Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2020
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
1. Sikap
Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi tindakan, baik yang
menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau
situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk memasukkan semua objek yang mengarah
pada reaksi seseorang. Ketiga komponen sikap: pengertian (cognition), pengaruh (affect), dan
perilaku (behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut
membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.
Komponen Sikap
Sikap disusun oleh komponen teori, emosional, dan perilaku. Komponen teori terdiri atas
gagasan, persepsi, dan kepercayaan seseorang mengenai penolakan sikap. Komponen emosional
atau afektif mengacu pada perasaan seseorang yang mengarah pada objek sikap. Komponen
perilaku mengacu pada bagaimana satu kekuatan bereaksi terhadap objek/sikap.
Fungsi Sikap
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan kepuasan, defensif ego, dan
ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan berfungsi untuk membantu seseorang dalam
memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal
yang bermanfaat atau fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif
ego dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan yang
berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya. Sikap juga melayani
fungsi nilai ekspresi.
Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah pada suatu objek
yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada substitusi sikap baru untuk
seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap dibentuk berdasarkan karakter faktor
psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk
sepenuhnya berhubungan langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu
pengalaman yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan pengembangan
sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.
Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan pendekatan yang paling
efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil pendekatan dan keadaan.
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai bagaimana orang-
orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil perubahan dalam memercayai suatu objek.
Teori ini menjelaskan bahwa manusia dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika
mau memahami struktur yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya
untuk dapat mengubah ancaman.
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam ketidakstabilan,
walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan adalah suatu variasi dari teori
konsistensi.
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi Kognitif. Teori ini
menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi dalam hal ini berarti adanya suatu
inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan
oleh pentingnya unsur-unsur yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini
dimiliki oleh individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam
disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian dalam perubahan
sikap dan perilaku.
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya motivasi. Dengan
demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah teori
hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat awal karena:
1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2)
para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi
karyawan secara teratur.
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa masing-masing
individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
-Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti rasa lapar, rasa haus,
kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain sebagainya.
-Kebutuhan akan keamanan (safety needs), yaitu akan kebutuhan keselamatan dan perlindungan
dari bahaya, ancaman, perampasan atau pemecatan.
-Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan kepuasan dalam menjalin
hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima
dalam suatu kelompok, rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
-Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status atau kedudukan,
kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
-Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan pemenuhan diri
untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan melakukan apa yang paling sesuai dengan
dirinya.
Teori Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun 1990. Teori McClelland
mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor
yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi. Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa
terdapat tiga karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
-Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu permasalahan.
-Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan tingkat kesulitan
tugas yang moderat dan menghitung risikonya.
-Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang kuat untuk
memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas pelaksanaan tugasnya.
Teori Motivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori motivasi yang di bagi
kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah factor yang
mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan
dari seluruh pengaruh negatif. Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi
pekerjaan, hubungan perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi,
pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.
Teori Keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963. Dalam teori
keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu adalah
jika orang tersebut membandingkannya dengan lingkungan lainnya.
Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa kebutuhan akan manusia
memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan eksistensi ( existence needs), kebutuhan
akan keterikatan ( relatedness needs ) dan kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).
Teori Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward Tolman. Teori
harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide dasar teori ini adalah bahwa
motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan diperoleh seseorang sebagai akibat dari
tindakannya. Variabel-variabel kunci dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil
(income),harapan (expectancy), instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara
hasil tingkat pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan keinginan seseorang
terhadap hasil tertentu.
Teori penguatan
-Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah yang dapat diproduksi,
kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal produksi, dan sebagainya.
-Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan (misalnya prestasi
kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka semakin besar pengaruhya terhadap
perilaku.
Teori Penetapan Tujuan
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori ini adalah bahwa
karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi terhadapnya) akan
terpengaruh perilaku kerjanya.
Teori Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal forces), yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal
(eksternal forces), yaitu factor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan
atau keberuntungan.
Teori Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja organisasi ditentukan oleh
usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini secara umum mengasumsikan bahwa
principal bersikap netral terdadap risiko sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
Pendekatan Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan (superior) dan bawahan
(subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Danserau et al. pada tahun 1975. Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk
menganalisis hubungan antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang
menghubungkan keduanya
3. Persepsi
Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.
Rangsangan Fisik adalah input yang berhubungan dengan perasaan, seperti pegelihatan dan
sentuhan. Sedang Kecenderungan Individu meliputi alas an, kebutuhan, sikap, pelajaran dari
masa lalu dan harapan. Perbedaan persepsi antar orang-orang disebabkan karena perasaan
individu yang menerimanya berbeda fungsi dan hal ini terutama disebabkanoleh kecenderungan
perbedaan. Empat factor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah
kekerabatan, perasaan, arti penting dan emosi.
Perilaku para akuntan dapat menerapkan pengetahuan persepsi terhadap banyak aktifitas
organisasi. Misalnya dalam evaluasi kinerja, cara penilaian atas seseorang mungkin dipengaruhi
oleh ketelitian persepsi penyeia. Kesalahan atau bias penilaian mungkin diakibatkan oleh
sandiwara yang mencoba untuk menakut-nakuti sehingga karyawan mrasa tidak puas dan
meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu para penyelia perlu mengenali perasaan mereka
terhadap bawahannya. Bawahan tertentu dapat mempengaruh evaluasi mereka, dan harus
waspada terhadap sumber penyimpangan persepsi ini. Kesalahan persepsi dapat juga mendorong
kearah ketegangan hubungan antar pribadi karyawan. Ketika sesuatu dilihat sebagai sesuatu yang
menegangkan seorang penyelia perlu menentukan penyebab terjadinya peristiwa bisnis yang
dipandang berbeda oleh orang-orang yang berbeda.
Persepsi Orang Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Dalam bahasan mengenai persepsi orang dalam membuat penilaian terhadap orang lain, hal ini
akan dikaitkan dengan teori atribusi. Teori atribusi merupakan dari penjelasan cara-cara manusia
menilai orang secara berlainan,bergantung pada makna apa yang dihubungkan ke suatu prilaku
tertentu. Pada dasarnya teori ini menyarankan bahwa jika seseorang mengamati prilaku seorang
individu, orang tersebut berusaha menentukan apakah prilaku itu disebabkan oleh factor internal
atau eksternal, tetapi penentan tersebut sebagian besarbergantung pada tiga factor berikut:
• Konsesus yaitu jika semua orang yang menghadapi suatu situasi yang serupa bereaksi
dengan cara yang sama. Contoh perilaku karyawan yang terlambat akan memenuhi criteria ini
jika semua karyawan yang mengambil rute yang sama ke tempat kerja juga terlambat.
• Konsistensi. Disini dicari konsistensi dari tindakan seseorang apakah orang tersebut
memberikan reaksi yang sama dari waktu kewaktu.Contoh Apabila seorang karyawan datang
terlambat beberapa menit saja tidak dipersepsikan dengan cara yang sama oleh karyawan yang
baginya keterlambatan itu kasus yang luabiasa (karena tidak pernah terlambat).
4. Nilai
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlawanaan.
Arti Penting Nilai Dalam mempelajari perilaku dalam organisasi, nilai dinyatakan
penting karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap serta motivasi dan karena
nilai memengaruhi sikap manusia.seseorang memasuki organisasi dengan gagasan yang
dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya.
Nilai dan Dilema Etika Permasalahan profesi akuntansi sekarang ini banyak dipengaruhi
masalah kemerosotan standar etika dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan ini
seharusnya menjadi pelajaran bagi para akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat
kedisiplinan mengatur dirinya dengan benar, serta menjalin hubungan yang lebih baik
dengan para klien atau masyarakat luas. Misal: skandal Enron yang melibatkan Arthur
Anderson, serta skndal Worldcom, Merck, dan Xerox, profesi akuntan menjadi gempar.
5. Pembelajaran
Pengondisian Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-
konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang
dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau tidak
adanya pungutan yang ditrimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut.
Pembelajaran Sosial
6. Kepribadian
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam organisasi adalah memprediksikan perilaku.
Pengujian terhadap perilaku ditentukan oleh banyaknya efektivitas dalam tekanan pekerjaan,
siapa yang akan menanggapi kritikan dengan baik, siapa yng pertama harus dipuji dahulu
sebelum berbicara mengenai perilaku tidak diinginkan, siapa yang menjadi seorang pemimpin
potensial. Semuanya itu merupakan bentuk-bentuk pemahamaan atau kepribadian.
Penentu Kepribadian
Suatu argumen dini dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang merupakan
hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari kedua pengaruh
tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi
a.Keturunan
b.Lingkungan
c.Situasi
A. Teori Kontinjensi
Pendekatan teori kontinjensi untuk merancang sistem akuntansi melyatakan bahwa suatu strategi
umum bisa digunakan untuk semua )rganisasi tidaklah ada. Saat ini, perumusan kontinjensi telah
memperimbangkan pengaruh dari teknologi, struktur organisasi dan teori, dan ingkungan dalam
upaya untuk menjelaskan bagaimana sistem akuntansi berbeda dalam berbagai situasi.
1. Kerangka Kerja Waterhaouse dan Tiessen
Waterhaouse dan Tiessen mengusulkan suatu rancangan efisien dari sistem akuntansi
manajemen dan suatu mekanisme dari kontrol yang tergantung pada struktur dan konteks dari
suatu organisasi. Tipe dari struktur organisasi pada akhirnya, diduga akan memengaruhi proses
akuntansi manajemen seperti perencanaan, alokasi sumber daya, dan pengukuran penampilan.
Gordon dan Miller mengusulkan suatu kerangka kerja kontinjensi untuk rancangan sistem
informasi yang melakukan perhitungan terhadap lingkungan, atribut organisasional, dan jenis
pembuatan-keputusan manajerial. Gordon dan Miller menyatakan dalam kenyataannya, bahwa
“pola tampaknya lingkungan, organisasional, dan jenis keputusan tidak tersebar secara acak
tetapi bergabung bersama untuk membentuk pengaturan umum.
Macintosh dan Daft menyelidiki hubungan antara satu karakteristik dari organisasi dan
rancangan Sistem Pengendalian. Dengan interdependensi yang mereka temukan suatu perluasan
di mana departemen tergantung satu sama lain dan bertukar informasi dan sumberdaya untuk
menyelesaikan suatu tugas. Hal itu juga suatu variabel yang relevan untuk mengontrol sistem.
Interdependensi bisa (1) dicurangi ketika departemen relatif otonom dan terdapat sedikit aliran
kerja di antara mereka, (2) berangkaian ketika departemen berkaitan suatu seri, dengan hasil
suatu departemen digunakan sebagi masukan dari departemen berikutnya, dan (3) berbalasan
ketika departemen bekerja suatu proyek dan arus kerja kembali dan berkumpul di antara mereka.
Sistem Pengendalian manajemen dipandang dari istilah ketika kontrol subsistem: dana
operasional, laporan statistik, dan prosedur operasional standar dan peraturan.
Hipotesis hubungan dan penggunaan Sistem Pengendalian manajemen adalah sebagai berikut.
Hasil dari studi lapangan Macintosh dan Daft menunjukkan bahwa ketika interdependensi
rendah, kontrol difokuskan pada penggunaan prosedur operasional standar; ketika menengah,
kontrol diserahkan pada pendanaan dan laporan statistik; ketika tinggi, peranan dari Sistem
Pengendalian ditiadakan.
Macintosh mengusulkan suatu model kontekstual dari sistem informasi. Dasarnya, model
menggabungkan tipe keputusan pribadi, teknologi, dan struktur organisasi untuk menurunkan
suatu jenis sistem informasi. Variabel-variabel ini dijabarkan sebagai berikut.
a) Model jenis keputusan Driver dan Mock digunakan untuk menentukan variabel jenis
keputusan. Model menunjukkan dua dimensi dari pemrosesan informasi; jumlah informasi yang
di-gunakan (dari minimum sampai maksimum) dan derajat focus dalam penggunaan data (dari
satu solusi sampai banyak solusi). Dua dimensi ini digabung untuk menurunkan empat jenis yang
berlainan, yaitu:
1) Jenis desisif menyatakan penggunaan suatu jumlah minimum dari data untuk menghasilkan
hasil yang berbeda pada waktu yang berbeda. Individu desisif melihat efisiensi, kecepatan dan
konsistensi dalam informasi yang digunakan.
2) Jenis fleksibel menyatakan penggunaan sejumlah kecil data untuk menghasilkan hasil yang
berbeda pada waktu yang berbeda. Individu fleksibel melihat, kecepatan, adaptabilitas, dan
intuisi dibandingkan mengembangkan dan beroperasi berdasarkan rencanca.
3) Jenis hierarki menyatakan penggunaan banyak data untuk menghasilkan satu opini
perusahaan. Individu hierarki melihat kesungguhan, ketepatan dan kesempurnaan.
4) Jenis integratif menyatakan penggunaan banyak data untuk menghasilkan banyak solusi
yang memungkinkan. Individu integratif melihat penggunaan kreatif dari informasi dalam
eksperimen, simulasi dan permainan.
b) Kategori Perrow tentang teknologi digunakan untuk menentukan variabel teknolog. Model
menyatakan dua dimensi teknologi: pengetahuan tugas (dari bisa dianalisis sampai btidak bisa4
dianalisis) dan keragaman tugas (dari rendah sampai tinggi). Dua dimensi ini diturunkan dari
kategori pengetahuan yang berbeda:
1. Teknologi keahlian (Pengetahuan tugas yang bisa dianalisis dan variasi tugas teknologi
rendah);
2. Teknologi rutin (pengetahuan tugas yang tidak bisa dianalisis dan variasi tugas rendah);
3. Teknologi penelitian (pengetahuan tugas yang tidak bisa dianalisis dan variasi tugas tinggi)
4. Teknologi teknis professional (pengetahuan tugas yang bisa dianalisis dan variasi tugas
tinggi).
c) Akhirnya, empat jenis informasi dibedakan dalam hal dua dimensi: jumlah dan ambiguitas.
Macintosh menjelaskan mereka dengan cara berikut.
Sejumlah kecil sampai menengah informasi yang tepat dan tidak ambigu, dan digunakan dalam
cara yang cepat dan teliti.
Sejumlah besar informasi, sering kali dalam bentuk database atau model simulasi, yang
cenderung terperinci dan tepat; recipient normalnya menggunakan informasi semacam itu
dengan cara yang lambat dan penuh pertimbangan.
Sejumlah kecil informasi, tidak tepat, tidak pula terperinci, dan sering kali hanya di permukaan,
mereka digunakan dalam cara yang bisaa namun teliti.
4) Sistem informasi difuse
Informasi menengah sampai besar meliputi sejumlah luas material, sering kali sangat tidak jelas
dan tidak tepat, umumnya digunakan dengan cara yang lambatdan penuh pertimbangan.
3. Derajat desentralisasi
Hasil dari survei memberikan bukti suatu hubungan positif antara efektivitas dari teknik
pembiayaan permodalan rumit dan lingkungan yang bisa diprediksi, penggunaan dari sistem
penghargaan jangka panjang, dan derajat dari desentralisasi.
Govindarajan dan Gupta dalam Belkaoui (1989) mengamati keterkaitan antara strategi,
sistem bonus insentif, dan efektivitas pada level strategic businesse unit (SBU) di dalam
perusahaan yang berbeda-beda. Suatu survei umum dari manajer tentang strategic business unit
(SBU) dalam perusahaan terdiversifikasi menghasilkan hal-hal berikut:
1. Ketergantungan lebih besar terhadap kriteria jangka panjang se-perti halnya juga
ketergantungan lebih besar terhadap pendekatan subjektif (bukan rumusan) untuk menentukan
SBU manajer umum, bonus berperan untuk efektivitas dalam kasus membangun SBU, tetapi
lambat dalam memanen SBU,
2. Hubungan dari perluasan dari ketergantungan terhadap sistem bonus pada kriteria pendek
dan efektivitas SBU secara maya berdiri sendiri dari strategi SBU.
Hasil pertama berdiri di atas alasan yang memberikan pengharapan di mana unit
pembangun akan menghadapi ketidakpastian lingkungan yang lebih besar dibandingan dengan
yang akan dihadapi unit permanen.
Menggunakan tipologi Miles dan Snow (1978), strategi diklasifikasikan menjadi defender
prospektor, dan analiser. Tipe ini dijelaskan sebagai berikut. Defender beroperasi dalam area
produkasi yang relatif stabil, dan berkompetisi dengan mempertaruhkan kepemimpinan, kualitas,
dan pelayanan. Mereka melakukan sedikit perkembangan produk/pasar. Hasil dari studi ini
membuktikan proporsi di mana perusahaan bergantung pada strategi berbeda menggunakan
Sistem Pengendalian akuntansi dengan cara yang berbeda pula.
Hal ini menunjukkan bahwa, saat kompetisi diintensifkan, keuntungan yang diharapkan dari
penerapan kontrol ini cenderung memberatkan biaya mereka. Oleh karena itu, untuk mereka
yang dipercayakan dengan Sistem Pengendalian, adalah penting untuk mengetahui derajat
kompetisi yang dihadapi oleh perusahaan yang tidakmenghadapi kompetisi serius juga bisa
membuat lebih merugikan daripada mendatangkan kebaikan.
Burns dan Waterhouse (1975) menemukan bahwa kepentingan dan penggunaan Sistem
Pengendalian pembiayaan adalah lebih tinggi dalam organisasi yang lebih besar, lebih
desentralisasi dan lebih banyak menggunakan teknologi dalam mana terdapat prosedur
operasional resmi standar.
Berdasarkan pada bukti penelitian terbaru, hal itu tampaknya merupakan perubahan umum dalam
gaya manajerial terutama dalam proses kontrol, tidak bisa diharapkan iintuk muncul sebagai
beberapa perubahan penting dalam persepsi dari sifat-sifat organisasional dan titik jenuh telah
terjadi.
1. Hasil pertama menunjukkan bahwa subjek tersebut bersedia bicara tentang dirinya tampak
menerima salah satu kondisi dari sistem akuntansi yang bertanggung jawab di mana bertanggung
jawab terhadap keseluruhan biaya terkontrol.
2. Hasil kedua menyatakan bahwa subjek yang sama akan menjadi kurang berkenan untuk
menerima kondisi di atas dari sistem akuntansi yang bertanggung jawab jika kehendak untuk
membuka adalah untuk mengungkapkan hal negatif lawan positif tentang diri mereka, atau untuk
mengukur kesungguhan dari pernyataan mereka.
Kedua hasil bisa diintepresentasikan untuk menentukan kreasi dari keduanya dalam atmosfer
keterbukaan dan kepercayaan di antara mereka yang dikendalikan menuju penerimaan tanggung
jawab dalam sistem akuntansi yang bertanggung jawab.
1. Faktor internal merupakan penjelasan utama untuk penampilan pada departemen produksi.
1. Atasan dari unit bisnis yang menghadapi ketidakpastian ling-kungan yang lebih tinggi akan
menggunakan suatu penampilan yang lebih subjektif, yaitu pendekatan pujian, sedangkan atasan
dari unit bisnis yang menghadapi ketidakpastian lingkungan yang rendah akan menggunakan
lebih banyak rumusan yang didasarkan pendekatan evaluasi penampilan.
2. Kecocokan kuat antara ketidakpastian lingkungan dan gaya evaluasi penampilan berkaitan
dengan penampilan unit bisnis yang lebih tinggi.
Kritikan terhadap penelitian kontinjensi lebih banyak diarahkan dalam lesain rerangka
kontinjensi, terutama pada aspek metode pengujian. Drazin dan Van de Ven (1985) mengusulkan
tiga pendekatan penting lalam penelitian kontinjensi, meliputi: seleksi, interaksi dan sistem.
Kenyataan bahwa dalam pendekatan seleksi dan interaksi memunculkan :ejumlah kelemahan
baik dalam konsep maupun konsekwensi hasil, arah netode pendekatan kemudian difokuskan
terhadap. pendekatan sistem. Terdapat tiga pendekatan dalam kosep fit sebagaimana
dikemukakan oleh Drazin dan Van de Ven (1985), yang meliputi seleksi, interaksi, dan istem.
Pendekatan seleksi menghubungkan antara variabel kontekstual lengan variabel organisasional,
namun tidak secara jelas mengorelasikan mbungan kedua variabel tersebut dengan kinerja
organisasi. Pendekatan nuldple interaction memandang bahwa pengaruh fit antara variabel
:ontekstual dengan variabel organisasional diekspresikan dengan bentukberkalian antara variabel
kontekstual dengan variabel organisasional lalam model regresi. Koefisien signifikansi dari order
tertinggi dari nteraksi dalam persamaan regresi menunjukkan adanya dukungan erhadap hipotesis
yang dikembangkan.
Pendekatan residual analysis mengacu pada konsep nilai residual dari >ersamaan regresi.
Dalam pendekatan ini, residual diasumsikan sebagai m/It dari persamaan regresi. Terdapat tiga
tahap dalam uji ini. Tahap ertama adalah penentuan desain hubungan variabel organisasional
dengan kontekstual. Dalam hal ini, Sistem Pengendalian didesain sebagai variabel dependen dan
PEU sebagai variabel indepeden.
Pendekatan seleksi dan interaksi dalam fit memfokuskan pada bagaimana faktor tunggal dari
variabel kontekstual berpengaruh terhadap faktorfaktor organisasional dan bagaimana pasangan
variabel kontekstualorganisasional tersebut berinteraksi dalam memengaruhi kinerja. Oleh
kalangan reductionism, cara ini dipandang sebagai dekomposisi dari variabel-variabel
organisasional dan kontekstual yang secara efektif dapat menjelaskan hubungan keseluruhan
organisasi.