Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pelaporan keuangan di Indonesia saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting bagi
semua entitas, tak terkecuali entitas nirlaba. Pada perusahaan terbuka atau perusahaan yang
mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan menjadi suatu
alat yang digunakan investor untuk mengambil keputusan penting terhadap sebuah
perusahaan, misalnya tentang pembagian deviden, potensi meningkatnya valuasi saham yang
dimiliki investor dan adanya potensi pertumbuhan berkesinambungan yang positif dari
perusahaan tersebut.

            Potensi ekonomi di Indonesia yang cukup besar serta mulai tingginya minat investor
asing untuk menanamkan dananya di Indonesia mengisyaratkan adanya penyesuaian terhadap
pelaporan keuangan yang ada di Indonesia, apalagi saat ini sudah banyak Negara yang
menerapkan IFRS (International Financial Reporting Standard), sehingga IAI (Ikatan
Akuntan Indonesia) perlu melakukan penyesuaian PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan) menuju IFRS.

            Hampir semua isi dalam pernyataan mengenai laporan posisi keuangan  di PSAK No
1 Revisi 2009 tentang Penyajian Laporan Keuangan meyesuaikan dengan IAS (International
Accounting Standard) 1 tentang Presentation of Financial Statements per 1 Januari
2009. Perubahan istilah pun banyak terjadi, misalnya perubahan istilah “kewajiban” menjadi
“liabilitas”, istilah “laporan neraca” menjadi “laporan posisi keuangan” dan lain-lain.
Diharapkan laporan posisi keuangan dapat menyajikan informasi yang semakin akurat dan
relevan untuk para pengguna laporan laporan keuangan di Indonesia.

            Pemaparan singkat di atas melatarbelakangi tim penyusun untuk menyusun makalah
berjudul “Laporan Posisi Keuangan”. Judul tersebut diambil dari judul pada pertemuan ke-7
(tujuh) materi mata kuliah Teori Akuntansi.
           
           
           
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, tim penyusun membuat topik permasalahan terkait
makalah “Laporan Posisi Keuangan” sebagai berikut:
a.    Apakah pengertian dari laporan posisi keuangan?
b.    Apa saja jenis laporan keuangan?
c.    Apa saja elemen dan isi dari laporan posisi keuangan?
d.   Apa saja laporan periodik yang diwajibkan oleh SEC (Securities and Exchange Comission)?
e.    Bagaimana penjelasan Catatan atas Laporan Keuangan?
f.     Bagaimana penjelasan tentang peristiwa kemudian(subsequent event)?
g.    Apa saja keterbatasan Laporan Keuangan?

C. Tujuan Penulisan
       Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperluas pemahaman pembaca
terkait laporan posisi keuangan. Tim penyusun mengharapkan pembahasan dalam makalah
ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam memahami dan menganalisa laporan posisi
keuangan yang dimiliki suatu perusahaan
.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGANTAR LAPORAN KEUANGAN


                 Laporan Keuangan adalah merupakan output dan hasil akhir dari proses akuntansi
atau suatu penyajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagai besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan
informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan
keputusan. Disamping itu, sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung
jawaban atau accountability. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil dari pertanggung
jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang di percayakan kepada mereka Dan
juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi
mengenai entitas yang meliputi:
1. Asset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik
6. Arus kas
Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan,
khususnya dalam hal waktu dan kepastian di perolehnya kas dan setara kas. Catatan atas
laporan keuangan itu sendiri berisi  informasi tambahan atas apa yang di sajikan dalam
laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika
disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang di sajikan dalam laporan keuangan
tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam
laporan keuangan.

Komponen Laporan Keuangan Lengkap


            Berdasarkan PSAK No.1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan mengalami
perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang mencakup enam
item. Pada PSAK No. 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan lengkap meliputi:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan
Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember
2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang di mulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen
berikut ini:
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi pentig dan
informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat
penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya.
            Jika kita bandingkan PSAK No. 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1( Revisi
2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu:
1. Perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan
laporan laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif.
2. PSAK No. 1(Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan
pada awal periode komparatif yang di sajikan ketika entitas menerapkan suatu
kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos- pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
           Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi engan laporan laba reugi
komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi
beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan
laporan laba rugi komprehensif termasuk di dalamnya laporan laba rugi dan pendapatan
komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK No.16 (Revisi 2007) : Aset
Tetap dan PSAK No. 19 (Revisi 2009) : Aset Tidak Berwujud)
2. Keuntungan dan kerugian actuarial atas program manfaat pasti yang di akui
sesuai dengan PSAK No. 24: Imbalan Kerja
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
entitas asing (lihat PSAK No. 10 (Revisi 2009) : Pengaruh Perubahan Nilai
Tukar Valuta Asing)
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang di
kategorikan sebagai ‘tersedia untuk di jual’ (lihat PSAK NO 55 (Revisi 2006) : 
Intrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam
rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK No.55 (Revisi 2006) : Instrumen
Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran)
Penyajian Laporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1 merupakan adopsi
dari IAS 1 Presentation of Financial Statements (2009). Terdapat beberapa perbedaan
berdasar PSAK 1 (Revisi 2009) dengan PSAK 1 (Revisi 1998). Beberapa perbedaan terkait
penyajian laporan keuangan di antaranya:

1. Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan beberapa


informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas sedangkan menurut PSAK 1 (1998), informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan
beban, serta arus kas.
2. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan
laporan keuangan, sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas sebaiknya
mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca.
3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian “pos luar
biasa” dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian
berikutnya).
4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos
penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan
dengan memilih salah satu format berikut:
 Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
 Dalam bentuk dua laporan, yaitu:
i.      Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah), dan
ii.     Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen
pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif)

Mengapa Pos Luar Biasa (Extraordinary Items) Dihilangkan?


Tidak kita pungkiri bahwa sudah menjadi perdebatan sejak lama tentang apa yang
harus dimasukkan dalam net income, apakah hanya kegiatan yang berasal dari aktivitas
operasi ataukah juga memasukkan kegiatan yang berasal dari aktivitas tidak biasa (irregular
items). Isu ini sangat penting mengingat tidak sedikit jumlah irregular item yang dilaporkan
oleh entitas.[1] Berdasarkan pendekatan modified all inclusive concept, perusahaan dapat
melaporkan irregular items sebagai bagian dari net income-nya. Salah satu irregular
items adalah pos luar biasa (extraordinary items)
Secara konsep, pos luar biasa merupakan transaksi dan kejadian yang tidak berulang yang
berbeda secara signifikan dari kegiatan normal perusahaan. Untuk menentukan apakah suatu
kejadian dikatakan luar biasa harus dikaitkan dengan kegiatan normal perusahaan atau
dikaitkan dengan karakteristik perusahaan. Sebagai contoh, kerugian akibat terjadinya gempa
bagi perusahaan yang terletak di negara Jepang (sering dilanda gempa) akan menjadi kejadian
yang biasa saja, tetapi kerugian yang diderita oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang
terjadi gempa) dapat dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa. Ini mengandung makna
kriteria “luar biasa” akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya
sehingga perlu menetapkan suatu kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk
dalam “pos luar biasa”.
Suatu aktivitas dikategorikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi 2 persyaratan berikut:
1. Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki
tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan
normal perusahaan.
2. Tidak sering terjadi; kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering
terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.
Sebagai pertimbangan lain, untuk menentukan apakah peristiwa atau transaksi
dikatagorikan sebagai pos luar biasa maka entitas perlu mempertimbangkan lingkungan
tempat entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh Weyerhaeuser Company (forest and
lumber) memasukan pos luar biasa atas terjadinya aktivitas volkanik pada gunung St. Helens
sejumlah $36 juta. Erupsi volkanik ini menghancurkan logistik, bangunan, equipment, sistem
transportasi, dan kayu. Bagi Weyerhaeuser Company kerugian yang ditimbukan oleh
aktivitas volkanik tersebut sangat jarang terjadi dan bersifat tidak normal sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai extraordinary items, tetapi mungkin saja bagi perusahaan lain yang
terletak didaerah rawan terjadinya aktivitas volkanik, kerugian sebagai akibat adanya
aktivitas volkanik tidak dapat dikatagorikan sebagai extraordinary items.
Dalam kaitannya dengan pos luar biasa, Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) Tidak
diperkenankan lagi penyajian pos-pos penghasilan dan beban sebagai “pos luar biasa” dalam
laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau catatan atas
laporan keuangan. Aturan ini menunjukkan bahwa memang standar kita sudah tidak lagi
memperkenankan disajikannya pos luar biasa dalam laporan keuangan. sebelumnya,
penyajian pos luar biasa dalam laporan laba rugi perusahaan diatur berdasarkan PSAK No. 25
mengenai ‘Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan
Perubahan Kebijakan Akuntansi’, paragraf 10 – 14.
Pertanyaan yang timbul adalah mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi disajikan
dalam laporan keuangan? Jika melihat ke belakang ketika terjadi tragedi serangan teroris di
Amerika tanggal 11 september 2001 dan peristiwa terjadinya badai Katrina tahun 2005,
seluruh media di Amerika mengkatagorikan dua peristiwa tersebut sebagai “extraordinary.”
Namun FASB’s Emerging Issues Task Forces (EITF) menyatakan bahwa melampirkan
kerugian yang berasal dari kejadian tanggal 11 September akan menjadi tidak efektif dalam
mengkomunikasikan akibat dari adanya serangan tanggal 11 September sehingga hal ini
bertentangan dengan tujuan luas dari disediakannya laporan keuangan yaitu 
mengkomunikasikan secara efektif dan jelas (informasi laporan keuangan). Alasan lain yang
dikemukakan oleh EITF adalah sulitnya “menangkap” akibat-akibat finansial dari serangan
teroris pada satu item laporan keuangan. Sementara menurut IAS,
dikeluarkannya extraordinary items dari laporan keuangan karena terdapat kesulitan dalam
memisahkan efek-efek finansial dari satu kejadian dengan kejadian lain secara objektif.
Secara umum, alasan eliminasi extraordinary items dari laporan keuangan dapat dirangkum
sebagai berikut:
1)      Terdapat kesuliatan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat
dikatagorkan sebagai pos luar biasa. Hal ini disebabkan karena kriteria penentuan pos
luar biasa masih membutuhkan judgement.
2)      Terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial yang terjadi karena adanya
serangan teroris dengan efek finansial yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi
yang lemah sebelum terjadinya serangan teroris. Dengan kata lain, terdapat kesulitan
untuk memisahkan efek finansial akibat adanya kejadian yang diduga
sebagai extraordinary dengan kejadian lain sebelum adanya extraordinary.
3)      Memisahkan kos yang termasuk dalam extraordinary item dengan yang tidak termasuk
dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang tidak praktis[2] , tetapi
juga merupakan hal yang tdak berguna bagi pengguna laporan keuangan yang
berfokus pada informasi yang dapat membantu prediksi future earnings dan
akibat cash flow dari adanya kejadian–kejadian tersebut. Sehingga udaha untuk
memisahkan kos dalam ordinary atau extraordinary akan menghalangi (bukan
meningkatkan) komunikasi informasi keuangan
4)      Salah satu katagori extraordinary items adalah tidak sering terjadi (infrequently in
practice) sehingga karena tidak sering terjadi makan sebaiknya dieliminasi.
Secara umum penulis sependapat dengan Massoud et al. (2007)  bahwa memang
sudah saatnya extraordinary items dihilangkan karena telah cukup lama manfaat dari
disajikannya extraordinary item menjadi tidak jelas. Mengapa? Dengan
mengklasifikasikan suatu kejadian dalam extraordinary items tidak akan mengubah
efek bottom-line atas kejadian tersebut terhadap organisasi, karena extraordinary
items hanya sebagian kecil dari semua pos yang ada dalam kaporan keuangan yang
bisa dijadikan pertimbangan organisasi.

Karakteristik Umum
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap PSAK
            Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan
arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak
dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan, aset,
liabilitas, pendapatan dan beban yang di atur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan PSAK, dengan pengungkapan tambahan jika di
perlukan, di anggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
            Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap PSAK membuat pernyataan
secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap PSAK tersebut dalam catatan
atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh
terhadap PSAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang di
persyaratkan dalam PSAK.
            Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan
pengungkapan kebijakan akuntansi yang di gunakan atau pengungkapan dalam catatan atas
laporan keuangan atau materi penjelasan.

2. Kelangsungan Usaha
            Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang
kempampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan
keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk
melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternative
lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat
penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa
atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian
tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan
usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang di gunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak di pertimbangkan
sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
            Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat,
manajemen memperhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak di
batasi untuk 12 bulan dari akhir periode pelaporan). Tingkat pertimbangan tergantung pada
fakta dari setiap kasus.. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke
sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai
tanpa melalui analisis rinci.

3. Dasar Akrual
            Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas.
Ketika akuntansi berbasis akrual yang digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset,
liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos
tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan unsur-unsur dalam Kerangka Dasar 
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.

4. Materialitas dan Agresi


            Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas
menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos
tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah
transaksi atau peristiwa lain yang di klasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir
dari proses penggabungan dan pengklsifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan.
Jika suatu klasifikasi pos tidak material, maka dapat di gabungkan dengan pos lain yang
sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos
mungkin tidak cukup material untuk di sajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup
material untukl di sajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak di
perlukan untuk memberikan suatu pengungkapan khusus yang di minta oleh suatu PSAK jika
informasi tersebut tidak material.

5. Saling Hapus
            Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan
dan beban, kecuali di syaratkan atau di ijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara
terpisah utuk aset dan liabiliatas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba
rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika di
sajikan) mengurangi kemampuan penggunaan laporan keuangan baik untuk memahami
transaksi, persitiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas
di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa.
Pengukuran aset secara neto setelah di kurangi dengan penyisihan penilaian (misalnya,
penyisihan keuangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk
kategori saling hapus.

6. Frekuensi Pelaporan
            Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif)
setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan di sajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode
satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas,
mengungkapkan:
a. Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau pendek.
b. Fakta bahwa jumlah yang di sajikan dalam laporan keuangan tidak dapat di
perbandingkan secara keseluruhan.

7. Informasi Komparatif
            Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya
untuk seluruh jumlah yang di laporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali di
nyatakan lain oleh PSAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
laporan keuangan periode sebelumnya di ungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman
laporan keuangan periode berjalan. Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif
menyajikan minimal dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan
lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam
laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas
menyajikan minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan
lainnya, dan catatan atas laporan keuangan  Entitas menyajikan laporan posisi keuangan
pada :
1. Akhir periode berjalan
2. Akhir periode Sebelumnya ( yang sama dengan awal periode berjalan)
3. Permulaan dari periode komparasi terawal

8. Konsistensi Penyajian
            Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali :
a.       Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas
laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan
lebih tepat untuk di gunakan dengan mempertimbangkan criteria untuk penentuan dan
penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK No. 25
b.      Perubahan tersebut di perkenankan oleh suatu PSAK.

B.     JENIS LAPORAN KEUANGAN


Laporan keuangan sebenarnya banyak namun laporan keuangan utama menurut
PSAK hanya tiga :
1.      Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal
tertentu.
2.      Perhitungan Laba Rugi yang menggambarkan jumlah Hasil, Biaya, dan Laba/Rugi
perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.      Laporan Arus Kas. Di sini di muat sumber dan pengeluaran Kas perusahaan selama satu
periode.

Dulu dikenal Laporan Sumber dan Penggunaan Data. Dana di sini diartiakn
bermacam-macam:
1.      Dana di artikan sebagai Kas
2.      Dana di artikan sebagai Aset Cepat ( Quick Assets)
3.      Dana di artikan sebagai Monetary Assets
4.      Dana di artikan sebagai Aset Lancar
5.      Dana di artikan sebagai Modal Kerja ( Aset Lancar di kurangi Utang Lancar)
6.      Dana di artikan sebagai keseluruhan aset

            Di Indonesia laporan arus kas dimuat dalam PSAK NO. 2 sedangkan di USA dengan
keluarnya FASB NO. 95 yang wajib sekarang adalah Laporan Sumber Penggunaan Dana
dalam arti Kas. Laporan ini ( Cash Flow Statement) merupakan ikhtisar Arus Kas
Masuk dan Arus kas Keluar yang di bagi dalam kelompok-kelompok:
1.      Kegiatan Operasi
2.      Kegiatan Investasi
3.      Kegiatan Pendanaan (Keuangan)

Laporan Kas dapat di susun dengan dua cara:


-       Direct Method
-       Indirect Method

            Orang sering memberikan jenis laporan keuangan antara lain:


1.      Daftar Laba Ditahan ( Retained Earning Statement)
2.      Daftar Peruabahan Modal (Capital Statement)
3.      Daftar Perhitungan Harga Pokok ( Cost of Good Manufactured Statement).

            Sejak tahun1930 penekenan utama akuntansi adalah pada orientasi pengukuran dan
pengakuan pendapatan( Income Statemen). Namun menurut kerangka konsep yang di
kembangkan FASB yang berdiri tahun 1973, penekanan akuntansi bergerak kepada orientasi
Assets Liability (Balance Sheet). Kemudian setelah mengeluarkan FASB Statement No. 95
dan perkembangan yang sangat cepat pada konsep Cash Flow Accounting maka penekanan
akuntansi mengarah pada orientasi Arus Keas.
           
            Informasi yang di sajikan dalam Laporan Posisi Keuangan minimal harus mencakup
penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut :

1.         Aset tetap
2.         Properti investasi
3.         Aset tidak berwujud
4.         Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan pada (5), (8) dan (9)
5.         Investasi dengan menggunakan metode ekuitas
6.         Aset biolojik
7.         Persediaan
8.         Piutang dagang dan piutang lainnya
9.         Kas dan setara kas
10.      Total aset yang di klasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk di jual untuk aset yang
termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk di jual
sesuai dengan PSAK No. 58
11.     Utang dagang dan terutang lainnya
12.     Kewajiban di estimasi
13.     Liabilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang di sajikan dalam (11) dan (12)
14.     Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana di definisikan dalam PSAK No.46
15.     Liabilitas dan aset pajak  tangguhan, sebagaimana di definisikan dalam PSAK No. 46
16.     Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang di lepaskan yang diklasifikasikan sebagai
yang dimiliki untuk di jual sesuai dengan PSAK No. 58
17.     Kepentingan non pengendali, di sajikan sebagai bagian dari ekuitas
18.     Modal saham dan cadangan yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk.
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan di sajikan secara terpisah di
dasarkan atas penilaian dari :
a.       Sifat dan likuiditas aset
b.      Fungsi aset tersebut dalam entitas
c.       Jumlah, sifat dan jangka waktu viabilitas

Aset Lancar
            Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika :

1.      Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau
menggunakannya, dalam siklus operasi normal
2.      Entitas memiliki aset untuk tujuan di perdaganggkan
3.      Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan atau
4.      Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK No. 2 : Laporan Arus Kas)
kecuali aset tersebut di batasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan
liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

            Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset
tidak lancar.

Liabilitas Jangka Pendek


            Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika :

1.      Entitas mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus operasi


normalnya
2.      Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk bertujuan di perdagangkan
3.      Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah
periode pelaporan
4.      Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas selama
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

            Entitas mengklasifikasikan liabilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai
liabilitas jangka panjang.

Laporan Laba Rugi Komprehensif


            Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang di akui dalam satu
periode :
1.      Alam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif
2.      Dalam bentuk laporan :
a.       Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah)
b.      Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan
komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif).
Informasi yang di sajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif.
            Laporan laba rugi komprehensif, sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah
pos-pos berikut selama suatu periode :
1.   Pendapatan
2.   Biaya keuangan
3.   Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan join ventures yang di catat dengan menggunakan
metode ekuitas
4.   Beban pajak
5.   Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari :
a.       Laba rugi setelah pajak dari operasi yang di hentikan
b.      Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang di akui dengan pengukuran nilai wajar di
kurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam
rangka operasi yang di hentikan.
6.    Laba rugi
7.    Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan
sifat (selain dalam jumlah huruf (8))
8.   Bagian pendapatan Komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas
9.    Total laba rugi komprehensif.

Laporan Perubahan Ekuitas


            Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
1.      Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total
jumlah yang dapat di atribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non
pengendali.
2.      Untuk komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospeksif yang di akui sesuai dengan PSAK No.  25
3.      Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsialisasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari :
a.       Laba rugi
b.      Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain.
c.       Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara
terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusikan kepada pemilik dan perubahan hak
kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.

Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas
laporan keuangan, jumlah deviden yang di akui sebagai distribusi kepada pemilik selama
periode, dan nilai deviden per saham.

Laporan Arus Kas


            Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dan menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK No. 2 mengatur persayaratan penyajian dan
pengungkapan informasi arus kas.

Catatan atas Laporan Keuangan


            Catatan atas laporan keuangan, yaitu:
1.      Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
tertentu yang di gunakan sesuai dengan paragraph 115 – 122
2.      Mengungkapkan informasi yang di syaratkan PSAK yang tidak di sajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan.
3.      Memberikan informasi yang tidak di sajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan,
tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keungan.
(Ikatan Akuntansi Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, Revisi 2009)

C.  ISI DAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN KHUSUS NERACA


            Ada tiga hal penting yang harus di ingat dalam mempertimbangkan apakah suatu
transaksi dapat di anggap sebagai elemen laporan keuangan atau tidak:
1.      Konsep income dalam istilah tadi harus di anggap lebih luas dari pada istilah income
menurut akuntansi secara tradisional.
2.      Pengertian aset, likuiditas, equity menyangkut pada jumlah kekayaan, klaim terhadap
sumber-sumber tadi pada suatu waktu tertentu (per tanggal tertentu). Sedangkan pengertian
Revenues, expense, gains, dan losses menyangkut pengaruh transaksi, kejadian selama
periode tertentu (dari satu tanggal ke tanggal yang lain).
3.      Nilai aset, liabilities, equity di anggap berubah akibat pengaruh revenue, expense, gain,
loss. Dengan demikian laporan keuangan di anggap memiliki kaitan antara satu dengan yang
lain.

            Dalam Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.6 elemen akuntansi


itu adalah Asset, Liabilities, Owners’Equity, Revenues, Gains, Expenses, dan Losses.

            Dalam mengkaji elemen akuntansi dan hubungan laporan laba rugi dengan neraca di
kenal dua pendekatan:
1.      Articulated Approach : kedua laporan dianggap sebagai memiliki hubungan matematis,
dimana laba rugi hanya merupakan perubahan modal pada periode itu dengan asumsi tidak
ada transaksi modal dan transaksi penyesuaian modal.
2.      Non Articulated Approach : hubungan antara neraca dan laba rugi dianggap tidak ada
minimal tidak otomatis dan masing-masing  berdiri sendiri antara satu sama lain.

            Kendatipun konsep ini tidak banyak di bahas dalam literature, namun bukan tidak ada
pengaruhnya dalam akuntansi kontemporer. Pencatatan unrealized capital atau transaksi
lainnya seperti transaksi valuta asing yang tidak di bukukan langsung ke laporan laba rugi,
tetapi langsung di catat dalam perkiraan modal membuktikan pengaruh konsep ini.
Dalam model artikulasi sistem klasifikasi dalam laporan keuangan adalah sebagai
terlihat dalam gambar berikut :

Assets – Liability =                                                     Owner’s Equity


 

            Contributed                                                     


Retained                           Unrealized                   Capital                                       
Earning                                                                                                                    Capital
Adjustments
                                                                             

Legal
Capital              Other Contributed Capital                                                                                                            
                                         Income Statement                    Prior Period                       Devidens

                                          Accounts                                  Adjustment                                 


 

                       Debits                                       Credits


 

        Expenses            Loses             Revenues                Gains


 

            Ordinary                   Extraordinary             Ordinary           Extraordinary

                                             Gambar 7.1 Sistem Klasifikasi Pos Modal


Laporan Neraca (Posisi Keuangan)
a.    Pengertian
            Neraca atau di sebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi keuangan
perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, sering disebut per tanggal
tertentu misalnya per tanggal 31 Desember 1999. Posisi yang di gambarkan sesudah tertentu
yaitu posisi harta, utang dan modal. Klasifikasi yang di gambarkan ini memang timbul
sebagai akibat dari konsep double entry accounting system yang sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari akuntansi keuangan.

b.   Definisi Komponen Neraca


1.   Definisi Harta
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, Definisi aset menurut tiga
sumber. Committee on Terminology (1953, halaman 26) mendefiniskan aset sebagai
berikut:                                                                                  
Definisi tentang harta ini telah berkembang dan berubah, mari kita lihat definisi aset
menurut tiga sumber. Committee on Terminology (1953, halaman
26)                                                                                                              
“Sesuatu yang akan di sajikan di saldo debit yang akan di pindahkan setelah tutup buku
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi (bukan karena saldo negatif yang akan di nilai
sebagai utang), saldo debit ini merupakan hak milik atau nilai yang di beli atau pengeluaran
yang di buat  untuk mendapatkan kekayaan di masa yang akan datang”.
            Sedangkan APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan aset sebagai :
“Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk di dalamnya pembebanan yang di tunda, yang di
nilai dan di akui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.”
            Sedangkan FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :
“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang di peroleh atau di kuasai di masa yang
akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah
berlaku”.

            Dari definisi ketiga ini diketahui bahwa sesuatu yang di anggap sebagai aset jika di
masa yang akan datang dapat di harapkan memberikan net cash inflow yang positif kepada
perusahaan. Untuk perkiraan deffered charge di anggap bahwa karena pembayaran telah
dilakukan maka di masa yang akan datang tidak perlu lagi cash flow. Definisi terakhir ini di
anggap lebih luas dari definisi pertama. Mengenai executory contract  sering terjadi
perdebatan. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan. Dalam prinsip
akuntansi yang berlaku sekarang tidak ada pencatatan atas jenis kontrak seperti ini dalam
laporan keuangan, misalnya kontrak dengan pegawai, dan kontrak pembelian jangka panjang.

2.   Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban


            Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilain aset dan kewajiban
sesuai yang di gariskan APB adalah sebagai berikut :
“Pencatatan aset di dasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau
aset itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain. Penilaian
keduanya di dasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbanan (exchange atau market price) pada
pengalihan terjadi. Nilai ini disebut acquisition cost”.

            Dalam hal pengorbanan yang di berikan adalah aset bukan uang (non-moneter) maka
niali yang di pakai adalah harga pasar barang yang di serahkan. Di samping nilai pertukaran
ini atau historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga berbagai nilai yang sering di
pakai dalam penilaian aset. Nilai itu adalah :
a.    Book value adalah harga buku yang diperoleh dari nilai perolehan historis di kurangi
akumulasi penyusutan yang telah di bebankan kepada pendapatan.
b.   Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika dig anti dengan barang lain
yang sama.
c.    Selling price adalah harga penjualan.
d.   Net Realizable Value adalah harga jual di kurangi biaya penjualan atau di kurangi tingkat
margin yang normal.

            Nilai ini sering dianggap tidak konsisten dengan konsep teori pengukuran ang murni.
Nilai-nilai yang disebutkan di atas telah di terapkan pada berbagai macam jenis aset yang
dianggap telah di bahas dalam akuntansi intermediate.
 
           Beberapa metode penilaian aset digambarkan oleh Wolk, et.al. sebagai berikut :
                  Asset                       Metode Penilaian
Piutang Taksiran nilai net relizable value

Investasi Cost, lower of cost or market, atau market


(tergantung jenis investasi) metode equity.
Aset di bangun sendiri Full absorption costing untuk perusahaan
dan kapitalisasi bunga untuk yang bukan
persediaan

Aset tetap Cost, alokasi cost, dan nilai buku


Pertukaran aset non yang sejenis Nilai buku aset lama di tambah dengan
kas yang di berikan.
Aset tidak berwujud Nilai buku
Pembebanan di tunda Nilai buku

3.   Definisi Kewajiban / Utang ( Liabilities)


Definisi kewajiban telah berkembang terus seperti terlihat dari 3 definisi berikut :
“Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan dari saat tutup buku
ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatan yang sesuai dengan prinsip
akuntansi ( saldo kredit bukan akibat saldo negatif aset)”.
Menurut definisi ini semua yang bersaldo kredit dianggap sebagai kewajiban
termasuk di dalamnya perkiraan-perkiraan penyisihan, akumulasi, dan perkiraan modal
lainnya. Sehingga tidak semata-mata uang kepada kreditur. Definisi ini merupakan
penjabaran dari entity theory.

Definisi berikutnya di berikan oleh APB adalah :


“Kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang di akui dan di nilai sesuai prinsip
akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yang di tunda yang bukan merupakan
utang atau kewajiban”.

Pengertian kewajiban di sini lebih luas dari yang pertama karena menyangkut
kewajiban ekonomis yang di artikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yang akan
datang.

FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut :


“… kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yang akan datang yang timbul
akibat kewajiban perusahaan sekrang untuk di masa yang akan datang sebagai akibat suatu
transaksi atau kejadian yang sudah terjadi.

Dari definisi Wolk, et, al ini kita melihat 3 sifat kewajiban :


1. Kewajiban itu benar ada.
2. Kewajiban itu tidak dapat di hindarkan.
3. Kejadian yang menyebabkan perusahaan memiliki kewajiban telah terjadi.
Dalam membahas kewajiban ini kita mengenal beberapa istilah penting, yaitu :
1. Contractual liabilities, adalah merupakan kewajiban yang di dukung oleh perjanjian
tertulis.
2. Constructive obligation, adalah kewajiban yang tidak di nyatakan secara tertulis,
misalnya pembayaran cuti atau bonus tertentu.
3. Equitable obligation, adalah kewajiban yang tidak di kuatkan kontrak dan hanya
karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.
4.      Contigent liabilities, adalah suatu situasi atau kejadian yang menggambarkan
ketidakpastian apakah mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian kepada perusahaan,
dimana hanya dapat di pastikan apabila sesuatu kejadian di masa yang akan datang terjadi
atau tidak. Dalam hal ini maka standar akuntansi yang akan dicatat. Kerugian (kewajiban) ini
mempunyai persyaratan untuk bisa di catat. Persyaratan ini adalah sebagai berikut :
a.       Kewajiban itu sangat mungkin terjadi atau kekayaan perusahaan telah digunakan atau telah
di korbankan.
b.      Kewajiban itu dapat di ukur secara terpercaya.
Contingent liabilities ini misalnya jaminan yang di berikan terhadap produk perusahaan yang
di jual, hadiah yang di tawarkan atau produk yang di jual, tuntutan di pengadilan dan lain-
lain.
5.      Deferred Credit, adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian memberikan
pengorbanan di masa yang akan datang. Deferred credit ini ada dua jenis :
a.    Prepaid revenue, adalah penerimaan free di muka yang belum sepenuhnya diimbangi dengan
pemberian jasa atau produk yang di bayar.
b.    Deferred revenue akibat peraturan pengakuan pendapatan, misalnya adalah investment tax
credit dan laba rugi dari transaksi lease back.
6.      Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan tetapi kita sudah terikat
dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang maupun yang
akan menerima kekayaan atau jasa di masa yang akan datang. Misalnya adalah kontrk
pembelian di masa yang akan datang dimana perusahaan harus menyediakan barang di masa
yang akan datang – kontrak pekerjaan dengan pegawai – dimana perusahaan harus membayar
gaji di masa yang akan datang. Masalah ini sudah lama menjadi bahan controversial di
kalangan akuntan. Apakah kontrak di catat dan di akui dalam laporan keuangan atau tidak.
Namun dalam akuntansi konvensional executory contract ini tidak diakui dalam laporan
keuangan.

4.  Pengakuan dan Penilaian Aset dan Kewajiban


Menurut APB Statement No. 4 serta SFAC No. 5 kewajiban di nilai sebesar kejadian
dalam transaksi, biasanya jumlah yang akan di  bayarkan di masa yang akan datang biasanya
di diskontokan (di nilai berdasarkan present value – untuk yang jangka panjang), sejumlah
nilai pertukaran, atau sejumlah nilai normal.

Modal Pemilik (Owner’s Equity)


            Equity adalah “suatu hak yang tersisa atas aset suatu lembaga (entity) setelah di
kurangi kewajibannya”. Dalam perusahaan, equity adalah modal pemilik. Definisi ini
cenderung menganut proprietory theory.
            Dalam perusahaan perseorangan, nilai modal ini merupakan modal pemiliknya
sendiri. Sedangkan dalam perusahaan perseroan perlu di bedakan antara modal setor dengan
modal karena pendapatan (Retained Earning). Deviden hanya di bayarkan dari laba di tahan
bukan dari modal setor. Modal setor atau Contributed Capital dapat di bagi dalam Modal
statuter (legal capital) dan modal lainnya. Modal statute adalah jumlah batas kewajiban
pemilik. Modal statute ini di nilai sebesar harga pari atau harga nominal. Disamping modal
statute ini, ada lagi modal lainnya, seperti agio saham, modal donasi, modal dari pengeluaran
kembali treasury stock, stock option, dan sebagainya. Di Indonesia mungkin juga harus
dimasukkan kenaikan modal akibat revaluasi.

Laba Ditahan
            Laba ditahan terdiri dari laba tahunan, peneyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya,
dan besaran deviden. Komponen berikutnya darimodal saham ini adalah Laba Rugi yang
belum di realisasi. Dalam beberapa hal perubahan aset perusahaan tidak dilaporkan di laba
rugi, tetapi langsung dilaporkan di neraca, misalnya Rugi dari perubahan harga surat berharga
jangka panjang, Laba Rugi dari transaksi luar negri dalam mata uang asing.

Cadangan (Reserve)
            Dalam laporan keuangan di Indonesia sering kita melihat istilah cadangan ini dan
terlihat salah dalam menggunakannnya. Dalam arti umum cadangan berarti sesuatu yang di
simpan untuk maksud tertentu. Dalam akuntansi sering pula dianggap sebagai pos penilaian
atau taksiran kewajiban, misalnya cadangan piutang ragu-ragu, cadangan penghapusan,
cadangan utang pajak, dan lain sebagainya. Pengertian yang sebaiknya dalam akuntansi
adalah merupakan laba ditahan yang ditetapkan untuk maksud tertentu, jadi tidak  boleh
digunakan untuk tujuan lain. Atau bisa juga istilah cadangan ini digunakan untuk
menjelaskan dana tertentu yang dicadangkan dan diperuntukkan bagi maksud tertentu.
Misalnya cadangan untuk membayar obligasi, cadangan dana untuk membeli aset tetap, dan
sebagainya. Kalau ini yang dimaksudkan, maka cadangan ini harus dimasukkan ke dalam pos
harta dan dikelompokkan sebagai aset tidak lancar. Fungsinya seperti kas atau bank yang di
batasi penggunaannya untuk maksud tertentu.

Pengakuan dan Penilaian Modal


            Transaksi modal dapat dibagi dua : Transaksi modal dan transaksi yang berkaitan
dengan laba. Transaksi golongan pertama menyangkut transaksi langsung dari pemilik
dengan perusahaan, misalnya pembayaran dan pengambilan modal. Golongan kedua
menyangkut transaksi yang berkaitan dengan laba, misalnya transaksi laba rugi, koreksi tahun
lalu, dan sebagainya.

            Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan
kewajiban yaitu berdasarkan harga pasar pada saat terjadinya transaksi. Dalam hal ini
pencatatan modal saham harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan
dicatat sebagai akumulasi laba dari tahun-tahun sebelumnya.

Off Balance Sheet


            Dalam peristilahan akuntansi dan juga di perbankan khususnya dikenal apa yang
disebut off balance sheet. Pada hakikatnya transaksi off balance sheet ini adalah transaksi
yang terjadi dalam perusahaan tetapi karena menurut aturan, baik aturan prinsip akuntansi
maupun aturan lainnya tidak dimasukkan dalam neraca atau belum boleh dicatat dalam proses
akuntansi. Transaksi ini biasanya menyangkut transaksi cash atau transaksi instrumen
keuangan lainnya yang belum di realisasi, misalnya :
a.       Giro, kas bon
b.      Hak untuk menerima kas atau aset keuangan lainnya misalnya plafon kredit (pembiayaan)
yang belum digunakan.
c.       Hak untuk menukarkan aset keuangan lainnya yang lebih menguntungkan. Instrumen
modal perusahaan lainnya.

Masyarakat banyak menyalahgunakan konsep ini yang penerapannya bertentangan


dengan prinsip akuntansi, misalnya bunga yang belum diterima tetapi sudah diaccrued selalu
dicantumkan off balance sheet, kendatipun menurut definisi aset sudah boleh diakui sebagai
aset. Dalam PSAK khusus Perbankan bunga dari kredit yang tergolong macet hanya dicatat
“off balance sheet”.
Bentuk Neraca
            Neraca biasanya disajikan berdasarkan likuiditas perkiraannya. Biasanya perkiraan
yang paling lancar dan paling  dekat dengan konversi ke kas dicatat paling atas. Kewajiban
yang paling cepat harus dibayar, harus dicantumkan paling atas dalam kelompoknya. Modal
yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus di tempatkan di atas.

            Dalam menyajikan neraca dapat di bagi dalam tiga bentuk :


a.       Bentuk Neraca Staffel atau Report Form
Neraca ini dilaporkan satu halaman vertical. Di sebelah atas dicantumkan total aset dan di
bawahnya di sajikan  pos kewajiban dan mos modal.
b.      Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form
  Di sini aset disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal
ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.
c.       Bentuk yang menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)
 Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang
berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aset
lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui  modal kerja. Modal kerja
ditambah aset tetap dan aset lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan
diperoleh modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi disajikan satu halaman dengan urutan
sebagai berikut :
                                                  

                                                   PT. SIPANGKO JAYA


                                                          Neraca

                                                 Per 31 Desember


2000                                                                                                                                                                       
Aset Lancar :
   Kas dana bank                                 Rp ……………………………
   Piutang dagang                                Rp ……………………………
   Persediaan Barang               Rp ……………………………
   Biaya Dibayar Dimuka
            Total Aset Lancar                                                                               Rp
…………………
Dikurangi :
Kewajiban Lancar
   Utang Dagang                                  (Rp ………………………….)
   Utang Biaya Rp………
   Utang Pajak  Rp……..
   Penerimaan Dimuka             (Rp ……………………………)
            Total Kewajiban
Lancar                                                                      Rp…………….........
MODAL KERJA                                                                                          
Rp…………………..
Di tambah :
Aset Tetap (net) :                   
  Lahan                                                Rp …………………..
  Bangunan                                          Rp …………………..                       
  Mesin dan Peralatan              Rp …………………..
  Furniture                                           Rp …………………..
            Total Aset (net)                                                                       Rp
………………………..
Aset Lain :
  Paten                                     Rp……………………
  Goodwill                                           Rp ……………………
      Total Aset Lain
Rp …………………………
Modal Kerja dan Aset                                                                        Rp
………………………….
Di kurangi
Kewajiban Jangka Panjang :
  
Obligasi                                                                                            Rp
………………………….
Modal
(Ekuitas)                                                                                  Rp
………………………….                                                                                                            
Modal (Ekuitas) terdiri dari :
Saham Biasa                                        Rp ………………
    Saham Prefern                                 Rp ……………….                
    Premium Saham Biasa                    Rp ……………….
    Laba di tahan                                  Rp
……………….                                        
Total
Modal                                                                      Rp …………………………

            Kelemahan konsep ini adalah jika ada perkiraan perkiraan yang memiliki ambivalensi
di dua kelompok. Misalnya preferred stock tertentu yang dalam hal tertentu di perlakukan
sebagai Capital, tetapi di lain pihak disebut juga Liabilities (resembles bond).
            Dalam pendekatan articulated di kenal dua konsep:
1.      Revenue – Expense Approach
2.      Asset Liability Approach

            Konsep pertama menganggap bahwa laporan utama adalah laporan laba rugi. Laba
rugi di peroleh dari pengurangan ( matching) biaya dari hasil yang di akui. Neraca hanya
merupakan “by product” dari proses pengakuan, pengukuran laba tadi. Sehingga Neraca
hanya merupakan kumpulan “deferred charges dan deferred credits”. Kelemahan konsep ini
adalah bahwa ternyata dalam sifatnya tidak semua deferred charges ( pembebanan yang di
tunda dalam laporan laba rugi) merupakan perkiraan aset sebagaimana definisi aset yang kita
ketahui. Misalnya Biaya Organisasi, biaya ini adalah sunk cost yang tidak mungkin lagi di-
recovered.
           
            Konsep kedua menganggap bahwa langkah pertama bukan mengukur laba tetapi
mengukur harta dan kewajiban. Di sini income di definisikan sebagai perubahan dalam net
aset. Sehingga laporan laba rugi di anggap merupakan pengelompokan dan pelaporan
perubahan yang terjadi dalam net asset. Laba rugi atau perubahan net asset itu di anggap
sebagai “by product” dari pengukuran asset dan liabilities. Net income itu adalah berasal dari
perubahan asset dan liabilities, bukan sebaliknya seperti konsep Revenue –Expense. Di sini di
anggap bahwa asset dan liabilities adalah benar-benar riil dan ada sehinnga di nilai lebih
logis jika pengukuran di mulai dari asset dan liabilities ini.

D.    LAPORAN KEUANGAN YANG DIWAJIBKAN SEC (SECURITIES EXCHANGE


COMMISION)
Di Amerika, SEC atau Badan Pengawas Pasar Modal mewajibkan perusahaan
yang go public melaporkan secara periodic laporan keuangannya sebagai berikut :
1.      Form 10 – K. Ini adalah laporan tahunan yang harus disampaikan 3 bulan atau 90 hari
setelah akhir tahun buku.
2.      Form 10 – Q. Ini merupakan laporan keuangan kuartal yang harus disampaikan 45 hari
setelah akhir kuartal. Kuartal 1,2 dan 3. Kuartal 4 tidak perlu karena sudah tergabung dalan
laporan tahunan atau Form 10 – K.
3.      Form 8 – K. Laporan ini harus disampaikan 5 hari setelah kejadian tertentu dilaksanakan.
Kejadian itu adalah:
a.    Perubahan dalam hal pengawasan perusahaan.
b.   Pembelian atau penjualan aset yang demikian besar.
c.    Bangkrut atau mengalami dampak bangkrut.
d.   Perubahan akuntan pemeriksa.
e.    Kejadian lain yang dianggap penting bagi pemegang saham.

E.  LAPORAN TAHUNAN
Laporan tahunan biasanya harus disusun oleh perusahaan go public setiap selesai
akhir tahun periode pembukuan. Biasanya ini laporan tahunan adalah:
1.      Neraca yang sudah diaudit untuk dua tahun terakhir.
2.      Laporan laba rugi untuk tiga tahun terakhir.
3.      Laporan keuangan penting selama 5 tahun terakhir, seperti penjualan, laba operasi, laba per
lembar saham, jumlah aset, utang jangka panjang, saham istimewa, saham biasa, dividen per
lembar saham biasa, dan informasi lainnya yang berkaitan dengan data keuangan yang
dianggap perlu.
4.      Penjelasan manajemen tentang situasi keuangan perusahaan, hasil operasi, likuiditas,
sumber dana modal, trend yang baik dan yang kurang baik, kejadian yang bersifat tidak pasti,
penyebab perubahan dalam laporan keuangan, pengaruh inflasi dan perubahan harga, dan
proyeksi masa depan.
5.      Ikhtisar informasi keuangan interim untuk tiap kuartal pada akhir tahun yang bersangkutan.
6.      Data penting yang menyangkut segmen industry, kegiatan perusahaan domestik dan luar
negeri dan penjualan ekspor.

F.     TUJUAN PENYAJIAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan antara lain:
1.      Menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi : dasar
pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi.
2.      Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan yang tidak disajikan di bagian manapun
dalam laporan keuangan.
3.      Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan :
(pengelolaan modal).
4.      Sepanjang praktis, penyajian catatan atas laporan keuangan dilakukan secara sistematis.
5.      Membuat referensi silang atas setiap pos untuk informasi yang berhubungan dalam catatan
atas laporan keuangan.

G.    CATATAN DAN PENJELASAN LAPORAN KEUANGAN


Catatan dan penjelasan laporan keuangan (Notes to Financial Statement) merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Biasanya hal-hal yang diungkapkan
dalam catatan dan penjelasan laporan keuangan ini adalah:
1.      Kebijaksanaan akuntansi, misalnya metode laporan konsolidasi, metode penyusutan,
persediaan barang, pengakuan hasil, perubahan akuntansi dan sebagainya.
2.      Penjelasan tentang perkara di pengadilan jika ada, kewajiban contingent laba rugi
kontigensi dan komitmen yang tidak biasa.
3.      Rencana penggabungan usaha, penjelasan transaksi yang tidak biasa related party
transactions (hubungan istimewa) dengan perusahaan anak, induk, direksi, pemegang saham,
dan lain-lain.
4.      Penjelasan tentang jenis saham, program pemberian saham kepada pegawai
(ESOP=Employee Stock Ownership Plan), dividen saham, dan lain-lain.
5.      Jumlah penyusutan dan biaya riset dan pengembangan.
6.      Penjelasan pos penting seperti: umur piutang, perincian persediaan, aset tetap, penjualan,
pembelian barang, daftar biaya produksi dan lain-lain.
7.      Penjelasan tentang pajak penghasilan, komposisi, restitusi, perkara di majilis perpajakan.

Disamping Notes to Financial Statement ada lagi Footnote yaitu catatan kaki yang dibuat di


halaman neraca paling bawah. Ini bisa juga dimaksudkan untuk menambah disclosure.
           
Perusahaan harus menyajikan catatan laporan keuangan dengan urutan berikut:
1.       Pernyataan kepatuhan dengan IFRS
2.       Ringkasan kebijakan akuntansi organisasi yang signifikan
3.       Informasi pendukung untuk perkiraan dalam laporan keuangan, dengan urutan dimana
berbagai laporan disajikan
4.       Pengungkapan lain, seperti informasi non-keuangan

Perusahaan juga harus memasukkan informasi berikut dalam catatan laporan


keuangan:
·         Asumsi. Informasi tentang asumsi pokok yang berkaitan dengan mas depan.
·         Dasar penyusunan. Dasar pengukuran yang digunakan untuk menyusun laporan (contoh:
biaya historis, biaya kini, nilai realisasi bersih, nilai wajar, atau jumlah yang dapat
dipulihkan), dan penggunaan kebijakan akuntansi lain yang terkait untuk memahami laporan.
·         Manajemen modal. Penjelasan modal yang entitas kelola, bagaimana memenuhi tujuan
manajemen modal, sifat dari setiap kebutuhan modal eksternal yang ditentukan, dan
ringkasan tentang apa yang dikelola entitas sebagai modal, dan bagaimana tingkat modal
telah berubah selama periode berjalan.

Beberapa informasi dan catatan yang harus dimasukan saat menyajikan laporan
keuangan antara lain: asumsi, dasar penyusunan, manajemen modal, dividen, domisili,
estimasi ketidakpastian, badan hukum, umur, manajemen penilaian, nama, operasional, dan
informasi lain.
·         Dividen. Jumlah dividen yang tidak diakui untuk dibagikan, tetapi diusulkan atau
dideklarasikan sebelum laporan keuangan telah disetujui untuk penerbitan.
·         Domisili. Kedudukan entitas, negara pendiriannya dan alamat kantor terdaftar.
·         Estimasi ketidakpastian. Sumber utama estimasi ketidakpastian yang dapat
mengakibatkan penyesuaian yang signifikan dari nilai tercatat dalam aset dan kewajiban
entitas dalam tahun fiskal berikutnya.
·         Badan hukum. Badan hukum entitas.
·         Umur. Jika entitas memiliki umur terbatas, buat catatan umur organisasi/perusahaan.
·         Manajemen penilaian. Manajemen telah membuat penilaian ketika menerapkan
kebijakan akuntansi, dan yang memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil keuangan.
·         Nama. Nama dari entitas induk dan dari induk kelompok.
·         Operasional. Kegiatan utama entitas.
·         Informasi lain. Informasi lain yang tidak disajikan dalam lapoaan keuangan, tetapi
berkaitan.
Perusahaan harus memberi keterangan pada perkiraan dalam berbagai laporan keuangan
dengan catatan ini.

H.    KETERBATASAN LAPORAN POSISI KEUANGAN


       Pada awalnya, para pengguna laporan keuangan fokus pada kegunaan laporan posisi
keuangan perusahaan, namun belakangan mereka, khususnya para investor, lebih memilih
untuk memperhatikan rasio yang berkaitan dengan laba, salah satunya earning per share. Hal
tersebut mereka lakukan untuk mengetahui potensi keuntungan yang akan mereka terima dari
investasi yang telah dilakukan. Pada saat ini perhatian mereka kembali pada  kegunaan
neraca, meliputi rasio pada aset, kewajiban, dan modal. Rasio likuiditas, leverage,  ROA
(return on assets), ROE (return on equity), merupakan rasio-rasio yang saat ini menjadi
bagian dari pertimbangan para pengguna laporan keuangan dalam menilai sebuah
perusahaan.
       Peningkatan kegunaan laporan posisi keuangan menjadi fokus utama para akuntan.
Hal tersebut dilakukan mulai dari metode penilaian, penyajian yang komparatif, sampai pada
akuntansi inflasi. Namun laporan posisi keuangan masih memiliki beberapa keterbatasan,
antara lain:
a.       Sumber daya manusia yang handal, produk yang unggul dan pelayanan yang prima
merupakan beberapa aset penting yang dimiliki perusahaan, namun  laporan posisi keuangan
tak dapat melaporkan dikarenakan hal-hal tersebuttidak dapat diukur secara kuantitatif dan
objektif.         
b.      Pertimbangan dan estimasi yang digunakan perusahaan yang masih sulit ditentukan,
misalnya untuk masa manfaat aset, jumlah piutang tak tertagih dan beban garansi yang harus
dicadangkan.

I.       PERISTIWA KEMUDIAN (SUBSEQUENT EVENT)


       Menurut Sofyan Syafri Harahap (2002:78),peristiwa kemudian adalah transaksi atau
kejadian yang terjadi sesudah tanggal laporan posisi keuangan sebelum laporan keuangan
dikeluarkan atau diumumkan. Peristiwa kemudian ada kemungkinan:
a.         Menimbulkan penyesuaian terhadap laporan keuangan.
b.         Memerlukan disclosure.
c.         Tidak memerlukan apa-apa.

Adjustment perlu jika jumlah yang ada dalam laporan keuangan harus disesuaikan
karena adanya peristiwa kemudian yang memberikan bukti yang berkaitan dengan keadaan
yang terjadi pada tanggal neraca dan mempengaruhi laporan keuangan secara materiil.
Misalnya debitur yang bangkrut bisa mempengaruhi taksiran piutang ragu yang sebelumnya
sudah ada indikasi ke arah bangkrut pada tanggal neraca.

Pengungkapan perlu jika peristiwa kemudian memberikan bukti yang berkaitan dengan
persyaratan yang tidak ada pada tanggal neraca. Misalnya debitur yang mengalami musibah
banjir yang tidak diduga dan tidak ada tanda-tanda pada tanggal neraca tidak
perlu adjustment penyisihan piutang. Misal yang lain adalah:
1.      Penjualan saham dan obligasi cukup besar.
2.      Pembelian atau penjualan aset yang cukup besar termasuk adanya penggabungan usaha.
3.       Laba rugi dari realized dan unrealized surat berharga dari investasi.
4.       Pengajuan perkara atau penyelesaian perkara di pengadilan.
5.       Penurunan nilai persediaan yang tidak ada indikasi pada tanggal neraca.
6.       Kerugian akibat keadaan yang tidak diduga seperti banjir, kebakaran, pencurian,
gempa bumi, dan lain sebagainya.
7.       Pergantian pengurus perusahaan.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Laporan Posisi Keuangan telah mengalami perkembangan yang cukup di masa
sekarang, khususnya semenjak diterapkannya IFRS. Semua perkembangan yang terjadi
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Laporan Posisi Keuangan sehingga menjadi
informatif di mata para penggunanya dan dapat dijadikan salah pertimbangan mengenai
prospek dari sebuah perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Bragg, Steven M.  Panduan IFRS. Halaman: 23-25

Harahap, Sofyan Syafri. 2001. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Januarsi, Yeni. 2012. PSAK No.1 (Revisi 2009) komponen laporan keuangan lengkap penyajian
laporan keuangan dan extraordinary items. From,
http://santirianingrum.dosen.narotama.ac.id/2012/04/17/psak-no-1-revisi-2009-komponen-
laporan-keuangan-lengkap-penyajian-laporan-keuangan-dan-extraordinary-items/, 31 Mei
2013

_________. 2013. Neraca dan Laporan Arus Kas. [online],


(http://kodokebo.blogspot.com/2011/06/arus-kas.html, diakses tanggal 25 Mei 2013).

_________. 2013. The Balance Sheet (Neraca). [online],


(http://deriaprianto74.blogspot.com/2012/12/the-balance-sheet-neraca.html. diakses 25 Mei
2013).

_________. 2013, Neraca dan Statemen Arus Kas. [online],


(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/akuntansi%20keuangan%20menengah
%201/h.Bab%204%20Neraca%20dan%20Statemen%20Aliran%20Kas.pdf. diakses tanggal
25 Mei 2013).

_________. 2013. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca dan efeknya terhadap penyajian laporan
keuangan, [online]. (http://auditme-post.blogspot.com/2008/08/peristiwa-setelah-tanggal-
neraca.html, diakses 2 November 2012).

Anda mungkin juga menyukai