Istilah Motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni kata Movere yang berarti
berpindah atau bergerak. Semua organisma bergerak menuju rangsangan dan aktivitas
serta meninggalkan yang lainnya sesuai dengan selera dan keengganan mereka. 1
Menurut Huffman, Vernoy, dan Vernoy, pengertian motivasi merujuk pada faktor-faktor
yang terdapat dalam diri seseorang (inner state) yang dapat menggerakkan (generate),
memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2
Sementara itu, Robbins mengartikan Motivasi sebagai keinginan untuk mengerahkan
sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisasi, dilakukan melalui kemampuan yang
dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu. 3 Dalam rangka memahami motivasi ini,
terdapat tiga macam teori kebutuhan manusia yang terdiri atas (a) kebutuhan berprestasi
(need for achievement), adalah dorongan untuk mengungguli, untuk mencapai sesuatu
sesuai dengan standar, dan berusahan keras untuk sukses;
(b) kebutuhan berkuasa
(need for power), adalah kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan
tidak untuk sebaliknya; (c) kebutuhan berafiliasi (need for affiliation), adalah keinginan
untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat . 4
Menurut Suryabrata, motivasi adalah keadaan dalam (inner state) pribadi orang,
yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
suatu tujuan.5 Lebih jauh dinyatakan, bahwa motivasi bukanlah hal yang dapat diamati,
tetapi adalah hal yang dapat disimpulkan adanya, karena sesuatu yang dapat kita
saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan
dari dalam diri orang itu. Kekuatan pendorong inilah yang disebut sebagai motivasi.
Pendapat mengenal klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Salah satunya adalah
berdasarkan jalarannya. Berdasarkan klasifikasi ini, motivasi dibedakan menjadi dua
macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Perbedaan motivasi ekstrinsik
dan motivasi intrinsik dapat diuraikan sebagai berikut: Motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar, seperti orang belajar giat karena
diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu
bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia dapat melamar pekerjaa, dan sebagainya.
Sedangkan motivasi
intrinsik
adalah motivasi yang berfungsi tanpa memerlukan
rangsangan dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu, misalnya,
orang yang rajin belajar tanpa disuruh orang lain sebelumnya, dan sebagainya. Ditegaskan
disini bahwa aktivitas yang didorong oleh motivasi intrinsik ternyata lebih sukses daripada
yang didorong oleh motivasi ekstrinsik.6
Berbagai jenis kebutuhan manusia akan berubah menjadi keinginan khusus,
terutama jika dikaitkan dengan lingkungan organisasi atau tempat kerja mereka.
Keinginan-keinginan khusus tersebut diantaranya upah; keterjaminan pekerjaan; temanteman sekerja yang menyenangkan; penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan;
pekerjaan yang berarti; kesempatan untuk maju; kondisi kerja yang nyaman, aman dan
menarik; kepemimpinan yang mampu dan adil; perintah dan pengarahan yang masuk akal;
serta organisasi yang relevan dari segi sosial. Dalam hal ini perlu diingat bahwa dalam
hubungannya dengan motivasi, ternyata semua itu sangat dipengaruhi oleh: (a) valensi
atau nilai yang diharapkan berupa hasil yang dinikmati karena melakukan perilaku yang
ditentukan, dan (b) kuatnya pengharapan (expectacy) bahwa perilaku itu akan benarbenar merealisasi hasil tersebut.7
Hakikat Sikap
Pengertian sikap adalah kecenderungan individu untuk menanggapi dengan cara
tertentu terhadap situasi, benda, ide, orang, dan isu. 45 Sementara itu, Robbins menyebut
bahwa sikap adalah pernyataan evaluatif, baik yang bersifat menyukai (favorable)
maupun tidak menyukai (unfavorable) terhadap objek, manusia atau suatu kejadian. 46
Sikap seseorang terhadap sesuatu, dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman,
pengetahuan, perasaan, emosi, cara berfikir, kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. 47
Sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan dalam menanggapi secara suka atau tidak
suka, berkenaan dengan suatu objek tertentu. 48 Secara lebih luas, sikap didefinisikan
sebagai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan hasil evaluasi tersebut. 49
Definisi sikap menurut Thurstone adalah tingkat pengaruh positif atau negatif
berkaitan dengan suatu objek psikologis. Objek psikologis itu dapat berupa simbol, frasa,
slogan, institusi, cita-cita atau ide. Dalam hal ini, seseorang dapat berbeda tanggapannya
secara positif atau negatif terhadap hal-hal tersebut. 50
Berdasarkan definisi yang
dikemukakan oleh Thurstone, Mueller mendefinisikan sikap sebagai: (1) pengaruh atau
penolakan, (2) penilaian, (3) suka atau tidak suka, dan (4) kepositifan atau kenegatifan
terhadap suatu objek psikologis.51 Seorang individu yang memiliki pengaruh perasaan
positif terhadap suatu objek psikologis, jika ia suka terhadap objek itu atau memiliki sikap
menyukai (favorable) terhadap objek tersebut. Sebaliknya seorang individu yang
mempunyai pengaruh negatif terhadap objek psikologis, jika ia tidak suka terhadap objek
itu atau ia memiliki sikap tidak menyukai (unfavorable) terhadap objek tersebut.52 Sikap
telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Pada prinsipnya, puluhan definisi
tersebut pada umumnya dapat dimasukkan ke dalam salah satu di antara tiga kerangka
pemikiran sebagaimana dijelaskan berikut ini.53
Pertama, adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi.
Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable)
pada objek tersebut.
Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli di bidang Psikologis Sosial
dan Psikologis Kepribadian, yang konsepsinya mengenal sikap yang lebih kompleks.
Menurut kelompok pemikiran ini, sikap merupakan semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa
kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada, suatu stimulus yang
menghendaki adanya respons.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema
triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini,
sikap merupakan
Sebaliknya, orang bersikap negatif terhadap makanan pedas selalu akan menghindar kalau
ia menjumpai makanan pedas.
Sikap ini bisa terjadi terhadap benda, situasi, orang,
kelompok, nilai-nilai, dan semua hal yang terdapat di sekitar manusia.
Pembahasan tentang sikap oleh para ahli menunjukkan bagaimana pentingnya sikap
untuk menjelaskan perbedaan antaraindividu. Dua individu yang berbeda bisa jadi memiliki
tanggapan yang berbeda tentang kondisi (setting) sosial yang sama. Ini berarti bahwa
suatu variabel psikologis dari individu yang berbeda (dalam hal ini adalah sikap) diperlukan
karena variabel sosiologis atau lingkungan tidak dapat menjelaskan secara memadai
mengenai hal tersebut. 61 Tidaklah mengherankan bahwa para peneliti dan praktisi dalam
pendidikan dan ilmu sosial telah menyita sejumlah besar waktu dan energi dalam studi
tentang pembentukan dan perubahan sikap, serta pengaruh sikap terhadap perilaku.
Disadari bahwa sikap mempengaruhi secara kuat terhadap segala keputusan yang diambil
dalam kehidupan manusia.62
Di samping kemampuan untuk bertindak, pembelajaran
juga menghasilkan pembentukan kondisi internal yang mempengaruhi individu dalam
memilih tindakan. Hasil pembelajaran tersebut dinamakan sikap. Sikap tidak menentukan
tindakan khusus, tetapi ia mampu menunjukkan apakah seseorang kemungkinan
melakukan sesuatu tindakan atau tidak. Dengan alasan itulah, sikap sering dideskripsikan
sebagai kecenderungan menanggapi atau dapat dikatakan sebagai pernyataan yang
dicirikan dengan kesiapan untuk menanggapi. 63
Sikap terdiri dari tiga aspek yang dapat dipisahkan atau digabungkan secara bersama.
Ketiga aspek tersebut meliputi aspek kognitif, afektif dan perilaku. Aspek kognitif
berkenaan dengan ide atau proposisi yang menandakan hubungan antara situasi dan objek
sikap. Aspek afektif, menunjukkan emosi atau perasaan yang menyertai ide, sedangkan
aspek perilaku itu berkaitan dengan predisposisi atau kesiapan untuk bertindak. 64 Sikap
adalah suatu kecenderungan untuk menanggapi secara positif atau negatif terhadap
seseorang atau sesuatu dalam lingkungan tertentu. Sikap menunjukkan perasaan positif
atau negatif tentang berbagai aspek berkenaan dengan pekerjaan dan/atau lingkungan
kerja mereka. Komponen sikap kognitif terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:
(1)
(2)
(3)
Sementara itu, Eagly dan Chaiken menyatakan bahwa sikap adalah predisposisi atau
kecenderungan yang terjadi untuk merespons secara suka atau tidak suka terhadap orang,
perilaku, keyakinan, atau suatu benda. Dinyatakan pula bahwa sikap tidak terbatas pada
produk konsumsi saja, tetapi juga terhadap individu spesifik dan hal-hal yang abstrak. 66
Ahli psikologi sosial secara umum masih meyakini konsep tentang sikap yang tersebut
dalam suatu model yang dinamakan The ABC model of attitudes, yang menganggap
bahwa sikap itu terdiri atas tiga komponen, yakni komponen afektif mencakup emosi
positif atau negatif tentang sesuatu (bagaimana kita merasakan tentang sesuatu).
Komponen perilaku merupakan kecenderungan atau maksud untuk melakukan segala
sesuatu yang berkaitan dengan sikap. Adapun komponen kognisi merujuk pada keyakinan
dan pemikiran tentang objek sikap. Selanjutnya, dinyatakan bahwa setiap sikap memiliki
tiga komponen yang saling berkaitan meskipun cukup beragam anggapan mengenai unsur
mana yang dominan dan mencirikan keterkaitan tersebut. 67
Perbedaan teori-teori sikap antara lain berkenan dengan pertanyaan tentang
manakah di antara komponen - komponen itu yang primer, atau manakah yang menjadi
penyebab komponen lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa perbedaan dalam
keyakinan (komponen kognitif) akan mengakibatkan perubahan sikap seseorang.
Sebagian ahli lainnya menekankan pembelajaran emosional (afektif) ternyata memberikan
reaksi terhadap objek stimulasi melalui kebiasaan. Pendapat lainnya menyatakan bahwa
sikap merupakan kelanjutan persepsi individu tentang perilakunya sendiri. 68 Sikap dapat
dianggap sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi atau memodifikasi pilihan untuk
bertindak. Pengaruh semacam itu terkadang dapat diamati secara aktual yang ditunjukkan
melalui perilaku yang jelas terlihat atau nyata. Namun, pengaruh sikap terhadap tindakan
atau perilaku yang nyata tidak selalu diamati. Sebagaimana diketahui, sikap pada
umumnya diukur dengan memanfaatkan tanggapan terhadap pernyataan verbal yang
tercantum dalam kuesioner, skala penilaian, dan instrumen lainnya. 69 Sikap mempunyai
ciri-ciri, antara lain (1) sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarinya
sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya,(2) sikap itu dapat
berubah-ubah apabila terdapat keadaan dan syarat tertentu, karena itu sikap dapat
dipelajari, (3) sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu
terhadap suatu objek, (4) objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat
juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, (5) sikap mempunyai segi motivasi dan
segi perasaan, sehingga hal inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki seseorang. 70