Anda di halaman 1dari 21

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EKSTRAK DAUN TALAS (Colocasia esculenta)

DENGAN METODE PERKOLASI YANG BERASAL DARI DESA BOLLANGI KEC.

PATTALLASSANG, KAB. GOWA

NAMA : ERWIN HAMZAH

KELAS / KELOMPOK : IIA/A1

HARI PRAKUM : KAMIS

PEMBIMBING : Drs.H.ISMAIL IBRAHIM M,Kes,Apt

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

JURUSAN FARMASI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakanag

Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, hampir segalah

jenis tumbuhan dapat tumbuh di Negara ini. Sebagian besar sudah di manfaatkan oleh nenek

moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit (Rahmawan, 2008). Wilayah hutan tropika

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke dua di dunia setelah Brazilia. Indonesia

dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun baru 1.000 jenis saja yang sudah di data,

sedangkan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional

(Arief,2008).

Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa yang dikenal

dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk

dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini

antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit

sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas dan

berfungsi sebagai pelindung tumbuhan.

Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara membuat obat

sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan tanaman yang berkhasiat obat

untuk dijadikan obat herbal ataupun disintesis.

Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada di

dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu caranya adalah memalui ekstraksi untuk

mendapatkan ekstrak yang nantinya akan mempermudah proses identifikasi.


Untuk itu pada praktikum ini dilakukan percobaan ekstraksi dengan metode ekstraksi

perkolasi dan cairan penyari yang sesuai untuk mendapatkan ekstrak dari sampel.

B. Maksud Dan Tujuan

1. Maksud percobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah :

a. Mengetahui cara Ekstraksi Daun Talas (Colocasia esculenta)

Mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam Daun Talas (Colocasia

esculenta ) ekstrak yang diperoleh diidentifikasi komponen kimianya secara kualitatif

dengan menggunakan pereaksi warna dan teknik KLT.

2. Tujuanpercobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

a. Menentukan cara Ekstraksi Daun Talas (Colocasia esculenta)

b. Menentukan senyawa kimi yang terkandung dalam Daun Talas (Colocasia

esculenta )

3. Prinsip Percobaan

Simplisia Daun Talas (Colocasia esculenta ) yang telah dikumpulkan disortasi basah lalu

dicuci. Sampel kemudian dikeringkan dan dirajang (dipotong kecil-kecil) kemudian

dilakukan sortasi kering lalu diserbukkan (serbuk kasar)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau penyarian komponen kimia

dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu. Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk

menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi dapat kita

lakukan pada sampel yang berasal dari tumbuhan atau tanaman, hewan dan mineral atau pelican

(Dirjen POM, 1979).

Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisisa

diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam

simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut

dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam

pelarut

Salah satu metode untuk mendapatkan ekstrak adalah metode perkolasi.Perkolasi adalah

ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada

temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap

perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih

baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:


Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan

larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan

konsentrasi

Salah satu tanaman berkhasiat obatyang digunakan oleh masyarakat untuk

menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, berak darah,

tersiram air panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternative obat luka yaitu

tanaman Talas (Dalimartha,2006).

Tanaman Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun yang termasuk

dalam suku talas-talasan (Araceae), dari keseluruhan bagian tanaman Talas diduga dapat

berfungsi sebagai alternatif obat luka, pada bagian tangkai daun tanaman Talas yang sering

digunakan sebagai pembalut luka baru atau sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, 2006).

Tanaman Talas diduga memiliki kandungan yang diantaranya yaitu flavonoid dan saponin (Biren

et al., 2007).

B. Uraian bahan

1. Aquades (FI eds IV, 1995 : 96)

Nama Resmi : Aqua destilata.

Nama Lain : air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat molekul  : 18

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak  berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik


2. Etanol (FI eds IV, 1995 : 65 )

Nama resmi : Aethanolum

Sinonim : Etanol, alcohol

RM/BM : C2H6O/46,07

Pemerian : Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut

menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada lidah.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di

tempat sejuk jauh dari nyala api.

3. Kloroform (FI eds IV, 1995 :151 )

Nama                        : Chloroform

Nama lain                  : kloroform

Berat molekul            : 119,38 g/mol

Rumus molekul         : CHCl3 

Pemerian                   : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis

dan membakar.

Kelarutan                  : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam

etanol mutlak, dalam eter, dalam sebagian besar pelarut

organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.

Penyimpanan            : dalam wadah tertutup baik bersumbat kaccca, terlindung dari

cahaya.

4. Metanol (FI eds IV, 1995 :706 )

Nama Resmi : Metil Alkohol


Nama Lain       : Metanol, Hidroksimetana, Metil alkohol, Metil hidrat, Alkohol

kayu, Karbinol.

Berat Molekul      : 32.04 g/mol

Rumus Molekul   : CH3OH

Pemerian               : Pada “keadaan atmosfer” ia berbentuk cairan yang ringan,

mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun

dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).

Kegunaan              : sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar

dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

5. Benzena(FI eds IV, 1995 : 658)

Nama Resmi : BENZENA

Rumus Molekul : C6H6

Berat Molekul : 78,11

Pemerian : Murni pereaksi

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 14,30 bagian air, larut dalam

kloroform, alkohol

6. N-heksana (FI eds IV, 1995: 283)

Nama resmi : HEXAMINUM

Nama lain : Heksamina

RM/BM : C6H12N4 / 140,19

Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak

berbau, rasa membakar an manis kemudian agak pahit. Jika di

panaskan dalam suhu ± 260⁰ menyublim.


Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95 %) P dan

dalam lebih kurang 10 bagian kloroform P

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : antiseptikum

C. Uraian tumbuhan

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Alismatelas

Famili : Araceae

Genus :  Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta 

1. Morfologi tanaman talas

a. Akar

Akar pada tanaman talas bersifat serabut, yang tersusun dari perakaran yang memiliki

sifat adventif dengan tumbuh regak mencapai kedalaman sekitar 10 s/d 20 cm bahkan lebih.

b. Batang

Batang pada tanaman talas berbentuk bulat memanjang dengan panjang mencapai rata –

rata 50 s/d 60 cm bahkan ada yang lebih yang mana batang tanaman ini memiliki warna cantik
yaitu keunguan agak kehitaman hingga kecokelatan dan memiliki bulu – bulu halus yang mampu

tumbuh dengan tegak dan juga mempunyai percabangan daun tunggal.

c. Daun

Daun tanaman talas ini adalah memiliki daun sempurna atau lengkap dengan bentuk

melebar mencapai ukuran rata – rata yaitu 50 s/d 60 cm bahkan ada yang lebih dengan warna

daun adalah hijau muda hingga tua. Daun talas merupakan daun tunggal dengan tangkai panjang

berwarna keunguan atau kecoklatan dan pangkal daun meruncing. Di samping itu daun talas juga

memiliki bagian tepi rata dengan pertulangan daun yang besar atau menonjol yang berbentuk

menjari berwarna keputihan agak kotor.

d. Bunga

Bunga tanaman talas ini memiliki ukuran rata – rata 10 s/d 30 cm dengan ukuran

seludang antara 10 s/d 30 cm dan berwarna hijau hingga kemerahan. Juga bunga ini terdiri dari

beberapa tongkol yaitu tangkai dan seludang. Bunga tanaman ini secara fisik terpisah dengan

bunga jantan dan betina yang terletak pada bagian bawah dan atas. Penyerbukan bakal buah ini

akan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara melakukan penyerbukan sendiri dengan

bantuan angin dan dengan cara bantuan hewan – hewan sekitar dengan melekatkan bunga jantan

dan bunga betina.

e. Kandungan kimia

Ada lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat secara umum yang terdapat pada berbagai

tanaman, diantaranya berbentuk rhomboid, raphide (jarum), druse (bulat), bentuk pinsil, dan

prisma (Horner dan Wagner, ) Kalsium oksalat merupakan ion oksalat dan persenyawaan garam
antara ion kalsium. Kalsium oksalat merupakan senyawa yang berbentuk kristal padat non

volatil, dan memiliki sifat larut dalam air dalam asam kuat

Selain dikonsumsi talas juga dapat dijadikan bahan baku pembuatan edible film karena

kandungan amilosa dan amilopektin talas dapat menyusun matriks tiga dimensi. Pati talas juga

bersfat larut dalam air sehingga dapat mudah dicerna oleh tubuh.

Talas juga memiliki manfaat bagi kesehatan salah satunya menjaga kesehaatan jantung.

Dapat meningkatkan sistem imun tubuh, menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, dapat

berfungsi sebagai anti-aging dan mengatasi kelelahan. Selain itu umbi talas juga dapat

menyeimbangkan pH didalam tubuh. Salah satu keunggulan umbi talas mempunyai efek

antiwelling yaitu anti pembengkakan.

kandungan kimia

Tabel 1. Direktorat Rangai Bradbury

Komposisi Gizi

Kimia Talas

Mentah (per

100 gram)

Komposisi
(1992) (1997) (1998)
Kalori (kal) 98.0 85.00 -
Air (g) 73.00 77.50 69.1
Karbohidrat (g) 23.70 19.00 24.5
Protein 1.90 2.50 1.12
Gula (gram) - - -
Abu (gram) - - 0.87
Serat Kasar (g) - - 1.46
Lemak (g) 0.20 0.20 0.10
Fosfor (mg) 61.00 64.00 70
Kalsium (mg) 28.00 32.00 32
Besi (mg) 1.00 1.00 0.43
Natrium (mg) - 7.00 1.8
Vitamin C 4.00 10.00 15

(mg)
Vitamin B1 0.13 0.81 0.032

(mg)
Vitamin A 20.00 - -

(mg)
Ribovlavin - 0.41 0.025

D. Uraian Kromatografi lapis tipis

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan

perambatan komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya

akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan

komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.

Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang

mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat.

1. Fase diam

Pelaksaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silica atau aluminium

yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastic yang keras. Jel silica

(aluminium) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga

mangandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultraviolet. Fase gerak

merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan

adalah aluminium-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus-

OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silica kemuudian digunakan serupa untuk aluminium.

2. Fase gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi

larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan

eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen

gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.

Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut

tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina

atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik, suatu pelarut

yang bersifat larutan relative polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya

dengan alumina.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

a.timbangan analitik,

b.tabung reaksi,

c.rak tabung,

d.batang pengaduk,

e.bunsen,

f.plat tetes,

g.pipet tetes,

h.corong pisah,

i.lampu UV 254 nm dan 366 nm, dan

j.seperangkat alat kromatografi lapis tipis (KLT).

2. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

Sampel Daun Talas (Colocasia esculenta ) n-Heksan, etil asetat, butanol, metanol, etanol,

eter, FeCl3, Serbuk Mg, kloroform, aquadest, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, pereaksi

Wagner, pereaksi H2SO4, dan lempeng KLT.

B.Metode Kerja

1. Pengambilan sampel

Sampel Daun Talas (Colocasia esculenta ) diperoleh dari Desa bolangi Kec. patallassang

Kab. gowa-Makassar.

2. Pengolahan sampel
Talas (Colocasia esculenta ) yang telah dikumpulkan disortasi basah lalu dicuci. Sampel

kemudian dikeringkan dan dirajang (dipotong kecil-kecil) kemudian dilakukan sortasi kering lalu

diserbukkan (serbuk kasar)

3. Pembuatan Ekstrak

Simplisia atau bahan yang diekstraksi secara perkolasi diserbuk dengan derajat halus

yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama 3 jam, kemudian massa dipindahkan

kedalam perkolator dan cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas permukaan bahan,

didiamkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan

mengalir dengan kecepatan 1 ml permenit. Cairan penyari ditambahkan secara kontinyu hingga

penyarian sempurna. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavator

kemudian dilakukan pengujian selanjutnya.

4. Proses Pemisahan

a. Ekstraksi Cair-Cair

Ekstrak sebanyak 5 g dilarutkan dengan 50 ml klorofom dan dimasukkan kedalam corong

pisah kemudian ditambahkan 50 ml aquadest, dimasukkan kedalam corong pisah tersebut.

Setelah itu, dikocok dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Dipisahkan lapisan yang larut

kloroform dan lapisan yang larut air, lalu lapisan yang larut kloroform dimasukkan kembali ke

dalam corong pisah dan ditambahkan 50 ml etil asetat. Dikocok dan didiamkan hingga terbentuk

2 lapisan. Masing-masing lapisan kloroform dan etil asetat kemudian dipisahkan dan ditampung

dalam vial berupa fraksi. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya diuapkan.

b. Kromatografi Lapis Tipis


Lempeng diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm. Lempeng yang telah diberi garis

diaktifkan dalam oven dengan suhu 115°C selama 15 menit. Selanjutnya fraksi dilarutkan

dengan masing-masing pelarut yg sesuai dan ditotolkan pada lempeng yang telah diaktifkan.

Dibuat eluen yang sesuai, yaitu kloroform : metanol (9 : 1). Kemudian masing-masing eluen

dimasukkan ke dalam chamber, setelah itu dijenuhkan dengan kertas saring. Dimasukan lempeng

yang telah ditotolkan kedalam chamber dan kemudian dielusi. Dilakukan pengamatan pada

penampakan noda dengan menggunakan UV 254 nm dan 366 nm.Hasilnya menunjukkan bahwa

terdapat bercak pada kromagtogram KLT yang menghasilkan zona hambat., Karakteristik bercak

dilakukan dengan penmapak bercak AICI bahwa bercak tersebut adalah senyawa flavonoid

C. Analisis Kandungan Fitokimia

a. Uji Alkaloid

Sebanyak 1 gr Ekstrak Daun Talas dimasukan ke dalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan 2 mL kloroform dan 2,5 mL ammonia 10%, lalu ditambahkan 10 tetes asam

sulfat 2 M untuk memperjelas pemisahan terbentuknya 2 fase yang berbeda. Bagian atas

dari fase yang terbentuk diambil, kemudian ditambahkan reagen mayer. Keberadaan

alkaloid dalam sampel ditandai dengan terbentuknya endapan merah.

b. Uji Flavonoid

Sebanyak 1 gr ekstrak Daun Talas dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian

ditambahkan serbuk magnesium secukupnya dan 10 tetes asam klorida pekat.

Keberadaan flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna hitam kemerahan pada

larutan.

c. Uji Tanin
Sebanyak 1 gr Ekstrak Daun Talas ditambahkan dengan air panas, kemudian di tetesi

menggunakan besi (III) klorida, keberadaan tanin dalam sampel di tandai dengan

timbulnya warna hijau kehitaman.

d. Uji Saponin

Sebanyak 1 gr Ekstrak Daun Talas ditambahkan dengan akuades kemudian dikocok kuat

selama kurang lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan diamati buih

atau busa yang terbentuk. Keberadaan senyawa saponin dalam sampel ditandai dengan

terbentuknya buih yang stabil selama 10 menit dengan tinggi 3 cm.

e. Uji Steroid dan Terpenoid

Sebanyak 1 g Ekstrak Daun Talas ditambahkan kloroform sebanyak 20 tetes, setelah itu

dikocok. Masing-masingasetat anhidrat dan asam sulfat pekatsebanyak 2 tetes

ditambahkan pada filtrat,Steroid memberikan warna biru atau hijau,sedangkan terpenoid

memberikan warnamerah atau ungu.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Fitokimia

NO UJI FITOKIMIA PERUBAHAN WARNA HASIL UJI


1 Flavonoid Terjadi perubahan warna menjadi hitam +

Kemerahan
2 Alkaloid Terbentuk endapan merah +
3 Tanin Terjadi perubahan warna hijau kehitaman +
4 Saponin Terbentuk buih stabil selama ± 10 menit. +
5 Steroid Terjadi perubahan warna hijau +
6 Terpenoid Terbentuk endapan merah +

B. PEMBAHASAN

Hasil uji kandungan fitokimia menunjukkan bahwa adanya kandungan flavonoid,

alkaloid, tanin, saponin, steroid,dan terpenoid pada Ekstrak DaunTalas. Kelima kandungan

fitokimia yangterdapat dalam Ekstrak Daun Talas tersebut mampu untuk menyembuhkan luka.

Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap

proteinextraseluler yang mengganggu integritasmembran sel bakteri (Dwidjoseputro,1994).

Selain itu, menurut Anggraini(2008) flavonoid memiliki efekantiinflamasi dimana berfungsi

sebagaianti radang dan mampu mencegahkekakuan dan nyeri.

Menurut Atmaja (2007), flavonoid juga berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu

menghambat zat yang bersifat racun. Selain flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai

antibakteri, alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga

adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut

(Robinson, 1991).

Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-porikulit,

menghentikan eksudat dan pendarahan ringan (Anief, 1997). Tanin juga mempunyai daya

antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama

dengan senyawa fenolik (Masduki, 1996).

Efek antibakteri tanin antara lain melalui : reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim,

dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Saponin memiliki kemampuan

sebagaipembersih dan antiseptik yang berfungsi membunuh kuman atau mencegahpertumbuhan

mikroorganisme yang biasatimbul pada luka sehingga luka tidakmengalami infeksi yang berat

(Robinson,1995).

Selain saponin yang diketahui memiliki peranan penting dalam penyembuhan luka karena

kemampuannya sebagai antiseptik, terpenoid juga diketahui memegang peranan penting dalam

meningkatkan proses penyembuhan luka karena terpenoid diketahui mempunyai efek

antimikroba, dan antioksidan yang kuat diduga bertanggungjawab dalam kontraksi luka dan

peningkatan kecepatan dari epitelisasi (Saroja et al., 2012)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada laporan ini dapat , Penelitan Ekstrak Daun Talas dapat disimpulkan bahwa

1. Hasil analisa reaksi senyawa yang terdapat pada Ekstrak Daun Talas mengandug
senyawa alkaloid flavanoid steroid tannin dan teraopoin
2. Pada identifikasi daun talas menggunakan Metode Kromagtografi Lapis Tipis terdapat
bercak yang menghambat zona hambat menunjukkan senyawa Flavanoid

B. Saran

pada pratikum laboratorium fitokimia diharapkan mahasiswa dapat mencerna, memahami

serta mempraktekkan dengan baik sesuai dengan prosedur kerja


DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Keseshatan Republik Indonesia.
Jakarta.

Rahmawan 2008 Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisa tumbuhan, terbitan
kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Angraini . 2008. Aktivitas Antioksidan dan Antikaker Ekstra Kulit Batang Langsat.
Tersedia dalam http://darsono-sigit.um.ac.id/wp-
conten/uploads/2009/11/laily-y-susanti.pdf (diakses tanggal 5 april 2020)

Rosyidah, dkk. 2010 Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin dari kulit batang Tumbuhan
kasturi(Mangifera casturi).fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae/wp-content/.../B-Vol.-7-No.-2-3.
(Diakses tanggal 5 april 2020).

Rukmana, H. 1997. Budidaya mangga. Jogjakarta: kaninius

Rahmawan Sjahid, Landyyun. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun
Dewandaru(Eugeniaunifloral).Tersediadalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/994/1/K100040231.pdf(diakses tanggal 5 april 2020)

Anda mungkin juga menyukai