Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MAHARANI

NIM : 2002126090

1. Teori X dan Y yang dikemukakan Douglas Mc Gregor

Teori X

Teori X ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan secara alami
tidak termotivasi dan tidak suka bekerja. Dengan asumsi dan anggapan demikian, maka manajemen akan
cenderung menggunakan gaya otoriter dalam mengoperasikan perusahaannya. Menurut Teori X ini,
manajemen harus secara tegas melakukan intervensi untuk menyelesaikan suatu masalah atau pekerjaan.
Gaya Manajemen ini menyimpulkan bahwa pekerja pada dasarnya :

1. Tidak suka bekerja.


2. Perlu diawasi, dipaksa, diperingatkan untuk mengerjakan pekerjaannya.
3. Membutuhkan pengarahan dalam melaksanakan tugasnya.
4. Tidak menginginkan adanya tanggung jawab.
5. Tugas yang diberikan harus diawasi setiap langkah pengerjaannya.

Menurut pengamatan Douglas McGregor, karyawan yang bertipe X ini sebenarnya hanya minoritas,
namun untuk mengendalikan sebuah perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang banyak atau
perusahaan manufaktur yang berskala besar, manajemen teori X ini mungkin diperlukan.

Teori Y

Teori Y ini menyatakan bahwa pada dasarnya karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan menyenangi
pekerjaannya, termotivasi, kreatif, bangga terhadap hasil kerjanya yang baik, bekerja penuh dengan
tanggung jawab dan senang untuk menerima tantangan. Dengan asumsi dan anggapan demikian, maka
manajemen akan cenderang menggunakan gaya manajemen partisipatif. Teori Y ini beranggapan bahwa
karyawannya :

1. Bertanggung jawab penuh atas semua pekerjaannya dan memiliki motivasi yang kuat untuk
mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2. Hanya memerlukan sedikit bimbingan atau bahkan tidak memerlukan bimbingan dalam
menyelesaikan tugasnya.
3. Beranggapan bahwa pekerjaan adalah bagian dari hidupnya.
4. Dapat menyelesaikan tugas dan masalah dengan kreatif dan imajinatif.

Dalam organisasi atau perusahaan yang mengadopsi gaya manajemen berdasarkan Teori Y ini, semua
karyawan terlibat dalam pengambilan keputusan dan memiliki lebih banyak tanggung jawab.
Perbandingan antara Teori X dan Teori Y

Dibawah ini adalah beberapa perbandingan dan perbedaan antara Teori X dan Teori Y dalam suatu
manajemen perusahaan atau kelompok kerja.

Motivasi

Teori X menganggap karyawannya tidak suka terhadap pekerjaan, mereka bahkan berusaha untuk
menghindari pekerjaan dan tidak ingin adanya tanggung jawab. Sebaliknya, Teori Y beranggapan semua
karyawannya bekerja dengan motivasi dari dirinya sendiri dan bersedia untuk bertanggung jawab atas
pekerjaan yang dilakukannya.

Gaya Manajemen dan Pengendalian

Gaya Manajemen pada organisasi yang bertipe X adalah gaya manajemen otoriter dan menggunakan
sistem pengendalian terpusat. Sedangkan organisasi yang bertipe Y mengadopsi gaya manajemen yang
partisipatif, karyawan atau anggota tim terlibat dalam pengambilan keputusan.

Pengorganisasian Kerja

Manajemen yang menganggap karyawannya adalah bertipe X akan menggunakan prinsip spesialisasi
kerja untuk karyawannya dengan siklus kerja yang sama dan terus menerus (mengerjakan pekerjaan yang
sama secara rutin). Sedangkan di Teori Y, Karyawan diberikan kebebasan yang lebih luas dalam
mengembangkan keahliannya dan diberikan kesempatan untuk memberikan saran dan perbaikan.

Penilaian dan Penghargaan

Dalam memotivasi karyawan yang bertipe Teori X, Manajemen akan menggunakan pendekatan “Kelinci
dan Wortel” yaitu memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi baik dan menghukum
mereka yang berprestasi buruk. Sedangkan bagi karyawan yang bertipe Teori Y, Manajemen akan
memberikan motivasi dengan cara melakukan promosi jabatan dan pengembangan karir yang lebih baik
bagi karyawannya.
2. Teori motivasi Achievement yang dikemukakan oleh David Mc.Clellad

Menurut Mclelland, ada tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang:

1. The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian

Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan,
menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach
tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang
tinggi.

Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya


adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari
prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. Tentunya imbalan yang paling memuaskan
bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.

2. The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan

Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain.
Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial.

Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih
tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak.
Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti
Nelson Mandela, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk
kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.

3. The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan

Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau
menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan
diterima oleh sesamanya.

McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas
seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain
suka akan keputusannya.

Sedangkan, sebab-sebab n-affil dari seseorang bisa bermacam-macam, dan salah satu contohnya
bisa Anda lihat dari tragedi 11 September di Amerika Serikat. Setelah kejadian tersebut, banyak
orang-orang Amerika yang melupakan kepentingan mereka dan memilih untuk bersatu sehingga
mereka memiliki rasa aman.

Anda mungkin juga menyukai