PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan lembaga pendidikan, gaya kepemimpinan seorang
pemimpin adalah hal yang penting diperhatikan. Maka dari itu seorang
pemimpin haruslah bisa memahami perilaku individu-individu di dalam
lembaga pendidikan yang dipimpinnya untuk bisa menemukan gaya
kepemimpinan yang tepat bagi lembaga pendidikanya.
Hal tersebut dapat dilihat pada teori perilaku yang dipaparkan oleh
Douglas McGregor dalam buku The Human Side of Enterprises (1983) yaitu
teori X dan Y. Teori ini menyebutkan bahwa individu terbagi menjadi dua
karakteristik yang berbeda. Teori X mengasumsikan individu bersifat
negative dan teori Y mengasumsikan individu bersifat positif. Salah satu
asumsi dari teori X adalah kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan
seringkali dipaksa untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Sedangkan
asumsi teori Y adalah kebanyakan orang bersifat self-directed dalam
pekerjaannya jika motivasi diberikan dengan cara yang tepat. Untuk lebih
lengkapnya akan kami bahas dalam makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana teori x dan y McGregor dan manajemen pengambilan
keputusan?
2. Bagaimana cara mengubah tipe x menjadi tipe y?
3. Apa hubungan antara tipe y dengan Risk Seeker?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui teori x dan y McGregor dan manajemen pengambilan
keputusan.
2. Untuk mengetahui cara mengubah tipe x menjadi tipe y.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tipe y dengan Risk Seeker.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Proposisi utama teori X, yaitu:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari
usaha produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan
ekonomi berakhir;
2. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha
mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan
memodifikasi perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan lembaga
pendidikan; dan
3. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan
resisten-untuk kebutuhan lembaga pendidikan. Oleh karena itu mereka
harus dibujuk, dihargai, dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka
harus diarahkan.
Lebih lanjut menurut asumsi teori X, orang-orang ini pada
hakikatnya menganggap bahwa:
5. Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan
lembaga pendidikan.
Teori Y
3
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian
serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan lembaga pendidikan.
Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja.
Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki
dalam bekerja.
Proposisi utama dari Teori Y adalah sebagai berikut:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari
usaha produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-orang dalam
kepentingan ekonomi berakhir.
2. Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan
organisasi. Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari
pengalaman dalam organisasi.
3. Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan
tanggung jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah
tujuan organisasi semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak
menempatkan mereka di sana. Ini adalah tanggung jawab
manajemen untuk memungkinkan orang untuk mengenali dan
mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka
sendiri.
4. Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi
dan metode operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan
mereka sendiri dengan mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-
tujuan organisasi.
Lebih lanjut menurut asumsi teori Y, orang-orang ini pada
hakikatnya menganggap bahwa:
1. Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktivas-aktivas fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak
ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
4
2. Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa
dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3. Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-
persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh
pegawai.
4. Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial,
penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat
kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
5. Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja
jika dimotivasi secara tepat.
5
Dalam konteks tipe X dan Y, secara konsep mereka yang bertipe
Y cenderung memiliki introspeksi diri yang mendalam dan X cenderung sulit
atau jarang melakukan introspeksi diri. Karena itu seorang karyawan yang
bertipe X dalam mengambil keputusan cenderung tidak melihat apa yang
terjadi di waktu belakang atau tidak mampu membayangkan apa yang akan
terjadi di kemudian hari.
Seorang manusia yang memiliki tipe X pada prinsipnya mampu untuk
diubah menjadi tipe Y asal yang bersangkutan memiliki semangat dan
keinginan kuat untuk melakukannya. Salah satu cara mengubah karyawan
yang bertipe X menjadi tipe Y adalah dengan menerapkan kedisiplinan.
Konsep kedisiplinan mampu membantu seorang karyawan menjadi disiplin
dalam bekerja, termasuk keinginan untuk memberikan prestasi kerja.
Mereka yang berkarakter tipe X cenderung butuh kondisi yang realistis
untuk mampu mengubah persepsi yang diyakini. Mungkin ini berbeda denga
orang yang berkarakter Y yang cenderung memiliki tingkat kreativitas an
inovasi tinggi.karena itu salah satu cara megubah karakeristik tipe X menjadi
tipe Y adalah dengan memperlihatkan beberapa bukti nyata akan mereka
yang telah berhasil berjuang dalam hidupnya, seperti para pengusaha yang
memulai bisnis dari nol, dan sebagainya. Karena orang yang bertipe X
berubah jika bukti nyata itu ada di depan mata mereka, dan memang salah
satu kelemahan tipe X adalah kemampuan membayangkan dan mengejar cita-
cita yang sulit mereka lakukan. Penerapan dalam pengelolaan pendidikan
sebagai berikut:
6
Lain halnya dengan pendidik yang memiliki perilaku seperti
teori Y. Mereka lebih dominan pada rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pekerjaannya, dapat dipercaya, memiliki
kemampuan, kreatifitas, imajinasi, dan kepandaian. Mereka tidak
perlu terlalu diawasi secara ketat layaknya teori X, karena mereka
memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai
visi, misi, dan tujuan pendidikan.
2. Pendidik terhadap Siswa
Dalam konteks ini, setiap individu atau siswa memiliki
perilaku, karakter, dan kemampuan berbeda-beda dalam tiap-tiap
kelas, sehingga seorang guru harus memahami perilaku siswa secara
individu. Pada siswa yang pemalas, dan tidak memiliki rasa
tanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pelajar, pendidik harus
memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas,
menetapkan imbalan atau hukuman, memberi arahan, memberi
motivasi, dsn jugs diancam agar mereka mau belajar.
Berbanding terbalik dengan siswa yang memiliki rasa
tanggung jawab tinggi, dapat dipercaya, rajin dan memahami
hakikatnya sebagai seorang siswa, mereka tidak perlu diawasi dan
sebagainya seperti halnya siswa yang dominan pada teori X, siswa
yang dominan pada teori Y cukup diberi motivasi secara tepat agar
mau belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
7
dan juga pemimpin besar. Karakter ini umumnya dimiliki oleh
pemberontak dimana mereka mau bersusah payah dengan keyakinan akan
memperoleh kenikmatan setelah itu, berupa kemenangan. Risk Seeker
(Suka pada resiko). Adapun ciri-cirinya:
1. Tipe yang begitu suka pada resiko
2. Cenderung begitu menonjol dan memengaruhi besar terhadap setiap
keputusan yang diambil, selalu ingin menjadi pemimpin dan
cenderung tidak ingin menjadi pekerja.
3. Cenderung menyukai tantangan dan tidak suka berpikir statis
4. Dalam melaksanakan pekerjaan sangat menghargai proses. Karena
proses baginya adalah sebuah pengayaan dalam pembentukan
keyakinan secara lebih baik.
5. Selalu bersikap menyelesaikan masalah, dan tidak pernah
mengesampingkan masalah, apalagi menimbun masalah.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Teori X dan Teori Y merupakan salah satu teori motivasi manusia yang
diciptakan dan dibangun oleh Douglas Mc Gregor pada 1960-an.
2. Teori x menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tipe kepemimpinan pada
Teori X ini adalah otoriter, sedangkan gaya kepemimpinannya
berorientasi pada prestasi kerja.
3. Teori y memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi
dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta
pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan lembaga pendidikan.
4. Mengubah tipe X menjadi tipe Y bukan hanya dibutuhkan ilmu dan riset,
namun juga seni. Penggabungan itu semua mampu mengubah tipe X
menjadi tipe Y. Artinya tipe X harus diubah dengan nuansa pendekatan
yang diikuti dengan ketegasan dalam bentuk kedisiplinan.
5. Hubungan tipe Y dengan risk seeker yaitu bahwa pekerja yang tidak perlu
diawasi berhubungan dengan individu yang begitu suka pada resiko.
membuat mereka selalu ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak
ingin menjadi pekerja. Kalaupun menjadi pekerja, itupun tidak bertahan
lama.
B. SARAN
Saya sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih sangat
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga makalah yang akan
datang menjadi lebih baik lagi. Saya harap makalah ini bisa bermanfaat bagi
kita semua serta menambah pengetahuan kita.
9
DAFTAR PUSTAKA
10