Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PROGRAM

PENANGGULANGAN MASALAH ANEMIA


BERBASIS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MATA KULIAH PEMBERDAYAAN GIZI MASYARAKAT

Disusun Oleh :

Talita Ramadhany Nur Azizah

NIM : P07131217045

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIK
JURUSAN GIZI
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan penurunan kadar
hemoglobin (Hb), jumlah sel darah merah dan gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik
maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak
pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin
(Hb) dalam darah dari harga normal.
Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja dan ibu
hamil. Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia dunia berkisar
40-88%. Jumlah penduduk usia remaja (10-19 tahun) di Indonesia sebesar
26,2% yang terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1% perempuan (Kemenkes RI,
2013).
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita
anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri
mengalami mentruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan
sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Batas kadar Hb
remaja putri untuk mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang 12
gr/dl.
Anemia merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung
kematian ibu hamil. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah tertinggi
bila dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya. Perempuan yang
meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami
penurunan pada tahun 2013 sebesar 289.000 orang. Target penurunan angka
kematian ibu sebesar 75% antara tahun 1990 dan 2015 (WHO, 2015). Jika
perempuan mengalami anemia akan sangat berbahaya pada waktu hamil dan
melahirkan. Perempuan yang menderita anemia akan berpotensi melahirkan
bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Selain itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik pada ibu maupun bayi pada waktu proses
persalinan. Pada ibu hamil keadaan anemia ditandai dengan rendahnya kadar
Hb yaitu kurang dari 11gr/dl.
Faktor risiko terjadinya anemia adalah rendahnya asupan zat besi,
absorpsi zat besi yang rendah, yang dapat disebabkan dari konsumsi makanan
yang mengandung fitat dan fenol. Selain itu , terjadinya anemia juga
disebabkan oleh kurang energy kronis (KEK) , umur kehamilan, paritas, status
gizi, pola mengkonsumsi dan tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
atau tablet zat besi. Oleh sebab itu, perlu dilakuka upaya penanggulangan
anemia berbasis masyarakat. Program yang selama ini dilakasanakan adalah
program TTD, penyuluhan, dan PMT.

B. Tujuan
Untuk memahami konsep penaggulangan masalah anemia berbasis
pemberdayaan masyarakat.

C. Manfaat
Untuk memperoleh pemahaman tentang pemberdayaan masyarakat di bidang
penanggulangan anemia.
BAB II

HASIL KAJIAN

A. Jenis kegiatan
1. TTD
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program suplementasi tablet
tambah darah (TTD) berupa zat besi (200 mg FeSO4) dan asam folat (0,25
mg) setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturut-turut. 1 (satu)
Tablet Tambah Darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 tablet
setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, 1 (satu) Tablet Tambah Darah
setiap hari paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari
setelah melahirkan. Program ini dilaksanakan dan dipantau oleh petugas
puskesmas.
a. Tenaga :
Kegiatan tablet tambah darah ini dilakukan oleh tenaga kesehatan dari
puskesmas.
b. Dana :
Dana yang diperoleh dari pemerintah
c. Sumber daya :
Sumber daya yang mebantu terlaksananya kegiatan ini adalah
tempatnya yang berada di puskesmas.
d. Alat dan bahan :
1) Tablet tambah darah
2) Alat pengukur Hb

2. Penyuluhan tentang penanggulangan anemia


Penanggulangan anemia dapat juga dilakukan dengan melakukan
sosialisasi melalui penyuluhan di puskesmas, sekolah, dan posbindu.
a. Tenaga :
Penyuluhan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dari petugas
puskesmas maupun kader posyandu yang sudah terlatih.
b. Dana :
Dana yang digunakan untuk penyuluhan dari puskesmas, berasal dari
puskesmas. Sedangkan, penyuluhan yang dilakukan di masrayarakat,
berasal dari iuran warga.
c. Sumber daya :
Sumber daya yang mendukung program ini adalah tempat
dilkasanakan penyuluhan, baik di puskesmas maupun di sekolah-
sekolah.
d. Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam penyuluhan adalah power point.

3. PMT
PMT biasanya diberikan untuk ibu hamil dalam bentuk biscuit dan
susu. PMT diberikan saat pemeriksaan di puskesmas atau saat ada
kegiatan posyandu. Pada usia kehamilan 3 bulan, dua keping biskuit per
hari. Sedangkan untuk kehamilan 3-9 bulan diberikan tiga biskuit per hari.
a. Tenaga :
Tenaga yang berperan dalam PMT ini adalah petugas puskesmas jika
sedang melakukan pemeriksaan di puskesmas. Jika melakukan
pemeriksaan di posyandu dapat dilakukan oleh kader posyandu
maupun petugas puskesmas.
b. Dana :
Dana yang digunakan untuk pembuatan PMT berasal dari pemerintah
dan iuran warga yang datang ke posyandu.
c. Sumber daya :
Sumber daya yang mendukung kegiata ini adalah tempat pelaksanaan
kegiatan PMT.
d. Bahan
Bahan yang digunkan dalam pembuatan PMT diperoleh dari pangan
sekitar.

B. Peran pemerintah
Pemerintah membina kader posyandu dan memberikan fasilitas berupa dana
dan tablet tmbah darah.

C. Peran masyarakat
1. Program TTD
Para kader cenderung kurang aktif dalam program ini. Selain itu, program
ini yang terlibat adalah remaja putri, WUS, dan ibu hamil. Sebagian
masyarakat sudah sadar dan paham mengenai anemia sehingga memiliki
kepatuhan mengonsumsi tablet tambah darah. Namun, sebagian
masyarakat masih ada yang belum memiliki kepatuhan untuk
mengonsumsi tablet tambah darah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan kajian program penanggulangan anemia, program yang
sudah terlaksana meliputi, TTD, penyuluhan, dan PMT untuk ibu hamil.
2. Berdasarkan kajian program penanggulangan anemia, program tersebut
belum berbasis masyarakat karena peran pemerintah yang mendominasi
dan dipantau oleh petugas puskesmas.
B. Saran
Kegiatan penanggulangan anemia berbasis masyarakat sebaiknya
harus selalu dipantau dan dievaluasi setiap perkembangannya. Selain itu, perlu
adayan pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat mengenai permasalahan
gizi pada remaja putri, WUS, dan ibu hamil sehingga dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengentasan gizi buruk.
Daftar pustaka

http://lppm.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/B401.pdf

academia.edu/31135172/KERANGKA_ACUAN_KEGIATAN_Tablet_Fe_pada_Bumil

http://smkn1purwokerto.sch.id/lihat/2018/01/10/1550/sosialisasi-
penyuluhan-anemia-dari-puskesmas-i-purwokerto-timur

Anda mungkin juga menyukai