Penentuan Agenda
Gambaran Umum
Tujuan pembelajaran
Istilah
Agenda kebijakan: Daftar pokok persoalan yang diberi perhatian serius oleh suatu
organisasi pada suatu waktu tertentu dengan maksud untuk mengambil tindakan
yang diperlukan.
Alur kebijakan: Seperangkat solusi atau alternatif kebijakan yang mungkin, yang
dikembangkan oleh para ahli, politisi, birokrat dan kelompok kepentingan,
bersamasama dengan kegiatankegiatan dari mereka yang tertarik pada
pilihanpilihan ini (misalnya, perdebatan di antara para peneliti).
Alur masalah: Indikatorindikator skala dan makna sebuah pokok persoalan yang
membuatnya terlihat.
Kegiatan 4.1
Feed Back
Kegiatan 4.2
Fee Back
Jelas sekali bahwa daftar masalah yang sedang dibahas berbeda dari satu
departemen pemerintahan ke departemen pemerintahan lain. Presiden atau
perdana menteri akan mempertimbangkan halhal utama seperti situasi ekonomi
atau hubungan dengan negaranegara lain. Menteri dan Departemen Kesehatan
akan memiliki agenda yang lebih khusus yang mungkin akan memasukkan
beberapa pokok persoalan ‘politik tingkat tinggi’, seperti apakah sistem
asuransi kesehatan nasional harus ditetapkan atau tidak, juga pokokpokok
persoalan ‘politik tingkat rendah’ seperti apakah obatobatan tertentu harus
memperoleh persetujuan sebelum digunakan atau tidak, dan apabila iya, apakah
obatobatan tersebut bisa diganti pembayarannya sebagai bagian dari sistem
pelayanan kesehatan yang dibiayai publik atau tidak.
Cara pandang ini juga beranggapan bahwa setiap orang semestinya akan
sependapat mengenai bagaimana sebuah fenomena seharusnya dirumuskan
(dengan kata lain, masalah semacam apakah ini?) dan apakah masalah tersebut
memerlukan tidak lanjut pemerintah atau tidak. Para aktor kebijakankebijakan
penting dapat berselisih dan bersaing dalam usaha mereka untuk membujuk
pemerintah tidak hanya untuk memasukkan suatu pokok persoalan dalam agenda
tapi juga untuk menggunakan cara mereka dalam membeberkan dan menangani
masalah tersebut.
Ada sejumlah model teoritis penentuan agenda. Dua yang paling menonjol
dan paling sering digunakan akan dijelaskan di bawah ini.
Keabsahan
Kegiatan 4.3
Feed Back
Kelayakan
Kelayakan mengacu pada kemungkinan untuk menerapkan kebijakan.
Kelayakan didefinisikan sebagai pengetahuan teknis dan teoritis umum, sumber
daya, ketersediaan staf ahli, kemampuan administrasi dan keberadaan
infrastruktur pemerintah. Mungkin akan ada keterbatasan teknologi, keuangan
atau tenaga kerja yang menyebabkan suatu kebijakan tertentu tidak bisa
diterapkan, tidak peduli bagaimanapun layaknya kebijakan tersebut.
Kegiatan 4.4
Feed Back
Dukungan
Tentu saja, hal ini tidak menyingkirkan alasanalasan yang lebih taktis yang
bisa membuat sebuah pokok persoalan masuk dalam agenda. Kadangkadang,
pemerintah akan menyatakan posisinya terhadap suatu pokok persoalan tertentu
secara terbuka untuk menunjukkan bahwa mereka peduli, atau untuk
menenangkan para pendonor yang menuntut respons sebagai syarat pemberian
bantuan, atau untuk membingungkan lawanlawan politik mereka, bahkan ketika
mereka tidak berharap untuk bisa menerjemahkan keprihatinan mereka menjadi
kebijakan yang bisa diterapkan karena rendahnya tingkat kelayakan dan dukungan
terhadap kebijakan tersebut.
Gambar 4.1 Model tiga alur penentuan agenda menurut Kingdon Sumber:
Diadaptasi dari Kingdon (1984)
Gambar 4.1 Model tiga alur penentuan agenda menurut Kingdon Sumber:
Diadaptasi dari Kingdon (1984)
Alur politik berjalan secara cukup terpisah dari kedua alur yang lain dan
terdiri dari kejadiankejadian seperti perubahan suasana hati nasional, perubahan
dalam pemerintahan dan kampanyekampanye yang dilakukan oleh
kelompokkelompok kepentingan tertentu.
Jendela kebijakan
Feed Back
Alasanalasan utama mengapa ketiga alur tersebut di atas bisa bertemu dan
membuka jendela kebijakan meliputi:
aktivitas para pemain kunci dalam alur politik yang bekerja untuk
menghubungkan ‘pemecahan masalah’ untuk kebijakan tertentu
dengan masalahmasalah tertentu, dan pada saat yang bersamaan
menciptakan kesempatan politik yang digunakan untuk mengambil
tindakan. Orang orang ini dikenal sebagai pengusaha kebijakan karena
aktivitas mereka merupakan versi politik dari aktivitas untuk menarik
pembeli, penjual dan komoditas secara bersamaan sehingga proses
jualbeli maju dengan pesat
perhatian media pada suatu masalah dan kemungkinan
pemecahanpemecahannya (alur kebijakan mempengaruhi alur politik)
krisis seperti kegagalan serius dalam kualitas atau keselamatan layanan
atau kejadiankejadian lain yang tidak bisa diprediksi (alur masalah)
penyebarluasan hasil penelitianpenelitian utama (alur kebijakan yang
mungkin mempengaruhi alur kebijakan lain)
perubahan dalam pemerintahan setelah pemilihan umum atau peristiwa
penting lain yang formal dan biasa terjadi dalam suatu proses politik
(misalnya, anggaran) (alur politik)
Jadi, pada kenyataannya, peserta proses politik jarang sekali bergerak dari
pengidentifikasian masalah ke pencarian pemecahannya. Serangkaian
tindakan alternatif dihasilkan dalam alur kebijakan dan bisa dikembangkan
oleh para ahli atau ditawarkan untuk waktu yang lama sebelum munculnya
kesempatan (terbukanya jendela kebijakan) untuk memasukkan pokok
persoalan terkait dan pemecahanpemecahannya ke dalam agenda.
Kedua model yang baru saja Pembaca pelajari sangat berguna karena
keduanya bisa diterapkan dalam berbagai kebijakan kesehatan, termasuk
yang diterapkan di negara Pembaca sendiri. Keduanya semestinya dapat
membantu memberi penjelasan mengenai mengapa suatu pokok
persoalan tertentu ada dalam agenda kebijakan, atau mengapa pokok
persoalan tersebut tidak sampai ke agenda kebijakan.
Kegiatan 4.6
Feed Back
Pembaca sudah melihat bahwa krisis yang dirasakan merupakan salah satu
alasan terbukanya jendelajendela kebijakan. Pembuatan kebijakan pada masa
krisis berbeda dengan pembuatan kebijakan biasa di masa biasa pula. Contohnya,
akan lebih mudah untuk membuat kebijakankebijakan radikal dipertimbangkan
secara serius pada saat krisis daripada pada saatsaat lain. Krisis terjadi ketika para
pembuat keputusan penting merasakan adanya krisis, adanya keadaan yang nyata
namun mengancam, dan adanya kemungkinan bahwa kegagalan bertindak dapat
menyebabkan timbulnya konsekuensi yang bahkan lebih merusak.
Kejadiankejadian yang tidak memiliki ciriciri ini besar kemungkinan tidak akan
dianggap sebagai krisis. Meskipun demikian, ketika daya tarik dari situasi semacam
ini diperkuat oleh tekanan dari luar pemerintahan (seperti jatuhnya harga hasil
bumi utama yang diperuntukkan bagi ekspor secara dramatis) dan pemerintah
memiliki akses untuk membuktikan informasi yang didapat dari para ahlinya, maka
yang terjadi adalah pemerintah akan melihat masalah tersebut sebagai krisis dan
memberikan perhatian yang serius. Pada gilirannya, hal ini mungkin atau mungkin
juga tidak, akan mengakibatkan perubahan kebijakan yang nyata.
Banyak contoh kebijakan baru yang masuk dalam agenda pada saat terjadi
krisis ekonomi. Reformasi radikal dalam bidang ekonomi makro, perdagangan,
pasar tenaga kerja dan kesejahteraan sosial yang terjadi di Selandia Baru setelah
tahun 1984 dipercepat oleh keyakinan di pihak pemerintahan Partai Buruh yang
baru terbentuk, penasehatpenasehat utama yang duduk di Kementerian
Keuangan dan golongangolongan berpengaruh dari komunitas bisnis bahwa
negara berada di tepi jurang kejatuhan ekonomi. Hal ini memberikan alasan bagi
perubahan radikal dalam pokok persoalan yang masuk dalam agenda kebijakan
dan kebijakankebijakan berikutnya yang menguntungkan pasar bebas dalam
banyak area kehidupan nasional. Reformasi ini meliputi perubahan besar pada
pengoperasian sistem pelayanan kesehatan. Bagian publik dari sistem ini dibagi
menjadi pembeli (otoritas kesehatan regional yang bertanggung jawab untuk
mendapatkan layanan bagi penduduk di wilayah mereka) dan penyedia layanan
(rumah sakit negeri berswadaya dan penyedia sektor swasta dan sektor pilihan)
yang bersaing untuk mendapatkan bisnis para pembeli dalam pasar yang dibiayai
secara terbuka (lihat Bab 2 untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pemikiran
seperti ini). Kecil kemungkinan aliran perubahan dalam bidang ekonomi dan
layananlayanan masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan akan terjadi dengan
cara yang semestinya dalam waktu yang relatif singkat tanpa adanya dorongan
perasaan yang kuat akan krisis ekonomi yang digabungkan dengan perubahan
pemerintahan. Krisis bisa menjadi akut atau lebih kronis. Kasus yang terjadi di
Selandia Baru memiliki elemen akut dan kronis sekaligus karena beberapa peserta
kebijakan telah mengidentifikasi masalahmasalah besar terkait kebijakan ekonomi
negara tersebut selama satu dekade sebelum tahun 1984.
Nondecision making
Sementara krisis maupun model politik biasa sangat bermanfaat dalam
usaha untuk menjelaskan bagaimana pokok persoalan masuk dalam agenda
kebijakan dan ditindaklanjuti, atau mengapa pada akhirnya pokok persoalan
tersebut tidak ditindaklanjuti (karena tidak adanya keabsahan, kelayakan atau
dukungan atau karena ketiga alur kebijakan tidak bisa berjalan bersama dalam
kondisi yang memungkinkan untuk membuka ‘jendela kesempatan’), tindakan
yang dapat dilihat tidak memberikan pedoman yang lengkap mengenai bagaimana
kebijakan diputuskan. Dengan kata lain, Pembaca perlu memikirkan kemungkinan
nonpolicy making, atau nondecision making ketika memikirkan apa yang masuk
dalam agenda kebijakan publik (lihat Bab 2 untuk pembahasan yang lebih lengkap
mengenai hal ini). Mereka yang memiliki cukup kekuasaan tidak hanya mampu
menghalangi masuknya persoalanpersoalan tertentu ke dalam agenda, tapi juga
mampu untuk membentuk keinginan publik sehingga hanya pokokpokok
persoalan yang dianggap bisa diterimalah yang dibahas, apalagi ditindaklanjuti.
Kegiatan 4.7
Feed Back
Sejauh mana dan dalam kondisi seperti apa media massa mengarahkan
perhatian pada pokokpokok persoalan tertentu dan mempengaruhi apa yang kita
pikirkan? Seberapa besar pengaruh yang mereka miliki terhadap para pembuat
keputusan dalam pilihan pokokpokok persoalan yang berhubungan dengan
kepedulian dan tindakan politik? Di masa lalu, peran media dalam pembuatan
kebijakan cenderung diremehkan. Meskipun demikian, selama bertahuntahun
media massa telah memiliki pengaruh yang kuat terhadap agenda kebijakan
pemerintah melalui kemampuan mereka untuk memunculkan dan membentuk,
bisa juga dikatakan menentukan. Pokok pokok persoalan dan opini publik tersebut
pada gilirannya akan mempengaruhi pemerintah untuk memberikan tanggapan.
Pemunculan internet pada tahun 1990an membuat proses ini bahkan menjadi
lebih jelas terlihat karena internet telah memungkinkan mobilisasi dan umpan
balik dari opini publik dengan cepat dan dengan cara yang tidak bisa diprediksi dan
dikendalikan oleh pemerintah, namun dengan berbagai cara, tetap harus mereka
tanggapi.
Pada dasarnya, ada dua jenis media: media cetak dan media elektronik.
Media tersebut memiliki berbagai fungsi vital yaitu: merupakan sumber informasi;
berfungsi sebagai mekanisme propaganda; merupakan agen sosialisasi
(menularkan budaya masyarakat dan memberikan petunjuk pada orangorang
mengenai nilai dan normanorma kemasyarakatan) dan berfungsi sebagai agen
keabsahan yang menciptakan kepercayaan massal, dan juga penerimaan,
terhadap pandangan pandangan politik dan ekonomi seperti demokrasi dan
kapitalisasi. Media massa juga bisa mengkritik jalannya pemerintahan dan kondisi
masyarakat dan memperkenalkan perspektifperspektif baru pada masyarakat.
Kegiatan 4.8
Grindle M dan Thomas J (1991). Public Choices and Policy Change. Baltimore: John
hopkins University Press
Hall P, Land H, Parker R dan Webb A (975). Change, Choice and Conflict in Social
Policy. London: Heinemann
Harrabin R, Coote A dan Allen J (2003). Health in the News: Risk, Reporting and
Media Attention. London: Kings Fund
Hogwood B dan Gunn L (1984). Policy Analysis for the Real World. Oxford: Oxford
University Press Karpf A (1988). Doctoring the Media. London: Routledge
Kingdon J (1984). Agendas, Alternatives and Public Policies. Boston: Little Brown &
Co
Reich M (1994). Bangladesh pharmaceutical policy and politics. Health Policy
Planning 9: 13043 Sen A (1983). The battle to get food. New Society 13 October:
547