Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT

DIABETES MELITUS

Disusun oleh :

Eina (P071312170
Talita Ramadhany N.A. (P07131217045)

PRODI D IV GIZI

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN 2017 / 2018


1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh  peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia). (Baughman, 2000) Kadar gula darah normal adalah 120 mg/dl.
Diabetes mellitus akan menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal seperti penyakit
jantung, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis jika
dibiarkan tidak terkendali. (Krisnatuti, 2014) Pada penderita diabetes mellitus, terdapat
penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin, atau penurunan atau
tidak terdapatnya  pembentukan insulin oleh pankreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolik akut seperti
ketoasidosis diabetik dan sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketosis (HHNK).
(Baughman, 2000)
 Diabetes mellitus sendiri memiliki 2 tipe, yaitu:
a. Diabetes Mellitus tipe 1:
Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
  Pada diabetes mellitus tipe ini, sel-sel beta pankreas yang normalnya
menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun. Hal ini menyebabkan  penderita
memerlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. (Baughman, 2000)
Penderita jenis ini mengalami kerusakan sel-sel pada pulau langerhans dalam  pankreas
yang memproduksi insulin. (Krisnatuti, 2014) 
b. Diabetes Mellitus tipe 2:
  Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Diabetes mellitus tipe 2 diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. (Baughman, 2000)
Berkurangnya sensitivitas terhadap insulin ditandai dengan meningkatnya kadar insulin
dalam darah. Pada tahap ini hiperglikemia dapat diatasi, salah satunya dengan
penggunaan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau
mengurangi produksi glukosa dari hati. Diabetes tipe 2 ini lebih sering terjadi jika
dibandingkan dengan diabetes tipe 1. (Krisnatuti, 2014)
 
 
Tabel 2. Perbandingan Perbedaan DM tipe 1 dan 2
DM Tipe 1 DM Tipe 2
Mula muncul Umumnya masa kanakkanak Pada usia tua, umumnya > 40
dan remaja, walaupun ada tahun
juga pada masa dewasa < 40
tahun
Keadaan klinis saat diagnosis Berat Ringan
Kadar insulin darah Rendah, tak ada Cukup tinggi, normal
Berat badan Biasanya kurus Gemuk atau normal
Pengelolaan yang disarankan Terapi insulin, diet, olahraga Diet, olahraga, hipoglikemik
oral

2. Riwayat Alamiah Diabetes Mellitus


Terdapat 5 tahap Riwayat Alamiah Penyakit Diabetes Melitus:
a. Tahap Prepatogenesis
Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum dinyatakan
diabetes. Tahap prepatogenesis dapat berpindah menjadi pre diabetes dipengaruhi oleh
faktor resiko masing-masing individu.  
b. Tahap Prediabetes
Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar
normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa pre-diabetes ini  belum terdapat
abnormalitas dari metabolisme, tapi sudah membawa faktor genetik (carriers). Kondisi
pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan stroke.
Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat menjadi
diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun. Ada dua tipe kondisi pra-diabetes:
 Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah  puasa
seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah puasa normal: <100 mg/dl).
 Impaired Glucose Tolerance (IGT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yaitu
keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang pada uji toleransi glukosa berada di
atas normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan ke dalam kondisi diabetes.  
c. Tahap Diabetes Kimiawi
Pasien masih bersifat asimptomatik (belum timbul gejala-gejala) namun sudah terdapat
abnormalitas metabolisme pada pemeriksaan laboratoris.
d. Tahap Klinis
Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda  penyakit DM.
Gejala-gejala diabetes melitus yaitu Trias DM (Poliuria, Polidipsia, Polifagia).
e. Tahap Akhir Penyakit
Penyakit Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan.
Penyakit ini hanya dapat dikontol dan diberi pengawasan khusus. Penyakit komplikasi
yang muncul dari penyakit diabetes melitus dapat menimbulkan kecacatan atau kematian
misalnya katarak, ganggrene, stroke, PJK, dll. Apabila tidak muncul komplikasi, individu
tersebut tetap akan menjadi carier atau  pembawa sifat penyakit dan dapat menularkan
kepada keturunannya.

Sedangkan untuk riwayat alamiah dari DM tipe 2 ada 4 tahapan yaitu:


a. Dimulai pada saat lahir, dimana kadar gula darah masih dalam batas normal tetapi
individu tersebut mempunyai resiko untuk DM tipe 2 oleh karena  polimorphisme genetik
(diabetogenic genes).
b. Penurunan sensitifitas insulin timbul karena hasil dari predisposisi genetik dan gaya
hidup (faktor lingkungan) yang mana awalnya terkompensasi oleh  peningkatan fungsi sel
β mengalami penurunan, dengan tes toleransi glukosa ditemukan gangguan toleransi
glukosa. Pada keadaan ini fungsi sel β jelas abnormal tetapi kebutuhan untuk
mempertahankan kadar gula darah puasa masih normal.  
c. Hasil dari kemunduran fungsi sel β dan peningkatan resistensi insulin. Kadar gula darah
puasa dapat meningkat disebabkan produksi glukosa endogen  basal,tetapi pasien masih
dalam keadaan asimptomatik. 
d. Pada tahap ini terjadi kemunduran fungsi sel β, kadar gula darah puasa dan post prandial
jelas meningkat dan biasanya pasien dalam keadaan simptomatis
 
3. Level of Prevention Diabetes Mellitus
Upaya pencegahan terjadinya diabetes milletus terdiri atas tiga tahap sebagai  berikut:
a. Pencegahan Primer 
  Pencegahan primer ialah mencegah orang yang normal dan pengidap  prediabetes agar
tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa dirinya
mengidap prediabetes. Prediabetes dapat dicegah agar tidak menjadi diabetes dengan
mengendalikan faktor risiko diabetes.Pencegahan dini terjadinya diabetes dapat dilakukan
dengan mencegah kelebihan bobot badan dan kegemukan (obesitas), olahraga teratur, serta
pengaturan pola makan yang baik. Selain itu, kondisi prediabetes dapat diterapi dengan
obat-obatan.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu, berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi
diabetes. Jadi, pencehagan sekunder ini diperuntukkan bagi orang yang telah mengidap
penyakit diabetes. Berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi upaya tersebut
meliputi lima pilar, diantaranya :
 Edukasi Diabetes, dapat melalui kegiatan membaca, ceramah edukasi, seminar, dan
lain sebagainya.
 Mengatur pola makan, harus mengatur pola makan dengan prinsip 3J (tepat Jadwal,
tepat Jenis, tepat Jadwal makan)
 Melakukan aktivitas fisik dan olahraga, dosis olahraga dapat diatur dengan  pedoman
FIT (Frekuensi, Intensitas, Time)
 Obat hipoglikemik oral dan mungkin juga suntikan insulin.diberikan jika upaya
pengaturan makanan dan olahraga tidak cukup mengendalikan kadar gula dara.
 Pemantauan gula darah secara mandiri, pemeriksaan gula darah secara mandiri
bermanfaat agar pengidap diabetes dapat mengetahui kadar gula darahnya sehingga
dapat mengatur pola makan, aktivitas, dan dosis obat atau dosis hormon insulin yang
harus diterapkan.
c. Pengendalian Tersier
  Apabila pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi diabetes, maka tindakan
pencegahannya adalah mencegah kecacatan akibat berbagai komplikasi diabetes. Pengidap
diabetes harus tetap menjalani lima pilar  pencegahan diabetes. Berbagai penyakit
komplikasi seperti penyakit jantung koroner, retinopeti diabetik, atau nefropati
diabeti harus diterapi oleh dokter agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan,
atau kegagalan fungsi jantung.
 
Patogenesis Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis. Ini bersamaan dengan
rusaknya autoimun pada sel beta di pankreas yang menyebabkan berkurangnya produksi insulin
hingga menjadi abnormal yang menghasilkan resistensi terhadap kerja insulin. Apabila jumlah
atau dalam fungsi insulin mengalami defisiensi, hiperglikemia akan timbul sehingga
menyebabkan diabetes. Kekurangan insulin  bisa absolut apabila pankreas tidak menghasilkan
sama sekali insulin atau menghasilkan insulin, tetapi dalam jumlah yang tidak cukup, misalnya
yang terjadi pada DM tipe 1. Patogenesis DM tipe 2 didasari atas gangguan sekresi insulin oleh
sel beta pancreas dan gangguan kerja insulin akibat ketidakpekaan (insensitifitas) jaringan
sasaran (target) terhadap insulin (Josten dkk, 2006). Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila
pankreas menghasilkan insulin dalam jumlah yang normal, tetapi insulinnya tidak bekerja secara
efektif. Hal ini terjadi pada penderita DM tipe 2, dimana telah terjadi resistensi insulin. Baik
kekurangan insulin absolut maupun relatif akan mengakibatkan gangguan metabolisme bahan
bakar untuk melangsungkan fungsinya, membangun jaringan  baru, dan memperbaiki jaringan
(Baradero dkk, 2005 dalam Syamiyah, 2014).
 
Meskipun patogenesis DM tipe 2 belum dimengerti sepenuhnya, tapi ada 3 faktor penting yang
perlu diperhatikan yaitu: (1) faktor-faktor genetik; (2) gangguan fungsi sel beta pankreas; dan (3)
penurunan kerja insulin pada jaringan yang peka terhadap insulin (insulin resisten), yang
meliputi otot kerangka, hati dan jaringan lemak. Resistensi insulin pada DM tipe 2 sebenarnya
tidak begitu  jelas, tetapi faktor-faktor di bawah ini banyak berperan:
a. Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel) 
b. Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c. Kurang gerak badan
d. Faktor keturunan

 
DM tipe 2 sering tidak memiliki gejala, sehingga banyak kasus yang tidak terdiagnosis setelah
penyakit ini mulai menunjukkan komplikasi berupa kerusakan  pada organ tubuh seperti mata,
ginjal, saraf, gusi, gigi dan pembuluh darah. Penderita DM tipe 2 ini sebelumnya tidak
mempunyai gangguan pada pankreas maupun produksi insulin, baru dengan berjalannya waktu,
pengeluaran hormon insulin mulai mengalami gangguan (Handayani, 2003).
 
Insulin bekerja pada hidratarang, lemak, serta protein, dan kerja insulin ini  pada dasarnya
bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolik sehingga gula, lemak, dan asam amino dapat
disimpan serta tidak terbakar habis. Jika tidak ada insulin, lemak, gula, dan asam amino tidak
dapat masuk ke dalam sel sehingga unsur-unsur gizi tersebut tetap berada di dalam plasma.
Sebagai akibatnya, sel-sel tubuh mengalami starvasi dan terjadi peningkatan kadar glukosa,
kolesterol, serta lemak. (Jordan, 2002 dalam Syamiyah, 2014).
 
Berkurangnya hasil kerja insulin adalah dari tidak cukupnya sekresi insulin dan/atau kurangnya
respon jaringan terhadap insulin dalam jalur kompleks kerja hormon. Penurunan sekresi insulin
dan resistensi kerja insulin sering terjadi  pada pasien yang sama, dan itu menjadi tidak jelas apa
kelainannya. Jika hanya salah satu saja, penyebabnya adalah hiperglikemia.
 
Gejala hiperglikemia meliputi polyuria, polydipsia, penurunan berat  badan, kadang dengan
polipagia, dan penglihatan kabur. Melambatnya  pertumbuhan dan kerentanan terhadap infeksi
tertentu juga dapat menyertai  penderita hiperglikemia kronik. Bahayanya, ancaman hidup dari
akibat diabetes adalah hiperglikemia dengan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar nonketotik.
 
Komplikasi jangka panjang dari diabetes meliputi retinopati dengan potensi hilangnya
penglihatan; nefropati yang menyebabkan gagal ginjal; neuropati  perifer dengan risiko ulkus
kaki, amputasi, dan sendi Charcot, dan neuropati otonom yang menyebabkan gejala
gastrointestinal, genitourinary, kardiovaskuler dan disfungsi seksual. Glikasi protein jaringan dan
makromolekul lainnya serta kelebihan produksi senyawa poliol dari glukosa adalah salah satu
mekanisme  berpikir untuk menghasilkan kerusakan jaringan dari hiperglikemia kronis. Pasien
dengan diabetes memiliki peningkatan komplikasi atherosklerosis, pembuluh darah perifer, dan
penyakit serebrovaskular, hipertensi, kelainan metabolisme lipoprotein, dan penyakit periodontal
seiring ditemukan pada penderita diabetes. Dampak emosional dan sosial diabetes dan tuntutan
terapi dapat menyebabkan disfungsi psikososial yang signifikan pada pasien dan keluarganya
(Jafar, 2004).
http://www.academia.edu/15703379/Ruang_Lingkung_Diabetes_Mellitus

Anda mungkin juga menyukai