NIM : 170351616570
Offering :B
d. Aspek Hukum
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009,
katinon termasuk ke dalam narkotika golongan I terdapat dalam lampiran nomor
urut 3 tentang Narkotika. Katinon merupakan obat keras yang termasuk dalam
lampiran Permenkes yang penggunaannya harus memenuhi persyaratan tertentu,
yang apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka pengguna maupun
pengedar akan dikenai tuntutan secara hukum (pidana)[9].
Berdasarkan Surat Keputusan MenKes No. 633/Ph/62/b, tanggal 25 Juni 1962,
tentang Obat Keras dinyatakan bahwa amfetaminum, metilamfetaminum dan
garam-garamnya,termasuk obat keras, ketentuan ini lebih diperkuat lagi dalam
lampiran PerMenKes No. 124/1993, di mana dinyatakan bahwa obat-obatan yang
mengandung unsur unsur amphetamine termasuk jenis obat keras tertentu[9].
Berdasarkan uraian tersebut, kationin dapat digolongkan sebagai jenis obat
ekstasi yang secara peraturan tunduk pada ketentuan yang ada dalam PerMenKes
No. 124/1993, diperbarui lagi menjadi PermenKes nomor 13 tahun 2014 tentang
Perubahan Penggolongan Narkotika. Peraturan lebih konkrit adalah tentang
kationin yang termasuk ke dalam hukum positif, yang apabila pengguna jenis obat
tersebut diproduksi oleh pabrik maupun diproduksi secara gelap, maka dapat
menjadikan penggunanya dikenai sanksi hukum dan para pengedar dikenai sanksi
hukum pula[9].
DAFTAR PUSTAKA
[1] M. P. AMANDA, S. HUMAEDI, and M. B. SANTOSO, “Penyalahgunaan Narkoba
Di Kalangan Remaja (Adolescent Substance Abuse),” Pros. Penelit. dan
Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 4, no. 2, pp. 339–345, 2017, doi:
10.24198/jppm.v4i2.14392.
[2] S. Purwatiningsih, “Penyalahgunaan Narkoba,” J. Heal. Sport, vol. II, no. 1, pp.
37–54, 2011, doi: 10.1073/pnas.0703993104.
[3] F. Merdeka, “Capaian 4 Tahun Badan Narkotika,” vol. 9, 2018.
[4] M. Adhariani, M. Maslahat, and R. Sutamihardja, “KANDUNGAN FITOKIMIA
DAN SENYAWA KATINON PADA DAUN KHAT MERAH (Catha edulis),” J. Sains
Nat., vol. 8, no. 1, p. 35, 2018, doi: 10.31938/jsn.v8i1.113.
[5] K. A. Lestari, I. Bagus, S. Darmajaya, B. Hukum, P. Fakultas, and H. Universitas,
“Narkotika jenis katinon dalam perspektif asas legalitas,” pp. 1–5.
[6] F. Aulia, NAPZA Ancaman Bahaya, Regulasi, dan Solusi Penanggulangannya, 1st
ed. yogyakarta: penerbit Gava Media, 2018.
[7] H. Douglas, M. Boyle, and N. Lintzeris, “The health impacts of khat: A
qualitative study among Somali-Australians,” Med. J. Aust., vol. 195, no. 11, pp.
666–669, 2011, doi: 10.5694/mja11.10166.
[8] A. Zeleke, W. Awoke, E. Gebeyehu, and F. Ambaw, “Khat chewing practice
and its perceived health effects among communities of Dera Woreda, Amhara
region, Ethiopia,” Open J. Epidemiol., vol. 03, no. 04, pp. 160–168, 2013, doi:
10.4236/ojepi.2013.34024.
[9] H. Pidana, F. Hukum, P. Ekstensi, and U. Udayana, “Narkotika Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 35,” vol. 1, no. 35, pp. 1–6, 2009.
[10] S. Thomas and T. Williams, “Khat ( Catha edulis ): A systematic review of
evidence and literature pertaining to its harms to UK users and society,” 2013,
doi: 10.1177/2050324513498332.