Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI INTERPROFESIONAL EDUCATION

DI LAYANAN KESEHATAN

(KONSEP DASAR KEPERAWATAN)

Ns. Abdurrahman, S.Kep., M.Kep.

Di susun oleh :

Yuliana Faridah

(200110037)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA


HUSADA SAMARINDA

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, karunia, serta Taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Aplikasi Interprofesional Education di layanan kesehatan dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenui tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen. Dan saya berterimakasih kepada Bapak Abdurrahman, S.Kep.,
M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Konsep Dasar keperawatan yang telah memberikan
Tugas ini kepada saya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengertahuan kita mengenai aplikasi interprofessional education di layanan
Kesehatan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak
sekali kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat dimasa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun pembacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan saya mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini diwaktu
yang akan datang.

Samarinda, 11 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
ABSTRAK.....................................................................................................................ii
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................2
C. Manfaat..............................................................................................................3

PEMBAHASAN............................................................................................................4

A. Definisi kolaborasi.............................................................................................4
B. Tujuan Kolaborasi..............................................................................................4
C. Manfaat kolaborasi............................................................................................5
D. Karakteristik kolaborasi.....................................................................................5
E. Dasar-dasar kompetensi Kolaborasi..................................................................6
F. Elemen Kunci efektifitas kolaborasi..................................................................6
G. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi................................................7
H. Elemen kunci kolaborasi....................................................................................8
I. kriteria kolaborasi..............................................................................................9
J. Kolaborasi di Rumah Sakit................................................................................9
K. Perawat Sebagai Kolabolator.............................................................................10
L. Kolaborasi dengan tenaga Kesehatan................................................................10

PENUTUP......................................................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................................12
B. Saran..................................................................................................................12

REFERENSI..................................................................................................................13

ii
APLIKASI INTERPROFESIONAL EDUCATION DI LAYANAN KESEHATAN

1. Ns. Abdurrahman, S.Kep,. M.Kep. 2. Yuliana faridah

¹ Dosen Pengajar di Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiayata Husada Samarinda

Abdurrahman150785@gmail.com

² Mahasiswa di Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiayata Husada Samarinda

Yulianafaridan12@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan inter-profesional (IPE) dan praktik kolaborasi interprofesional (IPCP)


adalah konsep yang terpisah namun terkait. Salah satu maksud dari IPE adalah bahwa para
siswa/mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan berlatih sampai tingkat penuh dalam
pendidikan dan pelatihan mereka dan, dalam prosesnya, mengeksplorasi batasan dari
praktik mereka. Pada saat yang sama, mereka belajar bagaimana memiliki hubungan
interprofessional yang efektif melalui berbagi keterampilan dan pengetahuan kolaboratif.
IPE terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi
kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk
meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan, Kolaborasi
terjadi ketika individu saling menghormati satu sama lain dan profesi satu sama lain dan
bersedia berpartisipasi dalam suasana kooperatif. Tujuan IPE adalah praktik kolaborasi
antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi dalam pembelajaran tentang bagaimana
bekerjasama dengan memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
untuk berkolaborasi secara efektif. kompetensi IPE terdiri atas empat bagian yaitu
pengetahuan, keterampilan, orientasi tim, dan kemampuan tim.

(Kata Kunci : IPE, IPC, Profesi kesehatan.)

iii
ABSTRAK

Inter-professional education (IPE) and interprofessional collaborative practice (IPCP)


are separate but related concepts. One of the meanings of IPE is that students from various
health professions practice to the full extent in their education and training and, in the
process, explore the limits of their practice. At the same time, they learn how to have
effective interprofessional relationships through sharing skills and collaborative
knowledge. IPE occurs when two or more health professions learn together, learn from
other health professions, and learn the roles of each health profession to improve
collaboration skills and quality of health services. Collaboration occurs when individuals
respect each other and each other's professions and are willing participate in a cooperative
atmosphere. The aim of IPE is a collaborative practice between professions, which
involves various professions in learning how to work together by providing the
knowledge, skills and attitudes needed to collaborate effectively. IPE competencies consist
of four parts, namely knowledge, skills, team orientation, and team capabilities.

(Keywords: IPE, IPC, Health Professions.)

iv
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan


suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian
dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu
mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan
tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan
apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan
National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000)
bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya
kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.

Kolaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam


memeberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau
komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk
dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang
memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi
profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai
dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab
mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya
penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang


direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat
pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional
kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah
esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat
dan tim medis lainnya. Tentunya ada konsekweksi di balik kesetaraan yang dimaksud.
Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai
serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

1
kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang
tanggung jawab paling besar untuk perawatan dalam kerangka kerja bidang respektif
mereka. Praktik kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen
perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan bilateral didasarkan pada
pendidikan dan kemampuan praktisi (Shortridge, 1986dalam Paryanto,2006)

B. Tujuan

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien


dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi
dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.
Perawat dan tim medis lain merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.

Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-
lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik, jika terjadi adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan
kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat
sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai
membuat relevan pemberian pengobatan.

2
C. Manfaat

World Health Organization (2010) menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang


dampak dari penerapan praktek kolaborasi dalam dunia kesehatan menunjukkan hasil
bahwa praktek kolaborasi dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan
kesehatan, penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome Kesehatan bagi
penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien. WHO (2010) juga menjelaskan
praktek kolaborasi dapat menurunkan komplikasi yang dialami pasien, jangka waktu
rawat inap, ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers), biaya rumah
sakit, rata-rata clinical error, dan rata-rata jumlah kematian pasien.

Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice,


WHO 2010) menjelaskan IPE berpotensi menghasilkan berbagai manfaat dalam beberapa
aspek yaitu kerjasama tim meliputi mampu untuk menjadi pemimpin tim dan anggota tim,
mengetahui hambatan untuk kerja sama tim; peran dan tanggung jawab meliputi
pemahaman peran sendiri, tanggung jawab dan keahlian, dan orang-orang dari jenis
petugas Kesehatan lain; komunikasi meliputi pengekspresikan pendapat seseorang
kompeten untuk rekan, mendengarkan anggota tim; belajar dan refleksi kritis meliputi
cermin kritis pada hubungan sendiri dalam tim, mentransfer IPE untuk pengaturan kerja;
hubungan dengan pasien, dan mengakui kebutuhan pasien meliputi bekerja sama dalam
kepentingan terbaik dari pasien, terlibat dengan pasien, keluarga mereka, penjaga dan
masyarakat sebagai mitra dalam manajemen perawatan; praktek etis meliputi pemahaman
pandangan stereotip dari petugas kesehatan lain yang dimiliki oleh diri dan orang lain,
mengakui bahwa setiap tenaga kesehatan memiliki pandangan yang samasama sah dan
penting. Proses IPE membentuk proses komunikasi, tukar pikiran, proses belajar, sampai
kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para pekerja profesi kesehatan yang
berbeda dalam rangka penyelesaian suatu masalah atau untuk peningkatan kualitas
kesehatan (Thistlethwaite dan Moran, 2010).

3
PEMBAHASAN

A. Definisi Kolaborasi

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan
kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-
masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi
meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborator. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing
pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama
untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga
professional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik
bekerja dengan dokter dan tim medis lainnya untuk memberikan pelayanan kesehatan
dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
pertukaran suatu negara dimana pelayanan diberikan. Bagi perawat, hubungan kerjasama
dengan dokter sangat penting apabila ingn menunjukkan fungsinya secara independen.

Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,


kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah
dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

B. Tujuan Kolaborasi

Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien


dan untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk
mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi
dapat optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.
Perawat dan tim medis lain merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja
saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.

4
Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-
lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok professional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik, jika terjadi adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan pelayanan
kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai sesama anggota tim. Perawat
sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat
memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain.

Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai
membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim
infeksi nasokomial, dan lain-lain.

C. Manfaat Kolaborasi

Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan,


antara lain:

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan


keahlian unik profesional.
2. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
3. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
4. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
5. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan
profesional.

D. Karakteristik Kolaborasi

Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:

1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.


2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
3. Adanya tujuan yang masuk akal dan pendefinisian masalah.

5
4. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
5. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
6. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
7. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

E. Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi


1. Komunikasi

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi membutuhkan


pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi efektif yang dapat
dimengerti oleh semua anggota tim.

2. Respek dan kepercayaan

Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta
dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.

3. Memberikan dan menerima feed back

Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,
kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negative
maupun positif.

4. Pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi


yang efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga
menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim.

5. Manajemen konflik

Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran


dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung
jawabnya.

F. Elemen kunci efektivitas kolaborasi


1. Kerjasama : Menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.

6
2. Asertivitas : Merupakan hal yang penting ketika individu dalam tim mendukung
pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
3. Tanggung jawab : Mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
4. Komunikasi : Setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai isu yang terkait.
5. Otonomi : Kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
6. Koordinasi : Efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam
menyelesaikan permasalahan.
7. Kolegalitas : Saling menghargai.
8. Konsep dengan arti yang sama : Mutualitas dimana individu mengartikannya
sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang
yang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap
anggota.
9. Kepercayaan : Konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi.

G. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang


mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
baik jika terjadi adanya kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat, dokter, fisioterapis,
pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu, tim kolaborasi
hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab, dan saling menghargai
antar sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik
dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan

7
pelayanan kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah


penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian
obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya
sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.

Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga
termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan orang
terdekat dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu.
Melalui keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien yang
dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan proses penyembuhan pasien.

H. Elemen Kunci Kolaborasi

Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya


yaitu:

a. Kerjasama

Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa
beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika
individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif
menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk
dicapai.Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil
konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.

b. Komunikasi

Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi


informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat
keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas
kompetensinya.

c. Koordinasi

8
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien,
mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan
permasalahan.

d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa
rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari
tanggung jawab, terganggunya komunikasi.

I. Kriteria Kolaborasi

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:

a. Adanya saling percaya dan menghormati


b. saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing
c. memiliki citra diri positif
d. memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman).
e. mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan
f. keinginan untuk bernegoisasi.

J. Kolaborasi di Rumah Sakit

Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga
kesehatan dan saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan
(Hoffart & Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).

Tim Kerja di Rumah Sakit :

1. Tim satu disiplin ilmu:


a. Tim Perawat
b. Tim dokter
c. Tim administrasi Dll
2. Tim multi disiplin :
a. Tim operasi
b. Tim nosokomial infeksi Dll

9
K. Perawat Sebagai Kolabolator

Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, paper


group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan
sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam
hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam
pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik
keperawatan. Faktor pendidikan merupakan unsur utama yang mempengaruhi
kemampuan seorang profesional untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan
dengan perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja
sama. Setiap anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang
berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan
kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap anggota terhadap
nilai-nilai profesional.

Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi,
yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,
membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan
komunikasi terbuka.

L. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat keahlian dan
pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang berfokus pada kesehatan pasien (Steinert, 2005 dalam Bennett, Gum,
Lindeman, Lawn, McAllister, Richards, Kelton, & Ward, 2011). Tenaga kesehatan
memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu di era global
seperti saat ini. Pelayanan bermutu dapat diperoleh melalui praktik kolaborasi antar
tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi,
bidan, apoteker, dietisien, dan kesehatan masyarakat (Sedyowinarso, Fauziah,
Aryakhiyati, Julica, Munira, Sulistyowati, Masriati, Olam, Dini, Afifan, Meisudi, &
Piscesa, 2011).

10
Pelayanan kesehatan sering sekali ditemukan kejadian tumpang tindih pada tindakan
pelayanan antar profesi yang diakibatkan karena kurangnya komunikasi antar tenaga
kesehatan dalam kerjasama tim (Sedyowinarso dkk., 2011). Kurangnya komunikasi maka
akan membahayakan pasien dalam memberikan pelayanan yang bisa menyebabkan
pasien terjatuh atau dalam keadaan bahaya. Selain itu kurang nya komunikasi juga
menyebabkan terlambatnya dalam pemberian pengobatan dan diagnosis terhadap pasien
yang yang berpengaruh terhadap outcome pasien. Sehingga seorang mahasiswa perawat
harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang efektif terutama dalam berkolaborasi


dengan dokter atau tenaga kesehatan yang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas pelayanan pasien. (American Association of Critical-Care Nurses, 2005, dalam
Poore, Cullen, Schaar, 2014).

Kurangnya kemampuan komunikasi tersebut terjadi karena tidak adanya pelatihan


atau pendidikan penerapan kolaborasi antar tenaga kesehatan. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, kemampuan kolaborasi antar tenaga kesehatan perlu ditingkatkan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi antar tenaga kesehatan
adalah melalui perubahan proses pendidikan profesional. Metode yang dapat digunakan
adalah melalui interprofessional education (Liaw, Siau, Zhou, & Lau, 2014;
Sedyowinarso dkk., 2011; Steketee, Forman, Dunston, Yassine, Matthews, Saunder,
Nicol, & Alliex, 2014).

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

IPE adalah praktik kolaborasi antar profesi, dimana melibatkan berbagai profesi
dalam pembelajaran tentang bagaimana bekerjasama dengan memberikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berkolaborasi secara efektif. Secara garis
besar, program IPE merupakan program yang baik untuk menunjang pendidikan
professional. Namun dalam pelaksanaannya memerlukan perencanaan yang matang
sehingga akan memperoleh pelaksanaan yang bermanfaat bagi mahasiswa. Serta
diperlukan sosialisasi untuk menyamakan pandangan mengenai IPE tersebut. Sehingga
program yang diterapkan tidak terkesan timpang dan terburu-buru.

Kolaborasi antara penyedia layanan kesehatan yang diperlukan dalam


pengaturan perawatan Kesehatan apapun, karena tidak ada profesi tunggal yang dapat
memenuhi kebutuhan semua pasien. Akibatnya, kualitas layanan yang baik tergantung
pada professional yang bekerja sama dalam tim interprofessional. komunikasi yang
efektif antara profesional kesehatan juga penting untuk memberikan pengobatan yang
efisien dan pasien-berorientasi komprehensif .Selain itu, ada semakin banyak bukti yang
menunjukkan bahwa komunikasi yang buruk antara profesional kesehatan merugikan
pasien. (Matziou1 at al, 2014) Kolaborasi Interprofessional dilingkungan kerja
profesional telah diakui oleh keperawatan, kedokteran gigi, kedokteran, dokter,
farmasi, dan kesehatan masyarakat organisasi profesional sebagai komponen penting
untuk aman, tinggi, kualitas, diakses,perawatan pasien berpusat (interprofessional
Pendidikan Collaborative Panel Ahli,2011).

B. Saran

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia khusus nya
bagi tenaga medis terutama lagi pada masa pandemi covid-20, pemerintah atau lembaga
kesehatan hendaknya meningkatkan standar dan mutu sistem kesehatan di Indonesia, hal

12
tersebut pasti sangat berhubungan dengan IPE dalam Layanan Kesehatan dikarenakan
juga di Indonesia masih sangat minim penggunaan IPE dibanding negara lain. Untuk
memenuhi atau membenahi hal tersebut maka pelu dibutuhkan solusi cerdas.

REFERENSI
https://nersdicky.wordpress.com/2014/12/10/interprofessional-education-sebagai-upaya-
membangun-kemampuan-perawat-dalam-berkolaborasi-dengan-tenaga-kesehatan-lain/
http://eprints.undip.ac.id/72081/3/
LAPORAN_KTI_JENNIFER_PATRICIA_TAMARISKA_SITUMORANG_220101151200
87_BAB_II.pdf
https://infokep.blogspot.com/2018/08/konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html
https://osf.io/preprints/inarxiv/tfrzd/
https://sovasaved.wordpress.com/2011/11/03/konsep-kolaborasi/
http://journal.unpad.ac.id/farmasetika/article/view/25626
https://majalah.farmasetika.com/pendidikan-interprofessional-dan-kolaborasi-
interprofesional/
https://docplayer.info/45304501-Bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang.html
https://bemfkunud.com/2016/09/30/interprofessional-education-ipe-fk-unud-terkesan-
terburu-buru-bagi-mahasiswa/
https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/G0012106_bab2.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai