PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
semua entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau perusahaan yang
mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan menjadi suatu
alat yang digunakan investor untuk mengambil keputusan penting terhadap sebuah
perusahaan, misalnya tentang pembagian deviden, potensi meningkatnya valuasi saham yang
dimiliki investor dan adanya potensi pertumbuhan berkesinambungan yang positif dari
perusahaan tersebut.
Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat investor
asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya penyesuaian terhadap
pelaporan keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini sudah banyak Negara yang
menerapkan IFRS (International Financial Reporting Standard), sehingga IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) perlu melakukan penyesuaian PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) menuju IFRS.
Hampir semua isi dalam pernyataan mengenai laporan posisi keuangan di PSAK No
1 Revisi 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan meyesuaikan dengan IAS (International
Accounting Standard) 1 tentang Presentation of Financial Statements per 1 Januari
2009. Perubahan istilah pun banyak terjadi, misalnya perubahan istilah “kewajiban” menjadi
“liabilitas”, istilah “laporan neraca” menjadi “laporan posisi keuangan” dan lain-lain.
Diharapkan laporan posisi keuangan dapat menyajikan informasi yang semakin akurat dan
relevan untuk para pengguna laporan laporan keuangan di Indonesia.
Pemaparan singkat di atas melatarbelakangi tim penyusun untuk menyusun makalah
berjudul “Laporan Posisi Keuangan”. Judul tersebut diambil dari judul pada pertemuan ke-7
(tujuh) materi mata kuliah Teori Akuntansi.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, tim penyusun membuat topik permasalahan terkait
makalah “Laporan Posisi Keuangan” sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari laporan posisi keuangan?
b. Apa saja jenis laporan keuangan?
c. Apa saja elemen dan isi dari laporan posisi keuangan?
d. Apa saja laporan periodik yang diwajibkan oleh SEC (Securities and Exchange Comission)?
e. Bagaimana penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan?
f. Bagaimana penjelasan tentang peristiwa kemudian(subsequent event)?
g. Apa saja keterbatasan Laporan Keuangan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman pembaca
terkait laporan posisi keuangan. Tim penyusun mengharapkan pembahasan dalam makalah
ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami dan menganalisa laporan posisi
keuangan yang dimiliki suatu perusahaan
.
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik Umum
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap PSAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak
dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan, aset,
liabilitas, pendapatan dan beban yang di atur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan PSAK, dengan pengungkapan tambahan jika di
perlukan, di anggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap PSAK membuat pernyataan
secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap PSAK tersebut dalam catatan
atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh
terhadap PSAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang di
persyaratkan dalam PSAK.
Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang di gunakan atau pengungkapan dalam catatan atas
laporan keuangan atau materi penjelasan.
2. Kelangsungan Usaha
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang
kempampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan
keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk
melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternative
lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat
penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa
atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian
tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang di gunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak di pertimbangkan
sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,
manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak di
batasi untuk 12 bulan dari akhir periode pelaporan). Tingkat pertimbangan tergantung pada
fakta dari setiap kasus.. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke
sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai
tanpa melalui analisis rinci.
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Ketika akuntansi berbasis akrual yang digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset,
liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos
tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur-unsur dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
5. Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan
dan beban, kecuali di syaratkan atau di ijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara
terpisah utuk aset dan liabiliatas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba
rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika di
sajikan) mengurangi kemampuan penggunaan laporan keuangan baik untuk memahami
transaksi, persitiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas
di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa.
Pengukuran aset secara neto setelah di kurangi dengan penyisihan penilaian (misalnya,
penyisihan keuangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk
kategori saling hapus.
6. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)
setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan di sajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode
satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas,
mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau pendek.
b. Fakta bahwa jumlah yang di sajikan dalam laporan keuangan tidak dapat di
perbandingkan secara keseluruhan.
7. Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
untuk seluruh jumlah yang di laporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali di
nyatakan lain oleh PSAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
laporan keuangan periode sebelumnya di ungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan. Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif
menyajikan minimal dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan
lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam
laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas
menyajikan minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan
lainnya, dan catatan atas laporan keuangan Entitas menyajikan laporan posisi keuangan
pada :
1. Akhir periode berjalan
2. Akhir periode Sebelumnya ( yang sama dengan awal periode berjalan)
3. Permulaan dari periode komparasi terawal
8. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali :
a. Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas
laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan
lebih tepat untuk di gunakan dengan mempertimbangkan criteria untuk penentuan dan
penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK No. 25
b. Perubahan tersebut di perkenankan oleh suatu PSAK.
Dulu dikenal Laporan Sumber dan Penggunaan Data. Dana di sini diartiakn
bermacam-macam:
1. Dana di artikan sebagai Kas
2. Dana di artikan sebagai Aset Cepat ( Quick Assets)
3. Dana di artikan sebagai Monetary Assets
4. Dana di artikan sebagai Aset Lancar
5. Dana di artikan sebagai Modal Kerja ( Aset Lancar di kurangi Utang Lancar)
6. Dana di artikan sebagai keseluruhan aset
Di Indonesia laporan arus kas dimuat dalam PSAK NO. 2 sedangkan di USA dengan
keluarnya FASB NO. 95 yang wajib sekarang adalah Laporan Sumber Penggunaan Dana
dalam arti Kas. Laporan ini ( Cash Flow Statement) merupakan ikhtisar Arus Kas
Masuk dan Arus kas Keluar yang di bagi dalam kelompok-kelompok:
1. Kegiatan Operasi
2. Kegiatan Investasi
3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan)
Sejak tahun1930 penekenan utama akuntansi adalah pada orientasi pengukuran dan
pengakuan pendapatan( Income Statemen). Namun menurut kerangka konsep yang di
kembangkan FASB yang berdiri tahun 1973, penekanan akuntansi bergerak kepada orientasi
Assets Liability (Balance Sheet). Kemudian setelah mengeluarkan FASB Statement No. 95
dan perkembangan yang sangat cepat pada konsep Cash Flow Accounting maka penekanan
akuntansi mengarah pada orientasi Arus Keas.
Informasi yang di sajikan dalam Laporan Posisi Keuangan minimal harus mencakup
penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut :
1. Aset tetap
2. Properti investasi
3. Aset tidak berwujud
4. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan pada (5), (8) dan (9)
5. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6. Aset biolojik
7. Persediaan
8. Piutang dagang dan piutang lainnya
9. Kas dan setara kas
10. Total aset yang di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk di jual untuk aset yang
termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk di jual
sesuai dengan PSAK No. 58
11. Utang dagang dan terutang lainnya
12. Kewajiban di estimasi
13. Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan dalam (11) dan (12)
14. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.46
15. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana di definisikan dalam PSAK No. 46
16. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang di lepaskan yang diklasifikasikan sebagai
yang dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
17. Kepentingan non pengendali, di sajikan sebagai bagian dari ekuitas
18. Modal saham dan cadangan yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk.
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan di sajikan secara terpisah di
dasarkan atas penilaian dari :
a. Sifat dan likuiditas aset
b. Fungsi aset tersebut dalam entitas
c. Jumlah, sifat dan jangka waktu viabilitas
Aset Lancar
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :
1. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2. Entitas memiliki aset untuk tujuan di perdaganggkan
3. Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan atau
4. Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 : Laporan Arus Kas)
kecuali aset tersebut di batasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan
liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset
tidak lancar.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
liabilitas jangka panjang.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah deviden yang di akui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode, dan nilai deviden per saham.
Dalam mengkaji elemen akuntansi dan hubungan laporan laba rugi dengan neraca di
kenal dua pendekatan:
1. Articulated Approach : kedua laporan dianggap sebagai memiliki hubungan matematis,
dimana laba rugi hanya merupakan perubahan modal pada periode itu dengan asumsi tidak
ada transaksi modal dan transaksi penyesuaian modal.
2. Non Articulated Approach : hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak ada
minimal tidak otomatis dan masing-masing berdiri sendiri antara satu sama lain.
Kendatipun konsep ini tidak banyak di bahas dalam literature, namun bukan tidak ada
pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized capital atau transaksi
lainnya seperti transaksi valuta asing yang tidak di bukukan langsung ke laporan laba rugi,
tetapi langsung di catat dalam perkiraan modal membuktikan pengaruh konsep ini.
Dalam model artikulasi sistem klasifikasi dalam laporan keuangan adalah sebagai
terlihat dalam gambar berikut :
Legal
Capital Other Contributed Capital
Income Statement Prior Period Devidens
Dari definisi ketiga ini diketahui bahwa sesuatu yang di anggap sebagai aset jika di
masa yang akan datang dapat di harapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada
perusahaan. Untuk perkiraan deffered charge di anggap bahwa karena pembayaran telah
dilakukan maka di masa yang akan datang tidak perlu lagi cash flow. Definisi terakhir ini di
anggap lebih luas dari definisi pertama. Mengenai executory contract sering terjadi
perdebatan. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan. Dalam prinsip
akuntansi yang berlaku sekarang tidak ada pencatatan atas jenis kontrak seperti ini dalam
laporan keuangan, misalnya kontrak dengan pegawai, dan kontrak pembelian jangka panjang.
Dalam hal pengorbanan yang di berikan adalah aset bukan uang (non-moneter) maka
niali yang di pakai adalah harga pasar barang yang di serahkan. Di samping nilai pertukaran
ini atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga berbagai nilai yang sering di
pakai dalam penilaian aset. Nilai itu adalah :
a. Book value adalah harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis di kurangi
akumulasi penyusutan yang telah di bebankan kepada pendapatan.
b. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika dig anti dengan barang lain
yang sama.
c. Selling price adalah harga penjualan.
d. Net Realizable Value adalah harga jual di kurangi biaya penjualan atau di kurangi tingkat
margin yang normal.
Nilai ini sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran ang murni.
Nilai-nilai yang disebutkan di atas telah di terapkan pada berbagai macam jenis aset yang
dianggap telah di bahas dalam akuntansi intermediate.
Beberapa metode penilaian aset digambarkan oleh Wolk, et.al. sebagai berikut :
Asset Metode Penilaian
Piutang Taksiran nilai net relizable value
Pengertian kewajiban di sini lebih luas dari yang pertama karena menyangkut
kewajiban ekonomis yang di artikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan
datang.
Laba Ditahan
Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, peneyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya,
dan besaran deviden. Komponen berikutnya darimodal saham ini adalah Laba Rugi yang
belum di realisasi. Dalam beberapa hal perubahan aset perusahaan tidak dilaporkan di laba
rugi, tetapi langsung dilaporkan di neraca, misalnya Rugi dari perubahan harga surat berharga
jangka panjang, Laba Rugi dari transaksi luar negri dalam mata uang asing.
Cadangan (Reserve)
Dalam laporan keuangan di Indonesia sering kita melihat istilah cadangan ini dan
terlihat salah dalam menggunakannnya. Dalam arti umum cadangan berarti sesuatu yang di
simpan untuk maksud tertentu. Dalam akuntansi sering pula dianggap sebagai pos penilaian
atau taksiran kewajiban, misalnya cadangan piutang ragu-ragu, cadangan penghapusan,
cadangan utang pajak, dan lain sebagainya. Pengertian yang sebaiknya dalam akuntansi
adalah merupakan laba ditahan yang ditetapkan untuk maksud tertentu, jadi tidak boleh
digunakan untuk tujuan lain. Atau bisa juga istilah cadangan ini digunakan untuk
menjelaskan dana tertentu yang dicadangkan dan diperuntukkan bagi maksud tertentu.
Misalnya cadangan untuk membayar obligasi, cadangan dana untuk membeli aset tetap, dan
sebagainya. Kalau ini yang dimaksudkan, maka cadangan ini harus dimasukkan ke dalam pos
harta dan dikelompokkan sebagai aset tidak lancar. Fungsinya seperti kas atau bank yang di
batasi penggunaannya untuk maksud tertentu.
Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan
kewajiban yaitu berdasarkan harga pasar pada saat terjadinya transaksi. Dalam hal ini
pencatatan modal saham harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan
dicatat sebagai akumulasi laba dari tahun-tahun sebelumnya.
Kelemahan konsep ini adalah jika ada perkiraan perkiraan yang memiliki ambivalensi
di dua kelompok. Misalnya preferred stock tertentu yang dalam hal tertentu di perlakukan
sebagai Capital, tetapi di lain pihak disebut juga Liabilities (resembles bond).
Dalam pendekatan articulated di kenal dua konsep:
1. Revenue – Expense Approach
2. Asset Liability Approach
Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah laporan laba rugi. Laba
rugi di peroleh dari pengurangan ( matching) biaya dari hasil yang di akui. Neraca hanya
merupakan “by product” dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi. Sehingga Neraca
hanya merupakan kumpulan “deferred charges dan deferred credits”. Kelemahan konsep ini
adalah bahwa ternyata dalam sifatnya tidak semua deferred charges ( pembebanan yang di
tunda dalam laporan laba rugi) merupakan perkiraan aset sebagaimana definisi aset yang kita
ketahui. Misalnya Biaya Organisasi, biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di-
recovered.
Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba tetapi
mengukur harta dan kewajiban. Di sini income di definisikan sebagai perubahan dalam net
aset. Sehingga laporan laba rugi di anggap merupakan pengelompokan dan pelaporan
perubahan yang terjadi dalam net asset. Laba rugi atau perubahan net asset itu di anggap
sebagai “by product” dari pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah berasal dari
perubahan asset dan liabilities, bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –Expense. Di sini di
anggap bahwa asset dan liabilities adalah benar-benar riil dan ada sehinnga di nilai lebih
logis jika pengukuran di mulai dari asset dan liabilities ini.
E. LAPORAN TAHUNAN
Laporan tahunan biasanya harus disusun oleh perusahaan go public setiap selesai
akhir tahun periode pembukuan. Biasanya ini laporan tahunan adalah:
1. Neraca yang sudah diaudit untuk dua tahun terakhir.
2. Laporan laba rugi untuk tiga tahun terakhir.
3. Laporan keuangan penting selama 5 tahun terakhir, seperti penjualan, laba operasi, laba per
lembar saham, jumlah aset, utang jangka panjang, saham istimewa, saham biasa, dividen per
lembar saham biasa, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan data keuangan yang
dianggap perlu.
4. Penjelasan manajemen tentang situasi keuangan perusahaan, hasil operasi, likuiditas,
sumber dana modal, trend yang baik dan yang kurang baik, kejadian yang bersifat tidak pasti,
penyebab perubahan dalam laporan keuangan, pengaruh inflasi dan perubahan harga, dan
proyeksi masa depan.
5. Ikhtisar informasi keuangan interim untuk tiap kuartal pada akhir tahun yang bersangkutan.
6. Data penting yang menyangkut segmen industry, kegiatan perusahaan domestik dan luar
negeri dan penjualan ekspor.
Beberapa informasi dan catatan yang harus dimasukan saat menyajikan laporan
keuangan antara lain: asumsi, dasar penyusunan, manajemen modal, dividen, domisili,
estimasi ketidakpastian, badan hukum, umur, manajemen penilaian, nama, operasional, dan
informasi lain.
· Dividen. Jumlah dividen yang tidak diakui untuk dibagikan, tetapi diusulkan atau
dideklarasikan sebelum laporan keuangan telah disetujui untuk penerbitan.
· Domisili. Kedudukan entitas, negara pendiriannya dan alamat kantor terdaftar.
· Estimasi ketidakpastian. Sumber utama estimasi ketidakpastian yang dapat
mengakibatkan penyesuaian yang signifikan dari nilai tercatat dalam aset dan kewajiban
entitas dalam tahun fiskal berikutnya.
· Badan hukum. Badan hukum entitas.
· Umur. Jika entitas memiliki umur terbatas, buat catatan umur organisasi/perusahaan.
· Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika menerapkan
kebijakan akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil keuangan.
· Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.
· Operasional. Kegiatan utama entitas.
· Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan keuangan, tetapi
berkaitan.
Perusahaan harus memberi keterangan pada perkiraan dalam berbagai laporan keuangan
dengan catatan ini.
Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus disesuaikan
karena adanya peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang berkaitan dengan keadaan
yang terjadi pada tanggal neraca dan mempengaruhi laporan keuangan secara materiil.
Misalnya debitur yang bangkrut bisa mempengaruhi taksiran piutang ragu yang sebelumnya
sudah ada indikasi ke arah bangkrut pada tanggal neraca.
Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti yang berkaitan dengan
persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca. Misalnya debitur yang mengalami musibah
banjir yang tidak diduga dan tidak ada tanda-tanda pada tanggal neraca tidak
perlu adjustment penyisihan piutang. Misal yang lain adalah:
1. Penjualan saham dan obligasi cukup besar.
2. Pembelian atau penjualan aset yang cukup besar termasuk adanya penggabungan usaha.
3. Laba rugi dari realized dan unrealized surat berharga dari investasi.
4. Pengajuan perkara atau penyelesaian perkara di pengadilan.
5. Penurunan nilai persediaan yang tidak ada indikasi pada tanggal neraca.
6. Kerugian akibat keadaan yang tidak diduga seperti banjir, kebakaran, pencurian,
gempa bumi, dan lain sebagainya.
7. Pergantian pengurus perusahaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Laporan Posisi Keuangan telah mengalami perkembangan yang cukup di masa
sekarang, khususnya semenjak diterapkannya IFRS. Semua perkembangan yang terjadi
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Laporan Posisi Keuangan sehingga menjadi
informatif di mata para penggunanya dan dapat dijadikan salah pertimbangan mengenai
prospek dari sebuah perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Januarsi, Yeni. 2012. PSAK No.1 (Revisi 2009) komponen laporan keuangan lengkap penyajian
laporan keuangan dan extraordinary items. From,
http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2012/04/17/psak-no-1-revisi-2009-komponen-
laporan-keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-extraordinary-items/, 31 Mei
2013
_________. 2013. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan efeknya terhadap penyajian laporan
keuangan, [online]. (http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/peristiwa-setelah-tanggal-
neraca.html, diakses 2 November 2012).