DISUSUN OLEH:
055STYC16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun
haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya.Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana
dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan
juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.Pada kenyataannya bukan
hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan
dan hewan.Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di
daerah tropis dan subtropis.Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95%
gigitan ular terjadi pada anggota badan sehingga tindakan pertolongan pertama
dapat mudah dilakukan.
Di Amerika Serikat kecelakaan dan keracunan merupakan penyebab utama
kematian anak-anak .Lebih kurang 60% dari paparan keracunan yang
dilaporkan, kejadian pada anak berumur <6 tahun, dengan kematian <4%. Di
RSCM/FK UI Jakarta dilaporkan 45 penderita anak yang mengalami keracunan
setiap tahunnya, sedangkan di RS dr. Soetomo Surabaya 15-30 penderita anak
yang datang untuk mendapatkan pengobatan Karen setiap tahun yang sebagian
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah yang menunjukkan rendahnya tingkat
penderitaKista ovarium .Maka kelompok merumuskan masalah pada makalah
ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan Asuhan
Keperawatan kegawat daruratan keracunan.
4
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi keracunan
b. Agar mahasiswa mampu mengetahui anatomi fisiologi
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi keracunan
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi keracunan
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui pathways keracunan
f. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi keracunan
g. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi keracunan
h. Agar mahasiwa mampu mengetahui macam – macam keracunan
i. Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis keracunan
j. Agar mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan keracunan
k. Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan keracunan
D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti buku
keracunan ,Keperawatan kegawat daruratan, dan nanda nic-noc.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan dengan
asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang Asuhan
keperawatan Asuhan Keperawatan kegawat daruratan keracunan, sehingga
menambah wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Institusi pendidikan
5
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca
terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan Asuhan Keperawatan
kegawat daruratan keracunan.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II: TINJAUAN TEORI
Yang terdiri dari defenisi,etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, ,
komplikasi,penatalaksanaan dan asuhan keperawatan padakista ovarium.
3. BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan ,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4. BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
7
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
– “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
8
5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
11
12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.
C. Klasifikasi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-
penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses
pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas mikroorganisme
yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan makanan tersebut untuk
kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan dapat juga
disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang
bersifat racun. Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik,
yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu
melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan jalan
membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini
banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara kurang
sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam
sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah
badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan
ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf
otak lainnya, sehingga penderita mengalami kesulitan berbicara dan
susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah sakit
dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.
Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
13
3. Baygon
15
D. Etiologi
E. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala menurut Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya:
18
a. Kelainan visus
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Pupil miosis
3. Keracunan sedang
a. Nausea, muntah-muntah
c. Hipersalifa
d. Fasikulasi otot
e. Bradikardi
4. Keracunan berat
19
a. Diare
d. Inkontinensia urin
e. Kovulasi
F. Patofisiologi
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
hati ( sebagai akibat keracunan obat da bahan kimia ). Terjadi mual, muntah di
mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih
tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi
G. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
e. Syok
H. Penatalaksanaan
1) Penanganan pertama pada keracunan makanan
a) Kurangi kadar racun yang masih ada didalam lambung dengan
memberi korban minum air putih atau susu sesegera mungkin.
b) Usahakan untuk mengeluarkan racun dengan merangsang korban
untuk muntah.
c) Usahakan korban untuk muntah dengan wajah menghadap ke bawah
dengan kepala menunduk lebih rendah dari badannya agar tidak
tersedak.
d) Bawa segera ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
e) Jangan memberi minuman atau berusaha memuntahkan isi perut
korban bila ia dalam keadaan pingsan. Jangan berusaha
memuntahkannya jika tidak tahu racun yang di telan.
f) Jangan berusaha memuntahkan korban bila menelan bahan-bahan
seperti anti karat, cairan pemutih, sabun cuci, bensin, minyak tanah,
tiner, serta pembersih toilet.
21
2. Pengkajian Sekunder
a) Data Subjektif
- Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
- Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah
lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan
dan kapan terjadinya.
b) Data Objektif
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap)tidak banyak membantu.
26
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersaliva
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan distress pernafasan
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan hipoksia jaringan
5. Ketidakefaktifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipoventilasi,
emboli paru
27
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI TTD
27
28
28