DOSEN :
Ni Luh Putu Sri Purnama Pradnyani, SE., M.Si., Ak., CA
OLEH :
NAMA : Made Dilla Puspita
NIM : 20111501013
KELAS : Akuntansi A
Istilah diri berarti bagian individu yang terpisah dari bagian lain. Menurut KBBI
(2008), konsep diri merupakan gambaran seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut Rice
dan Gage (1975), konsep diri merupakan suatu proses yang terus menerus berubah seperti
pada masa kanak – kanak dan remaja yang terdiri dari aspek sosial, aspek fisik dan moralitas.
Menurut Gage dan Berliner (1998), selain merupakan cara untuk individu melihat tentang
dirinya sendiri, konsep diri juga mengukur tentang yang akan dilakukan di masa mendatang
dan cara untuk mengevaluasi performa dirinya sendiri.
Menurut sosiawan, ada 2 komponen dalam konsep diri yaitu komponen kognitif (citra
diri / self image) dan komponen afektif (harga diri / self esteem). Hakikat konsep diri
sesungguhnya merupakan bayangan dari apa yang orang lain pikirkan tentang diri sendiri.
B. KONSEP SIKAP
Sikap adalah studi tentang semua kecenderungan yang berperilaku baik atau tidak baik
dalam kaitannya dengan tujuan, sasaran, ide, atau situasi seseorang. Sikap adalah
kecenderungan untuk bereaksi dan bereaksi terhadap diri sendiri..
Sikap bukanlah tindakan, tetapi sikap mewakili kesediaan untuk mengambil tindakan
yang mengarah pada tindakan. Sikap yang disimpulkan dari berbagai pengamatan terhadap
objek diekspresikan dalam bentuk respons kognitif, afektif (emosi), maupun perilaku.
Respons evaluatif dalam bentuk kognitif meliputi kepercayaan yang dimiliki individu
terhadap objek sikap dengan berbagai atributnya. Konsep terdekat terkait sikap yaitu :
Kepercayaan secara luas
Opini
Nilai
Kebiasaan
FUNGSI SIKAP
Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman, kebutuhan akan kepuasan, ego yang
defensif, dan ungkapan nilai. Sikap juga berfungsi sebagai suatu hal yang bermanfaat atau
pemuasan kebutuhan Misalnya, manusia cenderung membentuk sikap positif terhadap objek
dalam menentukan sikap negatif.
C. KONSEP MOTIVASI
Motivasi adalah suatu konsep penting untuk perilaku akuntan karena efektivitas
Organisasi bergantung pada orang yang membentuk sebagaimana karyawan mengharapkan
untuk dibentuk. Manager dan akuntansi keperilakuan harus memotivasi orang kearah kinerja
yang diharapkan dalam rangka memenuhi tujuan organisasi.
TEORI MOTIVASI DAN APLIKASINYA
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh motivasi. Dengan
demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang untuk berbuat sesuatu.
Dalam memberikan motivasi, terkadang terdapat banyak kendala yang dihadapi seorang
manajer.
Sistem pengendalian akuntansi mensyaratkan adanya suatu pemahaman tentang bagaimana
individu dapat termotivasi oleh teori akuntansi. Kebanyakan dari teori-teen ini telah
dibenarkan secara empiris dan berperan penting dalam mengakhiri pernyataan bahwa
motivasi adalah masalah lengkap yang tidak dapat diatasi oleh satu teori saja Terdapat
beberapa teori umum yang digunakan dalam kelompok teori yang ada pada saat ini.
Kelompok teori tersebut masing-masing telah banyak ditulis dalam literator, tetap pada
dasarnya masih bersifat umum dan setiap unit dimasukkan ke sebuah kelompok.
TEORI MOTIVASI AWAL
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga teori ini adalah
teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene. Teori-teori ini bersifat
awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari mana teori-teori kontemporer
berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan penggunaan teori dan istilah-istilah ini
untuk menjelaskan motivasi karyawan secara teratur.
1) Teori Kebutuhan dan Keputusan : Maslow (1954) mengembangkan suatu bentuk
teori kelas. Teorinya menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai beraneka ragam
kebutuhan yang dapat memengaruhi perilaku mereka. Secara ringkas, kelima hierarki
kebutuhan manusia oleh Maslow dijabarkan sebagai berikut : Kebutuhan Fisiologis
(physiological needs), Kebutuhan akan Keamanan (safety needs), Kebutuhan Sosial
(social needs), Kebutuhan akan Penghargaan (esteem needs) dan Kebutuhan akan
Aktualisasi Diri (self actualization needs).
2) Teori X dan Y : McGregor teori XY adalah pengingat bermanfaat dan sederhana dari
aturan alam untuk mengelola orang, yang berada di bawah tekanan kerja sehari-hari
dan terlalu mudah dilupakan. Pandangannya mengenai manusia menyimpulkan bahwa
manusia memiliki dasar negatif yang diberi tanda sebagai teori X, dan yang lain
positif, yang ditandai dengan teori Y.
3) Teori Kebutuhan McClelland : Teori ini digunakan untuk menjawab permasalahan
yang berhubungan dengan teori kebutuhan dan kepuasan, yang awalnya
dikembangkan oleh McClelland (1961). Riset yang dilakukan oleh McClelland
memberikan hasil bahwa terdapat tiga karakteristik berikut dari orang yang memiliki
kebutuhan prestasi yang tinggi yaitu :
a. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki tanggung jawab
yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau pencarian solusi atas suatu
permasalahan.
b. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung menetapkan
tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung resikonya.
c. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan yang
kuat ntuk memperoleh umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pelaksanaan
tugasnya
4) Teori Dua Faktor : Asumsi terpenting dari bentuk teori Herzberg adalah faktor yang
mempunyai pengaruh positif dalam motivasi dan menjadi bahan untuk perbandingan
yang menyenangkan untuk pengaruh negatif, Herzberg juga mengusulkan bahwa
hubungan antara kepuasan kerja dan motivasi bersignifikan tinggi. Selain itu juga,
Herzberg juga menjelaskan Herzberg juga menjelaskan Tentang hasil riset yang
dilakukannya ke-200 responden yang terdiri atas akuntan dan Insinyur menunjukkan
bahwa terdapat 2 hal yang berkaitan dengan kepuasan dan motivasi :
1. Sejumlah kondisi kerja ekstrinsik (extrinsic job conditions)
2. Sejumlah kondisi kerja intrinsik (intrinsic job conditions)
D. KONSEP PERSEPSI
Persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau menginterpretasikan peristiwa,
objek, serta manusia ke dalam suatu gambaran yang terpadu dan penuh arti. Persepsi
merupakan pengalaman tentang objek atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan
kognitif dan dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa.
● Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi:
1. Situasi : Yang terdiri dari waktu, keadan (tempat kerja), keadaan social.
Dalam melihat objek atau peristiwa, unsur-unsur yang ada di sekeliling
lingkungan kita mempengaruhi pengamatan kita. Tuntutan yang berbeda dari
situasi yang berlainan memunculkan aspek-aspek yang berlainan dari situasi
yang berbeda.
2. Pelaku persepsi : Yang terdiri dari sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan
pengharapan. persepsi seseorang mengenai objek dapat berbeda antara
seseorang dengan orang lainnya. Jadi, persepsi memberikan makna pada
stimuli, karena persepsi tentang objek atau peristiwa tersebut tergantung pada
suatu kerangka ruang dan waktu, maka persepsi akan sangat subjektif dan
situasional.
3. Target : Yang terdiri dari hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang,
kedekatan. Karakteristik target dapat memengaruhi apa yang dipersepsikan.
E. KONSEP NILAI
Nilai secara mendasar dinyatakan sebagai suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari
eksistensi yang khas dan lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan dengan suatu
modus perilaku atau keadaan akhir yang berlainan. Nilai mengandung suatu unsur
pertimbangan dalam pengertian bahwa nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu
mengenai apa yang benar, baik, atau diinginkan.
● Arti Penting Sifat Nilai
Dalam mempelajari perilaku nilai dinyatakan penting karena nilai meletakkan dasar untuk
memahami sikap serta motivasi hingga mempengaruhi persepsi manusia. Seseorang
memasuki organisasi dengan gagasan. Gagasan tidak bebas dari nilai karena mengandung
penafsiran benar dan salah. Gagasan itu menyiratkan bahwa perilaku-perilaku atau hasil
tertentu lebih disukai ketimbang yang lain. Akibatnya, nilai memperkeruh tujuan dan
rasionalitas.
● Sifat Nilai
a. Nilai mempunyai sifat bertahan (enduring) : Nilai memiliki sifat bertahan karena
merupakan milik pribadi sebagai bagian dari diri yang proses terbentuknya
memerlukan waktu yang lama.
b. Nilai sebagai keyakinan : Nilai merupakan suatu keyakinan tunggal terhadap suatu
hal yang khas dan berkaitan dengan suatu cara bertingkah laku yang disukai atau
keadaan akhir yang mempunyai kualitas transendental, mengarahkan tindakan dan
sikap.
c. Nilai sebagai alat (instrumental) dan sebagai tujuan akhir (terminal) : Nilai
sebagai alat (instrumental) bersifat nilai moral dan nilai kompetensi. Sebagai nilai
moral berkaitan dengan cara bertingkah laku dan berkaitan hati nurani jika mereka
melanggar nilai maka akan menimbulkan kesedihan hati nurani atau perasaan bersalah
karena telah melakukan kesalahan.
d. Nilai bersifat eksplisit dan implisit : Nilai merupakan suatu konsepsi yang secara
eksplisit dan implisit dapat membedakan individu atau memberi ciri khas suatu
kelompok.
● Fungsi Nilai
1. Nilai sebagai standar : Fungsi nilai sebagai standar diwujudkan dalam tingkah laku
dengan berbagai cara yaitu: (1) membawa individu untuk mengambil posisi khusus
dalam masalah sosial (2) mempengaruhi individu dalam memilih masalah ideologi,
politik, atau agama; (3) menilai dan mengadili, menentukan kebenaran dan kesalahan
diri sendiri maupun orang lain; (4) nilai sebagai standar dalam proses rasionalisasi
terhadap tindakan yang kurang dapat diterima oleh pribadi maupun masyarakat; (4)
melakukan evaluasi dan membuat keputusan; dan (5) mengarahkan tampilan tingkah
laku membujuk dan mempengaruhi orang lain, memberitahu individu akan keyakinan
sikap, nilai, dan tingkah laku individu lain yang berbeda, yang bisa diprotes dan
dibantah, bisa dipengaruhi dan diubah.
2. Fungsi nilai sebagai rencana umum dalam memecahkan konflik dan
pengambilan keputusan : Nilai merupakan organisasi dari prinsip dan aturan yang
dipelajari untuk membantu dan memilih alternatif dalam memecahkan konflik dan
mengambil keputusan. Nilai dapat menjadi kerangka umum dalam penyelesaian
konflik dan pengambilan keputusan. Pada situasi tertentu, secara tipikal seseorang
akan mengaktivasi beberapa nilai dalam sistem nilai individu. Umumnya nilai yang
teraktivasi adalah nilai-nilai yang dominan pada individu yang bersangkutan.
3. Fungsi nilai sebagai motivasi : Nilai instrumental merupakan motivasi karena mode
tingkah laku diidealisasikan untuk mencapai tujuan akhir yang dikehendaki. Nilai
merupakan motivasi karena sebagai senjata dan alat konseptual dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan self esteem. Fungsi nilai sebagai motivasi
mengarahkan tingkah laku individu dalam situasi sehari-hari, sedangkan fungsi tidak
langsungnya adalah mengekspresikan kebutuhan dasar sehingga nilai dikatakan
memiliki fungsi motivasi. Nilai dapat memotivasi individu untuk melakukan suatu
tindakan tertentu. memberi arah, dan intensitas emosional tertentu terhadap tingkah
laku.
4. Nilai berfungsi sebagai ego defensif : Nilai dapat berfungsi untuk membantu proses
rasionalisasi, hal ini merupakan salah satu bentuk dari mekanisme pertahanan ego
(ego defense mechanism). Dalam fungsi ini dinyatakan bahwa fungsi nilai sama
halnya dengan sikap khususnya berfungsi ego defensif dalam hal memenuhi
kebutuhan, perasaan dan perbuatan yang secara pribadi dan sosial tidak dapat
diterima. Kemudian, hal tersebut disalurkan melalui proses rasionalisasi dan
pembentukan reaksi ke dalam langkah-langkah yang lebih dapat diterima.
● Survei Nilai Rokeach
Salah satu konsep yang paling penting dari teori Rokeach mengenai nilai dalam diri
manusia adalah nilai menjadi bagian dari suatu sistem nilai di mana masing-masing nilai
disusun berdasarkan prioritasnya terhadap nilai lainnya.
● Nilai dan Dilema Etika
Masalah profesi audit saat ini sangat dipengaruhi oleh masalah standar etika yang
lebih rendah dan krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan diri ini seharusnya menjadi pelajaran
bagi akuntan untuk memperbaiki diri, melatih diri, mengelola diri dengan baik, dan
membangun hubungan yang lebih baik dengan klien atau masyarakat luas. Contoh: Skandal
Enron yang melibatkan Arthur Andersen dan skandal yang melibatkan WorldCom, Merck,
Xerox, profesional akuntansi bingung. Ihksan menambahkan bahwa cara yang lebih baik dan
ideal untuk mengatasi dilema ini adalah dengan menilai kecukupan opsi yang tersedia dan
mengatasi kekhawatiran yang mereka kemukakan. Peluang dapat dilihat sebagai standar
etika yang diharapkan. Ini mencakup perubahan perilaku dalam organisasi profesi itu sendiri,
serta perubahan perilaku yang diharapkan dari organisasi lain. Akan jauh lebih baik jika
organisasi profesional dapat mengaturnya secara seimbang dan mengidentifikasi standar
perilaku yang melanggar kepercayaan. Organisasi profesi itu sendiri memiliki sedikit
kesabaran untuk menetapkan standar kualitas bagi para profesional dalam segala hal dan
untuk mengambil tindakan tegas terhadap para profesional yang merugikan profesi atau
yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagai anggota.
● Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses dimana perilaku baru diperlukan. pembelajaran terjadi
sebagai hasil dari motivasi, pengalaman, dan pengulangan dalam merespon situasi.
● Pengondisian Keadaan Klasik
Singkatnya, pengkondisian klasik pada dasarnya adalah proses pembelajaran tanggapan
dan rangsangan tanpa syarat. Dengan menggunakan sepasang rangsangan, yang satu
memaksa yang lain untuk netral, stimulus netral menjadi stimulus terkondisi dan
menyampaikan sifat-sifat stimulus tidak terkondisi. Pengkondisian klasik bersifat pasif.
Sesuatu sedang terjadi dan orang-orang harus bereaksi dengan cara yang khusus. Ini
dihasilkan sebagai respons terhadap peristiwa tertentu yang dapat diidentifikasi. Namun,
sebagian besar perilaku, terutama perilaku kompleks individu dalam suatu organisasi,
diwariskan sebagai berlutut. Misalnya, karyawan memilih untuk datang tepat waktu, mencari
bantuan dari atasan mereka ketika masalah terjadi, atau membuang waktu ketika tidak ada
yang melihat.
● Pengondisian Operant
Pengondisian operant menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu fungsi dari konsekuensi-
konsekuensi. Perilaku operant berarti perilaku yang bersifat sukarela atau perilaku yang
dipelajari sebagai kontras terhadap perilaku semacam itu, yang dipengaruhi oleh ada atau
tidak adanya pungutan yang ditimbulkan oleh konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
tersebut.
● Pembelajaran Sosial
Individu-individu juga dapat belajar dengan mengamati apa yang terjadi pada orang lain,
dengan diberitahu maupun dengan mengalami secara langsung. Jadi, banyak dari apa yang
telah dipelajari manusia berasal dari observasi atas karakteristik-karakteristik orang tua, guru,
teman sekerja, atasan, dan seterusnya. Pandangan bahwa manusia dapat belajar baik lewat
pengamatan maupun pengalaman langsung ini disebut sebagai teori pembelajaran social.
Walaupun teori pembelajaran sosial merupakan suatu perpanjangan dari
pengondisian operant, di mana teori tersebut mengandalkan perilaku sebagai suatu fungsi dari
konsekuensi-konsekuensi, teori itu juga mengakui eksistensi pembelajaran observasional
(lewat pengamatan) dan pentingya persepsi dalam belajar.
F. KONSEP KEPRIBADIAN
Kepribadian mengacu pada bagian karakteristik psikologi dalam diri seseorang yang
menentukan dan mencerminkan bagaimana orang tersebut merespons lingkungannya.
Kepribadian adalah inti sari dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung bersifat
konsisten dan kronis. Aplikasi utama teori kepribadian dalam organisasi adalah
memprediksikan perilaku.
● PENENTU KEPRIBADIAN
Pernyataan awal dalam riset kepribadian adalah apakah kepribadian seseorang
merupakan hasil keturunan atau lingkungan. Kepribadian tampaknya merupakan hasil dari
kedua pengaruh tersebut. Selain itu, dewasa ini dikenal faktor ketiga, yaitu faktor situasi.
Jadi, kepribadian seorang dewasa umumnya dianggap terbentuk dari faktor keturunan dan
lingkungan, yang diperlunak oleh kondisi situasi.
1. Keturunan
2. Lingkungan
3. Situasi :
● EMOSI
Emosi adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Emosi berbeda
dari suasana hati (moods), yaitu merasakan bahwa kecenderungan untuk sedikit intensnya
dibandingkan emosi dan kekurangan satu rangsangan kontekstual. Emosi merupakan reaksi
terhadap satu objek, mereka akhirnya tidak bertahan pada ciri kepribadian dan
memperlihatkan emosi (marah) ke arah satu objek spesifik (teman Anda). Akan tetapi,
kemudian dalam suatu hari, Anda mungkin menemukan sendiri umumnya melemahkan
semangat.
Dan emosi tak dapat dilepaskan dari bagaimana seseorang mengartikan perubahan
yang akan dan sedang terjadi dalam organisasi. Untuk dapat memahami emosi sebagai bagian
integral dalam perubahan organisasi, maka beberapa hal mengenai peran emosi dalam
organisasi perlu diperjelas :
1. Emosi merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pemaknaan dalam proses
keorganisasian, termasuk perubahan organisasi
2. Emosi merupakan bagian integral dari proses adaptasi dan motivasi.
Koordinasi horizontal dan vertikal menghendaki sikap aktif anggota organisasi, yang
lebih menekankan pada terbentuknya pola hubungan antarindividu maupun antarunit
organisasi. Ini berarti anggota organisasi akan lebih mudah mengalami konflik antar-sesama
dan konflik selalu melibatkan faktor emosi. Kondisi seperti ini memudahkan timbulnya rasa
cemburu, marah, ditolak, kecewa, dan benci yang akan mewarnai kehidupan dalam organisasi
Pola hubungan yang akhirnya tercipta mengandung beberapa implikasi, antara lain :
1. Tidak mudah untuk memberikan prescriptive solutions
2. Pola pengelolaan emosi mengandaikan hubungan dengan pola saling ketergantungan
3. Cara pengelolaan emosi bukanlah sesuatu yang tetap (fixed)
4. Emosi tidak jarang merupakan pendorong perilaku individu dalam organisasi.
5. Pengelolaan emosi akan menjadikan organisasi lebih fleksibel, adaptif, dan
memudahkan pengelolaan saling ketergantungan antarunit organisasi maupun
antarindividu.
Penelitian telah mengidentifikasi enam komponen emosi secara universal, yaitu
kemarahan, ketakutan, kesedihan, kebahagiaan, jijik, dan kaget. Enam emosi yang dapat
dikonseptualisasikan sebagai keberadaan sepanjang satu rangkaian. Semakin dekat setiap dua
emosi terhadap yang lainnya pada rangkaian ini, semakin banyak orang-orang sepertinya
mungkin untuk mengacaukan mereka.
1. Emosi Tenaga Kerja : Emosi tenaga kerja mengacu pada kebutuhan bahwa
karyawan mengungkapkan emosi tertentu di tempat kerja (misalnya, gairah atau
kegembiraan) guna memaksimalkan produktivitas organisasi.
2. Rangkaian Emosi : Kebahagiaan, Kejutan, Ketakutan, Kesedihan, Kemarahan dan
Jijik. Emosi sepanjang transaksi interpersonal.
3. Inteligensi Emosional : Inteligensi emosional (emotional intelligence) mengacu pada
berbagai keterampilan nonkognitif, kemampuan, serta kompetensi yang memengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil dalam tuntutan lingkungan dan tekanan.
DAFTAR PUSTAKA