JURUSAN FARMASI
JURUSAN FARMASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakanag
Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan alam yang melimpah, hampir segalah
jenis tumbuhan dapat tumbuh di Negara ini. Sebagian besar sudah di manfaatkan oleh nenek
moyang kita untuk mengobati berbagai penyakit (Rahmawan, 2008). Wilayah hutan tropika
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tertinggi ke dua di dunia setelah Brazilia. Indonesia
dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun baru 1.000 jenis saja yang sudah di data,
sedangkan baru sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional
(Arief,2008).
Obat tradisional dalam kimia bahan alam mengandung senyawa-senyawa yang dikenal
dengan metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk
dalam tanaman. Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini
antara lain: alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, saponin dan lain-lain. Senyawa metabolit
sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai kemampuan biokaktifitas dan
Dalam dunia farmasi banyak hal yang dipelajari. Bukan hanya cara membuat obat
sintesis saja namun juga mengenali dan memanfaatkan hewan dan tanaman yang berkhasiat obat
Sebagai seorang farmasis kita harus mengetahui dahulu kandungan apa yang ada di
dalam tanaman tersebut sebelum dipasarkan. Salah satu caranya adalah memalui ekstraksi untuk
perkolasi dan cairan penyari yang sesuai untuk mendapatkan ekstrak dari sampel.
1. Maksud percobaan
2. Tujuanpercobaan
esculenta )
3. Prinsip Percobaan
Simplisia Daun Talas (Colocasia esculenta ) yang telah dikumpulkan disortasi basah lalu
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan atau penyarian komponen kimia
dari suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu. Dimana ekstraksi ini bertujuan untuk
menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia atau sampel. Ekstraksi dapat kita
lakukan pada sampel yang berasal dari tumbuhan atau tanaman, hewan dan mineral atau pelican
Dalam farmakope IV ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisisa
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut
dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam
pelarut
Salah satu metode untuk mendapatkan ekstrak adalah metode perkolasi.Perkolasi adalah
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih
konsentrasi
menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, berak darah,
tersiram air panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternative obat luka yaitu
Tanaman Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun yang termasuk
dalam suku talas-talasan (Araceae), dari keseluruhan bagian tanaman Talas diduga dapat
berfungsi sebagai alternatif obat luka, pada bagian tangkai daun tanaman Talas yang sering
digunakan sebagai pembalut luka baru atau sebagai alternatif obat luka (Dalimartha, 2006).
Tanaman Talas diduga memiliki kandungan yang diantaranya yaitu flavonoid dan saponin (Biren
et al., 2007).
B. Uraian bahan
Berat molekul : 18
mempunyai rasa.
RM/BM : C2H6O/46,07
Pemerian : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis
dan membakar.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam
cahaya.
kayu, Karbinol.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 14,30 bagian air, larut dalam
kloroform, alkohol
Pemerian : hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
Kegunaan : antiseptikum
C. Uraian tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatelas
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
a. Akar
Akar pada tanaman talas bersifat serabut, yang tersusun dari perakaran yang memiliki
sifat adventif dengan tumbuh regak mencapai kedalaman sekitar 10 s/d 20 cm bahkan lebih.
b. Batang
Batang pada tanaman talas berbentuk bulat memanjang dengan panjang mencapai rata –
rata 50 s/d 60 cm bahkan ada yang lebih yang mana batang tanaman ini memiliki warna cantik
yaitu keunguan agak kehitaman hingga kecokelatan dan memiliki bulu – bulu halus yang mampu
c. Daun
Daun tanaman talas ini adalah memiliki daun sempurna atau lengkap dengan bentuk
melebar mencapai ukuran rata – rata yaitu 50 s/d 60 cm bahkan ada yang lebih dengan warna
daun adalah hijau muda hingga tua. Daun talas merupakan daun tunggal dengan tangkai panjang
berwarna keunguan atau kecoklatan dan pangkal daun meruncing. Di samping itu daun talas juga
memiliki bagian tepi rata dengan pertulangan daun yang besar atau menonjol yang berbentuk
d. Bunga
Bunga tanaman talas ini memiliki ukuran rata – rata 10 s/d 30 cm dengan ukuran
seludang antara 10 s/d 30 cm dan berwarna hijau hingga kemerahan. Juga bunga ini terdiri dari
beberapa tongkol yaitu tangkai dan seludang. Bunga tanaman ini secara fisik terpisah dengan
bunga jantan dan betina yang terletak pada bagian bawah dan atas. Penyerbukan bakal buah ini
akan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara melakukan penyerbukan sendiri dengan
bantuan angin dan dengan cara bantuan hewan – hewan sekitar dengan melekatkan bunga jantan
e. Kandungan kimia
Ada lima jenis bentuk dasar kalsium oksalat secara umum yang terdapat pada berbagai
tanaman, diantaranya berbentuk rhomboid, raphide (jarum), druse (bulat), bentuk pinsil, dan
prisma (Horner dan Wagner, ) Kalsium oksalat merupakan ion oksalat dan persenyawaan garam
antara ion kalsium. Kalsium oksalat merupakan senyawa yang berbentuk kristal padat non
volatil, dan memiliki sifat larut dalam air dalam asam kuat
Selain dikonsumsi talas juga dapat dijadikan bahan baku pembuatan edible film karena
kandungan amilosa dan amilopektin talas dapat menyusun matriks tiga dimensi. Pati talas juga
bersfat larut dalam air sehingga dapat mudah dicerna oleh tubuh.
Talas juga memiliki manfaat bagi kesehatan salah satunya menjaga kesehaatan jantung.
Dapat meningkatkan sistem imun tubuh, menurunkan dan menstabilkan tekanan darah, dapat
berfungsi sebagai anti-aging dan mengatasi kelelahan. Selain itu umbi talas juga dapat
menyeimbangkan pH didalam tubuh. Salah satu keunggulan umbi talas mempunyai efek
kandungan kimia
Komposisi Gizi
Kimia Talas
Mentah (per
100 gram)
Komposisi
(1992) (1997) (1998)
Kalori (kal) 98.0 85.00 -
Air (g) 73.00 77.50 69.1
Karbohidrat (g) 23.70 19.00 24.5
Protein 1.90 2.50 1.12
Gula (gram) - - -
Abu (gram) - - 0.87
Serat Kasar (g) - - 1.46
Lemak (g) 0.20 0.20 0.10
Fosfor (mg) 61.00 64.00 70
Kalsium (mg) 28.00 32.00 32
Besi (mg) 1.00 1.00 0.43
Natrium (mg) - 7.00 1.8
Vitamin C 4.00 10.00 15
(mg)
Vitamin B1 0.13 0.81 0.032
(mg)
Vitamin A 20.00 - -
(mg)
Ribovlavin - 0.41 0.025
akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen yang
1. Fase diam
Pelaksaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silica atau aluminium
yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastic yang keras. Jel silica
(aluminium) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga
mangandung substansi yang mana dapat berpendar flour dalam sinar ultraviolet. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan
adalah aluminium-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus-
OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silica kemuudian digunakan serupa untuk aluminium.
2. Fase gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fase gerak yang berperan penting pada proses elusi bagi
larutan umpan (feed) untuk melewati fase diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent dengan
eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen
gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan.
Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut
tersebut pada adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina
atau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik, suatu pelarut
yang bersifat larutan relative polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya
dengan alumina.
BAB III
METODE KERJA
a.timbangan analitik,
b.tabung reaksi,
c.rak tabung,
d.batang pengaduk,
e.bunsen,
f.plat tetes,
g.pipet tetes,
h.corong pisah,
Sampel Daun Talas (Colocasia esculenta ) n-Heksan, etil asetat, butanol, metanol, etanol,
eter, FeCl3, Serbuk Mg, kloroform, aquadest, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf, pereaksi
B.Metode Kerja
1. Pengambilan sampel
Sampel Daun Talas (Colocasia esculenta ) diperoleh dari Desa bolangi Kec. patallassang
Kab. gowa-Makassar.
2. Pengolahan sampel
Talas (Colocasia esculenta ) yang telah dikumpulkan disortasi basah lalu dicuci. Sampel
kemudian dikeringkan dan dirajang (dipotong kecil-kecil) kemudian dilakukan sortasi kering lalu
3. Pembuatan Ekstrak
Simplisia atau bahan yang diekstraksi secara perkolasi diserbuk dengan derajat halus
yang sesuai dan ditimbang kemudian dimaserasi selama 3 jam, kemudian massa dipindahkan
kedalam perkolator dan cairan penyari ditambahkan hingga selapis diatas permukaan bahan,
didiamkan selama 24 jam. Setelah itu kran perkolator dibuka dan cairan penyari dibiarkan
mengalir dengan kecepatan 1 ml permenit. Cairan penyari ditambahkan secara kontinyu hingga
penyarian sempurna. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavator
4. Proses Pemisahan
a. Ekstraksi Cair-Cair
Setelah itu, dikocok dan didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan. Dipisahkan lapisan yang larut
kloroform dan lapisan yang larut air, lalu lapisan yang larut kloroform dimasukkan kembali ke
dalam corong pisah dan ditambahkan 50 ml etil asetat. Dikocok dan didiamkan hingga terbentuk
2 lapisan. Masing-masing lapisan kloroform dan etil asetat kemudian dipisahkan dan ditampung
diaktifkan dalam oven dengan suhu 115°C selama 15 menit. Selanjutnya fraksi dilarutkan
dengan masing-masing pelarut yg sesuai dan ditotolkan pada lempeng yang telah diaktifkan.
Dibuat eluen yang sesuai, yaitu kloroform : metanol (9 : 1). Kemudian masing-masing eluen
dimasukkan ke dalam chamber, setelah itu dijenuhkan dengan kertas saring. Dimasukan lempeng
yang telah ditotolkan kedalam chamber dan kemudian dielusi. Dilakukan pengamatan pada
penampakan noda dengan menggunakan UV 254 nm dan 366 nm.Hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat bercak pada kromagtogram KLT yang menghasilkan zona hambat., Karakteristik bercak
dilakukan dengan penmapak bercak AICI bahwa bercak tersebut adalah senyawa flavonoid
a. Uji Alkaloid
ditambahkan 2 mL kloroform dan 2,5 mL ammonia 10%, lalu ditambahkan 10 tetes asam
sulfat 2 M untuk memperjelas pemisahan terbentuknya 2 fase yang berbeda. Bagian atas
dari fase yang terbentuk diambil, kemudian ditambahkan reagen mayer. Keberadaan
b. Uji Flavonoid
larutan.
c. Uji Tanin
Sebanyak 1 gr Ekstrak Daun Talas ditambahkan dengan air panas, kemudian di tetesi
menggunakan besi (III) klorida, keberadaan tanin dalam sampel di tandai dengan
d. Uji Saponin
Sebanyak 1 gr Ekstrak Daun Talas ditambahkan dengan akuades kemudian dikocok kuat
selama kurang lebih 1 menit. Selanjutnya didiamkan selama 10 menit dan diamati buih
atau busa yang terbentuk. Keberadaan senyawa saponin dalam sampel ditandai dengan
Sebanyak 1 g Ekstrak Daun Talas ditambahkan kloroform sebanyak 20 tetes, setelah itu
Kemerahan
2 Alkaloid Terbentuk endapan merah +
3 Tanin Terjadi perubahan warna hijau kehitaman +
4 Saponin Terbentuk buih stabil selama ± 10 menit. +
5 Steroid Terjadi perubahan warna hijau +
6 Terpenoid Terbentuk endapan merah +
B. PEMBAHASAN
alkaloid, tanin, saponin, steroid,dan terpenoid pada Ekstrak DaunTalas. Kelima kandungan
fitokimia yangterdapat dalam Ekstrak Daun Talas tersebut mampu untuk menyembuhkan luka.
Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
Menurut Atmaja (2007), flavonoid juga berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu
menghambat zat yang bersifat racun. Selain flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai
antibakteri, alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga
adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Robinson, 1991).
menghentikan eksudat dan pendarahan ringan (Anief, 1997). Tanin juga mempunyai daya
antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga tanin mempunyai efek yang sama
Efek antibakteri tanin antara lain melalui : reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim,
dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik. Saponin memiliki kemampuan
mikroorganisme yang biasatimbul pada luka sehingga luka tidakmengalami infeksi yang berat
(Robinson,1995).
Selain saponin yang diketahui memiliki peranan penting dalam penyembuhan luka karena
kemampuannya sebagai antiseptik, terpenoid juga diketahui memegang peranan penting dalam
antimikroba, dan antioksidan yang kuat diduga bertanggungjawab dalam kontraksi luka dan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada laporan ini dapat , Penelitan Ekstrak Daun Talas dapat disimpulkan bahwa
1. Hasil analisa reaksi senyawa yang terdapat pada Ekstrak Daun Talas mengandug
senyawa alkaloid flavanoid steroid tannin dan teraopoin
2. Pada identifikasi daun talas menggunakan Metode Kromagtografi Lapis Tipis terdapat
bercak yang menghambat zona hambat menunjukkan senyawa Flavanoid
B. Saran
Dirjen POM,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Keseshatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Rahmawan 2008 Metode fitokimia penuntun cara modern menganalisa tumbuhan, terbitan
kedua. Penerbit ITB. Bandung.
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Angraini . 2008. Aktivitas Antioksidan dan Antikaker Ekstra Kulit Batang Langsat.
Tersedia dalam http://darsono-sigit.um.ac.id/wp-
conten/uploads/2009/11/laily-y-susanti.pdf (diakses tanggal 5 april 2020)
Rosyidah, dkk. 2010 Aktivitas Antibakteri Fraksi Saponin dari kulit batang Tumbuhan
kasturi(Mangifera casturi).fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae/wp-content/.../B-Vol.-7-No.-2-3.
(Diakses tanggal 5 april 2020).
Rahmawan Sjahid, Landyyun. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun
Dewandaru(Eugeniaunifloral).Tersediadalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/994/1/K100040231.pdf(diakses tanggal 5 april 2020)