Anda di halaman 1dari 15

Teori Agensi (Agency Theory)

9:57 AM WulanDharye No comments


Riset akuntansi keprilakuan yang menggunakan teori agensi mendasarkan pemikirannya atas
perbedaan informasi antara atasan dan bawahan, antara kantor pusat dan kantor cabang, atau
adanya asimetri informasi yang memengaruhi penggunaan sistem akuntansi. Teori ini didasarkan
pada teori ekonomi. Dari sudut pandang teori agensi, prinsipal (pemilik atau manajemen puncak)
membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk melaksanakan kinerja yang
efisien. Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan kinerja organisasi ditentukan oleh
usaha dan pengaruh kondisi lingkungan. Secara umum, teori ini mengasumsikan bahwa prinsipal
bersikap netral terhadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko. Agen dan
prinsipal diasumsikan termotivasi oleh kepentingannya sendiri, dan seringkali kepentingan antara
keduanya berbenturan. Menurut pandangan prinsipal, kompensasi yang diberikan kepada agen
tersebut didasarkan pada hasil. Sementara, menurut pandangan agen, dia lebih suka jika sistem
kompensasi tersebut tidak semata-mata melihat hasil tetapi juga tingkat usahanya.

Berbagai riset yang berhubungan dengan teori ini memfokuskan perhatian pada bagaimana agar
sistem perjanjian kontrak kompensasi bisa mencapai keseimbangan. Alokasi kinerja perusahaan
antara prinsipal dan agen didasarkan pada kontrak tersebut, baik tertulis maupun tidak. Sistem
kompensasi dalam kkondisi yang ideal (first best) langsung dihubungkan dengan perilaku. Lebih
lanjut lagi, karena faktor-faktor lingkungan dan keahlian agenlah yang akan menentukan output,
sistem pembayaran insentif berdasarkan output menjadi tidak efisien karena agenlah yang
menanggung resiko jika ada faktor lingkungan yang mengakibatkan penurunan output.

Jika prinsipal bisa mengawasi usaha agen, suatu kontrak ideal (first best control) yang
mendasarkan pembayaran gaji atas usaha yang telah dilakukan ini bisa dibuat. Namun, kondisi
ideal tersebut sangat sulit dicapai. Berbagai riset yang terhubung dengan sistem kompensasi
biasanya dilakukan dalam konteks tidak adanya kontrak ideal. Hal ini yang lebih banyak terjadi
karena agen yang lebih memahami perusahaan sehingga menimbulkan kesenjangan
informasi/asimetri informasi (information asymmetry) yang menyebabkan prinsipal tidak mampu
menentukan apakah usaha yang dilakukan agen memang benar-benar optimal.

Sumber: Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

Akuntansi Keperilakuan

Teori, Aplikasi, dan Riset Keperilakuan pada Akuntansi.

Jumat, 17 Juli 2009

Konsep Keperilakuan dari Psikologi dan Psikologi Sosial


1. Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau
situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah
pada reaksi seseorang. Ketiga komponen sikap: pengertian
(cognition), pengaruh
(affect), dan perilaku
(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut membantu
untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.

Komponen Sikap

Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas
gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional
atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.

Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal
yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif
ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang
berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani
fungsi nilai ekspresi.

Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara sikap dan


perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk menghubungkan sikap-sikap
mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap dengan perilaku mereka sehingga mereka
kelihatan rasional dan konsisten.

Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek
yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk
seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor
psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk
sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu
pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan
sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.

2. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap

Teori Perubahan Sikap

Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling
efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.

Teori Pertimbangan Sosial

Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-
orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek.
Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika
mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya
untuk dapat mengubah ancaman.

Konsistensi dan Teori Perselisihan

Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan,
walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori
konsistensi.

Teori Disonansi Kognitif

Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu
inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan
oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini
dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam
disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan
sikap dan perilaku.

Teori Persepsi Diri

Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarkan


bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan perilaku mereka sendiri. Teori ini
mengusulkan fakta bahwa sikap tidak menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah
perilaku terjadi guna menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku.
Teori Motivasi dan Aplikasinya

Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan
demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.

Teori Motivasi Awal

Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah teori
hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena:
1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2)
para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi
karyawan secara teratur.

Teori Kebutuhan dan Kepuasan

Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing
individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow

 Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa haus,
kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
 Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan
perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
 Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin
hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima
dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
 Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
 Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan diri
untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan
dirinya.

Teori Prestasi

Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori McClelland
mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor
yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa
terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :

 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan
tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
 Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk
memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.

Teori Motivasi

Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi
kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang
mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan
dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi
pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi,
pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.

Teori Keadilan

Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori keadilan,
kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah jika orang
tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.

Teori ERG

Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia
memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan
akan keterikatan ( relatedness needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).

Teori Harapan

Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori
harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa
motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari
tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil
(income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu.

Teori penguatan

Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :

 Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi,
kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
 Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan dengan urutan-urutan
antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari perilaku yang ditimbulkan.
 Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi
kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhya terhadap
perilaku.

Teori Penetapan Tujuan

Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa
karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan
terpengaruh perilaku kerjanya.

Teori Atribusi

Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal
(eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan
atau keberuntungan.

Teori Agensi

Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh
usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa
principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.

Pendekatan Dyadic

Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk
menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya.

3. Persepsi

Persepsi adalah Bagaimana orang-orang melihat atau menginterprestasikan peristiwa, objek,


serta manusia. Menurur kamus Bahasa Indonesia Persepsi adalah sebagai tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui
panca indra. Sedang dalam lingkup yang lebih luas Persepsi merupakan suatu proses yang
melibatkan pengetahuan sebelumnya dalam memperoleh dan menginterprestasikan stimulus
yang ditunjukkan oleh panca indra.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

 Faktor Dalam Situasi

Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadan social.

 Faktor Pada Pemersepsian

Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

 Faktor Pada Target

Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.

Rangsangan Fisik VS Kecenderungan Individu

Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan
sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari
masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan
individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan
perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah
kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.

Keterkaitan Persepsi Bagi Para Akuntan

Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas
organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi
oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh
sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan
meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali perasaan mereka
terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus
waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong
kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang
menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa bisnis yang
dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.

Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain

Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini
akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia
menilai orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang
individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:
 Kekususan (ketersendirian) merujuk pada apakah seorang individu memperlihatkan prilaku-
prilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
 Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria
ini jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
 Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan
datang terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh
karyawan yang baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah
terlambat).

4. Nilai

Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.

Arti Penting Nilai

Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan
dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena nilai memengaruhi sikap
manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya
mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.

Nilai dan Dilema Etika

Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi masalah kemerosotan standar
etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para
akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar,
serta menjalin hubungan yang lebih baik dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal
Enron yang melibatkan Arthur Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi
akuntan menjadi gempar.

Ihksan menambahkan cara yang lebih baik dan ideal dalan mengatasi dilema ini adalah dengan
mempertimbangkan kecukupan dari kesempatan yang ada selanjutnya memberikan reaksi
terhadap apa yng menjadi kekawatiran di dalamnya.

5. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi sebagai hasil
dari motivasi, pengalaman, dan pengulangaan dalam merespon situasi. Kombinasi dari motivasi,
pengalaman dan pengulangan dalam merespons situasi ini terjadi dalam tiga bentuk: pengaruh
keadaan klasik, pengaruh keadaan operant, dan pembelajaran sosial.

Pengondisian Keadaan Klasik

Dapat diringkaskan bahwa pengondisian klasik pada hakikatnya merupakan proses pembelajaran
suatu respons dan suatu rangsangan yang tidak terkondisi. Dengan menggunakan rangsangan
yang berpasangan, yang satu memaksa yang lain netral, rangsangan yang netral menjadi suatu
rangsangan terkondisi yang kemudian meneruskan sifat-sifat dari rangsangan tidak terkondisi.

Pengondisian Operant

Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-
konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang
dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak
adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.

Pembelajaran Sosial

Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari pengondisian operant,
di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari konsekuensi-
konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional(lewat pengamatan)
dan pentingya persepsi dalam belajar.

6. Kepribadian

Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan,
siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu
sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin
potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.
Penentu Kepribadian

Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh
tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi

a.Keturunan

Pendekatan keturunan beragumentasi bahwa penjelasan paling akhir dari kepribadian seseorang
individu adalah struktur molekul dari gen yang terletak dalam kromosom.

b.Lingkungan

Di antara faktor-faktor yang menekankan pada pembentukan kepribadian adalah budaya


dimana seseorang dibesarkan, pengondisian dini, norma-norma di antara keluarga, temam-
teman, dan kelompok-kelompok social, serta pengaruh lain yang dialmi.

c.Situasi

Faktor ini mempengaruhi dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Kepribadian
seseorang walaupun kelihatannya mantap dan konsisten , dapat berubah pada kondisi yang
berbeda.

Sumber: Ikhsan, Arfan, dan Muhammad Ishak, 2005, "Akuntansi Keperilakuan," Salemba
Empat.

AKUNTANSI KEPERILAKUAN:Konsep Dasar & Dampaknya


03.46 | By dewi's blog

Pendahuluan

Mulai dari zaman prasejarah telah menunjukan bahwa manusia di zaman itu telah mengenal
adanya hitung-menghitung meskipun dalam bentuk yang sangat sederhana. Dengan semakin
majunya peradapan manusia menyebabkan pentingnya pencatatan, pengihktisaran dan pelaporan
sebagai bagian dari proses transaksi. Sehingga akuntansi sebagai hasil dari proses transaksi telah
mengalami metamorfosis yang panjang untuk menjadi bentuk yang modern seperti saat
ini.Akuntansi merupakan suatu sistem untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan
oleh para pemakainya dalam pengambilan keputusan. Keterampilan matematis sekarang ini telah
berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks. Begitu pula dengan
kemajuan dalam tehnologi komputer akuntansi yang memungkinkan informasi dapat tersedia
dengan cepat. Tetapi, seberapa canggihpun prosedur akuntansi yang ada, informasi yang dapat
disediakan pada dasarnya bukanlah merupakan tujuan akhir. Tujuan informasi tersebut adalah
memberikan petunjuk untuk memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber
daya yang langka pada aktivitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan
keputusan tersebut melibatkan berbagai aspek termasuk perilaku dari para pengambil keputusan.
Dengan demikian akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Kesempurnaan teknis tidak pernah mampu mencegah orang
untuk mengetahui bahwa tujuan jasa akuntansi bukan hanya sekedar teknik yang didasarkan pada
efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan bergantung pada bagaimana prilaku orang-
orang di dalam organisasi.

Pokok-pokok Kajian

Berdasarkan uraian di atas menunjukan adanya beberapa masalah yang perlu dibahas sebagai
berikut:

1) Mengapa perlu mempertimbangkan keperilakuan pada akuntansi?

2) Bagaimana persyaratan pelaporan mempengaruhi perilaku akuntansi?

3) Bagaimana dampak dari persyaratan pelaporan akuntansi?

Pembahasan

1. Mengapa Perlu Mempertimbangkan Keperilakuan pada Akuntansi?

Akuntansi bukanlah sesuatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang sesuai dengan
pekembangan lingkungan akuntansi serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dibutuhkan
oleh penggunanya (Khomsiah dalam Arfan & Ishak, 2005). Berdasarkan pemikiran tersebut,
manusia dan faktor sosial secara jelas didesain dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh
sistem akuntansi. Dan para akuntan belum pernah mengoperasikan akuntansi pada sesuatu yang
fakum. Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana
mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan
informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia
dan mempengaruhi organisasi.Penjelasan di atas menunjukan adanya aspek keperilakuan pada
akuntansi, baik dari pihak pelaksana (penyusun informasi) maupun dari pihak pemakai informasi
akuntansi. Pihak pelaksana (penyusun informasi akuntansi) adalah seseorang atau kumpulan
orang yang mengoperasikan sistem informasi akuntansi dari awal sampai terwujudnya laporan
keuangan. Pengertian ini menjelaskan bahwa pelaksana memainkan peranan penting dalam
menopang kegiatan organisasi. Dikatakan penting sebab hasil kerjanya dapat memberikan
manfaat bagi kemajuan organisasi dalam bentuk peningkatan kinerja melalui motivasi kerja
dalam wujud penetapan standar-standar kerja. Standar-standar kerja tersebut dapat dihasilkan
dari sistem akuntansi.Dapat diperkirakan apa yang akan terjadi ketika pelaksana sistem informasi
akuntansi tidak memahami dan memiliki kerja yang diharapkan. Bukan saja laporan yang
dihasilkan tidak handal dalam pengambilan keputusan, tetapi juga sangat berpotensi untuk
menjadi bias dalam memberikan evaluasi kinerja unit maupun individu dalam organisasi. Untuk
itu motivasi dan perilaku dari pelaksana menjadi aspek penting dari suatu sistem informasi
akuntansi.Di sisi lain, pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu: pihak intern (manajemen) dan pihak ekstern (pemerintah, investor/calon investor,
kreditur/calon kreditur, dan lain sebagainya). Bagi pihak intern, informasi akuntansi akan
digunakan untuk motivasi dan penilaian kinerja. Sedangkan bagi pihak ekstern, akan digunakan
untuk penilaian kinerja sekaligus sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bisnis. Di samping
itu pihak ekstern, juga perlu mendiskusikan berbagai hal terkait dengan informasi yang
disediakan sebab mereka mempunyai suatu rangkaian perilaku yang dapat mempengaruhi
tindakan pengambilan keputusan bisnisnya. Sehubungan dengan hal tersebut, beberapa riset
akuntansi mulai mencoba menghubungkan dan menganggap penting untuk memasukkan aspek
keperilakuan dalam akuntansi.Sejak meningkatnya orang yang sudah memberikan pengakuan
terhadap beberapa aspek perilaku dari akuntansi, terdapat suatu kecenderungan untuk
memandang secara lebih luas terhadap bagian akuntansi yang lebih subtansial. Perspektif
perilaku menurut pandagan ini telah dipenuhi dengan baik sehingga membuat sistem akuntansi
yang lebih dapat dicerna dan lebih bisa diterima oleh para manajer/pimpinan dan karyawannya.
Pelayanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan yang rumit dan
gagasan akuntansi dapat muncul dari beberapa nilai yang ada. Tetapi, pertimbangan perilaku dan
sosial tidak berarti mengubah dari tugas akuntansi secara radikal. Namun mulai mengembangkan
perspektif dalam mendekati beberapa pengertian yang mendalam mengenai pemahaman atas
perilaku manusia pada organisasi.

2. Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku Akuntansi?

Perkembangan organisasi bisnis saat ini penuh dengan persyaratkan untuk melaporkan informasi
kepada pihak lain tentang siapa atau apa, bagaimana menjalankan organisasi, dan untuk siapa
harus bertanggungjawab. Hal ini pada umumnya disebut sebagai ”persyaratan” pelaporan,
meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan. Intisari dari proses akuntansi
adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi keuangan atau manajemen. Karena
pengumpulan atau pelaporan informasi mengkonsumsi sumber daya, biasanya hal tersebut tidak
dilakukan secara suka rela kecuali pembuat informasi yakin bahwa hal ini akan mempengaruhi
penerima untuk berperilaku sebagaimana yang diinginkan oleh pelapor/pembuat. Persyaratan
pelaporan dapat mempengaruhi perilaku dalam beberapa cara, diantaranya adalah:

Antisipasi penggunaan informasi. Persyaratan pelaporan kemungkinan besar akan


mempengaruhi perilaku pembuat ketika informasi yang dilaporkan merupakan deskripsi
mengenai perilaku pembuat itu sendiri, atau untuk mana pembuat tersebut akan bertanggung
jawab. Semakin informasi yang dilaporkan mencerminkan sesuatu yang dapat dikendalikan oleh
pembuat, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa perilku pembuat akan dimodifikasi.
Pembuat dapat merasa cukup pasti bahwa perubahan dalam perilaku akan mengarah pada
perubahan yang diinginkan dalam informasi yang dilaporkan.

Prediksi pengirim mengenai penggunaan informasi. Kadang kala penerima menyatakan


secara jelas bagaimana mereka menginginkan pembuat laporan berperilaku, meskipun sulit untuk
dicapai secara simultan seperti: laba jangka pendek yang tinggi, pertumbuhan jangka panjang,
atau citra publik yang baik. Apabila pembuat laporan bertanggung jawab kepada penerima maka
ia akan berperilaku dalam cara-cara yang menyenangkan mengenai apa yang harus dilaporkan,
mengenai tindakan dan hasil yang manakah yang penting bagi penerima. Namun ketika orang
tidak merasa pasti mengenai bagaimana informasi tersebut akan digunakan, maka pembuat
laporan memiliki pekerjaan sulit untuk memprediksi kapan dan bagaimana informasi tersebut
akan digunakan. Kemungkinan besar akan mendasarkan pada prediksi sesuai dalam situasi yang
serupa dalam pengalamannya atau bagaimana mereka akan menggunkannya jika berada pada
penerima informasi tersebut.

Insentif/sanksi. Kekuatan dan sifat dari penerima terhadap pembut laporan adalah penentu yang
penting dalam mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada untuk memberikan
penghargaan atau sanksi semakin hati-hati pembuat laporan akan bertindak dan memastikan
bahwa informasi yang dilaporkan dapat diterima. Misalnya saja, mahasiswa kemungkinan besar
akan mengerjakan tugasnya ketika tugas tersebut dikumpulkan dan diberi nilai dibandingka jika
tidak, meskipun manfaat pembelajaran dalam kedua kasus tersebut adalah sama.

Penentuan waktu. Waktu adalah faktor penting dalam menentukan apakah persyaratan
pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilaku pembuat laporan atau tidak. Supaya
persyaratan pelaporan dapat menyebabkan perubahan perilakunya, ia harus mengetahui
persyaratan tersebut sebelum ia bertindak. Sehingga jika persyaratan plaporan yang sebelumya
dikenakan setelah perilaku yang dilaporkan, maka akan dapat diketahui pada pembuatan laporan
berikutnya.

Pengarahan perhatian. Suatu persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pembuat mengubah


perilakunya. Hal itu kemungkinan informasi memiliki suatu cara untuk mengarahkan perhatian
pada bidang-bidang yang berkaitan dengannya, yang dapat mengarah pada perubahan perilaku.

3. Bagaimana Dampak dari Persyaratan Pelaporan Akuntansi ?

Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang akuntansi: keuangan,


perpajakan, akuntansi manajerial dan akuntansi sosial. Secara terperinci dampak tersebut dapat
dijelaskan di bawah ini.

Akuntansi keuangan. Terdapat beberapa prinsip akuntansi yag diterapkan setelah


diperdebatkan terlebih dahulu mengenai dampak mengenai yang ditimbulkannya. Beberapa hal
yang kontraversial dari pernyataan standar akuntansi tersebut merupakan contoh mengenai
bagaimana prinsip akuntansi mempengaruhi perilaku. Contoh-contoh tersebut meliputi:
”Bagaimana perlakuan atas kerugian akibat melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar?”
dan ”bagaimana perlakuan atas kelebihan nilai pembayaran kontrak utang dalam mata uang
asing?”. Setelah mengalami proses perdebatan dari berbagai kelompok (pemerintah, praktisi
bisnis, akademisi) melahirkan ISAK (Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan) No. 4 yang
menginterpretasikan PSAK (Peryataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 10 mengenai transaksi
dalam mata uang asing. Dalam interpretasi tersebut dinyatakan bahwa kerugian yang
ditimbulkan oleh tigkat inflasi yang luar biasa (di atas 133%) dan melibatkan transaksi operasi
dalam mata uang dolar dapat dikapitalisasi oleh organisasi/perusahaan. Prinsip akuntansi yang
kontraversial lainnya termasuk perlakuan atas biaya penelitian dan pengembangan, serta
persyaratan pelaporan akuntansi atas inflasi yang mengharuskan dibuatnya penyesuaian dalam
laporan keuangan. Demikian pula halnya dengan akuntansi untuk minyak dan gas bumi.

* Akuntansi perpajakan. Umumnya persyaratan pelaporan akuntansi perpajakan dipandang rumit dan
sulit bagi banyak pembayar pajak. Beberapa persyaratan telah dikenakan tidak hanya kepada pembayar
pajak, tetapi juga pada pihak lain seperti karyawan dengan maksud untuk membuat hukum pajak lebih
dipatuhi. Suatu keharusan catatan yang rinci atas pengurangan beban bisnis merupakan contoh yang
paling baru dan kontraversial mengenai dampak perilaku dari persyaratan pelaporan pajak. Yang dalam
faktanya, catatan rinci tersebut tidak perlu dilaporkan tetapi pembayar pajak dan penyusun pajak
diharuskan untuk melaporkan bahwa catatan itu disimpan dan tersedia untuk diperiksa.

* Akuntansi manajerial. Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan internal apapun


yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan dapat bersifat keuangan, operasional,
sosial atau suatu kombinasi. Tetapi hanya terdapat sedikit data akuntansi manajemen yang tersedia bagi
publik karena data tersebut jarang dilaporkan diluar organisasi. Disamping itu sangat sulit untuk
digeneralisasi karena setiap organsasi memiliki sistem akuntansi manajemen yang berbeda-beda.

* Akuntansi sosial. Masih terdapat relatif sedikit mengenai dampak dari akuntansi sosial bagi publik
karena akuntansi sosial adalah bidang perhatian yang masih relatif baru. Salah satu bidang pembahasan
dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan laporan, polusi dan keamanan produk.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan bahwa akuntansi dibangun
dengan menggunakan konsep, prinsip dan pendekatan dari disiplin ilmu lain untuk meningkatkan
kegunaannya. Sehingga akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku manusia serta kebutuhan
organisasi akan informasi akuntansi. Disamping itu kesempurnaan teknis dari jasa akuntansi bukan
hanya sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari segala prosedur akuntansi, melainkan
bergantung pada bagaimana prilaku orang-orang didalam organisasi, baik sebagai pelaksana (penyusun
informasi) maupun sebagai pemakai informasi.Persyaratan pelaporan akuntansi akan mempengaruhi
perilaku dari berbagai fakor, baik karena adanya antisipasi penggunaan informasi, prediksi penggunaan
informasi, insentif/sanksi, penentuan waktu maupun pengarahan perhatian dari pihak yang akan
menggunakan informasi tersebut (penerima). Dampak keperilakuan dalam akuntansi terjadi pada
berbagai bidang yaitu pada: akuntansi keuangan, akuntansi perpajakan, akuntansi manajerial dan
akuntansi sosial. Salah satu bidang pembahasan dari akuntansi sosial adalah delima penyusunan
laporan, polusi dan keamanan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony. Dearden & Bedford. 1990. Management Control System, 6th Edition. Published by
Arrangement with Irwin Inc. New York.

Arfan Ikhsan & Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.
Armila Krisna Warindrani. 2006. Akuntansi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2006. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.

Mulyadi. 1997. Sistem Akuntansi. Balai Penerbitan STIE-YKPN. Yogyakarta.Sunarto. 2003. Perilaku
Organisasi. Penerbit Amus. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai