.1997; UU.Republik Indonesia No.
29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran dan Pernyataan/SK PB. IDI, sebagai berikut :
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien, yaitu :
1. Hak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.
2. Hak untuk mendapatkan pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar
profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi.
3. Hak memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi keperawatan.
4. Hak untuk memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
5. Hak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinik dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
6. Hak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya kecuali apabila ditentukan berbeda menurut peraturan yang berlaku.
7. Hak untuk memperoleh informasi /penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medik yg akan dilakukan thd dirinya.
8. Hak untuk memberikan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.
9. Hak untuk menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.
10. Hak didampingi keluarga dan atau penasehatnya dalam beribad dan atau masalah
lainya (dalam keadaan kritis atau menjelang kematian).
11. Hak beribadat menurut agama dan kepercayaannya selama tidak mengganggu
ketertiban & ketenangan umum/pasien lainya.
12. Hak atas keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di rumah sakit
13. Hak untuk mengajukan usul, saran, perbaikan atas pelayanan rumah sakit terhadap
dirinya
14. Hak transparansi biaya pengobatan/tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
dirinya (memeriksa dan mendapatkan penjelasan pembayaran).
15. Hak akses /inzage kepada rekam medis/ hak atas kandungan ISI rekam medis
miliknya.
16. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya
kepada dokter yang merawat.
17. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi dan perawat dalam
pengobatanya.
18. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. Berkewajiban memenuhi
hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
HAK DAN KEWAJIBAN
Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar dan mendapatkan
ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak sebagaimana mestinya. Masyarakat sebagai
konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan
rumah sakit dalam pelayanannya. Selain itu konsumen berhak untuk memilih dokter yang diinginkan
dan berhak untuk mendapatkan opini kedua (second opinion), juga berhak untuk mendapatkan
rekam medik (medical record) yang berisikan riwayat penyakit pasien.
Hak-hak pasien juga dijelaskan pada Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan. Pasal 14 UU tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan
kesehatan optimal. Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi, rahasia
kedokteran, dan hak opini kedua. Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
ganti rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada akhir Oktober 2000 juga telah berikrar tentang hak dan
kewajiban pasien dan dokter, yang wajib untuk diketahui dan dipatuhi oleh seluruh dokter di
Indonesia. Salah satu hak pasien yang utama dalam ikrar tersebut adalah hak untuk menentukan
nasibnya sendiri, yang merupakan bagian dari hak asasi manusia, serta hak atas rahasia kedokteran
terhadap riwayat penyakit yang dideritanya.
Hak menentukan nasibnya sendiri berarti hak memilih dokter, perawat dan sarana
kesehatannya dan hak untuk menerima, menolak atau menghentikan pengobatan atau perawatan
atas dirinya, tentu saja setelah menerima informasi yang lengkap mengenai keadaan kesehatan atau
penyakitnya.
Sementara itu, pasien juga memiliki kewajiban, yaitu memberikan informasi yang benar
kepada dokter dengan itikad baik, mematuhi anjuran dokter atau perawat -baik dalam rangka
diagnosis, pengobatan maupun perawatannya-, dan kewajiban memberi imbalan jasa yang layak.
Pasien juga mempunyai kewajiban untuk tidak memaksakan keinginannya agar dilaksanakan oleh
dokter apabila ternyata berlawanan dengan kebebasan dan keluhuran profesi dokter.
Proses untuk ikut menentukan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap tubuh kita sendiri
sebagai pasien setelah mendapatkan cukup informasi, dalam dunia kedokteran dikenal dengan
istilah kesepakatan yang jelas (informed consent). Di Indonesia ketentuan tentang informed consent
ini diatur lewat Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 1981 dan Surat Keputusan Pengurus Besar
Ikatan Dokter Indonesia nomor 319/PB/A4/88. Pernyataan IDI tentang informed consent ini adalah :
1. Manusia dewasa sehat jasmani dan rohani berhak sepenuhnya menentukan apa
yang hendak dilakukan terhadap tubuhnya. Dokter tidak berhak melakukan tindakan
medis yang bertentangan dengan kemauan pasien, walaupun untuk kepentingan
pasien sendiri.
2. Semua tindakan medis memerlukan informed consent secara lisan maupun tertulis.
3. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko cukup besar, mengharuskan adanya
persetujuan tertulis yang ditandatangani pasien, setelah sebelumnya pasien
memperoleh informasi yang cukup tentang perlunya tindakan medis yang
bersangkutan serta risikonya.
4. Untuk tindakan yang tidak termasuk dalam butir 3, hanya dibutuhkan persetujuan
lisan atau sikap diam.
5. Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta oleh pasien. Tidak boleh menahan informasi, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan
pasien. Dalam hal ini dokter dapat memberikan informasi kepada keluarga terdekat
pasien. Dalam memberi informasi kepada keluarga terdekat dengan pasien,
kehadiran seorang perawat atau paramedik lain sebagai saksi adalah penting.
6. Isi informasi mencakup keuntungan dan kerugian tindakan medis yang direncanakan
akan diambil. Informasi biasanya diberikan secara lisan, tetapi dapat pula secara
tertulis.
Hukum adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum, sedangkan etika
adalah kumpulan peraturan yang berisi kaidah-kaidah non hukum, yaitu kaidah-kaidah tingkah laku
(etika) (Supriadi, 2001).
Banyak sekali definisi-definisi yang berkaitan dengan hukum, tetapi yang penting adalah
hukum itu sifatnya rasionalogic, sedangkan tentang hukum dalam keperawatan adalah kumpulan
peraturan yang berisi kaidah-kaidah hukum keperawatan yang rasionalogic dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Memberi kerangka kerja untuk menetapkan kegiatan praktek perawatan apa yang legal
dalam merawat pasien.
Membedakan tanggung jawab perawat dari profesi kesehatan lain
Membantu menetapkan batasan yang independen tentang kegiatan keperawatan
Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan membuat perawat
akontabilitas dibawah hukum yang berlaku.
Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti malpraktik,
artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar sehingga
mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan kelalaian adalah sikap
kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya
dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan
melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang
telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat tidak mempergunakan
tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat
pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Jenis-jenis kelalaian
Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak tepat/layak,
misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan
dengan tidak tepat
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap
lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk
tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan
kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini
harus terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan
kerugian yang setidaknya menurunkan Proximate cause
5. Liabilitas dalam praktek keperawatan
Liabilitas adalah tanggungan yang dimiliki oleh seseorang terhadap setiap
tindakan atau kegagalan melakukan tindakan. Perawat profesional, seperti
halnya tenaga kesehatan lain mempunyai tanggung jawab terhadap setiap
bahaya yang timbulkan dari kesalahan tindakannya. Tanggungan yang
dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan yang dilakukan oleh perawat
baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan kelalaian.
Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan kegagalan
melakukan sesuatu yang oleh orang lain dengan klasifikasi yang sama,
seharusnya dapat dilakukan dalam situasi yang sama, hal ini merupakan masalah
hukum yang paling lazim terjadi dalam keperawatan. Terjadi akibat kegagalan
menerapkan pengetahuan dalam praktek antara lain disebabkan kurang
pengetahuan. Dan dampak kelalaian ini dapat merugikan pasien.
Sedangkan akuntabilitas adalah konsep yang sangat penting dalam praktik
keperawatan. Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertaggung jawabkan
suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan
tersebut (Kozier, 1991).
6. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan. Beberapa perundang-
undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan
yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:
a) Undang undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal
32 (penyembuhan penyakit dan pemulihan)
b) Undang undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
c) Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit
d) Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan
Direktur Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang
penerapan standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah
Sakit.
e) Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan
direvisi dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi
dan praktik perawat
Perawat adalah salah satu pekerjaan yang memiliki ciri atau sifat yang sesuai dengan ciri-ciri profesi.
Saat ini Indonesia sudah memiliki pendidikan profesi keperawatan yang sesuai dengan undang-
undang sisdiknas, yaitu pendidikan keprofesian yang diberikan pada orang yang telah memiliki
jenjang S1 di bidang keperawatan, bahkan sudah ada pendidikan spesialis keperawatan. Organisasi
profesi keperawatan telah memiliki standar profesi walaupun secara luas sosialisasi masih berjalan
lamban. Karena Tanggung jawab dapat dipandang dalam suatu kerangka sistem hirarki, dimulai dati
tingkat individu, tingkat institusi/profesional dan tingkat sosial (Kozier,1991)
Profesi perawat telah juga memiliki aturan tentang kewenangan profesi, yang memiliki dua aspek,
yaitu kewenangan material dan kewenangan formil. Kewenagan material diperoleh sejak seseorang
memperoleh kompetensi dan kemudian ter-registrasi, yang disebut sebagai Surat ijin perawat (SIP)
dalam kepmenkes 1239. sedangkan kewenangan formil adalah ijin yang memberikan kewenangan
kepada perawat (penerimanya) untuk melakukan praktek profesi perawat, yaitu Surat Ijin Kerja (SIK)
bila bekerja didalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara
perorangan atau kelompok. (Kepmenkes 1239, 2001).
Kewenangan profesi haruslah berkaitan dengan kompetensi profesi, tidak boleh keluar dari
kompetensi profesi. Kewenangan perawat melakukan tindakan diluar kewenangan sebagaimana
disebutkan dalam pasal 20 Kepmenkes 1239 adalah bagian dari good samaritan law yang memang
diakui diseluruh dunia. Otonomi kerja perawat dimanifestasikan ke dalam adanya organisasi profesi,
etika profesi dan standar pelayanan profesi. Oragnisasi profesi atau representatif dari masyrakat
profesi harus mampu melaksanakan self-regulating, self-goverming dan self-disciplining, dalam
rangka memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa perawat berpraktek adalah perawat yang
telah kmpeten dan memenuhi standar.
Etika profesi dibuat oleh organisasi profesi/masyrakat profesi, untuk mengatur sikap dan tingkah
laku para anggotanya, terutama berkaitan dengan moralitas. Etika profesi perawat mendasarkan
ketentuan-ketentuan didalamnya kepada etika umum dan sifat-sifat khusus moralitas profesi
perawat, seperti autonomy, beneficence, nonmalefience, justice, truth telling, privacy,
confidentiality, loyality, dan lalin-lain. Etika profesi bertujuan mempertahankan keluhuran profesi
umumnya dituliskan dalam bentuk kode etik dan pelaksanaannya diawasi oleh sebuah majelis atau
dewan kehormatan etik.
1. Setiap orang berhak atas kesehatan yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari
fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya;
2. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di
bidang kesehatan;
3. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau;
4. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan
kesehatan yang diperlukan bagi dirinya;
5. Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat
kesehatan;
6. Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang
seimbang dan bertanggung jawab;
7. Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan;
B. Hak Pasien
1. Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan
yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai
tindakan tersebut secara lengkap (Pasal 56)
2. Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah dikemukakan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. (Pasal 57)
3. Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya
4. memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional;
5. memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi;
7. memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit;
8. meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai
Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
10. mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
11. memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
13. menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya;
14. memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
17. menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Kewajiban Pasien
Menurut Permenkes No. 69 Tahun 2014 dan UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di rumah sakit ;
4. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
6. mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di rumah sakit dan
disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan;
7. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak rencana terapi
yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya; dan
DAFTAR PUSTAKA
Referensi :
Potter, Patricia A. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Proses adn Practice 1st Edition.
Jakarta: EGC.
http://addy1571.files.wordpress.com/2008/12/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat-perawat-
dalam-sudut-pandan
https://aido.id/health-articles/mengenal-peran-dan-fungsi-perawat-yang-perlu-diketahui/detail