DISUSUN OLEH :
YUNI KARTINA
Nim : 106STYC16
B. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Fitria (2009, hlm. 33-35) ada empat faktor predisposisi yang
menyebabkan Isolasi Sosial, diantaranya:
1. Faktor Tumbuhan Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Bila tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah sosial.
Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas
perkembangan, lihat tabel 2.1 dibawah ini:
Tahap Tugas
Perkembangan
C. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Stuart (2007, hlm. 280) faktor presipitasi atau stresor pencetus
pada umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres
seperti kehilangan, yang memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan
orang lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu sebagai berikut:
Menurut Budi Anna Keliat (1998), tanda dan gejala Isolasi Sosial: MD
adalah sebagai berikut :
a. Apatis
b. ekspresi sedih
c. afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk.
i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
k. Tidak melakukan kegiatan sehari
l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.
m. Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 :
n. Sedih, afek tumpul
o. Menjadi tidak komunikatif
p. Asyik dengan fikirannya sendiri
q. Meminta untuk sendirian
r. Mengekspresikan perasaan kesendirian/penolakan
s. Disfungsi interaksi dengan teman sebaya,keluarga,orang lain.
G. AKIBAT YANG DITIMBULKAN
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya
resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah
satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi
klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan
eksternal.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Metode Biologik
Metode biologik yang digunakan pada pasien dengan isolasi sosial
adalah sebagai berikut:
a. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang akan diberikan ditujukan pada gangguan
fungsi neurotransmitter sehingga gejala-gejala klinis dapat dihilangkan
atau dengan kata lain skizofrenia dapat diobati (Hawari,2006, hlm. 96).
Obat antipsikotik terpilih untuk skizofrenia terbagi dalam dua golongan
(Hawari, 2006, hlm. 97-99) yaitu antipsikotik tipikal (Klorpromazim,
Trifluferazin, Haloperidol) dan antipsikotik atipikal (Klozapin,
Risperidon). Antipsikotik golongan tipikal tersebut bekerja dengan
memblokir reseptor dopamin terpilih, baik diarea striatal maupun limbik di
otak dan antipsikoti atipikal menghasilkan reseptor dopamin dan serotonin
selektif yang menghambat sistem limbik. Memberikan efek antipsikotik
(gejala positif) dan mengurangi gejala negatif.
Menurut Doenges (2007, hlm.253) prosedur diagnostik yang
digunakan untuk mendeteksi fungsi otak pada penderita gangguan jiwa
adalah sebagai berikut:
1.Coputerized Tomografi (CT Scan)
Induvidu dengan gejala negatif seringkali menunjukkan abnormalitas
struktur otak dalam sebuah hasil CT scan. (Townsend, 2003, hlm.
318)
2.Magnetik Resonance Imaging (MRI)
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. (Nurjannah, 2004,
hlm. 30)
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber
koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. (Stuart dan Sundeen
dalam Nurjannah, 2004, hlm. 30)
Menurut Keliat (2010, hlm.93) untuk melakukan pengkajian
pada pasien dengan isolasi sosial dapat menggunakan teknik wawancara
dan observasi.
a. Pengkajian yang ditemukan pada teknik wawancara adalah sebagai
berikut:
1. Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
2. Pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan
meminta untuk sendirian.
3. Pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
4. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain.
5. Pasien merasa tidak aman dengan orang lain.
6. Pasien mengatakan tidak bisa melangsungkan hidup.
7. Pasien mengatakan merasa bosan dan lambat menghabiskan
waktu.
b. Pengkajian yang ditemukan dari hasil observasi adalah sebagai berikut:
1. Ekspresi wajah kurang berseri
2. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
3. Mengisolasi diri
4. Tidak ada/kurang kontak mata
5. Aktivitas menurun
6. Asupan makanan dan minuman terganggu
7. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan.
8. Tampak sedih, afek tumpul
2. Diaknosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
2.Gangguan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3.Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Renda
3. Rencana keperawatan