Anda di halaman 1dari 6

Kasus 1:

Pengurus Koperasi di Pelabuhan Kalabahi Alor Diduga Gelapkan Uang TKBM

Alor, Swarantt.net – Pengurus Koperasi berinisial MH dan AT diduga telah menggelapkan uang
milik Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Kalabahi Alor.

Informasi ini diterima Swarantt.net dari Kuasa Hukum TKBM, Wawan Abdulah Goran melalui
keterangan pers pada Kamis 24 Oktober 2019. “Kami sudah laporkan peristiwa ini ke Polisi dan
hari ini agenda pemeriksaan Saksi” terang Wawan. Lebih lanjut Dia menerangkan bahwa dugaan
penggelapan ini muncul ketika MH dan AT membuat laporan keuangan tahun buku 2018 pada
tanggal 28 Desember 2018 lalu.

Menurut Dia, sebelumnya MH dan AT tidak pernah membuat laporan keuangan atau tidak
pernah mengadakan Rapat Anggota Tahunan bersama TKBM selaku anggota koperasi.

“Setelah melaporkan keuangan di tahun 2018 lalu Anggota koperasi menemukan banyak
kejanggalan terkait pertanggungjawaban keuangan. Dari laporan tersebut TKBM menduga
bahwa MH dan AT telah menggelapkan uang koperasi yang diketahui sebesar Rp. 3 Miliar,
pasalnya uang milik TKBM sebesar 3 Miliar itu hanya dilaporkan 1 Miliar” Kata Wawan.

“Dari uang sebesar Rp. 3 Miliar itu, Pengurus Koperasi hanya melaporkan Rp. 1 Miliar, berarti
sekitar 2 Miliar uang koperasi milik TKBM tidak diketahui keberadaannya” Katanya lagi.

Hal senada diterangkan oleh Ketua Regu Kerja II TKBM, Alaudin Naran.

Dikatakannya bahwa sebelumnya Pengurus Koperasi telah melakukan pemotongan uang


anggota sebanyak 15 % dengan alasan digunakan untuk pembiayaan operasional kantor, intensif
Pengurus, biaya berobat anggota, pinjaman anggota dan uang simpanan hari tua.

“Peristiwa ini tentu sangat merugikan anggota TKBM karena Pengurus Koperasi sebelumnya
tidak pernah mengadakan RAT terkait pemotongan ini” terang Alaudin.

Untuk diketahui bahwa kasus ini telah diselidiki Polres Alor dan akan segera dilakukan gelar
perkara jika terlapor dan pelapor sudah dimintai keterangan.

Laporan: Galis Antong


Pembahasan kasus 1:

Masalah tersebut di picuh karena tidak perna di adakan Rapat Anggota Tahunan bersama TKBM
(Tenaga Kerja Bongkar Muat) selaku anggota koperasi sehingga tidak perna di adakan
pengecekan terkait laporan keuangan koperasi. MH dan HT selaku pengurus koperasi tidak
perna melaporkan keuangan koperasi hal tersebut menjadi kesempatan bagi mereka untuk
menggelapkan uang dari sebesar RP 3 Miliar,pengurus koperasi hanya melaporkan 1 Miliar yang
berarti 2 Miliar tidak diketahui keberadaan nya, Namun Hal senada diterangkan oleh Ketua Regu
Kerja II TKBM, Alaudin Naran.Dikatakannya bahwa sebelumnya Pengurus Koperasi telah
melakukan pemotongan uang anggota sebanyak 15 % dengan alasan digunakan untuk
pembiayaan operasional kantor, intensif Pengurus, biaya berobat anggota, pinjaman anggota
dan uang simpanan hari tua. Peristiwa tersbut sangat merugikan anggota TKMB karena
pengurus koperasi sebelumnya tidak perna mengadakan RAT terkait pemotongan ini.

Dalam manajemen Koperasi ada tiga unsur utama atau perangkat organisasi Koperasi, yaitu
rapat anggota, pengurus dan badan pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan
tertinggi dalam Koperasi, pengurus merupakan pemegang amanah hasil rapat anggota, dan
badan pengawas sebagai pihak yang mengawasi pengurus dalam menjalankan amanah rapat
anggota. Dari ketiga unsur manajemen Koperasi ini, pengurus merupakan unsur yang paling
memegang peranan. Oleh karena itu pengurus haruslah mereka yang memiliki kemampuan dan
komitmen tinggi dalam memajukan Koperasi.

Sebagai badan usaha Koperasi harus dikelola secara profesional, sehingga pengurus yang
mendapat amanah dari anggota untuk menjalankan aktivitas organisasi dan usaha Koperasi
perlu memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara pengelolaan Koperasi. Salah satunya
adalah dalam pengelolaan keuangan atau permodalan. Hal ini sesuai dengan tugas pengurus
sebagaimana dinyatakan dalam Ayat 1 Pasal 30 UU No. 25 Tahun 1992, antara lain yang
berhubungan dengan pengelolaan keuangan adalah:

1.Mengelola Koperasi dan usahanya

2.Mengajukan rencana kerja serta rancangan anggaran pendapatan dan belanja Koperasi
(RAPBK)

3.Mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas

4.Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib.

MH dan HT telah melanggar tugas penggurus dalam Ayat 1 Pasal 30 UU NO.25 tahun 1992.
Kasus 2:

SHU Koperasi Tak Jelas, Waket DPRD Ancam Lapor ke Polda

NANGA BULIK – Sejak dilaporkan pada 12 September 2018, kasus dugaan penyimpangan dana
sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Berkah Kujan Bersatu di Nanga Bulik, Lamandau senilai kurang
lebih Rp 2 miliar, belum ada kejelasannya. Para anggota koperasi itu pun mempertanyakan
proses hukum terkait kasus tersebut.

Jika tak ada kejelasan, pihaknya akan menyampaikan laporan lanjutan ke Polda Kalteng.

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lamandau, Martinus Maka yang juga
merupakan anggota koperasi Berkah Kujan Bersatu menyoroti atas lambannya perkembangan
laporan pengurus koperasi masa kepemimpinan Kapiyudin periode 2018.

Maka yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Koperasi Berkah Kujan Bersatu
mempertanyakan, kejelasan terkait kasus tersebut. “Kami sebagai anggota koperasi dan
pengurus ingin meminta kejelasan dari pihak kepolisian, kalaupun ada atau tidaknya unsur
pelanggaran, kepolisian harus mengumumkan ini.

"Terlebih aduan masyarakat sudah dilaporkan sejak 12 September lalu, hingga kini tidak ada
kejelasan,” kata Maka kepada Kalteng Pos, Senin (1/10).

Maka menjelaskan, pihaknya minta sikap pemerintah daerah untuk hadir di tengah masyarakat
membantu menyelesaikan masalah ini.

“Pemda seharusnya hadir di tengah masyarakat terkait masalah ini, agar masalah bisa cepat
selesai, dan masyarakat tidak ada yang merasa dirugikan,” harapnya.

Ditambahkannya, pihaknya menanti kelanjutan kasus ini, dan mendorong kepolisian agar
transparan untuk menjelaskan kepada masyarakat. “Kami tunggu sampai akhir bulan ini, jika
tidak ada perkembangan dari kepolisian, maka laporan ini akan naikan tingkatnya ke polda,”
tegas politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Sebelumnya, Martinus Maka beserta sejumlah anggota Koperasi Berkah Kujan Bersatu
melaporkan Kapiyudin, ketua koperasi periode 2018 ke polisi pada Rabu (12/9).

Laporan itu, terkait dugaan penyimpangan dana yang berimbas pada tertundanya pembayaran
sisa hasil usaha (SHU) kepada anggota koperasi selama 3 bulan untuk periode Mei, Juni dan Juli
2018 senilai Rp 2 Miliar lebih.
Laporan ke polisi itu dilakukan anggota koperasi berdasarkan hasil kesepakatan bersama. Pada
intinya, para anggota berharap agar pencairan dana yang tertunda selama tiga bulan segera
realisasikan.

“Jadi mereka sepakat pada 12 September itu, mantan pengurus koperasi dilaporkan ke pihak
berwajib dan kami berharap persoalan ini jangan sampai berlalur-larut. Kepada pihak berwajib
agar cepat diproses. Mengingat banyak anggota koperasi yang menanti kepastian pencarian
dana mereka,” kata Maka.

Permasalahan ini bermula saat koperasi Berkah Kujan Bersatu masa kepemimpinan Kapiyudin
melaksanakan rapat anggota tahunan (RAT) pada 1 Agustus 2018. Dalam perjalanannya, setelah
paparan dari manajemen, mayoritas masyarakat tidak menerima laporan RAT tersebut, sehingga
terjadi pergantian pengurus yang lama yang kala itu dipimpin Kapiyudin.

Setelah itu, terpilihlah Ibramsyah sabagai ketua Koperasi Berkah Kujan Bersatu yang baru.
Masyarakat menaruh harapan besar kepada pengurus yang baru untuk proses pencairan agar
bisa segera direalisasikan.

“Namun kepengurusan yang baru justru terkendala, lantaran pengurus lama tidak mau
menyerahkan aset dan tidak mau menyerahkan daftar hadir serta tidak adanya transparansi
tentang simpan pokok milik peserta koperasi yang diwajibkan membayar Rp 50 ribu setiap bulan
selama 1 tahun terakhir,” ungkapnya. (lan/ens/ctk/nto)

Berita lanjutan kasus 2:

Soal Kasus SHU Koperasi Berkah Kujan, Begini Penjelasan Kapolres Lamandau

NANGA BULIK – Hingga Jumat (5/10), kasus kasus pembagian sisa hasil usaha (SHU) Koperasi
Berkah Kujan Bersatu sebesar kurang lebih Rp 2 miliar, telah 24 hari sejak dilaporkan 12
September 2018. Dan sampai saat ini, statusnya masih dalam tahap penyidikan.

Kapolres Lamandau AKBP Andika K Wiratama mengatakan, saat ini kasus koperasi itu proses
penyidikan. Petugas sudah turun ke lapangan untuk mengumpulkan dokumen serta keterangan
di lapangan.

“Ada beberapa bahan keterangan yang belum bisa dapat, makanya kami tidak bisa terburu-buru
dalam kasus ini,” ujar Andika, kepada Kalteng Pos, Jumat (5/10).

Menurut Andika, pihaknya tidak mau gegabah dalam menentukan apakah terlapor memenuhi
unsur pidana sesuai yang dilaporkan atau tidak.
“Hingga kini kami masih belum memeriksa sejumlah saksi, baru dalam tahap mengumpulkan
data dan dokumen di lapangan. Yang jelas, penyidik saya sudah jalan. Tunggu saja
kelanjutannya,” imbuhnya.

Kapolres berharap masyarakat juga bisa menghormati proses yang sedang berjalan dengan
bersabar terkait kasus SHU koperasi tersebut, sehingga petugas bisa fokus menjalankan
tugasnya di lapangan.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua DPRD Lamandau, Martinus Maka, sempat


mempertanyakan lambannya penanganan kasus Koperasi Berkah Kujan Bersatu.

Martinus Maka yang juga anggota koperasi itu bahkan mengancam akan melapor ke Polda
Kalteng, jika penanganan kasus tersebut tidak kunjung menunjukan kemajuan.

Dilaporkannya kasus pembagian sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Berkah Kujan Bersatu sebesar
kurang lebih Rp 2 miliar ini ke Polres Lamandau, merupakan buntut atas tidak diserahkannya
sejumlah berkas koperasi seperti rekening dan lainnya oleh ketua koperasi, Kapiyudin kepada
pengurus baru.

Pembahasan Kasus 2:

Kasus diatas didasari karena pergantian kepengurusan, pengurus yang lama tidak menyerahkan
sejumlah berkas koperasi seperti rekening, kepengurusan yang baru justru terkendala, lantaran
pengurus lama tidak mau menyerahkan aset dan tidak mau menyerahkan daftar hadir serta
tidak adanya transparansi tentang simpan pokok milik peserta koperasi yang diwajibkan
membayar Rp 50 ribu setiap bulan selama 1 tahun terakhir sehingga menimbulkan kasus
dugaan penyimpangan dana sisa hasil usaha (SHU) Koperasi Berkah Kujan Bersatu di Nanga
Bulik, Lamandau senilai kurang lebih Rp 2 miliar, belum ada kejelasannya. Para anggota koperasi
itu pun mempertanyakan proses hukum terkait kasus tersebut.Dari aspek legalistik, pengertian
SHU menurut pasal 45 UU No. 25 adalah :

SHU Koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam 1 tahun buku dikurangi dengan
biaya, penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak dalam 1 tahun buku yang bersangkutan.

SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha
yang dilakukan oleh masing-masing anggota dalam koperasi, serta digunakan untuk keperluan
pendidikan perkoperasiaan dan keperluan koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota.

Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.Penetapan


pembagian SHU kepada para anggota serta jenis dan jumlahnya untuk keperluan lain ditetapkan
dalam rapat anggota sesuai dengan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.
Perlunya keterbukaan atau transparansi antara pengurus lama dengan pengurus baru agar tidak
adanya masalah.

Anda mungkin juga menyukai